Professional Documents
Culture Documents
STRUMA MULTINODUSA
Oleh:
Hazbia Fauqi Ramadhan
NIM 142011101088
Pembimbing:
dr. Atika Purnamasari , Sp.PD
STRUMA MULTINODUSA
Oleh:
Hazbina Fauqi Ramadhan
NIM 142011101088
Pembimbing:
dr. Atika Purnamasari , Sp.PD
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan kepada pasien pada tanggal 7
Desember 2018 di Ruang Rawat Inap Catlyea Bawah RSUD dr. Soebandi
BB: 45 kg
TB: 154 cm
BMI = Berat Badan (Kg) = 45
Tinggi Badan(m)2 (1,54)2
BMI = 18,98kg/m2 (Berat badan kurang)
Kesan : Gizi Kurang
2.2.8 Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal
Pusing (+),penurunan kesadaran (-),kejang (-), demam (-)
Sistem kardiovaskular
Berdebar-debar (+)
Sistem pernapasan
Sesak (+), batuk (-)
Sistem gastrointestinal
Mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut ulu hati (-)
Sistem urogenital
BAK lancar
Sistem integumentum
Pucat (-), lebam (-)
Sistem muskuloskeletal
(-)
b. Leher
- KGB : tidak ada pembesaran
- Tiroid : terdapat massa multinoduler
- JVP : tidak meningkatan
c. Dada
1. Jantung:
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS VI AAL Sinistra
- Perkusi : Batas jantung melebar
- Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, ekstrasistole (-), gallop (-), murmur
(-)
2. Paru-paru
Ventral Dorsal
Inspeksi: Inspeksi:
Simetris Simetris
Retraksi -/- Retraksi -/-
Ketertinggalan Ketertinggalan gerak -/-
gerak -/-
Palpasi: P: Palpasi:
Fremitus raba Fremitus raba
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi : Perkusi :
S S S S
S S S S
S S S S
Ventral Dorsal
Auskultasi : Auskultasi :
DS DS
V V V V
V V V V
V V V V
Rhonki Rhonki
- - - -
- - - -
- - - -
Wheezing Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -
d. Perut
- Inspeksi : Flat
- Auskultasi: Bising usus (+) normal
- Palpasi :Soepel, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani
e. Ekstremitas
- Superior : akral hangat +/+, edema-/-
- Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
2.3.3 Status Lokalis
Regio : Colli Anterior
Inspeksi : Tampak benjolan multinoduler di leher, Warna kulit pada benjolan
sama dengan warna kulit sekitar.
Palpasi : Benjolan permukaan rata, teraba padat kenyal, permukaan halus. Massa
berukuran 16x10 cm dan 15x8 cm, batas tegas, nyeri tekan (-). Pembesaran KGB (-
).
Gambaran klinis status lokalis
Kesan : tampak pembesaran tyhroid multinoduler, batas tegas, dengan konsistensi padat
kenyal.
FAAL GINJAL
Kreatinin Serum 0,8 0.5-1,1
BUN 18 6-20
Kesan : Takikardi
FT 4 76,11 10,60-19,4
FNAB (07-12-2018)
Hasil FNAB : Primary Hiperplasia
2.5 Planning
2.5.1 Planning Monitoring
Keadaan umum
Vital Sign
2.7 Prognosis
9 Desember 2018
H5MRS
S) Keluhan nyeri dada berkurang
O)
KU :lemah TD : 130/80 RR : 20x/menit
Kes :CM HR : 78x/menit Tax : 36,7°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo/ Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, soepel, timpani
Ext : akral hangat di keempat ekstremitas (+), oedema di ekstermitas (-)
A) Impending crisis tyroid
P)
Inf. PZ 14 tpm
Inj. Santagesik 3x1
Inj. Furosemid 3x1
Inj. Dexametason 3x1
Propanolol 3x100
Ramipril 5 mg 0-0-1
ISDN 3x1
PTU 3x1
10 Desember 2018
H6MRS
S) Pasien tidak ada keluhan
O)
KU :lemah TD : 130/90 RR : 18x/menit
Kes :CM HR : 76x/menit Tax : 36,8°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo/ Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, soepel, timpani
Ext : akral hangat di keempat ekstremitas (+), oedema di ekstermitas (-)
H7MRS
S) Pasien tidk ada keluhan
O)
KU :lemah TD : 160/100 RR : 24x/menit
Kes :CM HR : 80x/menit Tax : 36,8°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo/ Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, soepel, timpani
Ext : akral hangat di keempat ekstremitas (+), oedema di ekstermitas(-)
A) Impending Crisis Thyroid + susp. Ca Thyroid + CAD + Left ventrikel Disfuntion
P) Inf. PZ 14 tpm
Inj. Santagesik 3x1
Inj. Furosemid 3x1
Inj. Dexametason 3x1
Propanolol 3x100
Ramipril 5 mg 0-0-1
ISDN 3x1
PTU 3x1
12 Desember 2018
H8MRS
S) Pasien tidak ada keluhan
O)
KU :lemah TD : 130/90 RR : 22x/menit
Kes :CM HR : 76x/menit Tax : 36,8°C
K/L : a/i/c/d -/-/-/-
Tho : Cor/ SIS2 tunggal e/g/m -/-/-
Pulmo/ Sim +/+ Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abd : flat, BU + normal, soepel, timpani
Ext : akral hangat di keempat ekstremitas (+), oedema di ekstermitas (-)
3.1 Struma
Definisi
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid
yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi
dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi
hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala
hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat
berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat
gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot
(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot. Gambar
penderita hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
Bagan 1Gambar 2.6 Hipertiroidism
Berdasarkan Klinisnya
Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain.
Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler
toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic
goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidisme lainnya.
Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap
selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid
hiperaktif. Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan
peningkatan pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon
tersebut sebagai hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan
antibodi tetapi bukan mencegah pembentuknya. Apabila gejala gejala
hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi
krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit
dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma
diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan
oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter,
struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air
minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat
sintesa hormon oleh zat kimia.
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya
tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi
multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan
karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat
karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien
mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau
trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul
perdarahan di dalam nodul.
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan
seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20
% - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.
3.2 Hipertiroid
Definisi
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
dimana jaringan-jaringan tubuh dipengaruhi oleh dan memberi respon terhadap hormon-
hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Tirotoksikosis bukanlah suatu penyakit tetapi
oleh komplikasi kardiovaskuler. Komplikasi hipertiroid pada mereka yang berusia lanjut
dapat mengancam jiwa sehingga apabila gejalanya berat harus segera dibawa ke rumah
Epidemiologi
Prevalensi hipertiroidisme pada praktek umum dapat mengenai 25-30 dalam 10.000
wanita, sedang di rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam 10.000 pasien.Di USA 3 kasus
dari 10.000 wanita.Perbandingan antara wanita dan pria adalah 10:1. Dengan insiden
terbanyak antara umur 30-40 tahun (Haznam MW,1991).Di RSU Dr.Soetomo Surabaya
periode 2001-2005 didapatkan perbandingan antara penderita wanita dan pria adalah 10:1
dengan jumlah penderita wanita sebanyak 174 orang dan pria 17 orang. Insiden terbanyak
Etiologi
Penyebab hipertiroidisme yang paling sering adalah penyakit autoimun pada tiroid
terhadap reseptor TSH imunoglobulin IgG dengan reseptor TSH pada kelenjar tiroid yang
menyebabkan stimulasi kelenjar tiroid, sekresi tiroksin (T4) yang meningkat, dan
pembesaran tiroid. Penyakit lain yang berkaitan dengan penyakit Grave adalah
oftalmopati dan penyakit autoimun yang spesifik pada organ tertentu. Struma toksik
hipertiroidisme. Sering terjadi relaps setelah terapi dengan obat antitiroid, sehingga
diperlukan pembedahan atau radioterapi. Adenoma toksik 5% kasus. Suatu nodul yang
hiperfungsi secara otonom yang menyebabkan kelebihan hormon tiroid dan menekan
Patofisiologi
Kelenjar tiroid terletak di depan dan disamping bagian atas trakea. Terdiri dari 2
lobus, kiri dan kanan yang saling berhubungan dengan isthmus. Masing-masing lobus
mempunyai tebal sekitar 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjang 4 cm. Berat seluruh kelenjar
normal adalah yodium dari makanan dan air minum.yodium masuk dalam tubuh sebagai
organic iodine dan kemudian diabsorpsi dalam intestinum sebagai anorganic iodide.
Banyaknya yodium dalam bentuk anorganic iodide atau ionic iodide yang diperlukan
1. Kalorigenik
2. Termoregulator
3. Metabolisme protein
4. Metabolisme karbohidrat
5. Metabolisme lipid
6. Konversi provitamin A
1. Transpor aktif iodide dari plasma ke dalam tiroid dan lumen dari folikel-folikel.
2. Dalam kelenjar tiroid, iodide dioksidasi menjadi iodine yang aktif, suatu reaksi
yang dikatalisir oleh peroksidase. TSH juga membantu reaksi ini. Reseptor-
reseptor dari iodine aktif ini adalah residu-residu dari tiroglobulin. Tirosin-tirosin
ini dengan iodinasi menjadi MIT (3-monoiodotyrosine) dan DIT (3,5-
diiodotyrosine)
T3. Hanya 8-10% dari iodine yang terikat pada tirosin dalam kelenjar tirod
didapat dalam bentuk tiroksin, terbanyak adalah dalam bentuk MIT dan DIT.
maka terdapat T4 bebas dan T3 bebas (free T4 dan free T3) dalam kelenjar tiroid.
Cara keluarnya hormon tiroid dari tempat penyimpanannya di sel belum diketahui
secara sempurna, tetapi jelas dipengaruhi oleh TSH.Hormn ini melewati membran basal,
fenestra sel kapiler, kemudian ditangkap oleh pembawanya dalam sistem sirkulasi yaitu
kelenjar hipofisis
dipermukaan sel tiroid (TSH-R) dan terjadi pengikatan produksi hormon tiroid.
Tetapi pada penyakit Graves, TSH-R akan ditempati dan dirangsang oleh
TSH endogen, namun tidak seperti TSH, TSI tidak dipengaruhi oleh inhibisi
umpan balik negatif oleh hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan tiroid
terus berlangsung.
3. Umpan balik sekresi hormon tiroid (T3,T4) pada tingkat hipofisis, khususnya T3,
T4 yang bebas (free T3,T4) bukan yang terikat. Dengan mengukur naik turunnya
kadar TSH dapat dijadikan sebagai tanda dini gangguan fungsi tiroid.
terhadap reseptor hormon TSH. Antibodi ini menyebabkan hipertiroid oleh karena
mereka berikatan dengan reseptor TSH dan menstimulasinya secara kronis.Reseptor TSH
diekspresikan di sel folikular pada kelenjar tiroid dan hasil dari stimulasi kronis tersebut
adalah produksi T3 dan T4 secara berlebihan. Ini yang menyebabkan munculnya simptom
klinis hipertiroidisme dan pembesaran kelenjar tiroid yang dikenal dengan istilah goiter
(Djokomoeljanto R,2006)
dikenali(Djokomoeljanto R,2006):
1. TSI, antibodi ini (sebagian besar IgG) bertindak sebagai LATS ( Long Acting
Thyroid Stimulants), mengaktivasi sel dengan cara yang lebih panjang dan lambat
seperti TSH yang terikat pada reseptor dan menginduksi fungsi tiroid. Tipe lain
mungkin tidak menstimulasi kelenjar tiroid, tapi akan mencegah TSI dan TSH dari
dan ada atau tidak adanya penyakit pada organ lain seperti jantung.
gejala jantung (palpitationes kordis, aritmia kordis) dan eksoftalmus. Demikian pula pada
Graves, sehingga ketiga gejala-gejala tersebut dikenal sebagai trias dari Graves. Tetapi
pada waktu itu mereka belum mengetahui hubungan antara ketiga gejala tersebut dan
belum mengetahui bahwa penyakit itu disebabkan oleh hiperfungsi dari kelenjar tiroid
Gejala-gejala utama adalah menurunnya berat badan dan tenaga berkurang tetapi
nafsu makan tidak perlu berkurang.Penderita juga banyak berkeringat dan kurang tahan
bervariasi.Retraksi dari konjungtiva palpebralis dan tidak bisa menutup mata seluruhnya
sering kali mendahului gejala eksoftalmus.Jika terdapat struma yang agak besar mungkin
menelan menjadi sukar dan suara menjadi serak. Dalam kasus-kasus yang lebih berat bisa
terdapat vomitus dan diare disertai menurunnya berat badan dengan cepat (Haznam
MW,1991).
Hipertiroidisme pada usia lanjut memerlukan perhatian khusus, sebab gejala dan
tanda sistem kardiovaskular sangat menonjol dan kadang-kadang berdiri sendiri. Pada
beberapa kasus ditemukan adanya payah jantung, sedangkan tanda-tanda kelainan tiroid
sebagai penyebabnya hanya sedikit. Payah jantung yang tidak dapat diterangkan pada
umur pertengahan harus dipikirkan hipertiroidisme, terutama bila ditemukan juga curah
jantung yang tinggi atau atrium fibrilasi yang tidak dapat diterangkan(Haznam
MW,1991).
tinggi badan serta biasanya disertai dengan pematangan tulang yang cepat.Manifestasi
klinis pada anak sering ditemukan sampai beberapa tahun sebelum diagnosis ditegakkan.
Rata-rata waktu antara timbulnya gejala pertama sampai diagnosis ditegakkan sekitar 1
tahun(Haznam MW,1991).
disfagia, splenomegaly
ginekomasti
onikolisis
gagal jantung
telah dikenal indeks Wayne dan New Castle yang didasarkan anamnesis dan pemeriksaan
3. Kelelahan +2 3. Exoptalmus +2 -
< 80 x/menit - -3
80-90 x /menit - -
>90 x/menit +3 -
Eutiroid : <10
Hipertiroid : >20
Untuk fase awal penentuan diagnosis, perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada
pemantauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan
membaik(Djokomoeljanto R,2006).
Diagnosis Banding
Tumor hipofisis
Stimulator abnormal yang berasal dari sejenis trofoblast (mola hidatidosa atau
2. Hipertiroidisme oleh :
Adenoma toksik
Tiroiditis subakut
3. Tirotoksikosis di mana hormon tiroid berasal bukan dari kelenjar tiroid seperti:
Terapi
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (dengan obat anti tiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal). Ada 3 metode yang dapat
dilakukan
yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikosis.
2. Sebagai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau
Obat anti tiroid umumnya diberi dengan dosis besar pada mulanya sampai eutiroid
tersebut.
Tabel 3. Obat Anti Tiroid (OAT)
(mg/hari)
atau 400 mg propiltiourasil sehari dalam dosis terbagi. Biasanya 4-6 minggu tercapai
kemudian dihentikan untuk melihat apakah terjadi remisi. Terapi tambahan selain OAT
mempunyai efek mengurangi dampak hormon tiroid pada jaringan. Propanolol juga
b. Tiroidektomi
Prinsip umumnya operasi baru dikerjakan bila keadaan pasien eutiroid, klinis
jaringan seujung ibu jari atau lobektomi total termasuk istmus dan tiroidektomi subtotal
lobus lain. Operasi yang tidak dipersiapkan dengan baik membawa resiko terjadinya
S,2006).
1. Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak mempan dengan OAT.
5. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
menghindari krisis tiroid lebih baik pasien disiapkan dengan OAT menjadi
RAI berbeda, ada yang bertahap untuk membuat eutiroid tanpa hipotiroidisme, ada yang
langsung dengan dosis besar untuk mencapai hipotiroidisme kemudian ditambah tiroksin
S,2006).
3.1.9 Komplikasi
tirotoksik.Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang
sangat besar yang menyebabkan takikardi, agitasi, tremor, hipertermia dan apabila tidak