You are on page 1of 17

JOURNAL READING

“ The Association of Dietary Lutein plus Zeaxanthin and B Vitamins with


Cataracts in the Age-Related Eye Disease Study”

Tanya S. Glaser, MD, Lauren E. Doss, MD, Grace Shih, MD, Divya Nigam, BA, Robert
D. Sperduto, MD, et al.

Int J Ophthalmol

Disusun Oleh :
Evan Albert ( 406171016 )

Dibimbing Oleh :
dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESAHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 22 OKTOBER – 24 NOVEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading :
“ The Association of Dietary Lutein plus Zeaxanthin and B Vitamins with
Cataracts in the Age-Related Eye Disease Study”

Disusun oleh :
Evan Albert
406171016
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, 8 November 2018

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M


Judul Jurnal
The Association of Dietary Lutein plus Zeaxanthin and B Vitamins with Cataracts in the
Age-Related Eye Disease Study

Penulis
Tanya S. Glaser, MD, Lauren E. Doss, MD, Grace Shih, MD, Divya Nigam, BA, Robert
D. Sperduto, MD, Frederick L. Ferris III, MD, Elvira Agrón, MA, Traci E. Clemons,
PhD, Emily Y. Chew, MD, for the Age-Related Eye Disease Study Research Group

Sumber
Int J Ophthalmol. 2015; 122: 1471-9
DOI 10.1016/j.ophtha.2015.04.007

LATAR BELAKANG
Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Menurut data aeho terdapat
20 juta orang yang mengalami kehilangan penglihatan oleh karena katarak. Di Amerika
Serikat, katarak terkait usia masih menjadi penyebab utama kehilangan penglihatan.
Medicare menghabiskan biaya lebih dari 2 juta dollar dialokasikan untuk biaya operasi
katarak. Karena penderita katarak di amerika serikat diperkirakan akan mencapai angka
30 juta pada tahun 2020 maka penting untuk diidentifikasi factor factor yang terkait
dengan terjadinya katarak terkait usia untuk di kembangkan agar dapat memperkecil
angka kejadian dan pengeluaran biaya pengobatan.

Faktor resiko terjadinya katarak adalah peningkatan usia, diabetes, merokok, penggunaan
alcohol, trauma dan paparan yang lama terhadap sinar uv. Sangat penting untuk
memahami keterlibatan stress oksidatif pada proses terjadinya katarak untuk dikaji terkait
dengan pemberian supplementasi vitamin dan anti oksidan untuk mencegah oksidatif
stress menjadi katarak. Banyak penelitian yang melaporkan hubungan antara angka
kejadian katarak dengan banyaknya asupan vitamin A,C,E, niacin, tiamin, riboflavin, dan
karetenoid. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten karena tidak ada consensus
penggunaan vitamin terkait pencegahan katarak. Beberapa penilitain dengan metode
kontrol menguji berapa kadar maksimal yang efektif dari mikronutrien yang di butuhkan
untuk mencapai hasil yang terbaik namun tidak tersedia data statisktik yang menunjukan
hasil penilitian ini.

Penyakit mata terkait usia (AREDS) menguji dampak penggunaan vitamin C, E dan
betakaroten serta zinc dalam penyakit degenerasi macula terkait usia (AMD) dan katarak.
Pada hasilnya tidak ditemukan hasil yang signifikan baik penggunaan vitamin C dan
vitamin E dan betakaroten dalam mencegah kekeruhan progresif pada lensa. AREDS
menyarankan penggunaan vitamin “Centrum” produk multivitamin pabrikan Pfizer
dikonsumsi setiap hari sebagai multivitamin dan supplementasi mineral untuk mencegah
kekeruhan nuclear lensa.

Pada penelitian ini peneliti menguji hubungan antara asupan lutein dan zeaxanthin dan
asupan vitamin B pada prevalensi katarak, kejadian katarak dan operasi katarak. Padad
penelitian in digunakan nutrient yang memiliki basis antioksidan potensial yang
terkandung pada lensa dan melaporkan hasil uji pada Asosiasi Penelitian Katarak dalam
Observasi dan Intervensi.

METODE
AREDS, multisenter jangka panjang, studi prospektif dengan rentan usia 55 hingga 80
tahun, dirancang untuk mengevaluasi faktor risiko, perjalanan penyakit, dan prognosis
AMD dan katarak. Penelitian ini termasuk percobaan klinis random control dari
formulasi AREDS (vitamin C dan E, b-karoten, zinc, dan cooper). Detail penelitian pada
penelitian ini sudah di publikasikan dan diringkas disini. Sebelas klinik khusus retina
mendaftarkan 4757 individu yang ditindaklanjuti pada interval setiap 6 bulan dalam uji
klinis antara 1992 dan 2001. Responden ditindaklanjuti setiap tahun selama 5 tahun
dalam penelitian observasional sampai 2005. Persetujuan penelitian telah diperoleh di
setiap situs klinis, dan Responden menandatangani formulir informed consent untuk
penelitian.

Berdasarkan foto fundus yang dinilai di pusat pembacaan pusat (central reading center),
ketajaman penglihatan terbaik, dan evaluasi oftalmologis, Responden terdaftar dalam 1
dari beberapa kategori AMD. Namun, tidak ada kriteria kelayakan spesifik untuk
kekeruhan lensa kecuali cukup jelas untuk memungkinkan foto fundus yang memadai
dan ketajaman visus harus 20/30 atau lebih baik setidaknya dalam 1 mata.

Responden yang memiliki AMD tingkat lanjut pada 1 mata dikeluarkan dari analisis ini
karena keparahan kekeruhan lensa yang lebih tinggi diizinkan di mata ini, menciptakan
kemungkinan bias penentuan. Dikecualikan dari penelitian ini adalah mata yang afakia
atau pseudoafakia pada awal penelitian. Responden yang lebih muda dari 60 tahun
dikeluarkan dari analisis prevalensi untuk memastikan bahwa katarak yang digunakan
dalam penelitian adalah katarak terkait usia. Untuk analisis insiden katarak
perkembangan katarak, mata dengan katarak moderat (tipe-spesifik) pada awal
dikeluarkan dari perkembangan hingga analisis katarak moderat, dan mata dengan
katarak ringan atau sedang (tipe-spesifik) pada awal dieksklusi dari pengembangan
setidaknya analisis katarak ringan.

SKRINING RESPONDEN PENELITIAN DAN PENGAMBILAN DATA

Data dasar dan informasi mengenai faktor-faktor risiko untuk pengembangan katarak
terkait usia diperoleh dengan pemeriksaan dan wawancara. Karena 55% Responden yang
terdaftar sudah menjadi pengguna suplemen multivitamin atau setidaknya 1 vitamin yanf
terkandung dalam formulasi AREDS pada saat screening, suplemen multivitamin dan
mineral harian standar, “Centrum” ditawarkan kepada semua Responden untuk
menstandardisasi penggunaan suplemen non-pantangan.

Enam puluh enam persen Responden studi memilih mengambil Centrum. Peneliti
mengevaluasi asupan diet dasar yang dihitung dari kuesioner frekuensi makanan semi
kuantitatif yang dikelola sendiri, yang menilai asupan makanan (nutrisi, vitamin, dan
mineral) selama tahun sebelum pengacakan. Rincian kuesioner frekuensi makanan dan
validasinya telah dijelaskan sebelumnya.Foto-foto lensa standar, diperoleh pada awal dan
setiap tahun mulai 2 tahun setelah pendaftaran, dinilai secara terpusat dan digunakan
untuk menilai keberadaan dan perkembangan opasitas lensa. Skala penilaian katarak
AREDS adalah versi modifikasi dari Sistem Pemeringkatan Katekin-Katarak. Kekeruhan
nukleus dinilai pada skala desimal menggunakan serangkaian 7 foto standar dengan
kekeruhan nuclear lensa yang semakin parah. Sebuah overlay grid pada foto-foto lensa
retroillumination digunakan untuk memperkirakan area keterlibatan lensa untuk posterior
subcapsular cataract (PSC) dan kekeruhan lensa kortikal. Sejarah operasi katarak
ditentukan oleh laporan pasien, pemeriksaan slit-lamp selama kunjungan studi, dan bukti
aphakia atau pseudophakia pada foto-foto lensa.

PENILAIAN AKHIR / OUTCOME MEASURE

Standarisasi dan validasi sistem penialian digunakan untuk menilai 3 tahap skala
perburukan setiap tipe kekeruhan. Kontrol dan tingkat keparahan dari 3 jenis katarak
menggunakan standar AREDS untuk klasifikasi lensa dijelaskan pada Tabel 1A. Analisis
baseline cross-sectional membandingkan kontrol dengan orang dengan kekeruhan
nucleus atau kortikal yang ringan dan sedang. Kekeruhan katarak subkapsular posterior
tidak termasuk dalam analisis cross-sectional dasar karena jarang terjadi. Pada studi
kohort pada awal (hanya 2,5% orang memiliki PSC> 5% dari pusat 5 mm dalam
setidaknya 1 mata). Hasil yang diperiksa dalam analisis insidens yang termasuk
perkembangan lensa moderat dari semua 3 jenis atau operasi katarak.
ANALISIS STATISTIK

Nilai asupan gizi disesuaikan untuk total asupan energi dengan menghitung intake nutrisi
(asupan nutrisi / total asupan energi). Untuk prevalensi katarak disesuaikan dengan
gender kemudian dihitung. Untuk analisis perkembangan katarak dan kemajuan untuk
operasi katarak, jumlah asupan vitamin untuk berpartisipasi mengambil Centrum selama
penelitian (n = 3143 [66%]) dihitung dengan menggabungkan kontribusi dari
multivitamin (Tabel 2) dengan asupan vitamin hanya dari makanan. Karena penggunaan
Centrum ditemukan terkait secara signifikan dengan kekeruhan nukleus dalam
pemodelan peneliti, Responden kemudian dikelompokkan menjadi pengguna Centrum
dan non-pengguna dan jumlah yang disesuaikan gender dihitung secara terpisah. Karena
jumlah bahan Centrum ditambahkan ke nilai asupan nutrisi, stratifikasi pengguna
Centrum dan non-pengguna diperbolehkan untuk lebih banyak perbandingan jumlah yang
akurat.

Para Responden AREDS yang menyelesaikan kuesioner frekuensi makanan pada awal (n
= 4751) dimasukkan dalam perbandingan jumlah. Analisis mengecualikan Responden
pada eks asupan kalori berlebih, kurang dari persentil pertama dan lebih dari sembilan
puluh sembilan persen (<677 atau> 1995 kkal / hari untuk wanita dan <794 atau> 2771
kkal / hari untuk pria), karena ini Responden kurang mengirimkan perkiraan asupan diet
yang akurat.

Analisis multivariat, mengendalikan faktor risiko yang sebelumnya diidentifikasi dalam


AREDS, dilakukan untuk menilai hubungan antara vitamin B dan lutein ditambah asupan
zeaxanthin dan hasil katarak. Pengukuran ulang regresi logistik menggunakan persamaan
estimasi umum dilakukan untuk menganalisis data base cross-sectional. Unit analisis
adalah mata, dan masing-masing Responden dapat berkontribusi salah satu atau kedua
mata. Peneliti memperhitungkan korelasi antara mata menggunakan struktur kovarian
tukar. Model regresi diterapkan secara terpisah untuk kekeruhan nukleus dan kortikal,
mengendalikan faktor-faktor risiko yang ditemukan signifikan dalam laporan AREDS
nomor 5. Proportional hazards regression digunakan untuk menganalisis perkembangan
opacity-specific dan hasil operasi katarak. Metode Wei-Lin-Weissfeld diimplementasikan
untuk memperhitungkan korelasi dari 2 mata per Responden dan model regresi yang
digunakan berasal dari laporan AREDS nomor 32. Analisis mortalitas Responden
AREDS membandingkan kelompok asupan tertinggi dan terendah dari masing-masing
nutrisi adalah dilakukan menggunakan life table analisis.

Penelitian analisis berdarsarkan model linier umum (GENMOD) dan Proportional


hazards regression (PHREG) digunakan dalam analisis cross-sectional dan insiden,
masing-masing. Semua analisis dilakukan dengan perangkat lunak SAS versi 9.3 (SAS,
Inc., Cary, NC).

HASIL

Sebanyak 5582 dan 3840 mata dari 2939 dan 2358 Responden, masing-masing,
dimasukkan dalam analisis cross-sectional dasar katarak nuklear ringan dan sedang, dan
5296 dan 2681 mata dari 2788 dan 1852 Responden, masing-masing, dimasukkan
analisis cross-sectional katarak kortikal ringan dan sedang. Tabel 1B, C juga
menampilkan jumlah Responden dan mata yang telah maju ke hasilnya.

Dalam penelitian ini, sekitar 40% dari Responden berusia lebih dari 70 tahun, lebih dari
50% adalah wanita, sekitar 95% berkulit putih, sekitar 40% adalah lulusan perguruan
tinggi, dan sekitar 40% memiliki AMD menengah (Tabel 3 dan 4). Tabel 5 dan
menampilkan karakteristik demografi Responden yang termasuk dalam analisis insiden
untuk katarak nukleus, katarak kortikal, dan PSC.

Tabel 7 berisi odds ratio (OR) untuk hasil baseline cross-sectional katarak nukleus dan
kortikal disesuaikan untuk prediktor berbasis nonenutrien dan berkorelasi, yang telah
ditentukan sebelumnya. OR lebih dari 1 menunjukkan kemungkinan peningkatan
memiliki hasil di antara Responden yang melaporkan asupan nutrisi dalam jumlah asupan
gizi tertinggi dibandingkan dengan mereka yang melaporkan dalam jumlah terendah,
sedangkan OR kurang dari 1 menunjukkan kemungkinan menurun.

Individu melaporkan asupan diet tertinggi riboflavin memiliki kemungkinan 22% dan
38% lebih rendah dari katarak nukleus ringan dan sedang pada awal, masing-masing,
dibandingkan dengan Responden melaporkan asupan diet terendah (OR, 0,78; 95% CI,
0,63-0,97; P = 0,02; dan OR, 0,62; 95% CI, 0,43-0,90; P = 0,01). Penurunan serupa
dalam kemungkinan memiliki katarak nukleus ringan dan sedang terlihat bagi individu
yang melaporkan asupan vitamin B12 tertinggi (OR, 0,78, 95% CI, 0,63-0,96; P = 0,02;
dan OR, 0,62; 95% CI, 0,43-0.88; P = 0,01, masing-masing).

Selain itu, orang yang melaporkan asupan pada jumlah tertinggi vitamin B6 menunjukkan
pengurangan 33% kemungkinan memiliki katarak nukleus sedang pada awal (OR, 0,67;
95% CI, 0,45-0,99). Responden yang melaporkan asupan riboflavin dan vitamin B12
tertinggi adalah 20% dan 23%, masing-masing, cenderung memiliki katarak kortikal
ringan pada awal (OR, 0,80; 95% CI, 0,65-0,99; P = 0,04; dan OR , 0,77; 95% CI, 0,63-
0,95; P = 0,01, masing-masing).
Selain temuan yang signifikan secara statistik dalam perbandingan jumlah tertinggi dan
terendah dari asupan diet vitamin B ini, hasil signifikan secara statistik ditunjukkan
dalam perbandingan jumlah lain dibandingkan dengan jumlah terendah asupan makanan
(Gambar 1). Tabel 7A menyediakan OR individu untuk masing-masing perbandingan
jumlah dengan jumlah 1 dalam nutrisi yang ditemukan signifikan secara statistik. Tidak
ada hubungan yang signifikan secara statistik antara asupan vitamin B dan risiko
memiliki katarak katarak moderat pada awal. Temuan untuk lutein ditambah zeaxanthin
berada dalam arah yang protektif baik untuk kekeruhan nukleus dan kortikal yang ringan
dan sedang, tetapi tidak signifikan secara statistik.

Tabel 8 dan 9 berisi rasio bahaya, membandingkan yang tertinggi dengan jumlah
terendah dari asupan makanan yang dilaporkan, untuk pengembangan 3 jenis katarak,
operasi katarak, atau keduanya disesuaikan untuk faktor risiko yang mungkin
sebagaimana dijelaskan dalam laporan AREDS nomor 32 dan dikelompokkan
berdasarkan penggunaan Centrum. Untuk bukan pengguna Centrum, niacin dikaitkan
dengan pengurangan 31% dalam risiko pengembangan katarak nukleus ringan dan
vitamin B12 dikaitkan dengan penurunan 44% dalam risiko katarak katarak ringan
berkembang (OR, 0,69; 95% CI, 0,52-0,92; P = 0,01; dan OR, 0,56; 95% CI, 0,37-0,83; P
<0,01, masing-masing).

Pada pengguna Centrum, mereka yang melaporkan asupan folat tertinggi memiliki 61%
peningkatan risiko setidaknya katarak PSC ringan dibandingkan dengan mereka dengan
asupan folat terendah (OR, 1,61; 95% CI, 1,08-2,41; P = 0,02 ). Selain folat, tidak ada
hubungan berbahaya yang signifikan secara statistik antara asupan diet tertinggi dari
setiap vitamin yang diperiksa dan pengembangan katarak nuklir, katarak kortikal, atau
PSC. Sekali lagi, berbagai OR untuk masing-masing kuintil nutrisi yang ditemukan
secara statistik terkait secara signifikan dengan perkembangan katarak juga ditampilkan
pada Tabel 7A (bagian B dan C). Tidak ada risiko kematian berlebih terkait dengan
tingkat asupan tertinggi dan terendah untuk setiap nutrisi yang diselidiki (P> 0,05; Tabel
10)

DISKUSI
Temuan peneliti menambah literatur sebelumnya tentang kemungkinan peran faktor gizi
dalam pengembangan opasitas lensa. Komponen uji klinis dari AREDS menemukan
bahwa dosis tinggi vitamin C dan E, b-karoten, seng, atau kombinasi daripadanya tidak
memiliki efek yang nyata pada pengembangan atau perkembangan opasitas lensa.
AREDS 2, kontrol acak uji klinis, juga menemukan tidak ada efek menguntungkan atau
berbahaya dari pengobatan dengan lutein dan zeaxanthin pada terjadinya operasi katarak
atau perkembangan opasitas lensa.

Pertimbangan teoritis, studi observasional, dan beberapa uji klinis menunjukkan bahwa
mikronutrien selain yang dipelajari dalam AREDS uji klinis dapat mempengaruhi
perkembangan katarak. Menguji banyak calon potensial dalam uji klinis membutuhkan
penelitian besar, jangka panjang, dan mahal, sehingga penelitian observasional adalah
sumber informasi yang paling umum pada asosiasi ini.
Dalam laporan ini, data cross-sectional dan prospektif dari AREDS digunakan untuk
memeriksa hubungan antara kekeruhan lensa yang terkait usia dan asupan vitamin B dan
lutein plus zeaxanthin, mikronutrien untuk asosiasi pelindung yang telah dilaporkan.
Peneliti menemukan bahwa peningkatan asupan diet riboflavin dan vitamin B12
dikaitkan terbalik dalam perbandingan baseline cross-sectional untuk katarak nuklir dan
kortikal. Asosiasi dengan asupan vitamin B12 terlihat ketika membandingkan beberapa
kuintil yang lebih tinggi dengan kuintil tingkat asupan terendah (Tabel 8).

Asupan vitamin B6 juga dikaitkan dengan penurunan risiko kekeruhan lensa nuklir
moderat dalam analisis cross-sectional baseline. Asupan kadar niacin dan vitamin B12
tertinggi dikaitkan dengan penurunan risiko perkembangan kekeruhan lensa kortikal
nuklir dan ringan, tetapi hanya pada Responden yang tidak mengonsumsi Centrum
multivitamin. Sesuai dengan hasil yang dipublikasikan baru-baru ini dari kelompok
AREDS 2, tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik yang ditemukan antara
lutein tertinggi ditambah tingkat asupan zeaxanthin dan hasil katarak nuklir atau kortikal.
Sejumlah besar bukti menunjukkan bahwa mikronutrien dengan potensi antioksidan
dapat mempengaruhi perkembangan katarak.

Lensa terkait penuaan dianggap kehilangan kapasitas mereka untuk menetralisir radikal
bebas dan meminimalkan kerusakan oksidatif sebagai kemanjuran enzim pelindung,
seperti superoksida dismutase, dan tingkat senyawa dengan kemampuan antioksidan,
seperti glutathione dan asam askorbat menurun. Spesies oksigen radikal peningkatan
dalam lensa sekunder terhadap paparan ultraviolet lingkungan, pembentukan oksida
kolesterol derivatif, dan disfungsi mitokondria. Akumulasi spesies oksigen reaktif
menghasilkan peroksidasi lipid, denaturasi protein, dan ikatan silang, yang agregat di
dalam lensa dan menyebabkan pembentukan katarak. Vitamin B dapat membantu
mempertahankan respons seluler terhadap stres oksidatif dengan berfungsi sebagai
kofaktor dalam aktivasi enzimatik antioksidan.

Riboflavin (vitamin B2) dan niacin (vitamin B3), setelah dikonversi ke bentuk biologis
aktif mereka sebagai dinukleat dinukleotida flavin dan nikotinamida adenin dinukleotida
fosfat, berkontribusi pada pengurangan glutathione dengan bertindak sebagai kofaktor
dan mengurangi ekuivalen, masing-masing, untuk enzim glutathione reduksiase- tase,
peran yang mungkin dari vitamin B6 dan B12 dalam pencegahan kerusakan oksidatif
kurang jelas. Hal ini secara biologis masuk akal bahwa kepentingan mereka dapat
dikaitkan dengan fungsi mereka dalam jalur metabolisme yang menghilangkan tirosistein,
dimana vitamin B12 dan B6 bertindak sebagai kofaktor enzimatik.

The Linxian Katarak Studi, random double-masked uji coba dilakukan di pedesaan Cina
pada populasi yang kurang gizi, menemukan efek perlindungan suplementasi dengan
riboflavin dan vitamin niasin pada terjadinya katarak nuklir. Studi observasional juga
telah melaporkan penurunan dalam prevalensi. dan perkembangan kekeruhan lensa
nuclear dan cortical pada Responden dengan asupan niacin, thiamin, dan riboflavin
tertinggi.
Meskipun sebagian besar penelitian menunjukkan tidak ada efek atau efek yang
menguntungkan pada pengembangan katarak suplementasi vitamin, beberapa penelitian
telah meningkatkan kemungkinan efek berbahaya dari suplementasi, terutama untuk
katarak PSC.

Studi Katarak Linxian menemukan bahwa suplementasi riboflavin dan niacin dikaitkan
dengan perlambatan dalam perkembangan kekeruhan lensa nuklir, tetapi juga dikaitkan
dengan peningkatan perkembangan katarak PSC dan tidak memiliki efek pada katarak
kortikal. Dalam penelitian peneliti, peneliti menemukan bahwa pada pengguna Centrum,
di antaranya ada peningkatan seribu kali lipat dalam rentang kuintil tertinggi untuk folat
dibandingkan dengan pengguna non-Centrum, tingkat asupan folat tertinggi dikaitkan
dengan peningkatan risiko katarak PSC ringan, mungkin hasil dari kesempatan atau
confounding yang tidak terkendali dalam kelompok folat diet tinggi. Dua studi lain dari
tingkat folat diet dan serum menunjukkan hasil yang bertentangan. Sebuah uji coba
plasebo terkontrol secara acak dari Centrum menemukan bahwa mereka yang memakai
multivitamin memiliki peningkatan risiko 2 kali lipat dalam kejadian PSC. Tidak ada
peningkatan risiko kematian dikaitkan dengan setiap vitamin B atau lutein ditambah
tingkat asupan zeaxanthin.
Pertimbangan teoretis dan beberapa penelitian observasional telah menunjukkan bahwa
karotenoid, khususnya lutein plus zeaxanthin, dapat berperan dalam pencegahan katarak.
Lutein, dan isomer strukturalnya zeaxanthin, adalah satu-satunya karotenoid yang
ditemukan di dalam lensa manusia. Mereka memiliki kemampuan untuk menyaring dan
menyerap cahaya panjang gelombang pendek yang berpotensi merusak dan untuk
mengurangi stres oksidatif. Struktur unik mereka, dengan cincin ionone dan terkonjugasi
rantai polyene, memungkinkan untuk beberapa jenis reaksi yang dapat menetralisir
spesies oksigen reaktif.

Inkubasi sel epitel lensa manusia dengan lutein dan zeaxanthin sebelum terpapar
hidrogen peroksida atau sinar ultraviolet B iradiasi melindungi sel lensa dari oksidasi
protein, peroksidasi lipid, dan kerusakan DNA dan juga menghasilkan peningkatan kadar
glutathione sebagai respon terhadap stres oksidatif. Studi klinis telah melaporkan bahwa
asupan diet tinggi lutein ditambah zeaxanthin adalah pelindung terhadap perkembangan
dan perkembangan katarak nuklir sebagai serta semua katarak, dan mengurangi risiko
ekstraksi katarak. Tingginya kadar lutein plasma juga telah dikaitkan dengan penurunan
risiko katarak nuklir.

Namun, penelitian lain dan penelitian peneliti menemukan tidak ada hubungan antara
lutein ditambah asupan zeaxanthin dan katarak. Analisis kohort kecil dari Nurse's Health
Study, yang memasukkan 15 tahun data kuesioner frekuensi makanan, menemukan
bahwa hubungan protektif antara lutein tinggi ditambah asupan zeaxanthin dan katarak
nuklir menghilang setelah disesuaikan untuk asupan vitamin C. Dalam Studi Pathologies
Oculaires Liées à l'Age berbasis populasi, yang memiliki kurang dari 100 mata dengan
jenis katarak, hanya kadar serum zeaxanthin, tetapi tidak lutein, dikaitkan dengan
penurunan risiko katarak nuklir, dan baik lutein maupun zeaxanthin terkait dengan
pengurangan risiko katarak kortikal, PSC, katarak campuran, atau operasi katarak. Baru-
baru ini, analisis data dari uji klinis AREDS 2 menunjukkan bahwa suplementasi lutein
plus zeaxanthin tidak mengurangi perkembangan operasi katarak secara signifikan.

Tidak jelas mengapa riboflavin, vitamin B6, dan vitamin B12 berhubungan dengan efek
perlindungan dalam analisis baseline cross-sectional untuk kekeruhan lensa nuklir dan
kortikal, tetapi hanya asupan vitamin B12 yang memiliki hubungan yang signifikan
secara statistik pada perkembangan kekeruhan lensa kortikal. Salah satu kemungkinan
untuk perbedaan ini adalah bahwa kekuatan untuk mendeteksi hubungan jauh lebih besar
dalam data baseline lintas-bagian dibandingkan dengan data kejadian, di mana durasi
perbedaan dalam asupan vitamin, meskipun tidak diketahui, mungkin telah ada selama
beberapa dekade, dan kemungkinan lebih lama dari durasi ARED. Selain itu, populasi
peneliti mewakili kohort yang relatif sehat dan bergizi baik dengan tingkat awal asupan
nutrisi yang lebih tinggi daripada populasi umum. Untuk semua nutrisi yang diteliti,
kuintil asupan terendah untuk populasi pasien AREDS lebih besar dari kuintil asupan
terendah yang dihitung dari data Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional yang
diperoleh selama periode yang sama (Tabel 11) .

Untuk lutein dan zeaxanthin, perbedaan antara quintile asupan terendah dan quintile
asupan tertinggi kurang dari kuintil Survei Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional yang
terkait, membuat identifikasi perbedaan dalam risiko perkembangan katarak lebih sulit
daripada jika perbandingan dibuat di populasi yang lebih banyak berbeda.

Studi observasional peneliti memiliki kekuatan dan beberapa kelemahan potensial.


Kekuatan penelitian meliputi ukurannya, dengan sejumlah besar jenis katarak yang
disertakan, penggunaan evaluasi standar foto lensa secara longitudinal, dan durasi tindak
lanjut yang panjang. Asupan makanan yang dilaporkan sendiri tunduk pada bias
mengingat, yang peneliti coba untuk meminimalkan dengan hanya membandingkan
kuintil asupan gizi tertinggi dan terendah. Namun, dilaporkan sendiri pengukuran asupan
gizi terbatas karena mereka tidak dapat memperhitungkan perubahan asupan nutrisi dari
waktu ke waktu dan sebaliknya membuat pendekatan rata-rata kebiasaan diet.

Meskipun peneliti menyesuaikan untuk faktor-faktor risiko yang diketahui dalam model
regresi bahaya logistik dan proporsional, ada kemungkinan perancu yang tidak
disesuaikan dari faktor-faktor lain. Responden dengan tingkat asupan mikronutrien yang
dilaporkan lebih tinggi mungkin lebih sehat secara keseluruhan dibandingkan dengan
mereka yang asupan nutrisinya paling sedikit, atau keakuratan mengingat diet mungkin
berbeda pada individu dengan dan tanpa katarak yang lebih signifikan dan penglihatan
yang lebih buruk. Analisis sebelumnya dari data AREDS telah menunjukkan bahwa PSC
dikaitkan dengan peningkatan risiko katarak nuklir dan kortikal, menunjukkan bahwa
satu jenis katarak mungkin terkait dengan pengembangan jenis opasitas lensa lainnya.
Peneliti berusaha untuk menyesuaikan hal ini dalam pemodelan opasitas lensa peneliti. ,
tetapi tidak mungkin bahwa kita dapat mempertanggungjawabkan sepenuhnya untuk
kemungkinan efek ini, karena kita tidak memisahkan mata dengan beberapa jenis katarak
dari mereka yang hanya memiliki 1 jenis katarak.

Akhirnya, karena beberapa perbandingan yang dibuat antara asupan nutrisi dan hasil
opasitas lensa, ada kemungkinan bahwa beberapa temuan peneliti adalah hasil dari
kebetulan. Ini kurang mungkin untuk vitamin yang menunjukkan efek dosis-respons pada
risiko katarak dengan meningkatkan tingkat asupan dan bagi mereka yang memiliki
temuan serupa baik di analisis cross-sectional dan prospektif.

Totalitas bukti dari penelitian dan penelitian lain menunjukkan bahwa vitamin B
mungkin memiliki peran dalam memperlambat perkembangan katarak. Namun, bukti
tambahan akan diperlukan untuk membuat rekomendasi klinis definitif. Identifikasi
mikronutrien yang menghambat perkembangan katarak akan berfungsi sebagai cara yang
hemat biaya untuk mengurangi beban penyakit katarak terkait usia.
Rangkuman dan Hasil Pembelajaran

Katarak adalah penyebab kebutaan terbanyak di dunia. WHO mencatat setidaknya ada 20
juta orang di dunia yang terganggu penglihatannya akibat katarak. Di Amerika Serikat
setidaknya perusahaan asuransi Medicare menghabiskan dana 2 juta dollar setiap
tahunnya untuk operasi katarak. Dan diperkirakan pada 2020 ada 30 juta orang di dunia
yang akan menderita katarak. Salah satu penyebab terjadinya katarak adalah usia yang
semakin tua, diabetes, radiasi matahari dan paparan radikal bebas. Pada akhirnya hal ini
menyebabkan kekeruhan lensa dan menjadikan katarak semakin cepat terjadi.

Adanya proses radikal bebas di lensa secara teori dapat dihambat dengan adanya
antioksidan alamiah mata yaitu Vitamin C, E dan beta caroten, lutein dan zeaxanthin.
Pada penelitian ini peneliti ingin mencari apakah ada hubungan antara supplementasi
antioksidan alamiah mata secara per oral dapat membantu memperlambat terjadinya
proses katarak.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa asupan tinggi B6 berkaitan dengan penurunan
resiko kekeruhan lensa kortikal sedang. Dan asupan tinggi niacin dan B12 menurunkan
resiko terjadinya kekeruhan lensa nuklear dan kortikal sedang. Sedangkan tinggi asupan
folat dapat meningkatkan resiko kekeruhan sedang pada posterior subcapsular. Dan
secara statistik menunjukan bahwa penambahan Lutein dan Zeaxanthin secara statistik
tidak ditemukan hubungan yang bermakna.

Penelitian ini penting bagi para dokter khususnya dokter spesialis mata dalam
melaksanan praktek klinis dalam penanganan pasien katarak yaitu :

1. Supplementasi Vitamin B3,6, dan 12 dapat menurunkan resiko terjadinya


kekeruhan lensa pada pasien katarak
2. Supplementasi tambahan berupa Lutein dan Zeaxanthin secara statistik tidak
bermakna dalam mencegah kekeruhan lensa pada pasien katarak
3. Mengedukasi pasien bahwa asupan tinggi folat dapat meningkatkan resiko
terjadinya kekeruhan lensa subcapsular pada pasien katarak

You might also like