You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputihan adalah keluhan yang sering menyerang perempuan dan tidak

mengenal usia. Sedangkan pengertian keputihan sendiri adalah keluarnya

cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun

tidak disertai rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal(fisiologi) maupun

abnormal(patologis) (Badaryati, 2012:1). Risiko terjadinya keputihan dapat

dialami oleh berbagai umur. WUS memiliki risiko keputihan lebih tinggi

dibanding remaja karena pada wanita usia subur sering terjadi PID atau pelvic

Infalmatorry disease (Firmanilla, dkk 2016:9).

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksi

berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Sepanjang hidupnya,

perempuan diperkirakan mengalami keputihan minimal sekali serangan

keputihan ini umumnya terjadi pada masa produktif (Mubarok, 2017:1).

Menurut World Healtht Organization (WHO), data penelitian tentang

kesehatan reproduksi wanita menunjukkan jumlah wanita di dunia yang pernah

mengalami keputihan sekitar 75% sedangkan wanita eropa yang mengalami

keputihan sebesar 25% dan untuk wanita indonesia yang mengalami keputihan

berjumlah 75% (Suwanti, 2015:70). Wanita di Eropa yang mengalami

keputihan hanya 25% saja. Angka ini sangat berbeda tajam dengan yang terjadi

di Indonesia, di mana persentase wanita Indonesia yang pernah mengalami

keputihan tersebut cukup besar. Sekitar 75% dari 118 juta wanita yang berada

1
2

di Indonesia pernah mengalami kejadian keputihan dalam hidupnya, paling

tidak satu kali. Di Indonesia wanita yang mengalami keputihan disebabkan

keadaan iklim di Indonesia yang lembab, berbeda dengan iklim kering yang

ada di eropa sehingga wanita di Eropa tidak mudah terinfeksi jamur yang

menjadi penyebab keputihan (Ilmiwati & Kuntoro, 2016:44).

Sebanyak 75% wanita di indonesia pernah mengalami keputihan minimal

satu kali dalam hidupnya dan setengah diantaranya mengalami keputihan

sebanyak dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang

mempermudah wanita indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca lembab

dapat mempermudah berkembangnya infeksi jamur (Pratiwi, dkk 2017:2).

Wanita yang mengalami keputihan tidak normal merupakan indikasi dari

berbagai penyakit seperti vaginitis, kandidiasis dan trikomoniasis yang

merupakan salah satu dari gejala penyakit menular seksual(PMS) terutama

pada wanita yang pernah berganti pasangan seksual atau pasangan seksualnya.

(Marhaeni, 2016:31).

Keputihan yang normal merupakan cairan yang keluar cenderung jernih

seperti lendir serta tidak disertai bau atau rasa gatal. Keputihan yang abnormal

ketika cairan yang keluar sangat kental dan warnanya kekuningan, bau yang

sangat menyengat, jumlahnya yang berlebih dan menyebabkan rasa gatal,

nyeri, rasa sakit dan panas saat berkemih (Bahari, 2012:9-10). Akibat dari

keputihan sangatlah fatal bila lambat ditangani.Tidak hanya bisa

mengakibatkan kemandulan dan hamil ektopik (kehamilan diluar kandungan)

dikarenakan terjadi penyumbatan pada salur tuba, keputihan juga bisa


3

merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang merupakan pembunuh

nomor satu bagi wanita dengan angka insiden kanker servik diperkirakan

mencapai 100 per 100.000 penduduk per tahun yang bisa berujung pada

kematian (Sartiah, dkk 2017:1). Apabila keputihan abnormal tidak ditangani

dengan tepat dan berlangsung berkepanjangan akan menjadi infeksi vagina

vulvitis (peradangan pada vulva), vaginitis (peradangan pada vagina),

serviksitis (peradangan pada serviks), serta radang panggul (Pelvic

Inflammatory Discase), infeksi tersebut dapat bersifat akut atau menahun atau

akhirnya menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir dengan terjadinya

perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan dan juga dapat terjadinya

kanker serviks yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita yang bisa

berujung pada kematian (Aulia, 2012).

Keputihan berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis, penderita

merasa tidak nyaman karena rasa gatal dan keinginan menggaruk sehingga

menganggu aktifitas sehari-hari, jika keputihan berlangsung lama (tidak kunjung

sembuh) biasanya penderita merasa malu sedih atau rendah diri. Bahkan kondisi

ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut terkena penyakit

kanker serviks. Akibatnya, penderita kehilangan percaya diri dari pergaulan,

sehingga penderita tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan tenang

sehingga keadaan ini perlu diatasi (Bahari, 2012:14-15).

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

369/MENKES/SK/III/2007 di dalam standar profesi bidan, bidan dalam

praktek baik secara mandiri, kolaborasi, maupun rujukan. Pada standar


4

kompetensi bidan yang ke-9, bidan memiliki wewenang dalam pemberian

asuhan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi dalam

penatalaksanaan deteksi dini dan merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi

menular seksual.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor

1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang penyelenggaraan pengobatan secara

tradisional, menerangkan bahwa pengobatan tradisional yang bdapat

dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus dibina,

ditingkatkan,dikembangkan dan diawasi untuk digunakan dalam mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Salah satu pengobatan secara tradisional

adalah daun sirih dan daun sirsak. Daun sirsak dipercaya dapat mengobati

berbagai penyakit, salah satunya keputihan. Daun sirih sudah dipercaya sejak

zaman nenek moyang kita sampai sat ini, manfaat dan khasiat daun sirih hijau

dalam mengatasi keputihan. Daun sirih hijau berkhasiat untuk mengurangi

keputihan dan menjaga organ kewanitaan, karena daun sirih hijau mengandung

antiseptik. Caranya yaitu adalah rebus dengan air mendidih 7-10 daun sirih ijau

kemudian gunakan untuk membersihkan daerah kewanitaan. (Kustanti,

2017:86).

Menurut hasil penelitian Suwanti (2015:73), sebelum diberikan ramuan

daun sirsak sebanyak 30 orang responden dari kabupaten klaten memngalami

keputihan dan setelah mengkonsumsi daun sirsak sebanyak 23 orang(76,7%)

responden sembuh dari keputihan dengan waktu paling cepat hari ke 5 dan

paling lama hari ke 14. Hal ini menunjukkan bahwa daun sirsak mempengaruhi
5

lama penyembuhan kejadian keputihan. Didukung dengan daun sirsak

mengandung minyak asitrin, seneol 50%-65%, a-pinen, limonene dan dipenten,

mengandung senyawa asetogini antara lain asimisin, bulatasin dan skuamosin,

pada konsentrasi tinggi, senyawa asetogenin memiliki keistimewaan sebagai

antifeedeent, disamping itu juga mengandung zat annonaceous acetogenins

yang mampu 10.000 kali lebih kuat membunuh sel-sel kanker dari pada zat

adriamycin, yang biasa dipakai dalam pengobatan kemotrapi.

Maka dari itu daun sirsak dapat mengobati keputihan pada wanita karena

mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman, yaitu fenol dalam

daun sirsak memiliki sifat antiseptik 5 kali lebih efektif dibandingkan fenol

biasa. Untuk mengobati keputihan rebus 10 daun sirsak dalam 2,5 liter air,

kemudian rebusan tersebut diminum. Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik indonesia No.369/MENKES/SK/III/2007 didalam standar

profesi bidan, bidan dalam praktik baik secara mandiri, kolaborasi, maupun

rujukan pada standar kompetensi bidan yang ke-9, bidan memiliki wewenang

dalam pemberian asuhan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi

dalam penatalaksanaan deteksi dini dan merujuk serta memberikan penyuluhan

infeksi menular seksual.

Di Kota Bengkulu tidak terdapat data yang secara spesifik membahas

tentang penyakit keputihan. Hal ini dikarenakan penyakit keputihan sulit

dilakukan pendataan, karena penderita merasa malu untuk berobat.

Berdasarkan survei di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu di peroleh

data tercatat pada tahun 2016 sebanyak 2 orang , pada tahun 2017 sebanyak 6
6

orang , dan pada tahun 2018 sebanyak 7 orang wanita mengalami keputihan

ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan setiap tahunnya.

Hasil survei di PMB “H” di peroleh data pada tahun 2016

sebanyak 4 orang , tahun 2017 sebanyak 5 orang , dan 2018 sebanyak 6 orang

mengalami keputihan , ini membuktikan bahwa kejadian keputihan mengalami

peningkatan disetiap tahunya. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan asuhan

kebidanan dan dilaporkan pada Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul

“Asuhan Kebidanan pada wanita usia subur dengan masalah keputihan (flour

ablus) fisiologis“.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan

keputihan disetiap tahunnya angka kejadian Puskesmas Basuki Rahmad Kota

Bengkulu di peroleh data tercatat pada tahun 2016 sebanyak 2 orang , pada

tahun 2017 sebanyak 6 orang , dan pada tahun 2018 sebanyak 7 orang wanita

mengalami keputihan ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan setiap

tahunnya. Hasil survei di PMB “H” di peroleh data pada tahun 2016 sebanyak

4 orang , tahun 2017 sebanyak 5 orang , dan 2018 sebanyak 6 orang mengalami

keputihan

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada kasus ini adalah bagaimana Asuhan Kebidanan pada

Wanita Dengan Keputihan (flour ablus) fisiologis di BPM “H” Kota Bengkulu.
7

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah peneliti

jabarkan diatas, maka peneliti memiliki keterbatasan ruang lingkup masalah

yang akan diteliti, yaitu asuhan kebidanan pada wanita usia subur telah

menikah dengan keputihan (flour ablus) fisiologis.

E. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai adalah dapat melakukan asuhan kebidanan

pada Wanita dengan masalah Keputihan (flour ablus) fisiologis.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengumpulan data subjektif dan Obyektif pada wanita usia

subur dengan masalah keputihan (flour ablus) fisiologis di wilayah

kerja PMB “H” Kota Bengkulu.

b. Melakukan Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

c. Menyusun perencanaan dengan masalah keputihan (flour ablus)

fisiologis di wilayah kerja PMB “H” Kota Bengkulu.

d. Melakukan Implementasi/penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

wanita usia subur dengan masalah keputihan (flour ablus) fisiologis di

wilayah kerja PMB “H” Kota Bengkulu.

e. Melakukan evaluasi tindakan yang telah diberikan pada wanita usia

subur dengan masalah keputihan (flour ablus) fisiologis di wilayah

kerja PMB “H” Kota Bengkulu.

f. Membuat Pencatatan Asuhan Kebidanan dengan metode SOAP


8

g. Membuat pembahasan tentang masalah keputihan (flour ablus)

fisiologis di wilayah kerja PMB “H” Kota Bengkulu.

F. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk menambah

wawasan tentang Asuhan Kebidanan pada Wanita Dengan Keputihan

(flour ablus) Fisiologis.

2. Manfaat aplikatif

a. Institusi. “Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan

dalam pemberian asuhan komprehensif pada Asuhan Kebidanan pada

Wanita Dengan Keputihan (flour ablus) Fisiologis

b. Bagi Profesi Bidan

sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam

asuhan kebidanan pada wanita usia subur dengan masalah keputihan.

c. Bagi Klien dan Masyarakat

Agar klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dari penyulit

yang mungkin timbul pada wanita usia subur dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan yang berkaitan

dengan masalah keputihan sehingga memungkinkan segera mencari

pertolongan untuk mendapatkan penanganan.

You might also like