You are on page 1of 3

AMPUTASI

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2
yang dibimbing oleh Ibu Nurul Hidayah S.Kep. Ns, M.Kep

Oleh
Kholilis Indrawati (1601200006)
Meyling Sukensa (1601200012)
Bagus Pamuji (1601200013)
Meysy Cahaya (1601200014)
Wahyu Pagestu (1601200017)
Gammar Ghina I (1601200023)
Yurike Pratika (1601200033)
Winni Rizky Umamy (1601200036)
Mita Iin Anggraeni (1601200037)
Kiki Agustin V (1601200041)
Moh Wahdi (1601200044)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN LAWANG
D-III KEPERAWATAN
Agustus 2018
1. PENGARUH PENGGUNAAN PROSTHESIS TRANSFEMORAL TERHADAP
TINGKAT KEMAMPUAN MOBILITAS PADA PASIEN AMPUTASI
TRANSFEMORAL DIBALAI BESAR REHABILITASI SOSIAL BINA DAKSA
(BBRSBD) PROF. Dr.SOEHARSO SURAKARTA

Oleh : Sri Surini Pudjiastuti, Agus Setyo Nugroho, Luluk Fuadah Kementerian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Ortotik Prostetik

Web : file:///C:/Users/ASUS/Downloads/328-626-1-SM.pdf

Amputasi adalah suatu tindakan bedah atau traumatik pada tungkai. Dalam kamus
kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota
badan dari kamus besar kesehatan, amputasi adalah tindakan atau prosedur membuang sebagian
dari satu atau beberapa tulang yang disebabkan karena trauma, vascullar disease, infection,
tomor ataupun conginental deformity operasi dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit pasient
atau untuk menanggulangi agar tidak terjadi kerusakan jaringan di atasnya dengan cara
membuang ekstremitas tersebut.

2. Hubungan Persepsi Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Pasien Penderita Diabetes
Mellitus Pasca Amputasi

Oleh : Deby Apriliana Christanty I Sanny Prakosa Wardhana Fakultas Psikologi,


Universitas Airlangga.

Web : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkk3bbeff2309full.pdf

Salah satu faktor penyebab amputasi adalah adanya gangguan pembuluh darah atau yang
biasa disebut PAD (Peripheral Arterial Disease) (DetikHealth, 2013). Prevalensi PAD pada
pasien diabetes menurut data di 7 wilayah Asia (termasuk Indonesia) adalah 17,7 persen
(DetikHealth, 2013). Indonesia tercatat memiliki 11.883 PAD pasien per 1 juta pasien diabetes.
Sebuah studi epidemiologi yang dilansir dari media masa melaporkan lebih dari satu juta
amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa
setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia (DetikHealth, 2013).
Salah satu rumah sakit di Surabaya, RSUD Dr. Soetomo, mencatat antara 25% sampai 29 %
pasien diabetes dengan kaki diabetes yang menjalani rawat inap beresiko mengalami amputasi
pada kaki (Pranoto, 2008).

3. Coping Stres pada Penderita Diabetes Mellitus Pasca Amputasi


Oleh : Laila Mufida Sadikin E.M.A Subekti Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga
Web: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jpkk7b92cdae5ffull.pdf

Diabetes tipe-2 merupakan jenis paling umum dari diabetes, dengan prosentase sekitar
85% hingga 95% dari kasus di negara maju dan persentase yang lebih tinggi di negara
berkembang. Diabetes mengakibatkan kadar sehingga dalam jangka waktu yang pendek/ panjang
dapat mengakibatkan kerusakan otak hingga amputasi dan penyakit jantung (American Diabetes
Association, 2007 dalam Riaz, 2009). Kasus amputasi nontraumatik sekitar 50%-70% terjadi
pada penderita diabetes dan penyebab paling umum dari amputasi akibat infeksi (Moulik, 2003
dalam, Jain, dkk., 2010). Flannery & Faria (1999:105) mencatat bahwa amputasi 15 kali lebih
mungkin terjadi pada penderita diabetes dibandingkan dengan bukan penderita diabetes.
Pengertian amputasi menurut KBBI adalah pemotongan (anggota badan), terutama kaki dan
tangan, untuk menyelamatkan jiwa seseorang. Amputasi berarti operasi pengangkatan bagian
organ tubuh karena trauma atau penyakit.

Cara menanggulangi:

Coping stres merupakan salah satu upaya yang dilakukan ketiga subyek untuk mampu
beradaptasi dengan kondisi pasca amputasi. Problem-focused coping digunakan subyek bilamana
subyek berusaha secara aktif melakukan usaha/tindakan untuk mengatasi/menghilangkan sumber
stres bahkan sebagai usaha preventif yang dilakukan untuk meminimalisir stressor yang mungkin
akan muncul/dialami subyek. Problemfocused coping lebih efektif digunakan sebagai usaha yang
dilakukan individu untuk mengubah kondisi yang penuh tekanan dengan menghadapi masalah
yang menjadi penyebab timbulnya stres secara langsung. Emotional-focused coping digunakan
bilamana individu berusaha untuk mengurangi ataumenghilangkan respon emosional dari kondisi
yang penuh dengan tekanan.

Hasil:

Strategi emotional-focused coping akan efektif digunakan pada stressor yang secara
emosional menyebabkan ketidaksehatan secara mental.

You might also like