You are on page 1of 8

Nama : Fine Claudia Potalangi

NIM : 17061133
Kelas/Semester: C/4
Mata Kuliah : Keperawatan Anak I

KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK I


A. Perspektif Perawatan Anak
1. Perkembangan Keperawatan Anak
Sebelum abad ke-19, kesehatan anak kurang mendapati perhatian dari berbagai pihak. Jumlah
tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit, sementara epidemik terjadi di banyak tempat dan
tidak terkontrol. Selain itu, buku-buku informasi tentang kesehatan anak sedikit. Pelayanan kesehatan yang
dijalankan untuk anak hanya terbatas pada daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan
perawatan tradisional. Statistik tentang status kesehatan anak tidak ada, padahal wabah penyakit pada anak
banyak terjadi, seperti cacar, flu, difteri, dan terjadi epidemik secara perlahan, terutama karena penyakit
TBC dan gangguan gizi.
Akhir abad ke-19 dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak (the dark age of
paediatric) sampai pada pertengahan tahun 1800 mulai ada studi kesehatan anak yang dilakukan seorang
tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi yang melakukan penyelidikan tentang penyakit pada anak. Ia
memperhatikan kesehatan anak khususnya pada tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh seorang
wanita yang bernama Lilian Wald, yang menggembangka pelayanan keperawatan yang juga berfokus pada
kegoiatan sosial, program sosial, dan pendidika khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit.
Selanjutnya, tumbuh upaya kesehatan anak sekolah (UKS) dan berkembang kursus-kursus kesehatan
sekolah.
Awal tahun 1900, perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit menular. Orang tua
dilarang untuk megunjungi anak dan membawa barang-barang atau mainan dari rumah ke rumah sakit.
Akan tetapi pada tahun 1940 ditemukan efek psikologis dari tindakan isolasi, yaitu anak menjadi stress
selam berada dirumah sakit. Karena anak stress dan gelisah serta tidak tenang berada dirumah sakit tanpa
ada orang tua disampingnya, orang tua pun semakin stress. Akhirnya, orientasi pelayanan keperawatan
berubah menjadi rooming, yaitu orang tua boleh tinggal bersama anaknya selama 24 jam. Selain itu, mainan
boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan
orang tuanya sebelum dirawat dirumah sakit.
Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orang tua menjadi sangat penting untuk dilakukan
oleh perawat. Kerjasama antara orangtua dan team kesehtan dirasakan besar manfaatnya dan orang tua
didorong untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung
bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orang tua dalam perawatan
anaknya dirumah sakit. (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995).
Keberadaan orang tua terutama kelompok orang tua yang anaknya mempunyai jenis penyakit yang
sama ternyata dapat membuat orangtua lebih percaya diri dalam merawat anaknya dan merasa ada dukungan
psikologis sehingga diharapkan dapat berkerjasama sebagai mitra team kesehatan.

2. Falsafah dan Paradigma Keperawatan Anak


Falsafah keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang di miliki perwat dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang berfokus pada keluarga (Family centered
care),pencegahan terhadap trauma (atraumatic care),dan manajemen kasus. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya bahwa keperawatan anak teah mengalami beberapa perubahan yang sangat mendasar, terutama
dalam cara memandang terhadap klien anak itu sendiri dan pendekatan dalam pelayanan keperawatan anak.
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan ilmu keperawatan
anak. Tanpa ini batasan dan lingkup keperawatan tidak mudah dipahami secara jelas.Penggunaan paradigma
keperawatan anak tetap mengacu pada konsep paradigma keperawatan secara umum yang merupakan cara
pandang dalam suatu ilmi, landasan berpikir tersebut terdiri dari empat komponen ,diantaranya manusia
dalam hal ini adalah anak, keperawatan, sehat-sakit, dan lingkungan yang daoat digambarkan sebagai
berikut.
S
-
t
a
h
es
u
n
M
)
A
(
iK
kg
L
w
r
p
M an

e p
K
si a(A
u n k)

eraw atn

Komponen paradigma keperawatan anak


1. Anak
Dalam keperawatan anak ,yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah anak,anak diartikan
sebagai seserorang yang berusia kurang dari 18th dalam masa tumbung kembang dengan kebutuhan
khusus baik kebutuhan fisik , sosiologis, sosial, dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai
dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai
dari bayi (0-1 th) usia bermain / olddler (1-2,5thn), pra sekolah (2,5-5thn), usia sekolah(5-
11thn),hingga remaja (11-18thn). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan ,pertumbuhan dan perkembangan
yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang dan perkembangan yaitu rentang cepat dan
lambat. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,kognitif , konsep diri, pola koping dan
perilaku sosial.
Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetap mempunyai
perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami
perkembangan yang tidak sama. Ada kalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan ada
juga perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga di pengaruhi oleh latar belakang anak.
Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan
akan mengalami perkembangan seiring dengan pertumbuhan usia pada anak. Demikian juga pola
koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bhawa pola koping
pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis. Salah
satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti bagai mana anak lapar, tidak sesuai
dengan keinginannya , dan lain sebagainya.
Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada
masa bayi prilaku sosial pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain,
dengan orang banyak, dengan menunjukan keceriaan (tidak menangis). Hal tersebut sudah mulai
menunjukan terbentuknya perilaku sosial yang seiring perkembangan usia. Perubahan perilaku sosial
juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain
dengan kelompoknya yaitu anak-anak.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan yang di maksud adalah lingkungan eksternal maupun
internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak , seperti keturunan , jenis kelami , emosi
dan lain-lain . Contoh lingkungan internal yang dapat berperan dalam perubahan status kesehatan ,
seperti pada anak lahir dengan memiliki kasus penyakin bawaan maka dikemudian hari akan
mengalami perubahan status kesehatan cenderung mudah sakit. Kemudian contoh factor lingkungan
eksternal yang berperan dalam status kesehatan anak adalah gizi anak, peran orang tua , saudara , teman
sebaya atau masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut juga memiliki potensi untuk
mempengaruhi status kesehatan anak seperti apabila lingkungan anak tidak ada dukungan untuk
berkembang selalu tertekan , diberikan tanpa control yang jelas , tidak aman dan tanpa adanya kasih
sayang , maka status kesehatan anak tidak dapat mencapai tingkat kesejahteraan, dan bahkan anak
cenderung mudah terjadi sakit.
3. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keparawatan yang diberikan pada anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan,
pendidikan kesehatan, dan upaya dalam rujukan ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.
Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan secara langsung pada keluarga mengingat keluarga
merupakan system terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara efektif, dan dalam keperawatan anak
keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, disamping keluarga
sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perlindungan anak dan mempunyai peran untuk
memenuhi kebutuhan anak , keluarga juga mempunyai peran seperti peran dalam mempertahankan
kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan memsejahteraan anak
untuk mencapai masa depan yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan
anak (Wong, 1995).
4. Sehat-Sakit
Rentang sehat–sakit merupakan batasan yang dapat di berikan bantuan pelayanan keperawatan pada
anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal,
sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan
yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan
bantuan perawat baik secara langsun g maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada dalam
rentang sehat maka upaya perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf
kesejahteraan baik fisik, sosoal maupun spiritual.

3. Masalah Kesehatan Anak Terkini


a. Stunting
Stunting adalah suatu kondisi yang merujuk pada tubuh pendek karena kekurangan gizi kronis
dalam waktu cukup lama. Penyebab bayi mengalami stunting sangat kompleks mulai pemberian air susu
ibu (ASI) yang tidak cukup, pengasuhan anak yang kurang tepat, kondisi rumah, infeksi, keamanan
pangan dan air yang tak terjaga serta mutu dan gizi pangan buruk.
b. Autism
Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan
dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Pada umumnya
penderita autism mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi
biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka
menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain
dengan anak lain dan sebagainya).
c. ADHD
Sejak dua puluh tahun terakhir Gangguan Pemusatan Perhatian ini sering disebut sebagai ADHD
(Attention Deficit Hyperactive Disorders. ADHD memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama
yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Gangguan ini ditandai
dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannyapada sesuatu yang dihadapi, sehingga
rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan
gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsive. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak
dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
d. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan
untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk
diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku
tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela
pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk
menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk
melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
e. Infeksi Parasit Cacing
Penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi
cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak
balita dan usia SD. Dari penelitian didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%.
Penelitian di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan, kasus infeksi cacing gelang (Ascaris
lumbricoides) sekitar 25 – 35 persen dan cacing cambuk (Trichuris trichiura) 65 – 75 persen. Resiko
tertinggi terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran air terbuka dan sekitar
rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki.

4. Prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam
memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahaminya,mengingat ada beberapa prinsip yang
berbeda dalam penerapan asuhan. Diantara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah pertama,
anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Kedua, anak sebagai individu yang
unik yang mempuyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Ketiga, pelayanan keperawatan
berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan ,bukan hanya mengobati
anak yang sakit. Kempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komperhensif dalam memberikan asuhan
keperawatan anak. Kelima, praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah,mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai aspek moral(etik) dan aspek hukum(legal). Keenam, tujuan keperawatan anak dan
remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Ketujuh, pada masa yang akan datang
kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini
yang aka mempelajari aspek kehidupan anak.

5. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak I


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak ,perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat
anak di antaranya :
 Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keparawatan anak, sebagai perawat anak ,
pemberi pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti
kebutuhan asah, asih, dan asuh.
 Sebagai advocate keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak , pearawat juga mampu menjadi advocat
keluarga sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai
klien.
 Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak , perawat harus mampu menjadi peran pendidik,
sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku pada anak atau keluarga harus selalu dilakukan
dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.
 Pencegah penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga setiap dalam
melakukan asuhan keperawatan yang harus selalu mengutamakan tindakan pencegahan terhadap
timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang diderita.
 Konseling
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan memberikan waktu untuk
berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut
dihararapkan mampu diatasai dengan cepat dan harapan pula tidak terjadi kesenjangan antara
perawat, keluarga maupun anak itu sendiri.
 Kolaborasai
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan perawat
dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan tidak akan dapat dilaksanakan secara mandiri
oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan
lain-lain, mengingat anak merupakan induvidu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam
perkembangan.
 Pengambilan keputusan etik
Dalam mengambil keputusan , perawat mempunyai peran yang sangat penting, sebab perawat selalu
berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam selalu di samping anak, maka peran sebagai
pengambilan keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti akan melakukan pelayanan
keperawatan.
 Peneliti
Peran ini sangan penting dimiliki oleh semua perawat anak. Sebagai peneliti perawat harus
melakukan kajian-kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk perkembangan
teknologi keperawatan.

B. Pendekatan Family Centre Care


Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat dirumah sakit memerlukan keterlibatan orang tua
(Platt, 1959 dan Farrell, 1992). Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap anaknya harus terbuka selama 24
jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan kesehatan pada orang tua yang terprogram secara
reguler. Anak membutuhkan orang tua selama proses hospital.
Terjadi perpisahan antaraorang tua dengan anaknya karena harus dirawat dirumah sakit dapat
menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat
dirumah sakit, orang tua menjadi stress. Hal ini terjadi seperti satu lingkaran setan. (Supartini, 2000).
Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang dirawat dirumah sakit,
sangat diperlukan kerjasama antara orang tua dan tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun
sakit paling baik dilaksanakan olleh orang tua, dengan bantuan tenaga keesehatan yang mengemukakan
bahwa prinsip pelayanan keperawatan pada anak harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk memnuhi
kebutuhan anak dan keluarga.
Karena anak sebagai anggota unit keluarga dalam suatu kultur dan masyarakat, maka keperawatan anak
tidak boleh hanya memperhatikan anak itu sendiri, akan tetapi kultur keluarga dan masyarakat harus
diperhatikan seperti masalah pengetahuan keluarga, budaya, lingkungan dan lain-lain. Kesemuanya dapat
mempengaruhi pada proses pelayanan keperawatan yang diberikan. Sebagai bagian dari keluarga salah satu
aspek yang penting adalah keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan
sehingga bersama-sama dalam memberikan perawatan.
Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga, yaitu fasilitas keterlibatan orangtua
dalam keperawatan dan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga punya
peran penting untuk memfasilitasi hubungan orangtua dan anaknya selama dirumah sakit. Harus diupayakan
jangan sampai terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya dirumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan
difasilitasinya hubungan antara orangtua dengan anaknya, orang tua diharapkan mempunyai kesempatan
untuk mmeneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama dirumah sakit. Perawat juga mempunyai
peran penting untuk meningkatkan kemampuan oorang tua dalam merawat anaknya. Orang tua dipandang
sebagai subjek yang punya potensi untuk anaknya dirumah sakit, terjadi proses belajar pada orang, baik
dalam hal peningkattan pengetahuan maupun keterampilan yang berhubungan dengan keadaan sakit
anaknya. Dengan demikian, pada saat anak diperoleh kan pulang ke rumah, orang tua sedah memiliki
seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan anaknya. Misalnya, pada saat seorang
ibu yang mempunyai anak sakit panas dan dirawat dirumah sakit, jika pada awal masuk rumah sakit orang
tua tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat keluar dari rumah sakit mmereka sudah dapat memberikan
kompres hangat dan mengukur suhu dengan termometernya sendiri secara benar. Untuk itu, pendidikan
kesehatan yang dilakukan oleh perawat menjadi begitu penting untuk dilaksanakan. Proses perawatan anak
dirumah sakit harus memberikan kesempatan belajar pada orangtua untuk merawat anak. Kkesabaran
perawat orangtua merawat anak sesuai dengan kapasitasnya.
Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan pemberi rasa aman dan
nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan asuhan keperawatan anak dirumah sakit sehingga asuhan
keperawatan pada anak dirumah sakit harus berpusat dpada konsep anak sebagai bagian dari keluarga dan
keluarga sebagai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama proses hospitalisasi (Departement of
Health, 1991).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perwatan anak meningat anak bagian dari keluarga.
Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal
keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak ( Wong, Perry &
Hockenberry, 2002). Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, harus mampu
menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu, keperawatan anak
harus memperhatian kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga karena tingkat sosial, budaya ,dan
ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya dalam kehidupan di masyarakat.
Perawat bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya berfokus pada keluarga, dengan
memperhatikan kemampuan dalam menentukan kekuatan dan kelemahan sebab kekuatan dan
kelemahan,dari keluarga tersebut dapat dijadika acuan dalam pemberian playanan keperawatan.Kekuatan
dan kelemahan keluarga tersebut dapat juga berupa fasilitas keluarga dalam merawat anak, tingkat
pengetahuan,tingkat ekonomi, peran atau bentuk keluarga itu sendiri.
Kemudian kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaanya bentuk dukungan dari keluarga, hal ini
dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangan baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif
stabil,tetapi apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada
dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.
Dengan demikian dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan keterlibatan keluarga.Hal ini sangat
penting mengingat anak selalu embutuhkan orang tua selama dirumah sakit seperti dalam aktivitas bermain
atau program perawatan lainnya seperti pengobatan. Pentingnya keterlibatan keluarga dapat mempengaruhi
proses ini dan dapat mempengaruhi kesembuhan anak, seringkali dapat di temukan dampak yang cukup bagi
anak apabila anak ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti kecemasan bahkan menjadi stres.
Apabila hal tersebut dibiarkan terus upaya penyembuhan sulit tercapai. Jika demikian halnya kerja sama
atau keterlibatan orang tua dengan tenaga kesehatan yang ada dirumah sakit selama anak dalam perawatan
sangatn diperlukan.Keterlibatan keluarga dan kemampuan keuarga dalam merawat merupakan dasar dari
asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga. Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu
proses penyembuhan pada anak yang sakit selama dirumah sakit. Harapan terbentuknya kerjasama yang
utuh antara perawat dan fungsi orang tua dengan peran dan fungsi perawat dalam pemberian perawatan.
Jangan sampai terjadi pemutusan dalam program perawatan. Demikian juga proses perpisahan antara orang
tua dan anak masih fokus dalam perhatian perawatan,karena dapat juga berdampak besar dalam program
perawatan anak , kerja sama tersebut dapat terjalin hingga program perawatan dirumah melalui peningkatan
kemampuan dan keterampilan dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu ketika panas dan
dalam pemberian kompres dingin / hangat.
Elemen Pokok Asuhan yang Berpusat Pada Keluarga :
1. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap
anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespon terhadapp sakit dan perawatan dirumah
sakit secara bebeda pula. Demikian pula orangtua mempunyai latarbelakang individu yang berbeda
dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan dirumah sakit.
2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi anaknya. Telah terbukti dalam
beberapa penelitian bahwa anak akan merasa aman apabila berada disamping orangtuanya, terlebih
lagi pada saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif. Dengan demikian,
tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada kerjasama yang baik antara perawat dan orang
tua.
3. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksible dan menggunakan konsep dasar asuhan keperawatan
anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan
keperawatan. Pada kondisi tertentu ketika orang tua harus meninggalkan anak sesaat (misalnya,
membeli obat, ke kamar kecil), perawat harus siap menggantikannya (misalnya, bayi menangis,
perwat perlu menggendong, meninabobokan). Sebaliknya, orangtua harus belajar melakukan
tindakan keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau mengobservasi gejala
panas anak, melalui proses pendidikan kesehatan yang diberikan perawat.
4. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan untuk mendukung
kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan famili centred
tidak cukup hannya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.

C. Atraumatic Care
Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma pada
anak dan keluarga. Perawat tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian
dalam keperawatan anak. Perhatian khusus pada anak .
Beberapa khasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat menimbulkan trauma
pada anak adalah cemas, marah,nyeri,dan lain-lain. Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan
dampak psikologis pada anak dan tentunya akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian
atraumatic care sebagai bentuk perawatan trapeutik dapat diberikan pada anak dan keluarga dengan
mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan,seperti memperhatikan dampak
tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atu aspek lain yang kemungkinan berdampak
adanya trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain:
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan,ketakutan, kekurangan kasih sayang gangguan ini akan menghambat proses penyembuan
anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol dalam perawatan pada anak.
Melalui kontrol peningkatan orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam
kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap
waspada dalam segala hal. Serta pendidikan dalam hal kemampuan dan keterampilan orang tua dalam
mengawasi perawatan anak.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses
pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui
berbagai teknis misalnya distraksi, relaksasi,imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan
anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian
kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan
karena akan memperberat kondisi anak.
5. Modifikasi lingkungan fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan
aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembangan nyaman di lingkungan.

Daftar Pustaka
 https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi88Pmpz8ngAh
VTU30KHSprB7gQFjABegQIBRAB&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F12019240%2FKONSEP_PROSES_KEPERAWATAN_ANAK&usg=AOvVaw0UO6xZ1I3q
_ibhrKQP5hNG
 https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi88Pmpz8ngAh
VTU30KHSprB7gQFjACegQICBAC&url=http%3A%2F%2Fbppsdmk.kemkes.go.id
%2Fpusdiksdmk%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F08%2FKeperawatan-Anak-
Komprehensif.pdf&usg=AOvVaw2TlMBAZwoGPDcB-mTYW9oh
 http://anugerah.hendra.or.id/pasca-nikah/3-anak-anak/permasalahan-umum-kesehatan-anak-usia-
sekolah/
 https://www.liputan6.com/tag/kesehatan-anak

You might also like