You are on page 1of 10

PEMBERIAN AIR KELAPA SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI

PADA STUM MATA TIDUR BEBERAPA KLON TANAMAN KARET


(Hevea brasiliensis Muell Arg.)

APPLICATION OF COCONUT WATER AS A NATURAL GROWTH


REGULATOR ON DORMANT BUDDED STUMP FOR SOME RUBBER
CLONES (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

Syarifah Ulya Muazzinah1, Nurbaiti2


Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau
Jln. HR. Subrantas km 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru, 28293

syarifahulya.m@gmail.com/082387761217

ABSTRACT

This research aimed to determine the effect of the concentration of


coconut water as a natural plant growth regulators in accelerating growth and
getting the best concentration on growth of rubber budded stump for several
clones. This research conducted experiments using a completely randomized
design (CRD) with 2 factors. The first factor is the clones (K) consisting of three
clones, namely PB 260, GT 1 and IRR 39. The second factor is the concentration
of coconut water (A), which consists of four levels is without the application of
coconut water, coconut water concentration of 25%, 50% and 75%. Data were
analyzed using analysis of variance and Duncan's multiple range test at 5% level.
The results showed that the main factor clones and provision of coconut water
concentration significantly affected to parameters grow buds, plant height, stem
diameter, but does not affect to number of leaves of rubber budded stump. There
is interaction between clones with the application of coconut water concentration
to parameter grow buds, but do not interact on other parameters. Rubber clones
PB 260 and GT 1 have the better growth than rubber clone IRR 39. Application of
coconut water concentration of 50% and 75% on PB 260 and GT 1, and the
application of coconut water concentration of 25% and 50% on IRR 39 had better
in increasing the time of grow buds, plant height, stem diameter and number of
leaves of rubber budded stump.

Keywords: Coconut water, budded stump, rubber clones, Growth

1
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 1


PENDAHULUAN Okulasi bibit karet stum mata
tidur memiliki keunggulan yakni bibit
Tanaman karet (Hevea dapat tumbuh seragam, tahan
brasiliensis Muell Arg.) merupakan terhadap serangan hama dan penyakit,
salah satu komoditas tanaman penyiapan benih relatif singkat, serta
perkebunan yang berperan penting produktivitas lebih tinggi, sedangkan
dalam perekonomian di Indonesia. kelemahan yang sering dihadapi para
Hasil utama tanaman karet berupa pekebun jika menggunakan okulasi
lateks digunakan sebagai bahan baku bibit karet stum mata tidur ialah
berbagai peralatan, mulai dari lambatnya pertumbuhan tunas dan
peralatan transportasi, alat-alat medis, akar. Salah satu cara yang dapat
hingga alat-alat rumah tangga. digunakan untuk mengatasi masalah
Tanaman ini banyak dibudidayakan di tersebut yaitu dengan pemberian zat
Indonesia dan menjadi sumber pengatur tumbuh.
pemasukan devisa negara kedua Zat pengatur tumbuh adalah
terbesar setelah kelapa sawit (Dirjen senyawa organik bukan hara yang
Bina Produksi Perkebunan, 2003). dalam jumlah tertentu dapat
Luas lahan karet secara mendukung, menghambat dan
nasional pada tahun 2013 adalah merubah proses fisiologi tanaman
3.555.764 ha dengan produksi (Moore, 1979). Salah satu zat
3.237.433 ton/tahun dan produktivitas pengatur tumbuh alami yang sering
1.071 kg/ha/tahun, sedangkan luas digunakan dalam meningkatkan
lahan karet di Provinsi Riau adalah pertumbuhan tanaman adalah air
502.350 ha dengan produksi 354.257 kelapa. Air kelapa mengandung asam
ton/tahun dan produktivitas 354,257 amino, asam organik, asam nukleat,
kg/ha/tahun (Dinas Perkebunan purin, gula, alkohol, vitamin, mineral
Provinsi Riau, 2014). Data diatas dan zat pengatur tumbuh berupa
menunjukkan bahwa produktivitas auksin 0,07 mg/l, sitokinin 5,8 mg/l
karet di Riau masih tergolong rendah dan sedikit giberelin (Morel, 1974
dibandingkan dengan produktivitas dalam Bey et al., 2006).
karet secara nasional. Auksin berfungsi dalam
Sebagian besar perkebunan menginduksi pemanjangan sel dan
karet di Riau merupakan perkebunan inisiasi perakaran. Sitokinin berfungsi
karet rakyat. Produktivitas untuk merangsang pembelahan sel
perkebunan karet rakyat yang rendah dalam jaringan dan merangsang
disebabkan oleh kecenderungan pertumbuhan tunas. Giberelin
masyarakat menanam tanaman karet berfungsi untuk memacu
yang bukan berasal dari klon unggul pertumbuhan sel dan merangsang
dan belum dilaksanakannya teknis pertumbuhan dan luas daun
budidaya dengan baik. Penggunaan (Salisbury dan Ross, 1995).
klon unggul sangat diperlukan untuk Setiap tanaman memiliki
mendapatkan bibit yang unggul. respon yang berbeda terhadap
Perbanyakan bibit pada tanaman karet pemberian zat pengatur tumbuh.
dianjurkan dilakukan secara vegetatif Penggunaan zat pengatur tumbuh
yakni dilakukan secara okulasi. dengan konsentrasi yang tepat dapat
Menurut Setyamidjaja (1993), salah meningkatkan pertumbuhan,
satu hasil okulasi tanaman karet sedangkan pada konsentrasi yang
adalah stum mata tidur. tinggi dapat menghambat

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 2


pertumbuhan tanaman (Harjadi, jati, selanjutnya penelitian Leovici et
2009). Menurut Arteca (1996), al. (2014) menunjukkan bahwa
keberhasilan aplikasi zat pengatur pemberian air kelapa muda dengan
tumbuh ditentukan oleh berbagai konsentrasi 25% mampu
faktor diantaranya konsentrasi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
kepekaan jaringan yang diberikan. tebu.
Hasil penelitian Yunita (2011) Penelitian ini bertujuan untuk
menunjukkan bahwa pemberian air mengetahui pengaruh pemberian
kelapa dengan konsentrasi 25% konsentrasi air kelapa sebagai zat
menunjukkan waktu pertumbuhan pengatur tumbuh alami dalam
tunas tercepat dan terpanjang pada mempercepat pertumbuhan stum mata
tanaman markisa. Penelitian Irmasari tidur, serta mendapatkan konsentrasi
(2013) menunjukkan bahwa yang terbaik terhadap pertumbuhan
pemberian air kelapa dengan stum mata tidur beberapa klon
konsentrasi 10% berpengaruh tanaman karet.
terhadap pertumbuhan stum tanaman

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di mata tidur (K) yang terdiri dari 3


Kebun Percobaan Fakultas Pertanian klon, yaitu :
Universitas Riau, Kampus Bina k1 = Bibit karet klon PB 260
Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang k2 = Bibit karet klon GT 1
Baru, Kecamatan Tampan, k3 = Bibit karet klon IRR 39
Pekanbaru. Penelitian ini berlangsung Faktor kedua adalah konsentrasi air
selama 3 bulan dimulai dari bulan kelapa (A) yang terdiri dari 4 taraf,
Februari hingga April 2016. yaitu :
Bahan yang digunakan dalam a0 = 0% (air kelapa konsentrasi
penelitian ini adalah bibit okulasi 0 ml/l)
karet stum mata tidur klon PB 260, a1 = 25% (air kelapa konsentrasi
GT 1 dan IRR 39, tanah top soil 250 ml/l)
inseptisol, air kelapa muda, pupuk a2 = 50% (air kelapa konsentrasi
kandang, pupuk NPK, fungisida 500 ml/l)
Dithane M-45, pestisida Sevin 85 S a3 = 75% (air kelapa konsentrasi
dan air. 750 ml/l)
Alat yang digunakan dalam Dengan demikian terdapat 12
penelitian ini adalah polybag, kombinasi perlakuan. Setiap
sprayer, gembor, ember, gelas ukur, perlakuan kombinasi diulang
cangkul, jangka sorong, meteran, sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh
mistar, pisau, gunting, timbangan 36 unit percobaan. Setiap unit
analitik, ayakan, dan polynet. percobaan terdiri dari 2 tanaman dan
Penelitian dilaksanakan secara sekaligus sebagai sampel
eksperimen dengan menggunakan pengamatan. Data yang diperoleh
Rancangan Acak Lengkap (RAL) kemudian dianalisis secara statistik
faktorial yang terdiri dari 2 faktor. dengan menggunakan analisis ragam
Faktor pertama adalah penggunaan atau Analysis of Variance (ANOVA).
beberapa klon okulasi bibit karet stum Hasil analisis ragam kemudian

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 3


dianalisis lebih lanjut dengan uji jarak pengendalian gulma, pemupukan,
berganda Duncan pada taraf 5%. pemberian perlakuan, serta
Pelaksanaan penelitian pengendalian hama dan penyakit.
meliputi persiapan tempat penelitian, Parameter yang diamati meliputi
persiapan media tanam, persiapan waktu tumbuh mata tunas (hari),
bibit, penanaman, dan pemeliharaan. tinggi tanaman (cm), diameter batang
Pemeliharaan meliputi pemberian air, (cm) dan jumlah daun (helai).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Waktu Tumbuh Mata Tunas


Hasil analisis ragam Hasil uji lanjut waktu tumbuh mata
menunjukan bahwa faktor utama klon tunas bibit karet stum mata tidur
karet dan konsentrasi air kelapa, serta dengan uji jarak berganda Duncan
interaksi klon karet dengan pada taraf 5% dan setelah dilakukan
konsentrasi air kelapa berpengaruh pelacakan interaksi dapat dilihat pada
nyata terhadap waktu tumbuh mata Tabel 1.
tunas bibit karet stum mata tidur.

Tabel 1. Waktu tumbuh mata tunas bibit karet stum mata tidur (hari) dengan
pemberian beberapa konsentrasi air kelapa.
Konsentrasi Klon Karet
Air Kelapa PB 260 GT 1 IRR 39
50% - 0% -6.17 a -16.33 ab -6.50 a
50% - 25% -4.67 a -16.17 ab -2.33 a
75% - 0% -16.17 a -15.67 a -4.00 ab
75% - 25% -14.67 a -15.5 a 0.17 ab
75% - 50% -10.00 a 0.67 ab 2.50 ab
Keterangan : Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah
berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Data pada Tabel 1 hari dibandingkan dengan karet klon


menunjukkan bahwa air kelapa PB 260 dan IRR 39.
konsentrasi tinggi lebih mempercepat Respon setiap klon terhadap
waktu tumbuh mata tunas 14,67 pemberian air kelapa berbeda. Karet
hingga 16,17 hari pada karet klon PB klon IRR 39 terlihat mengalami
260 dan GT 1 dibandingkan dengan waktu tumbuh mata tunas lebih
karet klon IRR 39. Perubahan lambat dibandingkan karet klon PB
konsentrasi air kelapa dari sedang ke 260 dan GT 1. Hal ini dikarenakan
tinggi lebih mempercepat waktu respon setiap klon terhadap air kelapa
tumbuh mata tunas karet klon PB 260 sebagai zat pengatur tumbuh
hingga 10 hari dibandingkan dengan dipengaruhi oleh genetik dan
karet klon GT 1 dan IRR 39, kepekaan jaringan. Widiastuty et al.
sedangkan perubahan konsentrasi air (2000) menyatakan bahwa setiap klon
kelapa dari rendah ke sedang lebih mempunyai sifat yang berbeda-beda
mempercepat waktu tumbuh mata antara klon satu dengan klon lainnya
tunas karet klon GT 1 hingga 16,17 yang disebabkan oleh faktor genetik
dari setiap klon. Menurut Arteca

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 4


(1996), keberhasilan aplikasi zat Pemberian zat pengatur
pengatur tumbuh ditentukan oleh tumbuh alami secara eksogen dapat
berbagai faktor diantaranya meningkatkan ketersediaan hormon
konsentrasi dan kepekaan jaringan endogen khususnya auksin dan
yang diberikan. sitokinin yang diproduksi oleh
Pemberian air kelapa tanaman. Auksin dan sitokinin yang
konsentrasi 50% dan 75% diserap oleh jaringan tanaman pada
mengandung zat pengatur tumbuh stum mata tidur akan mengaktifkan
alami berupa auksin dan sitokinin energi cadangan makanan dan
yang telah mampu menyebabkan meningkatkan pembelahan,
perubahan metabolisme pada jaringan pemanjangan dan diferensiasi sel
stum lebih terpacu, sehingga yang akhirnya membentuk tunas dan
menyebabkan waktu melentis yang berperan dalam proses pemanjangan
semakin cepat. Pertumbuhan tanaman tunas. Menurut Lukikariati et al.
yang diperbanyak melalui stum, (1996) salah satu fungsi sitokinin
setelah bahan tanaman ditanam, pada pertumbuhan tanaman adalah
substrat yang terdapat di dalam membantu jaringan meristem dalam
batang seperti karbohidrat, lemak dan pembentukan tunas. Selanjutnya
protein akan mengalami perombakan Harjadi (2009) menyatakan bahwa
secara enzimatik untuk mendukung sitokinin banyak ditemukan dalam
aktifitas tunas pembentuk bakal tumbuhan dan berperan mengatur
tanaman. Pemberian air kelapa akan pembesaran sel, pembentukkan organ,
memacu stum untuk aktif kembali serta perkembangan pucuk dan mata
dalam melakukan metabolisme. tunas.

Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam konsentrasi air kelapa berpengaruh
menunjukan bahwa faktor utama klon tidak nyata. Hasil uji lanjut tinggi
karet dan konsentrasi air kelapa tanaman karet stum mata tidur dengan
berpengaruh nyata terhadap tinggi uji jarak berganda Duncan pada taraf
tanaman klon karet stum mata tidur, 5% dilihat pada Tabel 2.
sedangkan interaksi klon karet dengan

Tabel 2. Tinggi tanaman karet stum mata tidur (cm) dengan pemberian beberapa
konsentrasi air kelapa.
Klon Karet Tinggi Tanaman
PB 260 24,70 a
GT 1 22,29 ab
IRR 39 19,57 ab
Konsentrasi Air Kelapa
0 % (0 ml/l) 17,69 abc
25 % (250 ml/l) 21,37 abc
50 % (500 ml/l) 23,53 ab
75 % (750 ml/l) 26,16 a
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda
tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 5


Data pada Tabel 2 tinggi. Maryoni (2005) menyatakan
menunjukkan bahwa bibit karet klon bahwa air kelapa mengandung
PB 260 menunjukkan tanaman hormon auksin, sitokinin dan
tertinggi yaitu 24,70 cm dan berbeda giberelin dimana ketiga hormon ini
nyata dengan bibit karet klon IRR 39, penting dalam pertumbuhan tanaman.
namun berbeda tidak nyata dengan Menurut Harjadi (2009) auksin dan
bibit karet klon GT 1. Hal ini sejalan giberelin berperan dalam
dengan parameter waktu tumbuh mata meningkatkan pemanjangan sel,
tunas dimana karet klon PB 260 dan sedangkan sitokinin berperan dalam
GT 1 memiliki respon yang lebih baik mengatur pembelahan sel,
dalam penyerapan zat pengatur pembentukan dan pembesaran organ
tumbuh yang diberikan dibandingkan tanaman, yang diantaranya digunakan
dengan bibit karet klon IRR 39. untuk pertumbuhan batang.
Satyavathi et al. (2004) menyatakan Adanya proses pembelahan
bahwa aktivitas zat pengatur tumbuh dan pemanjangan sel pada tanaman
di dalam tanaman diantaranya akan mempengaruhi pertumbuhan
dipengaruhi oleh genetik tanaman bibit karet stum mata tidur, salah
tersebut. Menurut Rusli dan Yulius satunya berpengaruh terhadap tinggi
(2013) karet klon PB 260 termasuk tanaman. Pemberian air kelapa
klon yang lebih unggul sifat sebagai zat pengatur tumbuh dapat
genetiknya dan jagur pada awal memacu proses pembelahan sel dan
pertumbuhannya. pembesaran sel yang terdapat pada
Pemberian air kelapa pangkal batang, sehingga
konsentrasi 75% menunjukkan pertumbuhan batang tanaman menjadi
tanaman tertinggi yaitu 26,16 cm dan lebih tinggi. Salisbury dan Ross
berbeda tidak nyata dengan (1995) menyatakan bahwa zat
pemberian air kelapa konsentrasi pengatur tumbuh berupa auksin,
50%, namun berbeda nyata dengan sitokinin dan giberelin berperan
pemberian air kelapa konsentrasi 0% dalam pembelahan dan diferensiasi
dan 25%. Hal ini dikarenakan adanya sel, sehingga dapat memacu
kandungan zat pengatur tumbuh yang pertumbuhan batang pada
lebih baik pada air kelapa konsentrasi kebanyakan tanaman yang
50% dan 75%, sehingga lebih efektif menyebabkan bertambahnya tinggi
memacu pemanjangan sel dan tanaman.
menyebabkan tanaman menjadi lebih

Diameter Batang tidak nyata terhadap diameter batang


Hasil analisis ragam bibit karet stum mata tidur. Hasil uji
menunjukan bahwa faktor utama klon lanjut diameter batang tanaman karet
karet dan konsentrasi air kelapa stum mata tidur dengan uji jarak
berpengaruh nyata, sedangkan berganda Duncan pada taraf 5% dapat
interaksi klon karet dengan dilihat pada Tabel 3.
konsentrasi air kelapa berpengaruh

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 6


Tabel 3. Diameter batang tanaman karet stum mata tidur (cm) dengan pemberian
beberapa konsentrasi air kelapa.
Klon Karet Diameter Batang
PB 260 0,60 a
GT 1 0,50 ab
IRR 39 0,50 ab
Konsentrasi Air Kelapa
0 % (0 ml/l) 0,60 a
25 % (250 ml/l) 0,53 ab
50 % (500 ml/l) 0,59 a
75 % (750 ml/l) 0,57 ab
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda
tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Data pada Tabel 3 konsentrasi 75%. Hal ini diduga


menunjukkan bahwa bibit karet klon bahwa pemberian air kelapa
PB 260 menunjukkan diameter batang konsentrasi 50% dan 75% telah
terbesar yaitu 0,60 cm dan berbeda mampu mencukupi kebutuhan
nyata dengan bibit karet klon GT 1 tanaman dalam meningkatkan
dan IRR 39. Karet klon PB 260 pertumbuhan diameter batang bibit
merupakan klon karet yang memiliki karet. Tanaman dapat menyerap zat
kemampuan genetik yang baik dalam pengatur tumbuh yang menyebabkan
menyerap zat pengatur tumbuh dan sel atau jaringan dapat terus tumbuh
digunakan dalam meningkatkan dan berkembang diantaranya dalam
pembelahan sel, sehingga membentuk diameter batang yang
meningkatkan diameter batang bibit. lebih besar.
Faktor genetik merupakan salah satu Batang merupakan daerah
penyebab terjadinya perbedaan dalam akumulasi pertumbuhan tanaman
pertumbuhan tanaman (Toruan et al., khususnya pada tanaman muda,
2002). Proses metabolisme yang lebih sehingga dengan adanya bahan
baik pada karet klon PB 260 pendukung pertumbuhan seperti zat
menyebabkan penyerapan zat pengatur tumbuh dapat mendorong
pengatur tumbuh yang lebih baik pertumbuhan vegetatif tanaman
daripada karet klon GT 1 dan IRR 39. diantaranya memberikan pertambahan
Hasil metabolisme tersebut akan ukuran diameter batang tanaman. Zat
menyediakan bahan baku untuk pengatur tumbuh yang terkandung
pertumbuhan dan perkembangan dalam air kelapa berperan dalam
tunas yang nantinya akan pembelahan dan pemanjangan sel,
meningkatkan diameter batang sehingga mempengaruhi pembesaran
tanaman. diameter batang tanaman. Lakitan
Pemberian air kelapa (2000) menyatakan bahwa auksin
konsentrasi 50% menunjukkan hasil memacu pemanjangan dan
tertinggi terhadap diameter batang pembesaran batang pada beberapa
bibit karet stum mata tidur yaitu 0,59 spesies tanaman.
cm dan berbeda nyata dengan Pemberian air kelapa sebagai
pemberian air kelapa konsentrasi 0% zat pengatur tumbuh alami dapat
dan 25%, namun berbeda tidak nyata merangsang pertumbuhan dan
dengan pemberian air kelapa perkembangan diameter batang bibit

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 7


karet stum mata tidur, dibandingkan diameter batang. Menurut Moore
tanpa pemberian air kelapa. Demikian (1979), zat pengatur tumbuh dapat
juga dengan pemberian air kelapa menghambat pertumbuhan tanaman
konsentrasi 75% yang menunjukkan jika tidak diberikan dalam konsentrasi
diameter batang bibit karet yang lebih yang tepat. Konsentrasi zat pengatur
rendah. Hal ini diduga bahwa tumbuh yang terlalu rendah dan
konsentrasi air kelapa 75% sudah terlalu tinggi dapat menghambat dan
melebihi kebutuhan optimum karet mengganggu pertumbuhan tanaman.
dalam meningkatkan pertumbuhan

Jumlah Daun
Hasil analisis ragam tanaman karet stum mata tidur. Hasil
menunjukan bahwa faktor utama klon uji lanjut jumlah daun tanaman karet
karet dan konsentrasi air kelapa, serta stum mata tidur dengan uji jarak
interaksi klon karet dengan berganda Duncan pada taraf 5% dapat
konsentrasi air kelapa berpengaruh dilihat pada Tabel 4.
tidak nyata terhadap jumlah daun

Tabel 4. Jumlah daun tanaman karet stum mata tidur (helai) dengan pemberian
beberapa konsentrasi air kelapa.
Konsentrasi Klon Karet
Air Kelapa PB 260 GT 1 IRR 39
0 % (0 ml/l) 9,50 9,00 8,50
25 % (250 ml/l) 10,50 9,67 10,50
50 % (500 ml/l) 10,83 11,33 11,50
75 % (750 ml/l) 11,33 13,67 9,83

Data pada Tabel 4 yang terdapat pada batang. Suedjono


menunjukkan bahwa karet klon GT 1 et al. (1992) menyatakan bahwa
dengan pemberian air kelapa pemberian air kelapa pada tanaman
konsentrasi 75% menunjukkan dengan konsentrasi yang tepat dapat
jumlah daun terbanyak, namun menambah kandungan hormon
berbeda tidak nyata dengan perlakuan endogen bagi tanaman, sehingga
lainnya. Jumlah daun terbanyak mampu mempercepat pertumbuhan
ditunjukkan oleh karet klon PB 260 dan perkembangan organ tanaman,
dengan pemberian air kelapa salah satunya daun.
konsentrasi 75% yaitu 11,33 helai, Setiap klon yang diuji
karet klon GT 1 dengan pemberian air menunjukkan jumlah daun yang
kelapa konsentrasi 75% yaitu 13,67 hampir sama. Hal ini dominan
helai, dan karet klon IRR 39 dengan dipengaruhi oleh faktor genetik dari
pemberian air kelapa konsentrasi 50% setiap klon karet. Selain itu, menurut
yaitu 11,50 helai. Irmasari (2013) selain faktor genetik,
Jumlah daun erat jumlah daun pada tanaman juga
hubungannya dengan tinggi tanaman. dipengaruhi faktor lingkungan. Faktor
Semakin tinggi tanaman maka lingkungan yang mempengaruhi
semakin banyak daun yang akan jumlah daun yaitu pemberian air
terbentuk, karena daun terbentuk dari kelapa sebagai zat pengatur tumbuh
nodus–nodus tempat kedudukan daun alami. Yuliawati (2006) menyatakan

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 8


bahwa air kelapa memiliki kandungan mempengaruhi pertumbuhan
sitokinin dan giberelin yang berperan tanaman, termasuk di dalamnya tinggi
dalam memacu pembelahan sel serta tanaman dan jumlah daun.
pembentukan jaringan dan organ yang

KESIMPULAN DAN SARAN memiliki pertumbuhan lebih baik


daripada bibit karet klon IRR 39.
Kesimpulan 4. Pemberian air kelapa konsentrasi
Berdasarkan penelitian yang 50% dan 75% pada karet klon PB
telah dilakukan, maka dapat 260 dan GT 1, serta pemberian
disimpulkan bahwa: air kelapa konsentrasi 25% dan
1. Faktor utama klon karet dan 50% pada karet klon IRR 39
pemberian konsentrasi air kelapa merupakan pemberian air kelapa
berpengaruh nyata terhadap yang baik dalam meningkatkan
parameter waktu tumbuh mata waktu tumbuh mata tunas, tinggi
tunas, tinggi tanaman, dan tanaman, diameter batang dan
diameter batang, namun jumlah daun bibit karet stum mata
berpengaruh tidak nyata terhadap tidur.
parameter jumlah daun bibit karet
stum mata tidur. Saran
2. Terdapat interaksi antara klon Berdasarkan hasil penelitian
karet dengan pemberian yang diperoleh, maka untuk
konsentrasi air kelapa pada mendapatkan pertumbuhan bibit karet
parameter waktu tumbuh mata stum mata tidur yang baik dapat
tunas, namun tidak berinteraksi diberikan air kelapa konsentrasi 50%
pada parameter tinggi tanaman, pada karet klon PB 260 dan GT 1 dan
diameter batang dan jumlah daun air kelapa konsentrasi 25% pada karet
bibit karet stum mata tidur. klon IRR 39.
3. Bibit karet klon GT 1 dan PB 260
merupakan bibit karet yang

DAFTAR PUSTAKA Dinas Perkebunan Riau.


Pekanbaru.
Arteca, R. N. 1996. Plant Growth Direktorat Jenderal Bina Produksi
Subtances: Principles and Perkebunan. 2003. Statistik
Applications. Chapman and Perkebunan Indonesia
Hall. New York. Tahun 2001-2003.
Bey, Y., W. Syafii dan Sutrisna. Departemen Pertanian.
2006. Pengaruh pemberian Direktorat Jenderal Bina
giberelin (GA3) dan air Produksi Perkebunan. Jakarta.
kelapa terhadap Harjadi, S. S. 2009. Zat Pengatur
perkecambahan bahan biji Tumbuhan. PT. Penebar
anggrek bulan (Phalaenopsis Swadaya. Jakarta.
amabilis BL) secara in vitro. Irmasari. 2013. Pengaruh berbagai
Jurnal Biogenesis. Vol 2 (2) : jenis zat pengatur tumbuh
41-46. terhadap pertumbuhan
Dinas Perkebunan Provinsi Riau. stump jati (Tectona grandis
2014. Laporan Tahunan

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 9


L.F). Jurnal Warta Rimba. growth regulators on in
Vol 1 (1): 1-9. vitroplant regeneration.
Lakitan, B. 2000. Fisiologi Jurnal Crop Sci. Vol 12 (44):
Pertumbuhan dan 1839-1846.
Perkembangan Tanaman. Setyamidjaja, D. 1993. Karet:
Rajawali Press. Jakarta. Budidaya dan Pengolahan.
Leovici H, D. Kastono, E. T. S. Putra. Kanisius. Yogyakarta.
2014. Pengaruh macam dan Suedjono, S. 1992. Pemberian air
konsentrasi bahan organik kelapa, GA3 dan greenzit
sumber zat pengatur pada umbi Gladiolus
tumbuh alami terhadap hybridus yang dibelah.
pertumbuhan awal tebu Jurnal Hortikultura. Vol 2
(Saccharum officinarum L.). (2): 15-20.
Jurnal Vegetalika. Vol 3 (1): Toruan, Lizawati, H. Aswidinoor, dan
22-34. I. Boerhendy. 2002.
Lukikariati, S., L. P. Indriyani., Susilo
Pengaruh batang bawah
dan M. J. Anwaruddiansyah.
terhadap pola pita isoenzim
1996. Pengaruh konsentrasi
dan protein batang atas
indo butirat terhadap pada okulasi tanaman karet
pertumbuhan manggis.
(Hevea brasiliensis Muell
Jurnal Hortikultura. Vol 6 Arg.). Jurnal Menara
(3): 220-226. Perkebunan. Vol 2 (70): 20-
Maryoni, K. 2005. Pertumbuhan
34.
stek tujuh ruas panili Widiastuty, T., S. Avivi., D. P.
dengan pemberian beberapa Restanto. 2000. Pengaruh
dosis vermikompos dan ukuran embriozigot
konsentrasi air kelapa.
terhadap regenerasi
http://www.bdpunib. Diakses beberapa klon kakao. Jurnal
tanggal 15 September 2015. Natur Indonesia. Vol 13 (3):
Moore, T. C. 1979. Biochemistry 237-247.
and Physiology of Plant Yuliawati, A. 2006. Pengaruh air
Hormones. Springer Verlag.
kelapa dan air leri terhadap
New York.
pertumbuhan nanas hias
Rusli dan Yulius. 2013. Keragaman
(Neoregelia spectabilis) pada
10 klon karet di kebun media tanam yang berbeda.
percobaan pakuwon Skripsi. Fakultas Pertanian.
sukabumi. Jurnal Warta Universitas Muhammadiyah.
Penelitian dan Pengembangan Surakarta.
Tanaman Industri. Vol 19 (3): Yunita. 2011. Pengaruh pemberian
27-30.
urine sapi, air kelapa, dan
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995.
rootone f terhadap
Fisiologi Tumbuhan (jilid 2).
pertumbuhan setek tanaman
Institut Teknologi Bandung. markisa (Passiflora edulis).
Bandung. shttp://repository.unand.ac.id1
Satyavathi, V.V., P.P. Jauhar, E.M. 6864/1/jurnal. Diakses tanggal
Elias, and M.B. Rao. 2004. 15 September 2015.
Genomics, molecular genetic
and biotechnology efects of

JOM FAPERTA VOL. 4 NO. 1 FEBRUARI 2017 10

You might also like