You are on page 1of 3

Wong Bersaudara, Orang Cina berjasa pada perfileman Indonesia

Dari tulisan Nio Joe Lan De Vestegingen van Een Indische Film Industrie dapat
ditarik kesimpulan, bahwa orang cina di Hindia mulai tertarik pada bidang
pembuatan film sejak munculnya film produksi Shanghai Feng Shen (pengangkatan
Jadi Dewa). Di dalam film ini, orang Cina Betawi ikut bermain. Keikutsertaaan Cina
Betawi menjadi sensasi besar, terutama di Batavia sendiri. Menurut The Theng Chun,
Cina perantuan itu memang kebetulan sedang berada di Shanghai, jadi tidak sengaja
untuk bermain film. Asal orang itu dari Surabaya, bukan Betawi. Keikutsertaanya
hanya sebagai pemain tambahan saja.
“Sensasi Besar” di atas tidak dikutip oleh pers Cina ketika mengimbau perhatian
para pengusaha Cina di Hindia untuk ikut juga “terjun” dalam industri pembuatan
film cerita. Penulis Bandoenger, yang kemungkinan besar adalah Kwee Tek Hoay,
menekankan tentang ketinggalaan kalangan Cina dalam memahami usaha
pembuatan film sebagai usaha yang baik untuk mengejar keuntungan. Padahal,
katanya orang Cina sudah paham akan pembuatan film dari negeri sendiri. Mengapa
menyiakan bidang usaha film ini ?
Ia mengharapkan agar pengusaha Tionghoa bisa mendirikan Hollywood kecil dan
menggarapa film cerita. Meskipun bidang baru ini sulit, namun Tiongkok bisa di
jadikan contoh. Sekarang, Tiongkok telah memiliki pemain-pemain profesional.
Apalagi kalau diingat lapangan kerja Cina peranakan telah menjadi semakin
mendesak dan bidang ini membuka lapangan kerja baru.1
Saat teknologi dan pengetahuan film ke seluruh dunia termasuk Cina, film
diterima dan berkembang pesat. Film sangat disukai menjadi media hiburan saat itu.
Sinema diperkenalkan di China pada 1896 dan film Tionghoa pertama, The Battle of
Dingjunshan, dibuat pada 1905, oleh sebuah industri film yang berpusat di Shanghai
pada dekade pertama. Film bersuara pertama, Sing-Song Girl Red Peony, yang
menggunakan teknologi cakram bersuara, dibuat pada 1931. Tahun 1930an, yang
dianggap sebagai "zaman keemasan" pertama dari sinema Tionghoa, dikatakan
merupakan masa kebangkitan dari gerakan sinematik sayap kiri dan pertikaian
antara Nationalis dan Komunis dituangkan dalam film-film yang dibuat. Setelah
invasi Jepang ke China dan pendudukan Shanghai, industri film di kota tersebut
mengalami kemerosotan, dan para pembuat film berpindah ke Hong Kong,
Chongqing dan tempat lainnya.2
Dunia perfilman di Indonesia semakin berkembang setelah pengusaha kaya etnis
Cina mendirikan banyak bioskop pada 1920-an. Film impor dari Shanghai mulai
masuk 1923 (dua tahun setelah film pertama dibuat di Cina) dan menyusul film
Hollywood dua tahun kemudian. Namun baru pada 1928, seorang Cina, Nelson
Wong, membuat film Lily van Java.
Nelson yang lahir di California, AS, pernah magang pada sutradara D.W. Griffith.
Setelah perusahaan filmnya di Shanghai gulung tikar, ia berkelana ke Hindia Belanda
dan menjadi kasir perkumpulan sandiwara Miss Riboet Orion. Ketika berpentas di
Bali, ia membuat rekaman film dari kamera berupa kotak kayu dengan alat pemutar
sederhana. Bos Miss Riboet, Tio Tek Djin, kaget melihat anak buahnya bisa membuat
film, apalagi setelah mengetahui pengalamannya di bidang tersebut. Ia pun
memodali Nelson dan adik-adiknya yang didatangkan dari Shanghai, Joshua dan
Othniel, untuk membuat film.
Kakak-beradik Nelson, Joshua, dan Othniel kemudian dikenal sebagai Wong
Bersaudara. Dengan merangkap atau berganti-ganti peran (produser, sutradara,
penulis, penata kamera, penata artistik, penata suara, dan lain-lain) sepanjang
1928-1973, mereka terlibat dalam pembuatan 23 film. Di masa pendudukan Jepang
dan revolusi fisik mereka mengalihkan usaha dagang di luar film. Setelah itu berhenti
lagi menjelang Revolusi 1965 sampai 1970.
Anak Othniel, Mira W. (kependekan Widjaja, nama Indonesia keluarga Wong),
adalah penulis novel yang karyanya paling banyak difilmkan, yaitu 23 dari sekitar 40
judul. Tapi tidak satu pun filmnya dibuat oleh sang ayah dan pamannya. Salah satu

1 Misbach Yusa Biiran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, hal 77
2 https://id.wikipedia.org/wiki/Sinema_Tiongkok
saudaranya, Willy Wilianto, juga aktif di dunia film selama 1952-1995 sebagai
produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera, dan pemain.3

Yusuf Kurniawan

3 https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/kiprah-keluarga-wong-dalam-perfilman-indonesia

You might also like