Professional Documents
Culture Documents
Oleh : Lutfia Fajria, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.
fiafajri7@gmail.com.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerawanan tanah longsor di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Sleman dan mengetahui sebaran daerah rawan tanah longsor di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Sleman dengan populasi penelitian seluruh satuan lahan di Kecamatan
Prambanan. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling.
Metode pengumpulan data menggunakan : (1) Observasi untuk memperoleh data penggunaan lahan,
kerapatan vegetasi dan tingkat pelapukan batuan, (2) Pengukuran untuk mengukur kedalaman solum
tanah dan kemiringan lereng, (3) Uji laboratorium digunakan untuk memperoleh data tekstur tanah dan
permeabilitas tanah, (4) Dokumentasi untuk memperoleh data sekunder penunjang penelitian antara
lain : peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta kontur, data monografi, data penggunaan lahan dan
data curah hujan. Teknik analisis data yang digunakan adalah pemberian skor (scoring) dan
pembobotan pada masing-masing parameter yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerawanan tanah longsor dan persebaran
daerah rawan tanah longsor di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut: (1)
Tingkat kerawanan tanah longsor rendah memiliki luas 11907,85 ha atau 46,63% yang persebarannya
meliputi wilayah Desa Sumberharjo (35,31%), Desa Madurejo (35,07%), Desa Bokoharjo (20,64%),
Desa Gayamharjo (4,18%), Desa Sambirejo (3,09%) dan Desa Wukirharjo (1,69%). (2) Tingkat
kerawanan tanah longsor sedang memiliki luas 1172,43 ha atau 28,67% yang persebarannya meliputi
wilayah Desa Wukirharjo (29,49%), Desa Gayamharjo (25,95%), Desa Sambirejo (20,14%), Desa
Bokoharjo (2,81%), Desa Sumberharjo (11,33%) dan Desa Madurejo (1,29%). (3) Tingkat kerawanan
tanah longsor tinggi memiliki luas 1010,39 ha atau 24,70% yang persebarannya meliputi wilayah
Desa Wukirharjo (20,81%), Desa Gayamharjo (274,17%), Desa Sambirejo (43,45%), Desa Bokoharjo
(2,39%), Desa Sumberharjo (5,34%) dan Desa Madurejo (0,84%).
yang mempunyai kemiringan lereng lebih dari 30 sebelah Timur Laut Ibukota Kabupaten
derajad (Sudibyakto, 2011: 71). Tanah longsor juga Sleman. Luas keseluruhan Kecamatan
disebabkan oleh ulah manusia dalam Prambanan 4.090,67 ha dengan bentang dari
ledakan, perubahan lahan, dan penebangan hutan keseluruhan lahan Kecamatan Prambanan)
yang tak terkendali (Menkominfo, 2008: 39). berupa tanah yang datar dan 58,5% (dari
salah satu provinsi yang rawan terhadap bencana berupa tanah berombak hingga perbukitan.
0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Prambanan Trukan Sonayan
Gambar 12. Diagram Perbandingan Intensitas
Curah Hujan Berdasarkan Masing-Masing
Stasiun
menjadi 2 satuan curah hujan, antara lain Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman
yaitu satuan curah hujan <2000 mm/th dan a. Tingkat Kerawanan Tanah Longsor
Berdasarkan peta penggunaan lahan tanah longsor rendah, artinya pada daerah
yang diperolah dari BAPPEDA Kabupaten ini kemungkinan terjadinya tanah longsor
Prambanan terdiri dari tegalan, permukiman, lereng antara (0-15%) yaitu daerah dengan
sawah tadah hujan, sawah irigasi, dan kebun topografi datar hingga landai. Berdasarkan
campuran dengan rincian sebagai berikut : kejadian longsor sebelumnya, daerah ini
jarang ditemukan kejadian tanah longsor.
Secara umum daerah dengan tingkat
kerawanan tanah longsor rendah
didominasi bentuk lahan dataran aluvial dengan Akar-akar tanaman tersebut memperkuat
material Endapan Gunungapi Merapi Muda, agregat tanah, sehingga tanah pada lereng
yang memiliki kedalaman solum tanah tebal landai menjadi stabil. Kondisi ini
(90-150 cm) hingga sangat tebal (>150 cm). diperkuat berdasarkan hasil laboratorium
Solum tanah yang tebal umumnya memiliki BPTP, permeabilitas tanah pada zona
pengaruh besar terhadap terjadinya tanah tingkat kerawanan tanah longsor rendah
longsor, akan tetapi kondisi lereng yang adalah cepat, berkisar antara (8.00-9.37
didominasi lereng datar yaitu seluas 1630,65 ha cm/jam). Artinya tanah dengan mudah
atau 85,47% dari luas seluruh zona kerawanan mampu meloloskan air, hal ini
longsor rendah, menjadikan daerah ini memiliki dipengaruhi oleh kondisi tekstur tanah
tingkat kerawanan tanah longsor rendah. yang berupa tanah geluh dan tanah geluh
Kemiringan lereng yang datar menyebabkan pasiran. Tanah geluh merupakan tanah
adanya gaya tarik ke bawah akibat gravitasi dengan tekstur sedang, sedangkan tanah
bumi, sehingga suatu lahan datar hanya geluh pasiran memiliki tekstur agak kasar.
memiliki kemungkinan kecil terjadinya Semakin kasar tekstur tanah, maka
pergerakan, sedangkan sisanya yaitu lahan semakin mudah meloloskan air
seluas 277,20 ha atau 14,52% dari luas seluruh disebabkan pori tanah yang besar.
zona kerawanan tanah longsor rendah, Mudahnya tanah dalam meloloskan air
merupakan daerah landai. Daerah landai dapat meminimalisir tingkat kejenuhan air
memiliki kemiringan lereng (8-15%), tersebar di dalam tanah, sehingga daerah ini memiliki
lereng perbukitan struktural, yang merupakan tingkat kerawanan longsor yang rendah.
satuan dari Formasi Semilir dan sebagian di Daerah dengan tingkat kerawanan longsor
Formasi Kebo Butak. rendah biasanya digunakan sebagai area
Topografi landai dengan ketebalan solum sawah irigasi karena tanahnya relatif
tebal bisa memungkinkan terjadinya tanah subur dengan kondisi air yang melimpah,
longsor. Kerapatan vegetasi di lereng landai selain itu juga digunakan sebagai kebun
sebagian besar adalah rapat, berbeda dengan campuran dan lahan permukiman. Daerah
kerapatan vegetasi daerah datar yang cenderung permukiman sebaiknya memang didirikan
memiliki kerapatan jarang hingga sedang. pada lahan yang datar karena memiliki
Tingkat kerapatan vegetasi yang rapat pada kondisi lahan yang stabil. Berdasarkan
kemiringan landai dapat meminimalisir tanah analisis ArcGIS 10.2, daerah dengan
longsor. Akar pada vegetasi secara mekanis tingkat kerawanan tanah longsor rendah
memperkuat tanah, tegangan geser dalam tanah merupakan daerah terluas di Kecamatan
dapat terkendalikan dengan daya tarik akar.
Prambanan yaitu 1907,85 ha atau 46,63 % dari menjadi bertambah, sehingga sewaktu-
luas keseluruhan daerah penelitian. waktu dapat mengakibatkan terjadiya
b. Tingkat Kerawanan Tanah Longsor Sedang tanah longsor.
Daerah ini memiliki tingkat kerawanan Kemiringan lereng miring hampir
tanah longsor sedang. Tingkat kerawanan tanah seluruhnya bertekstur lempung dengan
longsor sedang memiliki kondisi topografi yang luas 585,34 ha atau 49,92 % dari luas
bervariasi dari topografi landai hingga sangat keseluruhan zona tingkat kerawanan
terjal yaitu kemiringan lereng (8-15%) hingga longsor sedang. Kondisi tanah lempung
kemiringan lereng (>40%). Pada zona ini, merupakan tanah yang jika dalam kondisi
daerah landai dengan tingkat kerawanan tanah basah akan mengalami tingkat kejenuhan
longsor sedang dijumpai pada lereng-lereng tinggi, memiliki sifat sangat teguh dan
perbukitan struktural. Berbeda dengan daerah hampir selalu mampat. Tingginya kadar
landai yang masuk ke dalam zona kerawanan lempung menjadikan tanah mudah
tanah longsor rendah yang memiliki kerapatan mengikat air dan sulit meloloskan air (Isa
vegetasi rapat, daerah landai di zona kerawanan Darmawijaya, 167 : 1990). Kandungan air
sedang ini memiliki kerapatan vegetasi jarang, yang tinggi pada tanah lempung
penggunaan lahannya berupa tegalan dan tanah menjadikan tanah mudah bergerak dan
kosong. Kurangnya peran vegetasi sebagai mengakibatkan terjadinya tanah longsor,
penahan gerakan pada lereng, menyebabkan meskipun berada pada kemiringan yang
daerah landai ini memiliki tingkat kerawanan sedang/miring, namun faktor utama
tanah longsor sedang. berupa tekstur tanah lempung diperkuat
Daerah dengan topografi miring hingga kondisi lahan yang memiliki pelapukan
terjal yaitu kemiringan (15-40%) mendominasi sedang hingga sangat lanjut menyebabkan
di zona tingkat kerawanan longsor sedang. daerah kemiringan lereng miring masuk
Berdasarkan cek lapangan dan data dari ke dalam zona tingkat kerawanan tanah
Bappeda Kabupaten Sleman, di zona tingkat longsor sedang. Daerah kemiringan lereng
kerawanan tanah longsor sedang banyak miring pada zona ini memiliki kerapatan
dijumpai penggunaan lahan berupa sawah tadah vegetasi jarang, sedang dan rapat.
hujan. Sawah tersebut dibuat terasering Berbeda dengan topografi lereng
mengikuti bentuk kontur lereng, selain itu juga miring di zona kerawanan sedang, daerah
dijumpai pemotongan tebing atau pembukaan topografi terjal (25-40%) memiliki tanah
lahan untuk mendirikan bangunan/permukiman. bertekstur geluh pasiran dan geluh
Kondisi ini dapat menyebabkan beban lereng lempungan. Secara umum tanah bertekstur
tanah geluh lempungan dan geluh pasiran
lebih mudah meloloskan air daripada tanah akan menyimpan air di dalam tanah,
lempung, akan tetapi faktor kemiringan lereng sehingga tanah menjadi jenuh pada musim
dan penggunaan lahan yang kurang sesuai pada hujan. Daerah dengan topografi sangat
daerah kemiringan terjal, menjadi faktor terjal terdapat pada Formasi Kebo Butak.
penyebab utama terjadinya tanah longsor. Daerah ini banyak ditemui penggunaan
Daerah kemiringan terjal pada zona ini, lahan berupa sawah tadah hujan dan
memiliki pelapukan sedang dan lanjut. permukiman. Kondisi kemiringan sangat
Pelapukan lanjut akan menghasilkan tanah yang terjal dengan tekstur tanah geluh lempung
cukup tebal. Ketebalan tanah 60-150 cm di debuan pada umumnya sangat mendukung
daerah ini menunjukkan bahwa tanah telah terjadinya tanah longsor, tetapi ketebalan
mengalami perkembangan cukup lama. solum yang sangat tipis dan pelapukan
Ketebalan tersebut meningkatkan bobot atau batuan ringan pada daerah kemiringan
volume material tanah, sehingga daerah ini lereng >40% ini menjadikan daerah ini
masuk ke dalam zona tingkat kerawanan masuk ke dalam zona tingkat kerawanan
sedang. Daerah kemiringan terjal di zona tanah longsor sedang. Daerah ini memiliki
kerawanan sedang memiliki tingkat kerapatan vegetasi yang rapat. Daerah
permeabilitas cepat dan lambat, dengan dengan tingkat kerawanan tanah longsor
kerapatan vegetasi jarang pada Formasi Kebo sedang memiliki luas 1172,43 ha atau
Butak dan kerapatan vegetasi rapat pada 28,67 % dari luas keseluruhan daerah
Formasi Semilir. penelitian.
Topografi sangat terjal (>40%) pada zona c. Tingkat Kerawanan Tanah Longsor
ini memiliki luas 22,52 ha atau 12,16% dari luas Tinggi (Kelas III)
keseluruhan zona tingkat kerawanan longsor Berdasarkan peta kerawanan tanah
sedang. Daerah ini memilliki tekstur geluh longsor yang telah dibuat sebelumnya,
lempung debuan. Tanah bertekstur geluh daerah kerawanan ini disajikan dalam
lempung debuan merupakan tanah dengan warna cokelat tua, daerah ini umumnya
butiran sangat halus, memiliki daya lekat yang terletak pada lereng tengah perbukitan
tinggi. Kandungan lempung dan debu yang berbatuan tuff. Daerah ini memiliki
licin pada permukaan batuan induk, sewaktu- tingkat kerawanan yang tinggi terhadap
waktu dapat menjadi bidang gelincir dan tanah longsor. Artinya daerah ini
memicu terjadinya tanah longsor. Daerah ini tergolong tidak stabil dan kemungkinan
memiliki tingkat permeabilitas lambat dengan terjadinya tanah longsor cukup tinggi,
kecepatan tanah meloloskan air sebesar 1,14 sewaktu-waktu dapat terjadi bencana
cm/jam. Tanah dengan permeabilitas lambat tanah longsor dalam skala kecil maupun
besar. Longsor lama juga dapat aktif kembali pada lapisan tanah, sehingga akar tanaman
akibat curah hujan yang cukup tinggi di kurang berfungsi sebagai penguat agregat
perbukitan daripada di dataran rendah. tanah. Tanaman lahan tegalan justru
Berdasarkan rata-rata curah hujan 10 tahun menambah beban pada lereng. Kondisi ini
terakhir, daerah ini memiliki curah hujan 2000- diperkuat dengan tekstur tanah pada
2053 mm/th. Di Kecamatan Prambanan puncak daerah miring yang berupa tanah lempung
curah hujan tertinggi terdapat pada bulan dan solum yang tebal, sehingga
Januari-Februari, puncak intensitas curah hujan menyebabkan daerah miring pada Formasi
tertinggi pada bulan-bulan tersebut merupakan Semilir dengan penggunaan lahan tegalan
saat paling besar kemungkinan terjadinya tanah ini masuk kedalam zona tingkat
longsor. Kemiringan lereng di daerah ini kerawanan tanah longsor tinggi. Daerah
bervariasi, yaitu mulai dari kemiringan miring ini memiliki tingkat kerapatan vegetasi
(5-25%), terjal (25-40%) hingga sangat terjal sedang.Kemiringan lereng terjal (25-50%)
(>40%). Kemiringan lereng merupakan faktor hingga sangat terjal (>40%) di zona
yang paling berperan di daerah ini, karena letak kerawanan longsor tinggi, sebagian besar
material pada posisi yang curam akan terdapat pada perbukitan terjal yang
mendapatkan pengaruh gravitasi, sehingga dapat terletak di Formasi Semilir dan sisanya
menyebabkan pergerakan pada tanah/batuan. terdapat pada bentuk lahan berupa gawir
Kemiringan miring (5-25%) di zona sesar di Formasi Kebo Butak. Daerah ini
kerawanan longsor tinggi, terdapat pada memiliki tingkat pelapukan batuan yang
Formasi Semilir dengan tekstur tanah berupa bervariasi yaitu pelapukan batuan ringan,
lempung. Daerah ini memiliki tingkat pelapukan sedang hingga lanjut sehinnga memiliki
batuan lanjut, sehingga menghasilkan solum ketebalan solum tanah yang tipis, sedang
tanah yang sangat tebal. Faktor yang hingga tebal. Daerah ini sebagian besar
menyebabkan daerah miring ini masuk ke dalam penggunaan lahannya berupa tegalan,
zona tingkat kerawanan tanah longsor tinggi penggunaan lahan tegalan pada
dibandingkan dengan daerah miring lainnya kemiringan lereng terjal pengaruhnya
adalah faktor penggunaan lahan. Pada sangat besar terhadap longsor.
kemiringan lereng miring yang masuk ke dalam Penggunaan lahan lainnya berupa
zona tingkat kerawanan tanah longsor tinggi ini, permukiman dan sawah tadah hujan.
penggunaan lahannya berupa tegalan dan tanah Lahan permukiman permukiman dan
kosong. Pada lahan tegalan, tumbuhan yang akses jalan di daerah ini umumnya
ditanam biasanya berupa tumbuhan dengan akar dilakukan pemotongan tebing yang dapat
serabut yang tidak tembus secara mendalam mengganggu kestabilan lereng.
Berdasarkan cek lapangan, beberapa titik Daerah tingkat kerawanan tanah longsor
ditemukan bekas longsor berupa runtuhan rendah di Kecamatan Prambanan tersebar
tebing. Daerah ini memiliki tekstur tanah berupa tidak merata, sebagian besar berada di
tanah geluh pasiran. Tanah geluh pasiran bagian Barat daerah penelitian. Daerah ini
merupakan tanah yang mudah meloloskan air, menempati sebagian besar daerah
namun karena butirannya agak kasar karena penelitian yang memiliki luas 1907,85 ha
mengandung pasir, tanah ini memiliki daya ikat atau 46,63% dari luas keseluruhan daerah
yang cukup lemah sehingga dibutuhkan vegetasi penelitian. Daerah tingkat kerawanan
yang berfungsi mengikat butir tanah untuk tanah longsor rendah memiliki relief yang
meminimalisir terjadinya tanah longsor di relatif datar hingga landai. Berdasarkan
daerah kemiringan terjal. Berdasarkaan faktor total luas daerah rawan longsor rendah
fisik dan non fisik tersebut, maka daerah ini yaitu (1907,85 ha), daerah tingkat
masuk ke dalam zona tingkat kerawanan tanah kerawanan longsor rendah mayoritas
longsor tinggi. Daerah ini memiliki luas tersebar di Desa Sumberharjo (35,31%)
1010,39 ha atau 24,70 % dari luas keseluruhan Desa Madurejo (35,07%) dan Desa
daerah penelitian. Secara keseluruhan, Bokoharjo ha (20,64 %) sedangkan
pembagian luas daerah penelitian berdasarkan sisanya tersebar di wilayah perbukitan
luas total ke tiga kelas tingkat kerawanan tanah yaitu Desa Gayamharjo (4,18%), Desa
longsor dapat dilihat pada Diagram berikut. Sambirejo (3,09%) dan Desa Wukirharjo
(1,69%). Pembagian luas berdasarkan
Pembagian Masing - Masing Luas total luas daerah rawan longsor rendah
Tingkat Kerawanan Tanah Longsor
di Daerah Penelitian yaitu 1907,85 ha pada masing-masing
24,70% desa dapat dilihat pada Tabel berikut.
46,63%
Tabel 21. Pembagian Luas Tingkat
28,67%
Kerawanan Tanah Longsor Rendah
Berdasarkan Masing-Masing Desa
Tingkat Kerawanan
Rendah Sedang Tinggi Tanah Longsor Rendah
No Nama Desa
Gambar 13. Diagram Masing-Masing Luas Luas (ha)
Persentase
Tingkat Kerawanan Tanah Longsor di Daerah (%)
Penelitian 1. Bokoharjo 393,68 20,64
2. Madurejo 668,88 35,07
3. Sumberhajo 673,58 35,31
3. Persebaran Daerah Rawan Tanah Longsor di 4. Wukirhajo 32,30 1,69
5. Gayamharjo 79,86 4,18
Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman 6. Sambirejo 58,95 3,09
a. Persebaran Daerah Tingkat Kerawanan Tanah Jumlah 1907,85 100
Sumber: Analisis Peta Tingkat Kerawanan
Longsor Rendah Tanah Longsor, 2016
b. Persebaran Daerah Tingkat Kerawanan Tanah
c. Persebaran Daerah Tingkat Kerawanan
Longsor Sedang
Tanah Longsor Tinggi
Persebaran daerah yang memiliki tingkat
Persebaran daerah yang memiliki
kerawanan tanah longsor sedang di Kecamatan
tingkat kerawanan tanah longsor tinggi
Prambanan memiliki luas 1172,43 ha atau 28,67
tersebar tidak merata, zona ini membentuk
% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Daerah
pola memanjang di tengah perbukitan
ini sebagian besar tersebar hampir merata di
berbatuan tuff. Daerah kerawanan tanah
daerah perbukitan yaitu di wilayah Kecamatan
longsor tinggi memiliki luas 1010,39 ha
Prambanan bagian Timur. Berdasarkan total luas
atau 24,70% dari luas keseluruhan daerah
daerah dengan tingkat kerawanan tanah longsor
penelitian. Berdasarkan total luas daerah
sedang, yaitu (1172,42 ha) daerah tingkat
rawan longsor tinggi yaitu (1010,39 ha)
kerawanan longsor sedang tersebar di Desa
daerah tingkat kerawanan longsor tinggi
Wukirharjo (29,49%), Desa Gayamharjo
tersebar di Desa Wukirharjo (20,81%),
(25,95%), Desa Sambirejo (20,14%), Desa
Desa Gayamharjo (274,1770%), Desa
Bokoharjo (2,81%), Desa Sumberharjo (11,33%)
Sambirejo (43,45%), Desa Bokoharjo
dan Desa Madurejo (1,29%). Daerah tingkat
(2,39%), Desa Sumberharjo (5,34%) dan
kerawanan tanah longsor sedang memiliki
Desa Madurejo (0,84%). Pembagian luas
morfologi dan kemiringan yang bervariasi yaitu
berdasarkan total luas daerah rawan longsor
mulai dari kemiringan landai hingga sangat terjal
tinggi yaitu 1010,38 ha pada masing-
(8->40%). Pembagian luas berdasarkan total luas
masing desa dapat dilihat pada Tabel
daerah rawan longsor sedang yaitu 1172,43 haha
berikut.
pada masing-masing Desa dapat dilihat pada
Tabel 23. Pembagian Luas Tingkat
Tabel berikut.
Kerawanan Tanah Longsor Tinggi
Tabel 22. Pembagian Luas Tingkat Kerawanan Berdasarkan Masing-Masing Desa
Tanah Longsor Sedang Berdasarkan Masing-Masing Tingkat kerawanan
Desa Tanah Longsor
Tingkat Kerawanan No Nama Desa Tinggi
Tanah Longsor Luas Persentase
No Nama Desa Sedang (ha) (%)
Luas Persentase 1. Bokoharjo 24,21 2,39
(ha) (%) 2. Madurejo 8,16 0,84
1. Bokoharjo 32,99 2,81 3. Sumberhajo 54,04 5,34
2. Madurejo 14,89 1,29 4. Wukirhajo 210,33 20,81
3. Sumberhajo 132,83 11,33 5. Gayamharjo 274,61 27,17
4. Wukirhajo 345,83 29,49 6. Sambirejo 439,03 43,45
5. Gayamharjo 304,17 25,95 Jumlah 1010,39 100
6. Sambirejo 341,69 29,14 Sumber : Analisis Peta Tingkat Kerawanan
Jumlah 1172,43 100 Tanah Longsor, 2016
Sumber : Analisis Peta Tingkat Kerawanan Tanah
Longsor Sedang, 2016
2. Berdasarkan hasil tingkat kerawanan
tanah longsor di Kecamatan Prambanan
Kabupaten Sleman, maka diketahui
sebaran daerah rawan tanah longsor di
Kecamatan Prambanan sebagai berikut :
a. Persebaran daerah yang memiliki tingkat
kerawanan tanah longsor rendah di
Gambar 14. Peta Persebaran Daerah Rawan Tanah
Longsor di Kecamatan Prambanan Kecamatan Prambanan tersebar tidak
Kesimpulan merata. Sebagian besar menempati di
1. Tingkat kerawanan tanah longsor di Kecamatan bagian Barat daerah penelitian yang
Prambanan terdiri dari tiga kelas, yaitu tingkat mayoritas merupakan wilayah datar
kerawanan tanah longsor rendah, sedang dan hingga landai, sedangkan sisanya
tinggi. tersebar di daerah perbukitan.
a. Tingkat kerawanan tanah longsor rendah b. Persebaran daerah tingkat kerawanan
memiliki kondisi lahan yang kecil untuk tanah longsor sedang tersebar hampir
kemungkinan terjadi tanah longsor. Daerah merata di daerah perbukitan, yaitu di
yang memiliki tingkat kerawanan tanah longsor wilayah Kecamatan Prambanan bagian
rendah menempati sebagian besar wilayah Timur.
penelitian dengan luas 1907,85 ha atau 46,63% c. Persebaran daerah tingkat kerawanan
dari luas keseluruhan daerah penelitian. tanah longsor tinggi di Kecamatan
b. Tingkat kerawanan tanah longsor sedang Prambanan tersebar tidak merata, daerah
memiliki kondisi lahan yang sedang untuk ini membentuk pola memanjang di
terjadi tanah longsor. Luas daerah dengan tengah perbukitan.
tingkat kerawanan tanah longsor sedang adalah
1172,43 ha atau 24,70% dari luas keseluruhan DAFTAR PUSTAKA
daerah penelitian. Hadi Sabari Yunus. (2010). Metodologi
c. Tingkat kerawanan tanah longsor tinggi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
memiliki kondisi lahan yang tinggi untuk terjadi
Hary Cristady Hariyatmo. (2006).
tanah longsor, artinya daerah ini tergolong tidak
Penanganan Tanah Longsor
stabil sewaktu-waktu dapat terjadi bencana Lahan&Erosi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
tanah longsor baik skala kecil maupun besar.
Daerah yang memiliki tingkat kerawanan tanah Isa Darmawijaya. (1990). Klasifikasi
Tanah. Yogyakarta: UGM Press.
longsor tinggi memiliki luas 1010,39 ha atau
24,70% dari luas keseluruhan daerah penelitian.
Luthfy Rayes. 2007. Metode Inventarisasi
Sumberdaya Lahan. Jakarta: Andi Offset.
Menkominfo. (2008). Memahami Bencana.
Jakarta: Departemen Komunkasi dan
Informatika Republik Indonesia.
Nandi. (2007). Longsor. Bandung: Jurusan
Pendidikan Geografi FPIPS Universitas
Pendidikan Indonesia.
Pusat Studi Bencana Alam (PSBA). (2001).
Penyusunan Sistem Informasi
Penanggulangan Bencana Alam Tanah
Longsor di Kabupaten Kulonprogo.
Laporan Akhir. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian UGM.
Rahmat Rukmana. (1995). Teknik Pengelolaan
Lahan Berbukit dan Kritis. Yogyakarta:
Kanisius IKAPI
Selvana T.R Thewal. (2001). Evaluasi Tingkat
Bahaya Longsor lahan Di Jalur Jalan
Manado-Tomohon Propinsi Sulawesi
Utara. Tesis. Yogyakarta: Fakultas
Geografi UGM.
Sitanala Arsyad. (2010) . Konservasi Tanah dan
Air. Bogor: IPB.
Sudibyakto. (2011). Manajemen Bencana
Indonesia Ke Mana?. Yogyakarta: UGM
Press.
Suripin. (2001). Pelestarian Sumber Daya
Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi