You are on page 1of 13

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.

20, Nomor 4, Desember 2014

KONTRIBUSI DELAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TERHADAP


PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR

CONTRIBUTION OF EIGHT NATIONAL EDUCATION STANDARDS TOWARDS


LEARNING ACHIEVEMENT

Sabar Budi Raharjo


Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud
Lantai 19, Gedung E Jl Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta
e-mail: raharjo2sbr@Yahoo.co.id

Naskah diterima tanggal: 21/11/2014; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 25/11/2014; Disetujui tanggal: 3/12/2014

Abstract: National education standards is a means to ensure the quality of educational services.
School administrators must fulfill minimum standards in helping students to achieve learning
target. The purpose of this study was to determine the achievement of national education
standards and the extent to which they contribute to eight national education standards towards
the learning achievement of high school students. The research method is a survey. The results
showed that first, among the achievement of eight national education standards, educational
facilities and infrastructures standards, process standards competency standards and education
professional standards were considered low. Second, the eight national education standards
contribute less significant to student national examination score. This means that successful
learning achievement is determined by other factors, both internal and external, such as
motivation, interest, parental background, school environment. From the eight standards, teacher
and education personnel standard give significant influence to national students exam results.
The first conclusions is that, four standards with below average accreditation credits are
educational facilities and infrastructures standards, process standards, competency standards,
and education professional standards. Secondly, the contribution of eight national standards of
education is still relatively less and other factors are needed in order to improve the students’
learning achievement.

Keywords: national education standards, learning achievement, education quality

Abstrak: Standar nasional pendidikan merupakan sarana untuk menjamin mutu layanan
pendidikan. Dalam memberikan layanan pendidikan pengelola sekolah berusaha memberikan
standar minimal kepada peserta didik dalam mencapai prestasi belajar. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui ketercapaian standar nasional pendidikan dan sebesarapa besar
kontribusi delapan standar nasional pendidikan terhadap pencapaian prestasi belajar siswa
SMA. Metode penelitian adalah survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) dari delapan
standar yang ada, standar yang masih rendah adalah standar sarana-prasarana, standar proses,
standar kompetensi, dan standar tenaga pendidik dan kependidikan; 2) Delapan standar nasional
pendidikan terhadap prestasi belajar (UN) tidak terlalu signifikan. Hal ini berarti bahwa
keberhasilan prestasi belajar ditentukan oleh faktor lain baik internal maupun eksternal seperti
motivasi, minat, latar belakang orang tua, dan lingkungan sekolah. Dari 8 standar tersebut,
standar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap UN adalah standar pendidik dan tenaga
kependidikan (PTK). Simpulan dari penelitian ini: 1) empat standar yang masih rendah perolehan
angka akreditasi yaitu standar sarana-prasarana, standar proses, standar kompetensi dan,
standar tenaga pendidik dan kependidikan masih rendah; 2) kontribusi delapan standar masih
relatif kecil dan perlu memperhatikan faktor lain di luar standar dalam perbaikan mutu prestasi
belajar.

Kata kunci: standar nasional pendidikan, prestasi belajar, mutu pendidikan

470
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar

Pendahuluan pendidikan, b) pemetaan masalah pendidikan, c)


Pendidikan merupakan investasi masa depan bagi penyusunan strategi dan rencana pengem-
seseorang atau suatu bangsa yang akan meraih bangan sesudah diperoleh data dari evaluasi
suatu kehidupan lebih sejahtera. Dengan pen- belajar secara nasional seperti ujian nasional.
didikan yang lebih baik maka suatu bangsa akan Terkait dengan Standar Nasional Pendidikan,
menuju suatu perubahan tatanan kehidupan dikemukakan oleh Sudrajat (2010), bahwa  
yang rapi dan tertib untuk mencapai peradaban Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi
modern. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
yang berkualitas atau bermutu. Artinya, bahwa dan pengawasan pendidikan dalam rangka
dalam menyelenggarakan pendidikan diperlukan mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu,
suatu proses pendidikan yang bermutu. dan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
beberapa komponen penyelenggaraan yang bangsa dan membentuk watak serta peradaban
berkualitas mulai dari peraturan penyeleng- bangsa yang bermartabat. Artinya, standar
garaan, sumber daya pendidikan dan tenaga pendidikan merupakan fondasi dalam membangun
pendidikan, kurikulum, sarana-prasarana serta pendidikan Indonesia untuk mencapai mutu
sistem penilaian yang berkualitas. Tercapainya pendidikan Indonesia.
sumber daya yang berkualitas menjadi tanggung Dengan kualitas pendidikan yang dihasilkan
jawab pemerintah bersama masyarakat. maka diharapkan kualitas manusia bangsa
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Indonesia meningkat. Kualitas manusia Indonesia
Nomor 20, Tahun 2003 tentang sistem pendidikan dapat diukur berdasarkan Human Development
Nasional pada Pasal 3 dinyatakan bahwa, Index atau Indek Pembangunan Manusia (IPM).
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan Human Development Index Indonesia dan beberapa
kemampuan dan membentuk watak serta Negara tetangga yang dikeluarkan oleh United
peradaban bangsa yang bermartabat dalam Nations Development Programme (2013) menun-
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, jukkan, bahwa posisi Indonesia tahun 2013
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta berada pada peringkat 121 dari 185 negara di
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Philipina.
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan Kebijakan yang dapat digunakan sebagai
menjadi warga Negara yang demokratis serta acuan dalam mengelola pendidikan adalah
bertanggung jawab (Departemen Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Nasional, 2003). Dalam konteks pendidikan 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
nasional diperlukan standar yang harus dicapai Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional,
dalam kurun waktu tertentu dalam rangka 2003). Pasal 4 dalam PP tersebut menyatakan,
mewujudkan tujuan pendidikan. Langkah-langkah bahwa standar nasional pendidikan merupakan
strategis dapat dicapai melalui berbagai kegiatan sarana untuk menjamin mutu pelayanan pen-
di dalam proses pendidikan. Apabila tidak ada didikan. Standar pendidikan meliputi standar isi,
patokan atau yardstick yang dijadikan pedoman proses, ketenagaan, sarana dan prasarana,
sudah barang tentu akan terjadi kekacauan dalam pengelolaan, evaluasi, pembiayaan, dan
pendidikan karena tidak mempunyai arah. kompetensi lulusan. Dengan adanya standar
Pernyataan mengenai perlunya standar pen- nasional tersebut maka arah peningkatan mutu
didikan nasional adalah; a) standar pendidikan pendidikan Indonesia menjadi lebih jelas. Bila
nasional merupakan tuntutan politik, b) standar setiap satuan pendidikan telah mencapai atau
pendidikan nasional merupakan tuntutan melebihi standar nasional pendidikan tersebut,
globalisasi, c) standar pendidikan nasional maka diharapkan mutu pendidikan akan tercapai.
merupakan tuntutan dari kemajuan (Tilaar, 2006). Seperti telah dikemukakan bahwa, penge-
Lebih lanjut dikemukakan bahwa fungsi standar lolaan sekolah di Indonesia diarahkan untuk
nasional pendidikan adalah a) mengukur kualitas mencapai standar minimal, seperti yang tertera

471
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

dalam standar nasional pendidikan. Berkenaan upaya mencapai output/hasil yang maksimal
dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini dengan input yang minimal. Untuk mencapai hasil
dilakukan kajian tentang kontribusi standar maksimal dengan input yang minimal maka harus
nasional pendidikan terhadap ketercapaian terjadi doing things right, mengerjakan pekerjaan
prestasi belajar siswa pada sekolah jenjang dengan cara yang benar.
pendidikan menengah (SMA). Oleh karena itu, Apabila dikaitkan dengan ketercapaian
perumusan masalah yaitu seberapa besar delapan standar nasional pendidikan, maka
ketercapaian standar nasional pendidikan dan sekolah harus dapat menggunakan sumber daya
berapa besar kontribusi delapan standar nasional yang tersedia dalam memenuhi standar yang
pendidikan terhadap pencapaian prestasi belajar disyaratkan sesuai standar nasional pendidikan.
siswa SMA? Tujuan penelitian ini dimaksudkan Dalam PP 19/2005, dinyatakan bahwa Standar
untuk mengetahui seberapa besar ketercapaian Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal
standar nasional pendidikan dan kontribusi tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
delapan standar nasional pendidikan terhadap hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
penca-paian prestasi belajar siswa SMA. Standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk
memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan
Kajian Literatur pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya
Standar Nasional Pendidikan dalam memberikan layanan pendidikan yang
Dalam manajemen, kriteria ketercapaian tujuan bermutu. Selain itu, standar nasional pendidikan
adalah efektif dan efisien. Dalam hal efektivitas juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk
dan efisiensi ini Drucker dalam Rue & Byars (2000) mendorong terwujudnya transparansi dan
menyatakan “Effectiveness is the foundation of akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
success; efficiency, is concerned with doing things sistem pendidikan nasional. Standar nasional
right. Effectiveness is doing the right things”. pendidikan meliputi delapan standar yaitu,
Efektivitas merupakan landasan untuk mencapai standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
sukses, sehingga hanya tujuan dan pekerjaan proses, standar pendidikan dan tenaga ke-
yang benar (do right things) yang dilaksanakan. pendidikan, standar sarana dan, prasarana,
Dengan kata lain, efektivitas adalah mengerjakan standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
pekerjaan dengan benar, sedangkan efisiensi standar penilaian.
berkenaan dengan bagaimana cara mengerjakan Berdasarkan uraian di atas, ketercapaian
yang benar (do things right). Bila dalam organisasi standar pendidikan nasional yang dimaksud
melakukan pekerjaan dengan benar (sesuai adalah tercapainya delapan standar pendidikan
rencana), maka akan muncul efektivitas, dan bila nasional pada jenjang pendidikan menengah.
cara yang digunakan untuk mengerjakan
pekerjaan yang benar itu tepat, maka akan Prestasi Akademik
menghasilkan efisiensi. Kegiatan belajar mengajar prestasi akademik
Selanjutnya, Robbins dan Coulter (2009), merupakan cermin dari upaya yang dilakukan
menyatakan bahwa, “effectively is often describe sekolah dalam pelaksanaan proses belajar
as doing the right things, that is, doing those work mengajar. Prestasi akademik yang dihasilkan
activities that will help the organization reach its suatu sekolah melibatkan beberapa komponen
goal”, sedangkan “Efficiency refers to getting the yaitu guru, kepala sekolah, dan sarana-prasarana
most output from the least amount of inputs”, it’s sekolah yang menunjang kegiatan belajar
often doing things right. Dengan demikian, mengajar. Prestasi akademik merupakan hasil
efektivitas lebih menekankan pada pencapaian penilaian yang dilakukan oleh guru sebagai umpan
tujuan, baik secara eksplisit maupun implisit. balik dari hasil proses belajar mengajar. Penilaian
Efektivitas juga sering diartikan mengerjakan hasil belajar yang dilakukan oleh guru dilakukan
pekerjaan yang benar, yaitu mengerjakan secara berkesinambungan untuk memahami
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam
sedangkan efisiensi lebih menekankan pada bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,

472
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar

ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan menentukan tingkat ketercapaian tujuan
kelas. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan atau tujuan pembelajaran yang
pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian telah ditetapkan dalam kurikulum atau perangkat
kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya.
Penilaian belajar oleh pemerintah bertujuan untuk Arikunto (2010) mengemukakan bahwa penilaian
penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara dilakukan bertujuan: 1) merangsang aktivitas
nasional pada mata pelajaran tertentu dalam siswa; 2) menemukan penyebab kemajuan atau
kelompok mata pelajaran tertentu dalam kelompok kegagalan siswa, guru, maupun proses pem-
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, belajaran itu sendiri; 3) memberi bimbingan yang
dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional sesuai kepada setiap siswa; 4) memberi laporan
(Mulyasa, 2010). tentang kemajuan atau perkembangan siswa
Selanjutnya, dikemukakan ujian nasional (UN) kepada orang tua dan lembaga pendidikan
dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan terkait; dan 5) sebagai feedback program atau
akuntabel, serta diadakan sebanyak-banyaknya kurikulum pendidikan yang sedang berlaku.
satu kali, dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam Mengingat pentingnya tujuan penilaian dilakukan,
satu tahun pelajaran. Hasil UN dijadikan sebagai maka seorang guru diharapkan senantiasa
salah satu pertimbangan untuk: 1) pemetaan melakukan penilaian dengan berbagai model yang
mutu program dan satuan pendidikan; 2) dasar variatif, sehingga siswa sebagai sasaran penilaian
seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3) merasakan manfaat dan kebermaknaan dari
penentuan kelulusan peserta didik; 4) pembinaan semua penilaian tersebut. Berdasarkan hasil
dan pemberian bantuan kepada satuan pen- penilaian yang komprehensif terhadap tiga aspek
didikan dalam upaya meningkatkan mutu terhadap siswa maka kemajuan belajar siswa dan
pendidikan. Setiap peserta didik wajib mengikuti tingkat efisiensi mengajar guru dapat diketahui.
satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya, dan Dengan demikian, rancangan pembelajaran yang
berhak mengulanginya sepanjang belum disusun pada proses pembelajaran berikutnya
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. Peserta dapat disempurnakan dengan melihat kekurangan
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan yang terjadi.
pada pendidikan dasar dan menengah setelah Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal
menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan istilah tes yang memiliki tiga fungsi yaitu
dan memperoleh nilai minimal baik pada penilaian 1) tes dapat berfungsi sebagai alat untuk
akhir untuk seluruh kelompok mata pelajaran. mengukur prestasi belajar siswa, 2) tes berfungsi
Lulus ujian sekolah atau madrasah untuk sebagai motivator dalam pembelajaran, dan 3)
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tes dapat berfungsi untuk perbaikan kualitas
teknologi, serta lulus ujian nasional. Kelulusan pembelajaran, Djaali & Ramli (2000). Oleh karena
peserta didik ditetapkan oleh satuan pendidikan itu, hasil penilaian tersebut dapat digunakan
yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dalam memberi umpan balik (feedback) berhasil
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional atau gagalnya suatu kegiatan pembelajaran atau
Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan proses pendidikan.
peraturan menteri. Untuk mendukung penerapan Kurikulum
Secara umum, penilaian merupakan proses Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis
mengumpulkan informasi untuk mengetahui kompetensi maka perlu dikembangkan model
pencapaian belajar peserta didik (Mardapi, 2005). evaluasi program pembelajaran yang lebih
Dengan demikian penilaian merupakan serang- menyeluruh sehingga dapat digunakan oleh
kaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, pimpinan sekolah atau kepala sekolah untuk
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar mengevaluasi program pembelajaran yang telah
siswa yang dilakukan secara sistematis dan disusun dan dilaksanakan oleh guru. Hasil
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi evaluasi program ini harus dijadikan landasan
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. untuk menerapkan kebijakan berikutnya secara
Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk sistemis dan sistematis. Ada beberapa sumber

473
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

yang dapat dijadikan acuan untuk menilai produk penilaian dilaksanakan secara terencana dan
pembelajaran. Menurut Savage & Armstrong, teratur. Praktis maksudnya model penilaian
dalam Widyoko (2007) untuk menilai hasil tersebut mudah diimplementasikan.
pembelajaran dapat dilakukan melalui: a) Dengan demikian, prestasi belajar di sini
penilaian secara informal meliputi observasi guru, adalah prestasi belajar akademik yang dilakukan
diskusi guru dengan siswa, kliping artikel surat penilaiannya oleh pemerintah sebagai penilai
kabar, dan teknik-teknik informasi lainnya; b) pendidikan secara eksternal yang berbentuk UN.
penilaian secara formal meliputi rating scale,
checklist, attitude inventories, tes isian, tes pilihan Metode Penelitian
ganda, dan tes melengkapi. Penilaian pendidikan Penelitian ini merupakan bagian dari “Kajian
sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 pada Ketercapaian Standar Nasional Pendidikan
prinsipnya adalah proses pengumpulan dan Jenjang Pendidikan Menengah”. Metode kajian ini
pengolahan informasi untuk menentukan menggunakan metode survei dengan pengam-
pencapaian hasil belajar peserta didik (Depar- bilan sampel berdasarkan pada data hasil UN.
temen Pendidikan Nasional, 2007). Instrumen utama yang digunakan adalah
Penilaian dikatakan efektif jika memiliki kuesioner untuk mengumpulkan data tingkat
prosedur yang baku dalam implementasinya. ketersediaan sumber daya pendidikan ber-
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasarkan kriteria delapan standar nasional
dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil pendidikan. Mengukur sumbangan dari masing-
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh masing indikator kriteria delapan standar nasional
satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pendidikan terhadap prestasi siswa dengan
Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang menggunakan indikator perolehan UN. Oleh
pendidikan tinggi terdiri atas penilaian hasil karena itu, unit analisis adalah satuan pendidikan
belajar oleh pendidik dan penilaian hasil belajar berdasarkan data UN yang akan dikorelasikan
oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian dengan indikator agregat pada tingkat satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi pendidikan.
sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing- Berdasarkan unit analisis tersebut, sampling
masing perguruan tinggi sesuai peraturan dipilih secara stratified random sampling ber-
perundang-undangan yang berlaku. Sebuah dasarkan nilai UN pada satuan pendidikan di
penilaian memiliki ukuran keberhasilan atau kabupaten/kota. Setiap kabupaten/kota distra-
efektivitas, yang dikenal dengan istilah kriteria. tifikasi berdasarkan pada hasil UN yang dibagi
Suatu model evaluasi dikatakan efektif apabila dalam kuantil (K1, K2, K3 ,K4, dan K5).
memiliki kriteria-kriteria efektivitas suatu model. Berdasarkan hasil UN SMA seluruh Indonesia
Dalam penilaian, istilah kriteria sering dikenal pada tahun 2012, nilai UN yaitu K1(< 7,05), K2
dengan istilah tolok ukur atau standar. Menurut (7,0501-7,6700), K3 (7,6701- 8,0900), K4 (8,0901-
Arikunto (2010), kriteria merupakan sesuatu yang 8,3800) dan K5 (>8,3800). Sesuai dengan
digunakan sebagai patokan atau batas minimal pemilihan sampel penelitian maka terdapat di 23
untuk sesuatu yang diukur. Kandak dan Egen provinsi, 45 kabupaten/Kota, dan sebanyak 210
dalam Burden & Bayrd (1999) mengatakan sekolah sampel. Penelitian ini dilakukan pada
bahwa: effective assesment in the real world of the bulan September sampai Oktober 2013.
classroom teacher has three interrelated feature: It Pengumpulan data dilakukan dengan menggu-
must be valid, systematic, and practical. To be nakan kuesioner. Data yang diperoleh dilakukan
valuable while remaining professionally sound, the analisis untuk melihat ketercapaian standar
assesment system must possess all the three nasional pendidikan dan perolehan UN sekolah.
feature. Efektivitas suatu penilaian harus
memenuhi tiga kriteria utama, yakni valid, Hasil Penelitian dan Pembahasan
sistematis, dan praktis. Valid maksudnya suatu Karakteristik sekolah
model penilaian mampu menilai apa yang akan Penelitian ini dilaksanakan di 23 provinsi dan 45
dinilai. Sistematis maksudnya bahwa pelaksanaan kabupaten/kota sebagai sampel penelitian.

474
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar

Sekolah yang diambil sebagai sampel adalah sekolah mulai dari siswa, guru, dan kepala sekolah
sebanyak 210 sekolah dengan perincian 157 secara bersama-sama untuk menjadikan sekolah
sekolah negeri dan 53 sekolah swasta. Sampel tersebut berprestasi secara mandiri. Grafik 1
ini menunjukkan bahwa sekitar 67% wilayah menunjukkan persentase sekolah dalam kategori
provinsi masuk dalam sampel penelitian ini. kuantil.
Dengan kondisi seperti ini representasi responden
memadai untuk melihat beberapa fenomena yang Capaian Standar Nasional Pendidikan
dihadapi yang berkenaan dengan ketercapaian Apabila dilihat dari hasil akreditasi yang dilakukan
standar nasional pendidikan. Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah
Sekolah terdiri atas sekolah eks Rintisan (BAN-SM) dengan kategori A, B, dan C terlihat
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), Sekolah dalam grafik 2, bahwa standar yang masih rendah
Standar Nasional (SSN) dan reguler, maka apabila yaitu standar sarana dan prasarana, standar
dikelompokkan dalam 5 kuantil persebaran adalah proses, standar kompetensi, dan standar PTK.
berikut; kuantil 1 (57%) sekolah-sekolah berstatus Data tersebut menggambarkan, bahwa
reguler, kuantil 2 (48%) sekolah-sekolah berstatus sebagian besar sekolah dalam wilayah sampel
SSN, kuantil 3 (61%) sekolah-sekolah berstatus standar sarana prasarana masih belum tercukupi
SSN, kuantil 4 (41%) sekolah-sekolah berstatus secara maksimal bila dibandingkan dengan
SSN, dan kuantil 5 (43%) adalah sekolah-sekolah standar lainya. Standar lain yang juga masih
berstatus eks RSBI. Hal ini menunjukkan bahwa, rendah adalah standar proses, kompetensi, dan
pada kelompok kuantil 5 sebagian besar sekolah PTK. Dari empat standar yang rendah tersebut
berstatus eks RSBI. Artinya bahwa sekolah yang yang perlu mendapat perhatian besar dalam
berada pada kuantil 5 dengan capaian UN tinggi peningkatan standar adalah standar PTK. Karena
dapat dinyatakan wajar mencapai prestasi tinggi standar PTK menjadi kunci untuk meningkatkan
karena di sekolah eks RSBI tersebut sebagian standar lainnya seperti standar proses, standar
besar telah mencapai delapan standar nasional isi, dan standar kompetensi. Terkait dengan
pendidikan. Dengan demikian, untuk mencapai standar PTK bagi guru yang penting adalah
suatu prestasi di suatu sekolah, maka faktor dimilikinya 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi
standar nasional pendidikan menjadi suatu profesionalisme, pedagogi, kepribadian, dan
keniscayaan harus dipenuhi. Standar Nasional sosial. Penguasaan empat kompetensi tersebut
Pendidikan sebenarnya merupakan standar memberikan jaminan bagi peningkatan standar
minimal yang harus dipenuhi sekolah dalam proses, standar isi, dan standar kompetensi.
memberikan layanan pendidikan. Namun, standar Hasil capaian akreditasi sekolah apabila
nasional tersebut juga menjadi dasar dalam dikategorikan dalam lima kuantil, maka persebaran
mengembangkan berbagai prestasi bagi warga sekolah yang terakreditasi kategori A masuk pada

Grafik 1 Kategori Sekolah per Kuantil

475
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

Garfik 2 Capaian Standar Nasional Pendidikan

Grafik 3 Distribusi Peringkat Akreditas per Kuantil

kuantil 5. Sebaliknya, sekolah dengan akreditasi semakin tinggi kuantil semakin tinggi pula sekolah
kategori C masuk pada kuantil 1. Artinya, bahwa dengan perolehan akreditasi dengan kriteria A.
hasil akreditasi A mencerminkan hasil prestasi
siswa. Hal ini dapat dimaklumi, bahwa sekolah Ketercapaian Ujian Nasional
dengan kategori akreditasi A telah memiliki standar Perolehan nilai rata-rata UN IPA dan IPS
nasional pendidikan, bahkan sudah melewati berdasarkan data sekolah sampel secara berturut-
standar minimal, sehingga apabila dilihat dari turut dari tahun 2011-2013 mengalami penu-
prestasi jelas prestasi yang dimiliki di atas rata- runan. Hal ini diduga karena pada saat pelak-
rata sekolah lainnya, bahkan sudah masuk dalam sanaan UN terjadi perbedaan siswa, sehingga
kategori sekolah unggulan. terjadi perbedaan setiap tahun. Kualitas guru
Persebaran hasil akreditasi yang dilihat per dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
kuantil terdapat dalam Grafik 3 menunjukkan berbeda, sehingga menyebabkan hasil akhir
persebaran perolehan akreditasi dengan kriteria belajar setiap tahun berbeda pula. Apabila semua
A tersebar antara K1 sampai dengan K5 dengan standar nasional pendidikan dapat dipenuhi maka
persebaran sekolah antara 42% sampai dengan akan dapat memberikan kontribusi pada
89% sekolah. Data tersebut menunjukkan, bahwa kecenderungan kenaikan prestasi belajar siswa.

476
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar

Sumbangan Setiap Standar Nasional eksternal dan internal. UN merupakan salah satu
Pendidikan terhadap Hasil UN upaya dalam pengendalian mutu pendidikan.
Dalam mengukur sumbangan setiap Standar Selain sebagai tolok ukur keberhasilan peserta
Pendidikan Nasional terhadap hasil UN, peng- didik dalam pembelajaran, UN juga menjadi acuan
hitungan dilakukan dengan menggunakan regresi keberhasilan sekolah dalam mengendalikan
linier berganda. Hal ini dipilih karena variabel proses kegiatan pembelajaran dan pendidikan
bebas lebih dari satu. Hasil penghitungan regresi dengan banyak melibatkan komponen dan unsur
berganda dilakukan melalui pengujian, koefisien pendidikan yang terkait di dalamnya.
determinan, uji simultan regresi, dan uji parsial. Instrumen guru bukan satu-satunya yang
berperan di dalam menentukan keberhasilan
Koefisien Determinasi belajar. Namun, siswa, lingkungan belajar, materi
Berdasarkan perhitungan diperoleh koefisien bahan ajar, metodologi pembelajaran, keleng-
2
determinasi (R ) sebesar 0.474. Hal ini menun- kapan sarana prasarana, dan iklim sekolah
jukkan besarnya keragaman (informasi) di dalam menentukan keberhasilan peserta didik dalam
variabel Y (prestasi siswa) yang dapat diberikan menyerap, pengetahuan, dan keterampilan yang
oleh model regresi yang didapatkan dari diajarkan guru di sekolah. Oleh karena itu,
(pencapaian Standar Nasional Pendidikan). diperlukan pengendalian mutu belajar agar arah
Artinya, semakin besar nilai R 2, semakin besar belajar dan tujuannya selalu terfokus pada
kontribusi pencapaian Standar Nasional pencapaian maksimal untuk memenuhi pe-
Pendidikan terhadap prestasi siswa. Koefisien ngembangan potensi bakat dan kapabilitas yang
Determinasi dapat dilihat pada Tabel 1. dimiliki secara utuh oleh peserta didik.
Sumbangan delapan standar nasional Tola (2009) menyebutkan bahwa pengen-
pendidikan terhadap prestasi belajar (UN) sebesar dalian mutu pendidikan pada hakikatnya adalah
22.5%. Hal ini berarti bahwa 77.5% keberhasilan pengendalian SDM yang dapat diketahui
prestasi belajar ditentukan oleh faktor lain baik kompetensi pencapaiannya melalui sejumlah
internal maupun eksternal seperti motivasi, minat, standar nasional pendidikan. Suatu lembaga
latar belakang orang tua, lingkungan sekolah, dan pendidikan atau sekolah yang efektif harus
lain sebagainya. Oleh karena itu, menjadi peran memenuhi syarat delapan SNP sebagai acuan
kepala sekolah dalam meningkatkan faktor penjaminan mutu (quality assurance, QA),

Grafik 4 Kecenderungan Nilai UN (berdasarkan data sekolah sampel)

Tabel 1 Sumbangan Setiap Standar Nasional Pendidikan terhadap Hasil UN

Model Summary

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error Of The Estimate

1 .474a .225 .183 .75867

477
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

pencapaian kedelapan standar tersebut me- bahwa delapan standar nasional pendidikan
merlukan persyaratan, validitas, dan realiabilitas sangat berpengaruh terhadap capaian nilai UN.
yang cukup sebagai instrumen pengendalian mutu
(quality control, QC). Perpaduan QA dan QC dalam Uji Parsial
melaksanakan tugas dan fungsi suatu lembaga Uji parsial digunakan untuk menguji apakah
pendidikan menghasilkan tingkat mutu lulusan sebuah variabel bebas (Pencapaian delapan
yang optimal dan mampu bersaing secara lokal, Standar Nasional Pendidikan) benar-benar
regional, nasional dan internasional, sebagai memberikan kontribusi terhadap variabel terikat
acuan untuk memperbaiki mutu ( quality (UN). Dalam pengujian ini ingin diketahui apakah
improvement, QI). jika secara terpisah, suatu pencapaian setiap
Oleh karena itu, UN sebagai salah satu fungsi Standar Nasional Pendidikan masih memberikan
kontrol kualitas pendidikan adalah sesuatu yang kontribusi secara signifikan terhadap prestasi
tepat karena dengan diketahui nilai yang siswa. Hasil uji simultan dapat dilihat pada Tabel
diperoleh setelah dilakukan ujian nasional dapat 3.
menggambarkan tingkat daya serap belajar Dari delapan standar, jika diuji secara parsial
siswa. Nilai yang diperoleh dapat digunakan oleh (satu-persatu), yang berpengaruh signifikan
guru dan sekolah sebagai umpan balik perbaikan secara statistik terhadap UN hanya standar
mutu belajar di sekolah. Hasil UN juga dapat Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), p =
digunakan sebagai pembanding mutu pendidikan 0,044 (p < 0,05). Artinya, bahwa semua standar
di sekolah satu dengan sekolah lainnya. Pada memiliki pengaruh terhadap ketercapaian prestasi
akhirnya pemerintah dapat membuat simpulan (UN) namun standar yang memiliki pengaruh
tentang mutu pendididikan di tingkatk sekolah secara signifikan adalah standar PTK. Oleh karena
dan kabuapten/kota sebagai dasar dalam itu, Standar PTK memiliki peran yang strategis
perbaikan mutu pendididikan di tingkat dalam peningkatan prestasi siswa. Hal tersebut
Kabupaten/Kota. karena guru yang dikatakan profesional adalah
guru yang memiliki empat kompetensi (kompetensi
Uji Simultan Model Regresi profesionalisme, pedagogi, kepribadian, dan
Uji simultan (keseluruhan, bersama-sama) pada sosial) sehingga dengan kompetensi tersebut
konsep regresi linier adalah pengujian mengenai guru dapat berkinerja yang lebih baik. Bila
apakah model regresi yang didapatkan benar- digambarkan dalam bentuk konstelasi hubungan
benar dapat diterima. Uji simultan bertujuan untuk delapan standar terhadap prestasi siswa (UN)
menguji apakah terdapat pengaruh antara seperti pada Grafik 4.
variabel-variabel bebas (pencapaian delapan Berdasarkan uji tersebut semua standar
Standar Nasional Pendidikan) terhadap variabel memiliki kontribusi namun kontribusi yang paling
terikat Y (UN). Hasil uji simultan dapat dilihat dari besar adalah Standar Pendidik dan Tenaga
Tabel 2. Kependidikan yangn tingkat signifikanya tinggi di
Pengaruh kedelapan standar terhadap UN banding dengan standar lainnya. Ini menunjukkan
secara bersama-sama (simultan) signifikan secara bahwa peran guru dalam pelaksanaan proses
statistik p = 0,000 (p < 0,05). Ini menunjukkan belajar mengajar sangat startegis. Dalam hal ini

Tabel 2 Pengaruh Kedelapan Standar terhadap UN secara Bersama-sama Anova b

Anovab
Model Sum Of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 24.913 8 3.114 5.410 .000a

Residual 85.762 149 .576

Total 110.675 157

478
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar

Tabel 3 Pengaruh Kedelapan Standar terhadap UN secara Parsial Coefficients a

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 4.052 .776 5.218 .000
NILAI AKREDITASI STANDAR -.009 .010 -.102 -.852 .395
ISI
NILAI AKREDITASI STANDAR .003 .008 .037 .350 .727
PROSES
NILAI AKREDITASI STANDAR .012 .010 .166 1.254 .212
KOMPETENSI LULUSAN
NILAI AKREDITASI STANDAR .018 .009 .228 2.029 .044
PTK
NILAI AKREDITASI STANDAR .002 .008 .031 .240 .811
SARANA PRASARANA
NILAI AKREDITASI STANDAR .005 .011 .054 .450 .654
PENGELOLAAN
NILAI AKREDITASI STANDAR .014 .010 .144 1.422 .157
PEMBIAYAAN
NILAI AKREDITASI STANDAR -.002 .008 -.017 -.198 .844
PENILAIAN PENDIDIKAN

Grafik 4 Kontribusi antara 8 standar dengan hasil UN

guru yang berkualitas akan menghasilkan lulusan Ujian Nasional adalah penilaian yang dilakukan
yang berkualitas. Hasil evaluasi dari proses pada akhir program pembelajaran di setiap satuan
belajar yang dilakukan oleh pemerintah sebagai atau jenjang/tingkat SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/
evaluasi pihak eksternal berupa Ujian Nasional. SMK/SMALB, paket A/B/C. Hasil penilaian secara

479
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

nasional harus diinformasikan secara transparan siswa, kepemimpinan kepala sekolah, proses
sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah pembelajaran, iklim belajar, dan lingkungan
terhadap pengelolaan pendidikan kepada sekolah yang kesemuanya menunjukkan ke-
masyarakat. Menurut Tola (2009) UN memiliki daulatan sekolah sebagai pemangku dan
fungsi sebagai: 1) alat pengendali mutu lulusan pengembang sikap, ilmu pengetahuan, dan
agar sesuai dengan kualifikasi atau standar keterampilan yang berguna bagi masa depan
kompetensi yang telah ditetapkan; 2) alat untuk siswa di kemudian hari.
akuntabilitas kepada orang tua siswa dan
masyarakat mengenai keberhasilan atau Simpulan dan Saran
kekurangberhasilan program pendidikan serta Simpulan
untuk melaporkan kepada publik tentang Ketercapaian standar nasional pendidikan
kemajuan atau kemunduran prestasi akademik menunjukkan bahwa dari delapan standar yang
para lulusan satuan pendidikan dari tahun ke ada empat standar yang masih rendah yaitu
tahun; 3) bahan pertimbangan dalam seleksi dan standar sarana-prasarana 86,6%, standar proses
penempatan masuk ke perguruan tinggi atau 87,5%, standar kompetensi 87,5%, dan standar
melamar pekerjaan; 4) salah satu bahan pendidik dan tenaga kependidikan 87,7%. Hal ini
pertimbangan untuk memberikan sertifikasi menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah
kompetensi; dan 5) bahan pembinaan bagi sampel capaian dari empat standar (standar
sekolah/madrasah yang pencapaian UN nya masih sarana-prasarana, proses, kompetensi,dan
rendah. pendidik dan tenaga kependidikan) tersebut lebih
Seperti dikemukakan di atas bahwa rujukan rendah jika dibandingkan dengan empat standar
setiap kali penilaian khususnya UN selalu berimbas lainnya (standar isi, pengelolaan, biaya dan
pada efektivitas penyelenggaraan sekolah. penilaian).
Dengan demikian, ujian/penilaian bagi peserta Selain itu, sumbangan delapan standar
didik dalam segala bentuknya jangan hanya dilihat nasional pendidikan terhadap proses pembe-
dari sudut siswa. Sebaliknya, pantulan ke- lajaran sebesar 22,5%. Hal ini berarti bahwa
berhasilan siswa dalam pelaksanaan UN harus 77,5% keberhasilan proses pembelajaran
dijadikan barometer kualitas dan efektivitas ditentukan oleh faktor lain baik internal maupun
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan eksternal seperti motivasi, minat, latar belakang
pada taraf dan kadar tertentu. Kondisi inilah yang orang tua, lingkungan sekolah, dan lain
menjadi prasyarat bagi terciptanya sekolah yang sebagainya. Pengaruh kedelapan standar
efektif. Ronald Edmonds dalam Syafaruddin (2008) terhadap UN secara bersama-sama (simultan)
menegaskan bahwa gerakan sekolah efektif signifikan dengan data statistik p=0,000 (p<0,05).
(effective school movement) ternyata diinspirasi Ini menunjukkan bahwa delapan standar nasional
dari pemikiran prestasi pelajar (keberhasilan pendidikan sangat berpengaruh terhadap capaian
siswa) yang tidak terlalu bervariasi dari segi status nilai UN. Dari kedelapan standar tersebut, jika diuji
sosio ekonomi masing-masing. Menurut Edmonds secara parsial (satu persatu), pengaruh secara
karakteristik sekolah efektif harus memenuhi lima signifikan pada hasil UN adalah berasal dari
ciri, yaitu: 1) kepala sekolah memiliki kepemim- standar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK),
pinan yang kuat, 2) harapan yang tinggi terhadap p = 0,044 (p<0,05). Artinya bahwa tujuh standar
prestasi pelajar, 3) menekankan pada kete- yang lainnya memiliki pengaruh tetapi tidak
rampilan dasar, 4) keteraturan dan atmosfir signifikan terhadap nilai UN. Hal ini menunjukkan
terkendali, dan 5) seringnya penilaian terhadap bahwa standar PTK memiliki peran strategis dalam
prestasi pelajar. meningkatkan prestasi siswa. Namun, peran dari
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka UN standar yang lain juga perlu diperhatikan untuk
memiliki harapan terhadap terciptanya efektivitas secara bersama-sama dalam meningkatkan
sekolah. Jadi, fungsi pengendalian mutu itu akan prestasi siswa.
memiliki multiplier effect terhadap dimensi prestasi

480
Sabar Budi Raharjo, Kontribusi Delapan Standar Nasional Pendidikan Terhadap Pencapaian Prestasi Belajar

Saran masih belum terpenuhi seperti ruang laboratorium


Berdasarkan simpulan di atas dapat disarankan maupun perpustakaan sekolah. Standar ini dapat
sebagai berikut. Pertama, ketercapaian standar dipenuhi dengan dua alternatif yaitu sekolah
belum merata karena terdapat empat standar mengajukan kekurangan sarana prasarana
(standar sarana prasarana, standar proses, belajar kepada dinas pendidikan maupun bekerja
standar kompetensi dan standar PTK ) yang masih sama dengan pihak swasta dengan cara tidak
rendah jika dibandinkan dengan standar lainnya. mengikat untuk pemenuhan ruang laboratorium
Hal ini perlu ada pemenuhan standar–standar maupun pustakawan.
yang masih rendah dengan cara diprioritaskan Kedua, setiap standar mempunyai kontribusi
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan dalam pencapaian prestasi belajar namun besaran
meningkatkan pemenuhan standar PTK maka kontribusi masih belum maksimal. Untuk
akan dapat mendorong standar lainnya seperti meningkatkan kontribusi delapan standar maka
standar isi, standar proses, standar penilaian dan yang perlu mendapatkan peningkatan mutu
standar kompetensi secara bersamaan. Oleh adalah tiga standar, yaitu standar PTK dengan
karena itu, sekolah dan dinas pendidikan harus penekanan pada peningkatan profesionalisme
melakukan pemenuhan kualifikasi pendidikan guru guru, pemenuhan standar sarana-prasarana dan
dan kesesuaian latar pendidikan dengan materi peningkatan standar pengelolaan dengan
ajarnya. Demikian juga perlu meningkatkan empat memperkuat manajemen sekolah yang efektif.
kompetensi guru, yaitu kompetensi profesional, Apabila standar tersebut dapat dicapai maka
kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, dengan kemampuan kepala sekolah dalam
dan kompetensi sosial. Untuk meningkatan pengelolaan akan menggerakan potensi-potensi
kualifikasi pendidikan guru maka pihak sekolah yang masih belum tergali seperti faktor internal
dapat memberikan dua alternatif kepada guru dan eksternal yang mempunyai kontribusi dalam
yaitu guru didorong untuk belajar dengan prestasi siswa. Potensi tersebut seperti bakat
prakarsa sendiri, atau guru, diberikan beasiswa pada siswa, karakter siswa serta keterlibatan
dari sekolah atau dicarikan beasiswa melalui orang tua siswa dalam mengawasi putra dan
pemerintah atau pihak swasta. Peningkatan puterinya. Untuk menggerakkan potensi tersebut
kompetensi guru dilaksanakan melalui pembinaan kepala sekolah perlu melakukan evaluasi secara
dengan mengikutsertakan dalam diklat atau pihak menyeluruh terhadap organisasi sekolah dengan
sekolah melakukan program bimbingan sendiri melihat kekuatan dan kelemahan organisasi
untuk menghadirkan pakar untuk memberikan sekolah yang dipimpinnya, sehingga dapat
bimbingan. Pemenuhan standar sarana prasarana mendeteksi secara dini apa yang menjadi
melalui penataan kualifikasi standar pengelola kelemahan organisasi sekolah, untuk selanjutnya
laboratorium (laboran), perpustakaan (pusta- dilakukan perbaikan dengan mengembangkan
kawan) dan melengkapi sarana belajar yang potensi yang ada di sekolah.

Pustaka Acuan

Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Burden, P. R & Bayrd, D. 1999. Effective Teaching, Second Edition, Boston: Allyn and Bacon.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor, 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta: Departemen

481
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, Desember 2014

Pendidikan Nasional.

Djaali, M & Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana UNJ.

Mardapi, Dj. 2003. Desain dan Penilaian Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya
Sistem Jaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

Mulyasa, E. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Rue. L. W. & Byars, L L. 2000. Management, Skill and Aplication. Boston: McGraw-Hill.

Robbins, S. P, & Coulter, M. 2009. Management, Tenth Edition. London: Pearson Education ltd.

Sudrajat, A. 2010 https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/13/ standar- nasional-


pendidikan/ diakses tanggal 14 Mei 2013.

Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tola, B. 2009. Penjaminan, Pengendalian, dan Perbaikan Mutu Pendidikan. Jurnal Penelitian Kebijakan
Pendidikan. 2(4) 2009 hlm 101-109.

Widyoko, S.E.P. 2007. Pengembangan Model Evaluasi Pembelajaran IPS SMP. Yogyakarta: PPS UNY.

United Nations Development Programme. 2013. http://www.mitrainvestor.com/blog/2013/03/18/


human-development-index-Indonesia-mor-121-tingkat-dunia/. “Human Development Index
Indonesia Nomor 121 Tingkat Dunia”. Posted on 18 March 2013. diakses 28 September 2014.

482

You might also like