Professional Documents
Culture Documents
Analisis Karbohidrat
A. Gula total
a. Mula-mula 50 mL filtrate bebas Pb dipindahkan dalam labu Erlenmeyer 100 mL,
kemudian ditambah 20 mL air dan 10 mL HCl 36%
b. Labu Erlenmeyer tersebut diletakkan diatas penangas air bersuhu 600C selama 10
menit sambil digoyang-goyang, kemudian segera didinginkan dalam air mengalir.
c. Setelah dingin , isi labu Erlenmeyer dinetralkan dengan NaOH 45% dan
dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL, kemudian ditetapkan volumenya dengan
air sampai tanda batas.
d. Jika terbentuk endapan , disaring menggunaka kertas saring. Selanjutnya
penetapan kadar gula dalam contoh ini dilakukan seperti penetapan kadar gula
pereduksi.
B. Gula pereduksi
1. Metode Lane-Eynon
a. Tuangkan 5 mL larutan kalium natrium tartarat alkali dan dicampur dengan 5
mL larutan CuSO4 ke dalam Erlenmeyer 300-400 mL.
b. Isilah buret dengan larutan gula aren, dan teteskan ke dalam erlenmeyer
sebanyak 15 mL.
c. Panaskan sampai mendidih, teruskan pendidihan selama 15 detik sambil
tambahkan larutan gula aren sampai warna biru hampir hilang.
d. Kemudian tambahkan beberapa larutan indikator methylene blue dan teteskan
larutan gula aren (titrasi) sampai warna biru hilang.
e. Hitunglah jumlah gula reduksi yang didapat dengan melihat tabel Lane-Eynon.
2. Metode Nelson-Somogyi
a. 1 mL Sampel ditambah akuades sampai volume akhir 10 mL.
b. Campuran diambil 1 mL dan ditambah 9 mL akuades.
c. Sampel diambil 1 mL dan dicampur 1 mL larutan Nelson (campuran Nelson
A&B; 25:1 v/v), kemudian dipanaskan pada suhu 100°C selama 20 menit.
Sampel didinginkan sampai mencapai suhu kamar.
d. Sampel ditambah 1 mL larutan arsenomolybdat dan 7 mL akuades kemudian
digojok.
e. Campuran tersebut dimasukkan kuvet dan diukur penyerapan cahaya tampak
(visible) pada panjang gelombang 510 nm.
f. Nilai absorbansi yang diperoleh dikurangi nilai absorbansi blanko sehingga
diperoleh nilai absorbansi sampel.
g. Nilai absorbansi sampel dikonversi ke kadar gula reduksi (mg/mL) berdasar
persamaan regresi larutan standar.
Analisis Protein
A. Metode Kjeldahl
Prinsip metode kjeldhal yaitu peneraan jumlah protein secara empiris berdasarkan
jumlah N didalam bahan. Setelah bahan dioksidasi,ammonia (hasil konversi senyawa
N ) bereaksi dengan asam menjadi ammonium sulfat. Dalam kondisi basa, ammonium
diuapkan dan kemudian ditangkap dengan larutan asam. Jumlah N ditentukan dengan
titrasi HCl atau NaOH.
Prosedur analisis dengan metode kjeldhal dapat dibagi 3 tahap,yaitu :
a. Tahap Destruksi
Sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga bahan terdestruksi menjadi
unsur-unsurnya. Hasil akhir pada tahap destruksi ini adalah terbentuknya
ammonium sulfat. Untuk mempercepat destruksi perlu ditambah katalisator :
- Campuran Na2SO4 & HgO (20:10
- K2SO4
- CuSO4
- Selain campuran diatas bisa juga digunakan katalisator siap pakai, misalnya:
selenium reagent mixure’ produksi merck. Reaksi pada saat destruksi adalah
sebagai berikut :
( CHON ) + On + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4
b. Tahap Destilasi
Ammonium sulfat hasil destruksi dipecah menjadi ammonia (NH4) dengan cara
penambahan NaOH dan pemanasan. Selanjutnya NH3 ditangkap dengan larutan
asam standard, sampai destilat tidak bereaksi basis. Larutan asam standard yang
dapat digunakan yaitu HCl, atau asam borat 4%.
c. Tahap Titrasi
Apabila digunakan HCl (sebagai penampung destilat) , maka sisa HCl yang tidak
bereaksi dengan NH3 dititrasi dengan NaOH (0,1 N) .
Apabila digunakan asam borat sebagai penampung destilat, maka jumlah asam
borat yang bereaksi dengan NH3 dititrasi dengan HCl (0,02-0,1 N). Persentase N
dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
Setelah diperoleh persentase N maka kadar protein sampai dapat dihitung dengan
caranya mengalikan dengan factor konversi N.
B. Metode Lowry
Prinsip metode lowry adalah protein dengan asam posfotungsat dan posfomolibdad
pada suasana alkalis dapat membentuk warna biru yang intensitasnya tergantung pada
konsentrasi protein. Asam amino yang bereaksi dengan reagent lowry adalah tirosin
dan triptofan.
Prosedur analisis dengan metode Lowry hampir sama dengan prosedur dari metode
biuret. Perbedaannya adalah pada reagent yang digunakan. Dalam analisis ini
digunakan reagent lowry yang perlu disiapkan larutan protein BSA untuk pembuatan
kurva standar.