You are on page 1of 53

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien (Inisial) : Ny A


Diagnosa Medis : Ca Serviks

Masalah Keperawatan
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
Tindakan Keperawatan
Pemasangan infuse
Rasional Tindakan
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukan ke dalam vena (pembuluh
darah) atau mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang didasarkan atas
status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang tidak
dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral, memberikan keseimbangan
asam basa, memperbaiki volume komponen darah dan memberikan nutrisi saat
sistem pencernaan diistirahatkan.
Prinsip Tindakan

Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril,


hal ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi
jarum intravena (infus).

Indikasi pemasangan infus:

 Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan


pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena.
 Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-
menerus melalui intra vena.
 Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
 Pasien yang mendapatkan tranfusi darah.
 Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat).
 Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus.
 Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.

Bahaya Terhadap Tindakan Yang Dilakukan

Bila dalam pemasangan IV cateter salah bisa melukai pasien, vena menjadi

pecah atau membiru, cairan tidak bisa masuk melalui vena, bisa terjadi

infeksi jika IV cateter tidak steril. Akan terjadi flebitis/pembengkakan jika

terlalu lama di tancapkan. Maka berhati-hati dan cermat dalam memasang IV

cateter sesuai dengan prosedur karena juga bisa mengakibatkan hal-hal

seperti hematoma, infiltrasi, tromboflebitis/bengkak (inflasi pada pembuluh

vena), emboli udara, perdarahan, dan reaksi alergi.

Tindakan Lain Yang Dapat Dilakukan

1. Monitor vital sign


2. Berikan cairan oral
3. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan dan minum
4. Observasi tanda/ reaksi alergi terhadap infus atau kompliksi lain
Evaluasi Diri

Hasil yang didapat dari tindakan ini adalah bahwa pasien dapat memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit melalui botol infuse. Seringnya dalam keadaan
sakit pola makan seseorang berubah menjadi tidak nafsu makan maupun
minum. Padahal salah satu hal yang penting dalam mencapai kesembuhan dari
penyakit adalah factor nutrisi. Oleh karena itu untuk mendapatkan tunjangan
nutrisi yang selalu dipertahankan stabil dan adekuat perlu dipasang infuse
supaya pasien tidak dehidrasi dan tidak terjadi kekurangan volume cairan.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien (Inisial) : Ny A

Dignosa Medis : Carsinoma serviks

1. Masalah Keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera biologis
2. Tindakan Keperawatan :
Pemberian obat melalui (injeksi conekta) Intravena obat Paracetamol
3. Rasional Tindakan :
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga
obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam
pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu
waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi,
lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai
penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan
kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
4. Prinsip Tindakan :
Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril. Seteleh jarum menembus kulit muncul
resiko infeksi.
Alat-Alat Bolus :
a. Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan dosis
yang di resepkan
b. Bengkok
c. Tempat obat
Prosedur Tindakan Bolus :
a. Komunikasi
b. Persiapan alat
c. Cuci tangan, pakai sarung tangan
d. Offkan tetesan cairan infus
e. Klem selang infus
f. Pada karet yang ada di selang infus terdapat tanda seperti bulatan yaitu
untuk titik penyuntikan atau ada juga terdapat lubang buka tutup khusus
untuk membolus.
g. Jika menggunakan lubang buka tutup khusus langsung memisahkan spuit
dengan jarum/nedelnya kemudiah spuit di masukan dan di putar sampai pas
jika sudah dorong spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan
pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien
agar obat masuk dengan lancar. Dorong hingga habis
h. Jika menggunakan karet yang ada di selang infus maka harus
menencari titik penyuntikan yang sudah di beri tanda dengan lingkaran,
jika sudah ketemu tusukan perlahan jarum dan spuit di karet lalu dorong
spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan pasien agar pasien
rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien agar obat masuk
dengan lancar. Dorong hingga habis
i. Cabut spuit/jarum bersihkan kembali dengan alcohol
j. Merapihkan alat.
5. Bahaya Terhadap Tindakan yang dilakukan :
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing”
langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak
turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan
terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu
pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat
perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
6. Tindakan lain yang dapat dilakukan :
1. Memonitor vital sign
2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologi (Teknik Relaksasi
Nafas Dalam)
7. Evaluasi Diri :
Sebelum melakukan tindakan telah dilakukan prinsip 7 B sehingga
kemungkinan kesalahan pemberian obat tidak terjadi.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien : Ny.”c”


Diagnose Medis : Ca Cervix
1. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Tindakan Keperawatan
Pengukuran tanda-tanda vital
3. Rasional Tindakan
a. Mengetahui rentang suhu tubuh
b. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
c. Menilai kemampuan kardiovaskular
d. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
e. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
f. Mengetahui nilai tekanan darah
4. Prinsip Tindakan
a. Tahap Pre Interaksi
 Persiapan pasien
1. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
2. Posisi pasien laki-laki supinasi, wanita litotomi
 Perispan alat
1. Termometer pada tempatnya
2. Jam dengan penunjuk detik
3. Sphygmomanometer dan stetoskop
4. Nampan
b. Tahap Orientasi
1. Mencuci tangan
2. Mengucapkan salam pada klien, perkenalkan diri, jelaskan
prosedur, tujuannya, persetujuan klien, kontrak waktu
3. Memulai tindakan dengan basmalah
c. Tahap Kerja
 Pengukuran Suhu
1. Kaji keadaan aksila klien dan keringkan
2. Lakukan kalibrasi termometer
3. Tempatkan termometer pada aksila klien
4. Anjurkan klien menyilangkan tangan di dada
5. Baca termometer setelah waktu yang ditentukan
6. Bersihkan termometer yang telah dipakai

 Pengukuran Nadi
1. Tentukan titik nadi yang akan dikaji
2. Tempatkan tiga jari tengah di atas titi nadi
3. Kaji ritme nadi dan volume nadi selama 1 menit penuh

 Pengukuran Tekanan Darah


1. Posisikan klien dalam keadaan duduk/berbaring
2. Luruskan tangan klien sejajar jantung
3. Palpasi arteri brachialis
4. Tutup kunci pompa manset
5. Palpasi arteri radialis, pompa manset sampai arteri radialis
takteraba, naikkan 30 mmHg
6. Letakkan stetoskop pada arteri brachialis
7. Buka pompa sambil diturunkan 2-3 mmHg/detik
8. Auskultasi sistole dan diastole (Korotkof 5)
9. Lepaskan manset
10. Lakukan tindakan akhir

 Pengukuran Pernapasan
1. Observasi/Palpasi pergerakan dada klien
2. Kaji kedalaman dan ritme respirasi selama 1 menit penuh

d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
2. Pasien nyaman
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Dokumentasi
 Tanggal, jam dan nama terang
 Respon klien terhadap prosedur

5. Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan


1. Memasang manset terlalu kencang dan lama dapat
menyebabkan pembuluh darah pecah.
2. Dapat menyebabkan penularan infeksi/mikroorganisme
6. Tindakan lain yang dapat dilakukan
-
7. Evaluasi diri
Setelah dilakukan pengukuran TTV di harapkan berjalan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien (Insial) : Ny Y


Diagnose Medis : Ca Serviks

1. Masalah Keperawatan
Hipertermia (00007) berhubungan dengan proses infeksi.
1. Tindakan Keperawatan
Pemberian Kompres hangat
2. Rasional Tindakan
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang memerlukan. Dengan tujuan :Memperlancar sirkulasi darah,
Menurunkan suhu tubuh, Mengurangi rasa sakit, Memberi rasa hangat,
nyaman dan tenang pada klien, Memperlancar pengeluaran eksudat,
Merangsang peristaltic usus
3. Prinsip Tindakan
Pemberian Kompres Hangat

a. Bersih
b. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi
Persiapan alat
a) Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46 c)
b) Bak steril berisi dua buah kasa beberapa potongan dengan ukuran yang
sesuai
c) Kasa perban atau kain segitiga
d) Pengalas
e) Sarung tangan bersih di tempatnya
f) Bengkok 2 buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
g) Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
h) Pinset anatomi 2 buah
i) Korentang
Prosedur tindakan
a) Tahap interaksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan dan Menyiapakan alat
b) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan sapa pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
c) Tahap kerja
 Dekatkan alat-alat kedekat klien
 Perhatikan privacy klien
 Cuci tangan
 Atur posisi klien yang nyaman
 Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
 Kenakan sarum tangan lalu buka perban, bila diperban kemudian
buang bekas balutan ke dalam bengkok kosong
 Ambil beberapa potongan kasa dengan pionset dari bak steril, lalu
masukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat
 Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada
area yang akan dikompres
 Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu tuutp/lapisi
dengan kasa kering, selanjutnya dibalut dengan kasa
 Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atai sesuai program dengan
anti balutan kompres tiap 5 menit
 Lepaskan sarung tangan
 Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman\
 Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
 Cuci tangan
d) Tahap terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan pasien
 Mencuci tangan dan dokumentasi
Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan
Bahaya : Saat melakukan kompres hangat jangan letakkan kantong air hangat
di bagian tubuh yang telanjang, lapis kantong dengan kain flannel atau
pengalas, dan untuk kompres hangat yang berlangsung lama dapat
menyebabkan cedera pada kulit, dan dapat juga menyebabkan pembuluh
darah otak mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepla jika kompres
berlangsung lama di kepala
Tindakan lain yang dapat dilakukan
Memonitor tanda-tanda vital
Pemberian cairan oral/enteral
Pemberian obat antipiretik
Evaluasi diri
Pada intervensi kompres hangat saya hanya menjadi observasi semntara
orang tua klien yang memberi kompres hangat dengan alasan memandirikan
keluarga pasien.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien (Insial) : Ny Y


Diagnose Medis : Carsinoma Serviks
1. Masalah Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (ca serviks)
2. Tindakan Keperawatan
Pemberian obat melalui Intravena (Injeksi bolus) obat Paracetamol
3. Rasional Tindakan
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga
obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam
pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu
waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi,
lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai
penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan
kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
4. Prinsip Tindakan
Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril. Seteleh jarum menembus kulit muncul
resiko infeksi.
Alat-Alat Bolus :
d. Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan dosis
yang di resepkan
e. Kapas alcohol
f. Bengkok
g. Tempat obat
Prosedur Tindakan Bolus :
k. Komunikasi
l. Persiapan alat
m. Cuci tangan, pakai sarung tangan
n. Offkan tetesan cairan infus
o. Klem selang infus
p. Pada karet yang ada di selang infus terdapat tanda seperti bulatan yaitu
untuk titik penyuntikan atau ada juga terdapat lubang buka tutup khusus
untuk membolus.
q. Jika menggunakan lubang buka tutup khusus langsung memisahkan spuit
dengan jarum/nedelnya kemudiah spuit di masukan dan di putar sampai
pas jaka sudah dorong spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan
pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien
agar obat masuk dengan lancar. Dorong hingga habis
r. Jika menggunakan karet yang ada di selang infus maka harus
menencari titik penyuntikan yang sudah di beri tanda dengan lingkaran,
jika sudah ketemu tusukan perlahan jarum dan spuit di karet lalu dorong
spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan pasien agar pasien
rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien agar obat masuk
dengan lancar. Dorong hingga habis
s. Cabut spuit/jarum bersihkan kembali dengan alcohol
t. Merapihkan alat.
5. Bahaya Terhadap Tindakan yang Di lakukan
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing”
langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak
turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan
terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu
pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat
perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
6. Tindakan Lain Yang Dilakukan
a. Memonitor vital sign
b. Mengajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologi (Teknik Relaksasi
Nafas Dalam)
7. Evaluasi Diri
Sebelum melakukan tindakan telah dilakukan prinsip 7 B sehingga
kemungkinan kesalahan pemberian obat tidak terjadi.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Nama Pasien (Inisial) : NY Y

Dignosa Medis : Carsinom Serviks

1. Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan pola nafas

2. Tindakan Keperawatan :
Pemberian Terapi Oksigen Canula Nasal 3 Liter/menit
3. Rasional Tindakan :
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport oksigen yang
adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2.
Pemberian oksigen lewat non rebreathing mask dimaksudkan untuk
mencukupi kebutuhan oksigen miokard dan seluruh tubuh mencapai 80-
90%.
4. Prinsip Tindakan :
a. Bersih
b. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter
d. Prosedur pemberian O2 melalui Canula Nasal 3 Liter/menit:
1) Persiapan alat
a. Alat simple mask
b. Humidifier dan air aquadest
2) Prosedur tindakan :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan tindakan
c. Pasangkan alat simple mask kesaluran humidifier
d. Aturtekanan O2 yang akan diberikan yaitu 3 L/menit
e. Pasangkan alat canula nasal hingga tepat lobang hidung klien
f. Pastikan O2 yang diberikan bisa masuk ke dalam saluran
pernapasan klien
5. Bahaya Terhadap Tindakan yang dilakukan :
Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah
timbulnya kondisi Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang
terlalu tinggi. Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori
diantaranya adalah untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat
memperbesar penularan penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril
juga memperbesar penularan penyakit melalui secret dari satu pasien ke
pasien lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan
kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh
klien
1. Tindakan lain yang dapat dilakukan :
a. Mengobservasi tanda-tanda vital
b. Mempertahankan tirah baring dan berikan posisi semi fowler
c. Memantau saturasi oksigen
2. Evaluasi Diri
Tindakan ini dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Setelah
pemasangan oksigen kaji respon klien
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Nama Pasien : Ny D
Diagnose Medis : Ca Ovarium
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Pola Napas
Tindakan Keperawatan
Memberikan Oksigen Nasal Kanul 3 Liter/menit
Rasional Tindakan
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk memberikan tambahan oksigen pada
klien yang mengalami sesak napas akibat perubahan membran alveolar
kapiler. Terapi oksigen yaitu memasukkan oksigen tambahan dari luar ke
paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan
pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi sehingga konsentrasi
oksigen dalam darah meningkat. Tujuan pemberian yaitu:
Klien dengan kadar O2 rendah dari hasil Analisa Gas Darah
Klien dengan peningkatan kerja napas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernapasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernapasan,
Klien dengan peningkatan kerja miokard dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalu peningkatan laju pompa jantung yang
adekuat.
Prinsip Tindakan
Pemberian Posisi semifowler
a. Bersih
b. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi
d. Memastikan selanag O2 tidak bocor
e. Humidifier berada pada level yang tepat
f. Jauh dari api
Persiapan alat
Tabung O2 / O2 sentral pada dinding
Selang O2
Prosedur tindakan
a) Tahap interaksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapakan alat
b) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan sapa pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
c) Tahap kerja
 Menjaga privacy pasien
 Mempersiapkan pasien
 Mengatur posisi pasien semifowler
 Menyiapkan selang O2 dan disambungkan ke tabung O2
 Memastikan humidifier berada pada posisi yang tepat
 Sesuaikan aliran O2 sesuai advise
 Memakainkan nasal kanul pada pasien
 Fiksasi selang O2
d) Tahap terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan pasien
 Mencuci tangan dan dokumentasi
Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan
Bahaya : Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus-menerus pada
klien dapat menyebabkan Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah
yang terlalu tinggi. Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori
diantaranya adalah untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar
penulran penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga
memperbesar penularan penyakit melalu secret dari satu pasien ke pasien
lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan
kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh
klien.
Pencegahan : Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan,
mengecek cairan humidifier apakah masih terisi dan selalu memonitor
pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi alergi yang
mencul secara periodic setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-
obatan tertentu, dan latihan fisik.
Tindakan lain yang dapat dilakukan
Memonitor status respirasi pasien
Fisioterapi dada
Evaluasi diri
Pemberian oksigen nasal kanul 3 liter/menit saya lakukan tanpa ditemani
perawat ruangan. Pada saat pemberian saya tidak sengaja memutar roll
humidifier secara cepat hingga 10 liter sehingga pasien menjadi kaget karena
aliran oksigennya begitu keras.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien : Ny.”DY”


Diagnose Medis : Ca Ovarium
1. Masalah Keperawatan
Resiko Perdarahan
2. Tindakan Keperawatan
Pengukuran tanda-tanda vital
3. Rasional Tindakan
g. Mengetahui rentang suhu tubuh
h. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
i. Menilai kemampuan kardiovaskular
j. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
k. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
l. Mengetahui nilai tekanan darah
4. Prinsip Tindakan
e. Tahap Pre Interaksi
 Persiapan pasien
3. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
4. Posisi pasien laki-laki supinasi, wanita litotomi
 Perispan alat
5. Termometer pada tempatnya
6. Jam dengan penunjuk detik
7. Sphygmomanometer dan stetoskop
8. Nampan
f. Tahap Orientasi
4. Mencuci tangan
5. Mengucapkan salam pada klien, perkenalkan diri, jelaskan
prosedur, tujuannya, persetujuan klien, kontrak waktu
6. Memulai tindakan dengan basmalah
g. Tahap Kerja
 Pengukuran Suhu
7. Kaji keadaan aksila klien dan keringkan
8. Lakukan kalibrasi termometer
9. Tempatkan termometer pada aksila klien
10. Anjurkan klien menyilangkan tangan di dada
11. Baca termometer setelah waktu yang ditentukan
12. Bersihkan termometer yang telah dipakai

 Pengukuran Nadi
4. Tentukan titik nadi yang akan dikaji
5. Tempatkan tiga jari tengah di atas titi nadi
6. Kaji ritme nadi dan volume nadi selama 1 menit penuh

 Pengukuran Tekanan Darah


11. Posisikan klien dalam keadaan duduk/berbaring
12. Luruskan tangan klien sejajar jantung
13. Palpasi arteri brachialis
14. Tutup kunci pompa manset
15. Palpasi arteri radialis, pompa manset sampai arteri radialis
takteraba, naikkan 30 mmHg
16. Letakkan stetoskop pada arteri brachialis
17. Buka pompa sambil diturunkan 2-3 mmHg/detik
18. Auskultasi sistole dan diastole (Korotkof 5)
19. Lepaskan manset
20. Lakukan tindakan akhir

 Pengukuran Pernapasan
3. Observasi/Palpasi pergerakan dada klien
4. Kaji kedalaman dan ritme respirasi selama 1 menit penuh

h. Tahap Terminasi
5. Evaluasi
6. Pasien nyaman
7. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
8. Dokumentasi
 Tanggal, jam dan nama terang
 Respon klien terhadap prosedur

5. Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan


3. Memasang manset terlalu kencang dan lama dapat
menyebabkan pembuluh darah pecah.
4. Dapat menyebabkan penularan infeksi/mikroorganisme
6. Tindakan lain yang dapat dilakukan
-
7. Evaluasi diri
Setelah dilakukan pengukuran TTV di harapkan berjalan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien (Inisial) : Ny D


Diagnosa Medis : Ca Serviks

Masalah Keperawatan
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
Tindakan Keperawatan
Pemasangan infuse
Rasional Tindakan
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukan ke dalam vena (pembuluh
darah) atau mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang didasarkan atas
status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang tidak
dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral, memberikan keseimbangan
asam basa, memperbaiki volume komponen darah dan memberikan nutrisi saat
sistem pencernaan diistirahatkan.
Prinsip Tindakan

Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril,


hal ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi
jarum intravena (infus).

Indikasi pemasangan infus:

 Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan


pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena.
 Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-
menerus melalui intra vena.
 Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
 Pasien yang mendapatkan tranfusi darah.
 Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat).
 Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus.
 Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.

Bahaya Terhadap Tindakan Yang Dilakukan

Bila dalam pemasangan IV cateter salah bisa melukai pasien, vena menjadi

pecah atau membiru, cairan tidak bisa masuk melalui vena, bisa terjadi

infeksi jika IV cateter tidak steril. Akan terjadi flebitis/pembengkakan jika

terlalu lama di tancapkan. Maka berhati-hati dan cermat dalam memasang IV

cateter sesuai dengan prosedur karena juga bisa mengakibatkan hal-hal

seperti hematoma, infiltrasi, tromboflebitis/bengkak (inflasi pada pembuluh

vena), emboli udara, perdarahan, dan reaksi alergi.

Tindakan Lain Yang Dapat Dilakukan

1. Monitor vital sign


2. Berikan cairan oral
3. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan dan minum
4. Observasi tanda/ reaksi alergi terhadap infus atau kompliksi lain
Evaluasi Diri

Hasil yang didapat dari tindakan ini adalah bahwa pasien dapat memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit melalui botol infuse. Seringnya dalam keadaan
sakit pola makan seseorang berubah menjadi tidak nafsu makan maupun
minum. Padahal salah satu hal yang penting dalam mencapai kesembuhan dari
penyakit adalah factor nutrisi. Oleh karena itu untuk mendapatkan tunjangan
nutrisi yang selalu dipertahankan stabil dan adekuat perlu dipasang infuse
supaya pasien tidak dehidrasi dan tidak terjadi kekurangan volume cairan.

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien : Ny R
Diagnose Medis : Ca Ovarium
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Pola Napas
Tindakan Keperawatan
Memberikan Oksigen Nasal Kanul 3 Liter/meni
Rasional Tindakan
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk memberikan tambahan oksigen pada
klien yang mengalami sesak napas akibat perubahan membran alveolar
kapiler. Terapi oksigen yaitu memasukkan oksigen tambahan dari luar ke
paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan
pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi sehingga konsentrasi
oksigen dalam darah meningkat. Tujuan pemberian yaitu:
Klien dengan kadar O2 rendah dari hasil Analisa Gas Darah
Klien dengan peningkatan kerja napas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernapasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernapasan,
Klien dengan peningkatan kerja miokard dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalu peningkatan laju pompa jantung yang
adekuat.
Prinsip Tindakan
Pemberian Posisi semifowler
A. Bersih
b) Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c) Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi
d) Memastikan selanag O2 tidak bocor
e) Humidifier berada pada level yang tepat
f) Jauh dari api
Persiapan alat
Tabung O2 / O2 sentral pada dinding
Selang O2
Prosedur tindakan
e) Tahap interaksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapakan alat
f) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan sapa pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
g) Tahap kerja
 Menjaga privacy pasien
 Mempersiapkan pasien
 Mengatur posisi pasien semifowler
 Menyiapkan selang O2 dan disambungkan ke tabung O2
 Memastikan humidifier berada pada posisi yang tepat
 Sesuaikan aliran O2 sesuai advise
 Memakainkan nasal kanul pada pasien
 Fiksasi selang O2
h) Tahap terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan pasien
 Mencuci tangan dan dokumentasi
Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan
Bahaya : Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus-menerus pada
klien dapat menyebabkan Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah
yang terlalu tinggi. Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori
diantaranya adalah untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar
penulran penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga
memperbesar penularan penyakit melalu secret dari satu pasien ke pasien
lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan
kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh
klien.
Pencegahan : Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan,
mengecek cairan humidifier apakah masih terisi dan selalu memonitor
pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi alergi yang
mencul secara periodic setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-
obatan tertentu, dan latihan fisik.
Tindakan lain yang dapat dilakukan
Memonitor status respirasi pasien
Fisioterapi dada
Evaluasi diri
Pemberian oksigen nasal kanul 3 liter/menit saya lakukan tanpa ditemani
perawat ruangan. Pada saat pemberian saya tidak sengaja memutar roll
humidifier secara cepat hingga 10 liter sehingga pasien menjadi kaget karena
aliran oksigennya begitu keras.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien : Ny.”S”


Diagnose Medis : Ca Cervix 2B
8. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
9. Tindakan Keperawatan
Pengukuran tanda-tanda vital
10. Rasional Tindakan
m. Mengetahui rentang suhu tubuh
n. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
o. Menilai kemampuan kardiovaskular
p. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
q. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
r. Mengetahui nilai tekanan darah
11. Prinsip Tindakan
i. Tahap Pre Interaksi
 Persiapan pasien
5. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
6. Posisi pasien laki-laki supinasi, wanita litotomi
 Perispan alat
9. Termometer pada tempatnya
10. Jam dengan penunjuk detik
11. Sphygmomanometer dan stetoskop
12. Nampan
j. Tahap Orientasi
7. Mencuci tangan
8. Mengucapkan salam pada klien, perkenalkan diri, jelaskan
prosedur, tujuannya, persetujuan klien, kontrak waktu
9. Memulai tindakan dengan basmalah
k. Tahap Kerja
 Pengukuran Suhu
13. Kaji keadaan aksila klien dan keringkan
14. Lakukan kalibrasi termometer
15. Tempatkan termometer pada aksila klien
16. Anjurkan klien menyilangkan tangan di dada
17. Baca termometer setelah waktu yang ditentukan
18. Bersihkan termometer yang telah dipakai

 Pengukuran Nadi
7. Tentukan titik nadi yang akan dikaji
8. Tempatkan tiga jari tengah di atas titi nadi
9. Kaji ritme nadi dan volume nadi selama 1 menit penuh

 Pengukuran Tekanan Darah


21. Posisikan klien dalam keadaan duduk/berbaring
22. Luruskan tangan klien sejajar jantung
23. Palpasi arteri brachialis
24. Tutup kunci pompa manset
25. Palpasi arteri radialis, pompa manset sampai arteri radialis
takteraba, naikkan 30 mmHg
26. Letakkan stetoskop pada arteri brachialis
27. Buka pompa sambil diturunkan 2-3 mmHg/detik
28. Auskultasi sistole dan diastole (Korotkof 5)
29. Lepaskan manset
30. Lakukan tindakan akhir

 Pengukuran Pernapasan
5. Observasi/Palpasi pergerakan dada klien
6. Kaji kedalaman dan ritme respirasi selama 1 menit penuh

l. Tahap Terminasi
9. Evaluasi
10. Pasien nyaman
11. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
12. Dokumentasi
 Tanggal, jam dan nama terang
 Respon klien terhadap prosedur

12. Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan


5. Memasang manset terlalu kencang dan lama dapat
menyebabkan pembuluh darah pecah.
6. Dapat menyebabkan penularan infeksi/mikroorganisme
13. Tindakan lain yang dapat dilakukan
-
14. Evaluasi diri
Setelah dilakukan pengukuran TTV di harapkan berjalan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT (KGD) DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP Dr.
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Nama Pasien (Inisial) : Ny. N

Dignosa Medis : Leukimia

1. Masalah Keperawatan :
Resiko Perdarahan
2. Tindakan Keperawatan :
Pemasangan Infus dengan Ringer Laktat 20 tts/menit
3. Rasional Tindakan :
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan
cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh
melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving
seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu
keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan
dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan
ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan
ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan
berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam
pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi
intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi,
diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila
pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka
perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur
yang dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan sistem.
4. Prinsip Tindakan :
1. Jarum yang tetap steril
2. Bersih
3. Aseptic
4. Dokumentasi (tanggal pemasangan, jumlah tetesan dan cairan infuse yang
diberikan)
5. Bahaya Terhadap Tindakan yang dilakukan :
3. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan”
berulang pada pembuluh darah.
4. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh
darah.
5. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi
akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
6. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi
akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh
darah
7. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus :
 Rasa perih/sakit
 Reaksi alergi
6. Tindakan lain yang dapat dilakukan :
1. Monitor vital sign
2. Berikan cairan oral
3. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan dan minum
4. Atur kemungkinan tranfusi
5. Observasi tanda/ reaksi alergi terhadap infus atau kompliksi lain
7. Evaluasi Diri :
Pemasangan infus ini sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur telah ditetapkan (SOAP, lebih percaya diri lagi dalam dan yakin
ketika melakukan tindakan ke pasien
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Nama Pasien (Inisial) : Ny C

Dignosa Medis : abortus inkomplit

1. Masalah Keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Tindakan Keperawatan :
Pemberian obat melalui (injeksi conekta) Intravena obat Rantidine 2 ml
3. Rasional Tindakan :
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga
obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam
pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu
waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi,
lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai
penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan
kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
4. Prinsip Tindakan :
Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril. Seteleh jarum menembus kulit muncul
resiko infeksi.
Alat-Alat Bolus :
a) Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan
dosis yang di resepkan
b) Bengkok
c) Tempat obat
Prosedur Tindakan Bolus :
a. Komunikasi terapeutik
b. Persiapan alat
c. Cuci tangan, pakai sarung tangan
d. Offkan tetesan cairan infus
e. Klem selang infus
f. Pada karet yang ada di selang infus terdapat tanda seperti bulatan
yaitu untuk titik penyuntikan atau ada juga terdapat lubang buka
tutup khusus untuk membolus.
g. Jika menggunakan lubang buka tutup khusus langsung memisahkan
spuit dengan jarum/nedelnya kemudiah spuit di masukan dan di
putar sampai pas jika sudah dorong spuit secara perlahan dan sealu
kominikasi dengan pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap
pembuluh darah vena pasien agar obat masuk dengan lancar.
Dorong hingga habis
h. Jika menggunakan karet yang ada di selang infus maka harus
menencari titik penyuntikan yang sudah di beri tanda dengan
lingkaran, jika sudah ketemu tusukan perlahan jarum dan spuit di
karet lalu dorong spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan
pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena
pasien agar obat masuk dengan lancar. Dorong hingga habis
i. Cabut spuit/jarum bersihkan kembali dengan alcohol
j. Merapihkan alat.
5. Bahaya Terhadap Tindakan yang dilakukan :
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing”
langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak
turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan
terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu
pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat
perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
6. Tindakan lain yang dapat dilakukan :
a. Memonitor vital sign
b. Mengajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologi (Teknik
Relaksasi Nafas Dalam)
7. Evaluasi Diri :
Sebelum melakukan tindakan telah dilakukan prinsip 7 B sehingga
kemungkinan kesalahan pemberian obat tidak terjadi.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Nama Pasien (Inisial) : Ny S

Dignosa Medis : Freeklampsia

1. Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan pola nafas

2. Tindakan Keperawatan :
Pemberian Terapi Canula Nasal 3 Liter/menit
3. Rasional Tindakan :
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk memberikan tambahan oksigen
pada klien yang mengalami sesak napas akibat perubahan membran
alveolar kapiler. Terapi oksigen yaitu memasukkan oksigen tambahan dari
luar ke paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat sesuai
kebutuhan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
sehingga konsentrasi oksigen dalam darah meningkat.
Tujuan pemberian yaitu:
Klien dengan kadar O2 rendah dari hasil Analisa Gas Darah
Klien dengan peningkatan kerja napas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernapasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernapasan,
Klien dengan peningkatan kerja miokard dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalu peningkatan laju pompa jantung yang
adekuat.
4. Prinsip Tindakan :
Pemberian Posisi semifowler
a. Bersih
b. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi
d. Memastikan selanag O2 tidak bocor
e. Humidifier berada pada level yang tepat
f. Jauh dari api
Persiapan alat
Tabung O2 / O2 sentral pada dinding
Selang O2
Prosedur tindakan
a) Tahap interaksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapakan alat
b) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan sapa pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
c) Tahap kerja
 Menjaga privacy pasien
 Mempersiapkan pasien
 Mengatur posisi pasien semifowler
 Menyiapkan selang O2 dan disambungkan ke tabung O2
 Memastikan humidifier berada pada posisi yang tepat
 Sesuaikan aliran O2 sesuai advise
 Memakainkan nasal kanul pada pasien
 Fiksasi selang O2
d) Tahap terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan pasien
 Mencuci tangan dan dokumentasi
5. Bahaya Terhadap Tindakan yang dilakukan :
Bahaya : Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus-menerus pada
klien dapat menyebabkan Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah
yang terlalu tinggi. Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori
diantaranya adalah untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar
penulran penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga
memperbesar penularan penyakit melalu secret dari satu pasien ke pasien
lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan
kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh
klien.
Pencegahan : Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan,
mengecek cairan humidifier apakah masih terisi dan selalu memonitor
pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi alergi yang
mencul secara periodic setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-
obatan tertentu, dan latihan fisik.
6. Tindakan lain yang dapat dilakukan :
d. Mengobservasi tanda-tanda vital
e. Mempertahankan tirah baring dan berikan posisi semi fowler
f. Memantau saturasi oksigen
7. Evaluasi Diri
Dapat melakukan pemberian O2 nasal kanul tanpa bantuan dari kakak bidan
sesuai dengan prosedur yang ada.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Nama Pasien : Ny.”S”


Diagnose Medis : Freeklampsia
15. Masalah Keperawatan
Gangguan Eliminasi Urine
16. Tindakan Keperawatan
Pemasangan Kateter
17. Rasional Tindakan
s. Menghilangkan distensi kandung kemih
t. Sebagai penatalaksanaan kandung kemih inkompeten
u. Mendapatkan spesimen urine steril
v. Sebagai pengkajian jumlah residu urine, bila kandung kemih tidak
mampu dikosongkan secara lengkap
18. Prinsip Tindakan
a. Gentle (hati-hati )
b. Sterilitas ( Sifat prosedur yang steril )
c. Adekuat lubrication
d. Gunakan ukuran kateter sesuai dengan usia
 Anak : 8-10 French(Fr)
 Wanita : 14.-16 Fr
 Laki-laki : 16-18 Fr
m. Tahap Pre Interaksi
 Persiapan pasien
7. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
8. Posisi pasien laki-laki supinasi, wanita litotomi
 Perispan alat
1. Kateter steril
Terdapat kateter langsung dan kateter menetap yang dapat
digunakan. Kateter menetap sering disebut “foley” kateter.
Kateter menetap mempunyai balon yang dikembangkan
untuk menahan kateter dalam bladder . Balon tersedia dalam
beberapa ukuran. Perawat umumnya mamasukan kateter
dengan balon dimana terisi 5 atau 6 ml air steril.
2. Sterile wrapper (selimut/ duk steril)
3. Saat dibuka, sisi wrapper mendukung area steril. Bagian luar
umumnya tahan udara lembab.
4. Sarung tangan steril
5. Sterile drapaes (penutup sterile)
6. Dua drapes umumnya disediakan. Satu dipasang bawah
pasien perempuan atau dibawah penis pasien laki-laki.
Sedangkan yang lainnya sering dibuat lubang. Drape lubang
ditempatkan di sekitar perineum dengan lubang ditempatkan
pada meatus untuk paien wanita atau sekeliling penis untuk
pasien laki-laki.
7. Kapas pembersih steril
8. Thumb forceps
9. untuk memegang kapas pembersih steril tanpa sarung tangan
steril
10. Cairan pembersih
11. Syringe yang telah diisi air steril
12. Jelly
13. Drainage tubing dan collection bag
14. Fiksasi
n. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil nama pasien dengan namanya
2. Perkenalkan diri, jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
o. Tahap Kerja
1. Bawa semua alat kedekat pasien
2. Tutup sampiran
3. Atur posisi:
4. Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan
5. Pasien wanita dengan dorsal recumber’
6. Pasien laki laki dengan supinasi
7. Kenakan sarung tangan diposible
8. Cuci daerah kemaluan dengan air hangat
9. Keringkan daerah kemaluan
10. Lepas sarung tanga diposible
11. Dekatkan alat dengan pasien
12. Buka set kateter dan pertahankan daerah steril pada kateter
13. Jika drainage bagian masih terpisah buka dan hubungkan ke
tempat tidur
14. Kenakan sarung tangan steril
 KLIEN WANITA :
1. Bersihkan daerah meatus
2. Gunakan tangan dominan untuk membuka labia mayora dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
3. Kemudian bersihkan meatus dengan menggunakan dengan
menggunakan cairan antiseptik
4. Mengguanakan cairan antiseptik dengan mengguanakan pinset
dari arah atas kebawah.
5. Masih menggunakan sarung tangan yang tidak dominan, buka
kembali labia mayora untuk menentukan meatus uretra
6. Dengan tangan dominan masukan kateter pada meatus sampai
urine keluar
 KLIEN PRIA
1. Pegang penis dengan menggunakan tangan yang tidak dominan
2. Bersihkan daerah meatus dengan cairan anti septik menggunakan
tangan dominan menggunakan pinset
3. Bersihkan meatus dengan gerakan melingkar dari dalam keluar
4. Bila perlu dilanjutkan bersihkan land penis dari arah atas
kebawah
5. Tegakkan penis dengan posisi 90 derajat masukan kateter dengan
tangan dominan sampai urine keluar
6. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman
7. Rapikan alat , alat yang diposible dibuang, untuk alat yang non
diposible dicuci
8. Cuci tangan
p. Tahap Terminasi
13. Evaluasi
14. Kateter drainage tetap dengan lancar atau kateter langsung masuk
dan dilepaskan tanpa ketidaknyamanan
15. Pasien nyaman
16. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17. Dokumentasi
 Tanggal, jam dan nama terang
 Tipe dan ukuran kateter
 Jumlah urine
 Respon klien terhadap prosedur

19. Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan


a. Bakterial Shock
b. Striktur uretra
c. Ruptur uretra
d. Perforasi buli-buli
e. Pendarahan
f. Balon pecah atau tidak bisa dikempeskan

20. Tindakan lain yang dapat dilakukan


a. Mandiri
 Pertahankan tirah baring dan berikan posisi yang nyaman
 Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi dengan
mendengarkan musik relaksasi, atau nonton TV
b. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian ketorolac untuk mengurangi rasa nyeri
21. Evaluasi diri
Setelah dilakukan pemasangan kateter diharapkan pasien tidak ada distensi
kandung kemih dan dapat mengoptimalkan dalam proses urinaria.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien (Inisial) : Ny H

Dignosa Medis : Carsinoma serviks

1. Masalah Keperawatan :
Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera biologis
8. Tindakan Keperawatan :
Pemberian obat melalui (injeksi conekta) Intravena obat Paracetamol
9. Rasional Tindakan :
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga
obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam
pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu
waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi,
lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai
penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan
kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
10. Prinsip Tindakan :
Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril. Seteleh jarum menembus kulit muncul
resiko infeksi.
Alat-Alat Bolus :
h. Obat dalam bentuk vial/ampul sudah di dalam spuit sesuai dengan dosis
yang di resepkan
i. Bengkok
j. Tempat obat
Prosedur Tindakan Bolus :
u. Komunikasi
v. Persiapan alat
w. Cuci tangan, pakai sarung tangan
x. Offkan tetesan cairan infus
y. Klem selang infus
z. Pada karet yang ada di selang infus terdapat tanda seperti bulatan yaitu
untuk titik penyuntikan atau ada juga terdapat lubang buka tutup khusus
untuk membolus.
aa. Jika menggunakan lubang buka tutup khusus langsung memisahkan spuit
dengan jarum/nedelnya kemudiah spuit di masukan dan di putar sampai pas
jika sudah dorong spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan
pasien agar pasien rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien
agar obat masuk dengan lancar. Dorong hingga habis
bb. Jika menggunakan karet yang ada di selang infus maka harus
menencari titik penyuntikan yang sudah di beri tanda dengan lingkaran,
jika sudah ketemu tusukan perlahan jarum dan spuit di karet lalu dorong
spuit secara perlahan dan sealu kominikasi dengan pasien agar pasien
rilexs, sengusap ngusap pembuluh darah vena pasien agar obat masuk
dengan lancar. Dorong hingga habis
cc. Cabut spuit/jarum bersihkan kembali dengan alcohol
dd. Merapihkan alat.
11. Bahaya Terhadap Tindakan yang dilakukan :
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing”
langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak
turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan
terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu
pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat
perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
12. Tindakan lain yang dapat dilakukan :
1. Memonitor vital sign
2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologi (Teknik Relaksasi
Nafas Dalam)
13. Evaluasi Diri :
Sebelum melakukan tindakan telah dilakukan prinsip 7 B sehingga
kemungkinan kesalahan pemberian obat tidak terjadi.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(KGD) DIRUANG IGD OBGYN

Nama Pasien : Ny.”J”


Diagnose Medis : Ca Ovarium
1. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Tindakan Keperawatan
Pengukuran tanda-tanda vital
2. Rasional Tindakan
w. Mengetahui rentang suhu tubuh
x. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
y. Menilai kemampuan kardiovaskular
z. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
aa. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
bb. Mengetahui nilai tekanan darah
3. Prinsip Tindakan
q. Tahap Pre Interaksi
 Persiapan pasien
9. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
10. Posisi pasien laki-laki supinasi, wanita litotomi
 Perispan alat
13. Termometer pada tempatnya
14. Jam dengan penunjuk detik
15. Sphygmomanometer dan stetoskop
16. Nampan
r. Tahap Orientasi
10. Mencuci tangan
11. Mengucapkan salam pada klien, perkenalkan diri, jelaskan
prosedur, tujuannya, persetujuan klien, kontrak waktu
12. Memulai tindakan dengan basmalah
s. Tahap Kerja
 Pengukuran Suhu
19. Kaji keadaan aksila klien dan keringkan
20. Lakukan kalibrasi termometer
21. Tempatkan termometer pada aksila klien
22. Anjurkan klien menyilangkan tangan di dada
23. Baca termometer setelah waktu yang ditentukan
24. Bersihkan termometer yang telah dipakai

 Pengukuran Nadi
10. Tentukan titik nadi yang akan dikaji
11. Tempatkan tiga jari tengah di atas titi nadi
12. Kaji ritme nadi dan volume nadi selama 1 menit penuh

 Pengukuran Tekanan Darah


31. Posisikan klien dalam keadaan duduk/berbaring
32. Luruskan tangan klien sejajar jantung
33. Palpasi arteri brachialis
34. Tutup kunci pompa manset
35. Palpasi arteri radialis, pompa manset sampai arteri radialis
takteraba, naikkan 30 mmHg
36. Letakkan stetoskop pada arteri brachialis
37. Buka pompa sambil diturunkan 2-3 mmHg/detik
38. Auskultasi sistole dan diastole (Korotkof 5)
39. Lepaskan manset
40. Lakukan tindakan akhir

 Pengukuran Pernapasan
7. Observasi/Palpasi pergerakan dada klien
8. Kaji kedalaman dan ritme respirasi selama 1 menit penuh

t. Tahap Terminasi
18. Evaluasi
19. Pasien nyaman
20. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21. Dokumentasi
 Tanggal, jam dan nama terang
 Respon klien terhadap prosedur

g. Bahaya terhadap tindakan yang dilakukan


a. Memasang manset terlalu kencang dan lama dapat
menyebabkan pembuluh darah pecah.
b. Dapat menyebabkan penularan infeksi/mikroorganisme
h. Tindakan lain yang dapat dilakukan
-
i. Evaluasi diri
Setelah dilakukan pengukuran TTV di harapkan berjalan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT (KGD) DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP Dr.
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Nama Pasien (Inisial) : Ny S

Dignosa Medis : Freeklampsia

1. Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan pola nafas

2. Tindakan Keperawatan :
Pemberian Terapi Canula Nasal 3 Liter/menit
3. Rasional Tindakan :
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk memberikan tambahan oksigen
pada klien yang mengalami sesak napas akibat perubahan membran
alveolar kapiler. Terapi oksigen yaitu memasukkan oksigen tambahan dari
luar ke paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat sesuai
kebutuhan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
sehingga konsentrasi oksigen dalam darah meningkat.
Tujuan pemberian yaitu:
Klien dengan kadar O2 rendah dari hasil Analisa Gas Darah
Klien dengan peningkatan kerja napas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernapasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernapasan,
Klien dengan peningkatan kerja miokard dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalu peningkatan laju pompa jantung yang
adekuat.
4. Prinsip Tindakan :
Pemberian Posisi semifowleR
g. Bersih
h. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
i. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi
j. Memastikan selanag O2 tidak bocor
k. Humidifier berada pada level yang tepat
l. Jauh dari api
Persiapan alat
Tabung O2 / O2 sentral pada dinding
Selang O2
Prosedur tindakan
e) Tahap interaksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapakan alat
f) Tahap orientasi
 Memberikan salam dan sapa pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien
g) Tahap kerja
 Menjaga privacy pasien
 Mempersiapkan pasien
 Mengatur posisi pasien semifowler
 Menyiapkan selang O2 dan disambungkan ke tabung O2
 Memastikan humidifier berada pada posisi yang tepat
 Sesuaikan aliran O2 sesuai advise
 Memakainkan nasal kanul pada pasien
 Fiksasi selang O2
h) Tahap terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan pasien
 Mencuci tangan dan dokumentasi
5. Bahaya Terhadap Tindakan yang dilakukan :
Bahaya : Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus-menerus pada
klien dapat menyebabkan Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah
yang terlalu tinggi. Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori
diantaranya adalah untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar
penulran penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga
memperbesar penularan penyakit melalu secret dari satu pasien ke pasien
lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan
kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh
klien.
Pencegahan : Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan,
mengecek cairan humidifier apakah masih terisi dan selalu memonitor
pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi alergi yang
mencul secara periodic setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-
obatan tertentu, dan latihan fisik.
8. Tindakan lain yang dapat dilakukan :
g. Mengobservasi tanda-tanda vital
h. Mempertahankan tirah baring dan berikan posisi semi fowler
i. Memantau saturasi oksigen
9. Evaluasi Diri
Dapat melakukan pemberian O2 nasal kanul tanpa bantuan dari kakak bidan
sesuai dengan prosedur yang ada.

You might also like