You are on page 1of 23

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MERANGKAI KOLASE

PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN HOSPITALISASI

DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA

Praktik Klinik Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH

FIRMAN DWI CAHYO P1337420918055


ROSI WIDYARINI P1337420918127
DANIK SETYO W P1337420918024

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Proposal Terapi Bermain Merangkai Kolase pada Anak Usia Pra
Sekolah untuk Mengatasi Hospitalisasi di Ruang Anggrek RSUD Salatiga dalam
Praktek Klinik Keperawatan Anak Periode 1 Oktober sampai dengan 6 Oktober
2018. Telah disetujui untuk di Presentasikan tanggal bulan Oktober tahun
2018.

Mengetahui,

Pembimbing Klinik

_________________________
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan bimbingan-Nya kami dapat meyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Anak
Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang di Ruang Anggrek RSUD Salatiga.

Terlaksananya praktek klinik anak dan selesainya laporan ini adalah berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Bapak Hendri Arifin, S.Kep, Ns., selaku pembimbing klinik di Ruang


Anggrek RSUD Salatiga
2. Ibu Budiyati, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An., selaku koordinator praktik klinik
keperawatan
3. Seluruh tim pembimbing akademik atau dosen keperawatan anak yang dengan
sabar dan tekun memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan moril
selama praktek klinik maternitas
4. Seluruh perawat yang telah banyak membantu kami selama praktek klinik
anak di RSUD Salatiga.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang
telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan pada kami selama
melaksanakan praktek klinik maternitas hingga terselesainya laporan ini. Kami
menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu berbagai masukan dan
kritik sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami khususnya.

Salatiga, 01 Oktober 2018

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga (Wong, 2000).
Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada
anak. Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan
mudah mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres akibat
perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam
kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah keterbatasan
dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadiankejadian
yang sifatnya menekan (Nursalam, dkk 2005).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun
(Supartini, 2004). Hasil studi pendahuluan pada tanggal 29 September 2018 di
bangsal Anggrek RSUD Salatiga menunjukkan sebanyak 4 anak usia 4-6
tahun dirawat Ruang Anak Anggrek. Menurut Sacharin (1996), anak usia
prasekolah sebagian besar sudah dapat mengerti dan mampu mengerti bahasa
yang sedemikian kompleks. Selain itu, kelompok umur ini juga mempunyai
kebutuhan khusus, misalnya, menyempurnakan banyak keterampilan yang
telah diperolehnya.
Bagi anak usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain
itu, perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa
kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang, dan
menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan rumah yang
dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2004).
Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaannya
sehingga mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam

4
perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan
(Supartini, 2004).
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan
tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat
melepaskan rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong, 2009, bermain
merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya
sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta
berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang
lain.
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek
emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman, dan pengetahuan serta kesimbangan mental anak. Terapi bermain
merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi
ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan
dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada (Saputro &
Fazrin, 2017).
Salah satu jenis terapi bermain adalah kolase. Menurut M.Saleh Kasim
(2008) kolase adalah menggambar dengan teknik tempelan. Kolase adalah
teknik melukis dan mempergunakan warna kepingan benda lain yang
ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan
menyusun kepingan warna yang dioles lem kemudian ditempelkan pada
bidang gambar.
Hasil penelitian Purnamasari dan Alfiyanti pada tahun 2017 mengenai
pengaruh terapi bermain merangka manik-manik terhadap tingkat kecemasan
anak usia prasekolah di RSUD Tugurejo menunjukkan ada pengaruh
pemberian terapi bermain merangkai manik-manik terhadap tingkat
kecemasan anak yaitu tingkat kecemasan menurun. Penelitian lain oleh
Ningrum tahun 2015 mengenai terapi bermain kolase kartun terhadap tingkat
kooperatif anak usia pra sekolah di Rumah Sakit Airlangga Jombang
menunjukkan ada pengaruh pemberian terapi bermain kolase terhadap tingkat
kooperatif anak.

5
Berdasarkan latar belakang tersebut kelompok ingin mengiplementasikan
terapi bermain kolase di ruang rawat inap anak bangsal Anggrek RSUD
Salatiga.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain kolase pada anak usia prasekolah di
ruang perawatan anak bangsal Anggrek RSUD Salatiga selama 40 menit,
diharapkan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan
kooperatif pada anak selama hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan waktu selama 40 menit untuk merangkai kolase
diharapkan anak akan mampu untuk :
a. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat.
b. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
c. Melatih keterampilan anak.
d. Melatih kemampuan kosentrasi anak.
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang
dirawat di ruang yang sama.

C. SASARAN
Sasaran dalam program terapi bermain ini adalah anak usia prasekolah
yang sedang menjalani hospitalisasi di bangsal Anggrek RSUD Salatiga.

6
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
Karakteristik sasaran dalam program terapi bermain ini adalah sebagai
berikut:
1. Anak usia prasekolah (3-6 tahun).
2. Anak dengan tingkat kesadaran compos mentis.
3. Tidak mengalami gangguan sensorik dan motorik.
4. Tidak mengalami pembedahan.

B. ANALISIS KASUS
1. An. AC
An. A usia 5 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan diagnosa medis
anemia aplastik. An. Anak A masuk rumah skait tanggal 25 September
2018. Dari hasil pengkajian, ditemukan karakter anak sedikit
pemalu,kontak mata kurang, namun saat diberikan pertanyaan seperti
nama dan umur, anak mau menjawab. Saat ditanya apakah bersedia diajak
bermain menempel kertas,anak mengangguk.
2. An. AQ
An. AQ berusia 4 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dengan diagnosa
medis bisitopenia. An. AQ masuk rumah sakit 28 September 2018. Anak
tampak kooperatif, dan tidak takut saat melihat perawat mendekat.
3. An. AK
An. P usia 3 tahun, berjenis kelamin perempuan dengan diagnosa medis
MAR on ColostomyPost PSARD. An. M masuk rumah sakit tanggal 26
September 2018. Dari hasil pengkajian ditemukan bahwa anak tampak
aktif, namun sedikit pemalu saat perawat mendekat. Setelah pendekatan
cukup lama, anak akhirnya mau berkenalan dengan perawat dan
mengatakan ia suka bermain dan ingin bermain di ruang bermain.

7
4. An. RK
An. RK berusia 4 tahun, berjenis kelamin laki-laki dengan diagnosa medis
neglected montegia. An. RK masuk rumah sakit tanggal 26 Agustus 2018.
Dari hasil pengkajian didapatkan, anak tampak mencoba berinteraksi
dengan orang-orang di ruangannya. Di ruang tersebut, tidak ada anak
seumuran dengannya, sehingga dia tampak berinteraksi dengan anak yang
lebih besar darinya. Saat ditanya nama dan umur, An. RK dapat menjawab
dengan lancar. Saat ditanya apakah ingin bermain, An. RK menjawab iya.

C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI


Dalam memberikan stimulasi pada anak terdapat beberapa prinsip dasar
yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b. Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan
meniru tingkah laku orang-orang terdekatnya.
c. Memberikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
d. Stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaaan, dan tanpa ada hukuman.
e. Stimulasi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan umur
anak.
f. Menggunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada
disekitar anak.
g. Memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Memberikan anak pujian bahkan jika perlu diberikan hadiah atas
keberhasilannya.

D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI


1. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara
sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Erlita, 2006). Bermain merupakan suatu

8
aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau
mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan
demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan
keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).

2. Macam-Macam Bermain
a. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh
dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
1) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
2) Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan.
3) Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan teman-temannya.
4) Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat
dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah
bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan

9
dan keletihannya. Contoh: melihat gambar di buku/majalah, mendengar
cerita atau musik ,menonton televisi, dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan
dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.

3. Fungsi Bermain
a. Membantu perkembangan sensorik dan motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan
ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai
contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan
meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari
kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran,
apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara
maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat
berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
b. Membantu perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini
dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga

10
fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan sosialisasi anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh
dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap
kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama,
pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan
ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian
bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang
guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu
dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari
akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
d. Meningkatkan kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana
anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan
mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan
sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
e. Meningkatkan kesadaran diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang
lain.
f. Mempunyai nilai terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman
sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
g. Mempunyai nilai moral pada anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak,
hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari

11
budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya,
dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang
harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

4. Manfaat Bermain
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
a. Membuang ekstra energi.
b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang,
otot dan organ-organ.
c. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
d. Anak belajar mengontrol diri.
e. Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
f. Meningkatnya daya kreativitas.
g. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
i. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
j. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan
k. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya

5. Hal - Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain adalah:
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

12
6. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain
Faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain adalah:
a. Tahap perkembangan
b. Jenis kelamin anak
c. Status kesehatan anak
d. Lingkungan yang tidak mendukung
e. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak

7. Bermain Usia Pra Sekolah


a. Aktivitas
1) Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan fisik:
 Memberikan ruang untuk anak untuk berlari, melonjat, dan
memanjat
 Ajarkan anak untuk berenang
 Ajarkan olah raga dan aktivitas yang sederhana
2) Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan sosial:
 Anjurkan berinteraksi dengan anak-anak tetangga
 Halangi anak bila ia menjadi destruktif
 Daftarkan anak ke sekolah khusus untuk anak-anak pra-sekolah
3) Aktivitas yang dianjurkan untuk perkembangan mental dan
kreativitas:
 Anjurkan usaha yang kreatif dengan bahan mentah
 Membaca cerita
 Pantau tontonan tv
 Hadirkan theater dan budaya lainnya yang sesuai dengan usia
anak
 Ajak anak berjalan-jalan sejenak ke taman, pantai, dan museum

b. Mainan
1) Mainan yang dianjurkan untuk perkembangan fisik :
 Papan jungkat-jungkit

13
 Prosotan dengan tinggi sedang
 Ayunan yang dapat diatur
 Kendaraan untuk dikendarai
 Sepeda roda tiga
 Mengarungi kolam
 Kereta sorong
 Kereta luncur
 Wagon
 Rollers skates
2) Mainan yang dianjurkan perkembangan sosial:
 Rumah mainan yang berukuran anak
 Piring dan meja
 Papan setrika dan setrikanya
 Mesin kasir dan mesin tulis mainan
 Truk, mobil, kereta, pesawat
 Baju-baju mainan untuk berdandan
 Peralatan dokter dan perawat
 Paku, palu, gergaji mainan
 Alat-alat berdandan, alat tata rias dan alat cukur mainan
3) Mainan yang dianjurkan untuk perkembangan mental dan
kreativitas:
 Buku-buku
 Puzzle-jigsaw
 Mainan bermusik (xylophone, piano, drum, terompet)
 Mewarnai gambar
 Gunting tumpul, lem, dan kertas tempel
 Kertas koran, krayon, cat poster, kuas besar
 Mainan bermusik dan berirama
 Papan flannel dan secarik kain yang berwarna dan berbentuk
 Fregumed berbentuk geometrik (berwarna)

14
 Rekaman dan tape
 Papan tulis dan kapur berwarna
 Rangkaian konstruksi kayu dan plastic
 Kaca pembesar dan magnet

15
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Terapi bermain kolase.

B. DESKRIPSI PERMAINAN
Menurut M.Saleh Kasim (2008) kolase adalah menggambar dengan teknik
tempelan. Muharam E (2005) menyatakan bahwa kolase adalah teknik
melukis dan mempergunakan warna kepingan benda lain yang ditempelkan.
Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun
kepingan warna yang dioles lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar.
Budiono (2005) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat
dari bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2008)
menyatakan bahwa keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan
kompleks. Berbagai unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam
suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau makna tertentu.
Susanto M (2008) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari bahasa
Inggris yaitu “collage” yang berarti merekat. Selanjutnya kolase dipahami
sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat seperti
kertas, kain, kaca, logam, kulit telur, biji dan lain sebagainya kemudian
dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.
Keterampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit,
mengelem dan menempel. Dalam tiga perlakuan ini akan melatih koordinasi
otot-otot jari tangan secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih
dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan
jari-jari tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil.

C. TUJUAN PERMAINAN
Tujuan terapi bermain kolase adalah:
1. Melatih motorik halus.
2. Meningkatkan kreativitas.

16
3. Melatih konsentrasi.
4. Mengenali warna.
5. Mengenal bentuk.
6. Melatih memecahkan masalah.
7. Mengasah kecerdasan spesial anak.
8. Melatih ketekunan.
9. Meningkatkan kepercayaan diri.

D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN


Keterampilan kolase mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit, mengelem dan
menempel.

E. JENIS PERMAINAN
Menempel potongan kertas warna pada kertas yang berisi gambar.

F. ALAT YANG DIPERLUKAN


Bahan yang akan digunakan dalam latihan keterampilan kolase adalah:
1. Kertas manila bergambar.
2. Perekat (lem).
3. Potongan kertas berwarna sesuai pola.

G. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Hari/tanggal : Selasa, 02 Oktober 2018
Waktu : 10.00-10.40 WIB
Tempat : Ruang Perawatan Anak bangsal Anggrek RSUD Salatiga.

H. PROSES BERMAIN
Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase
membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan
peningkatan dari latihan tersebut. Langkah-langkah latihan keterampilan
kolase menurut Priyanto (2010) yaitu:
1. Merencanakan gambar / membuat pola

17
2. Menyediakan alat-alat dan bahan
3. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk
keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
4. Membimbing anak untuk menempelkan potongan kertas bewarna sesuai
pada gambar pola dengan cara menjimpit potongan kertas gambar,
memberikan perekat dengan lem lalu menempelkannya dengan lem.
5. Menjelaskan posisi untuk menempelkan potongan kertas warna yang benar
sesuai dengan bentuk pola dan mendemonstrasikannya sehingga hasil
tempelannya tidak keluar garis.
6. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk
dijadikan rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak.

I. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI


Hal-hal yang perlu diwaspadai dan diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia.
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN


Sehubungan dengan faktor yag dapat menghabat, hal yang dapat dilakukan
untuk meminimalisir adalah:
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama.
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain.
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan.
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan.
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

18
K. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Firman Dwi Cahyo
Tugas :
 Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain.
 Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
 Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
 Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir.
2. Fasiliator : Danik Setyo Wahyuningrum
Tugas :
 Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
 Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan
berlangsung.
 Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
 Mempersiapkan alat dan tempat bermain.
4. Observer : Rosi Widyarini
Tugas :
 Mengobservasi jalannya / proses kegiatan
 Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan
berlangsung.
 Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta karakteristik
anak.

L. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar.
c. Orang tua klien dan klien sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.

19
2. Evaluasi Proses
a. Leader mampu memimpin acara.
b. Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
3. Evaluasi Hasil
a. Anak mampu menmpel potongan pola berwarna dengan lem di kertas
yang sudah disediakan.
b. Anak tampak senang saat dilakukan terapi bermain.

20
BAB IV
PELAKSANAAN BERMAIN

21
BAB V
PENUTUP

22
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanti, Nurlaili. 2010. “Upaya Peningkatan Pikir Anak Melalui Permainan


Edukatif” (Skripsi Progdi PAUD). Surakarta: FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Aziz Alimun Hidayat. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Erlita. 2006. Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. Available at:


http://info.balitacerdas.com. Diakses 22 September 2018.

Saputro, H., dan Fazrin, I. 2017 Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit:
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. Ponorogo: Forikes

Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: Salemba Raya

Martin. 2008. Bermain Sebagai Media Terapi Diambil pada tanggal 7 Juli 2017,
Available from: http://www.tabloid-nakita.com.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Supartini. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

Wong, DL. et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

23

You might also like