You are on page 1of 16

MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.

2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

Teknik Konseling Individual Berwawasan Gender


Nadhifatuz Zulfa
Fakultas Ushuludin IAIN Pekalongan, Jawa Tengah Indonesia
Efa.Zulfa@Gmail.Com

Abstract: Individual counseling techniques that are gender-sensitive, are


individualized counseling techniques that are inserted by Gender Aware
Counseling (GAC) techniques. That is, the counselor's assistance to the
counselee (male and female), to increase gender awareness and sensitivity,
broaden insights about gender roles, and help improve skills overcoming
career development challenges in the background of gender relations. This
technique includes, among others: attending behavior with gender insight,
responding behavior, personalizing and initiating. GAC techniques that go into
individual counseling techniques, among others: the conceptualisation of
problems in responding, counseling interventions in personalizing, and
termination after initiating. It is hoped that with this technique, able to solve
problems based on gender equality, so that it will produce solutions that are
gender sensitive

Keywords: Individual Counseling Technique, GAC, gender sensitive

Abstrak: Teknik konseling individual berwawasan gender merupakan teknik


konseling individual yang disisipi teknik GenderAwareCounseling (GAC),
yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada konseli (laki-laki dan
perempuan) untuk meningkatkan kesadaran dan kepekaan gender, memperluas
wawasan tentang peran gender, dan membantu meningkatkan keterampilan
mengatasi hambatan pengembangan karier dalam latar relasi gender. Teknik
ini meliputi, antara lain: perilaku attending berwawasan gender, perilaku
responding, personalizing dan initiating. Teknik GAC yang masuk dalam
teknik konseling individual meliputi konseptualisasi problem dalam
responding, intervensi konseling dalam personalizing, dan terminasi setelah
initiating. Diharapkan dengan teknik ini mampu menyelesaikan problem-
problem berbasis kesetaraan gender sehingga menghasilkan solusi-solusi yang
responsif gender.

Kata Kunci : Teknik Konseling Individual, GAC, sensitif gender

Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 162


MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

1. Pendahuluan hakikat manusia sehat yang berorientasi


Gender Aware Counseling (GAC) androsentrik, kegiatan bimbingan dan
adalah inovasi terapi feminis dengan konseling yang memihak jenis kelamin
pemahaman gender sebagai bentuk tertentu (sexism), dan penelitian dalam
perubahan paradigma dari proses bimbingan dan konseling yang tidak
konseling berorientasi person ke arah berperspektif gender (Pajares, 2002;
orientasi sosial-person. GAC muncul Agustinar, 2008). Seks dan gender adalah
sebagai usaha memfasilitasi individu dua istilah yang berbeda. Seks adalah
secara non-sexist dibandingkan dengan atribut biologis manusia selaku laki-laki
terapi feminis yag hanya memfasilitasi atau perempuan, sebaliknya, gender adalah
individu perempuan dan bias pada individu atribut sosial seseorang selaku laki-laki
laki-laki. GAC perlu dipelajari dan atau perempuan. Penyamaartian seks dan
tekniknya perlu dikolaborasikan dalam gender melahirkan peran gender
teknik konseling individual mengingat berorientasi androsentrik yang
banyaknya ketimpangan gender dalam membedakan secara permanen sifat, peran,
pemberian layanan konseling individual dan posisi antara perempuan dan laki-laki.
pada klien, khususnya perempuan. Sifat feminim untuk perempuan dan sifat
Banyak kasus bias gender dalam wacana maskulin untuk laki-laki, peran domestik
dan praksis psikologi konseling. Kasus- untuk perempuan dan peran publik untuk
kasus sensitif yang dibawa klien wanita laki-laki, posisi tersubordinasi
menunjukkan gejala-gejala keterbatasan bagi perempuan dan mendominasi bagi
pemahaman konselor tentang problem laki-laki. Pembedaan peran gender laki-
klien yang sarat dengan bias gender. Solusi laki dan perempuan tidak dipermasalahkan
yang diambil sering memojokkan klien sepanjang tidak menimbulkan
perempuan terhadap aspek peran ketidakadilan gender, karena keduanya
tradisionalnya sehingga perempuan merasa memang memiliki kodrat masing-masing.
dirugikan. Penyebabnya adalah Namun kenyataan di lapangan
Pemahaman konselor akan kesetaraan menunjukkan bahwa perbedaan peran
gender masih terbatas dan dipengaruhi gender menimbulkan ketidakadilan gender
oleh budaya patriarki setempat. Juga dalam bentuk marginalisasi,
teknik yang dilakukan sama sekali bias subordinasi, stereotype, kekerasan, beban
gender, sehingga analisis pengambilan kerja yang berat, dan sosialisasi nilai peran
keputusan dirasa membuat perempuan gender yang diskriminatif.
masih menjadi bagian sub-ordinal laki-laki Keberadaan GAC yang
dan harus menerima kenyataan tentang dikolaborasikan dengan teknik konseling
ketimpangan perilaku dan konsep diri serta individu merupakan bentuk usaha
harga diri yang rendah. memasukkan teknik berbasis gender ke
dalam layanan konseling individu. Teknik
2. Pembahasan konseling individu berbeda dengan teknik
Keberadaan layanan Gender Aware konseling kelompok pada umumnya,
Counseling (GAC) dibutuhkan mengingat sehingga GAC dirasa lebih cocok jika
layanan bimbingan dan konseling yang dipadu-padankan ke dalam teknik
dilakukan selama ini seringkali diwarnai konseling individu dibanding ke dalam
bias-bias gender. Bias-bias gender tersebut teknik konseling kelompok yang lebih
bersumber dari pemahaman konselor yang banyak melibatkan klien ke dalamnya.
menyamaartikan seks dengan gender,
sikap dan pandangan konselor tentang

Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 163


MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

2.1. Konseling Berwawasan Gender mengembangkan konseling feminis,


Dalam sejarah perkembangan sasarannya memberdayakan prempuan.
Bimbingan dan Konseling di manca Tetapi konseling feminis pun dianggap
negara, bias-bias gender dalam praksis bias gender karena sasarannya hanya
bimbingan dan konseling telah direspon berfokus pada pemecahan masalah
oleh para konselor feminist dengan perempuan sehingga tidak bisa diterapkan
mengembangkan bimbingan dan konseling dalam mengkonseling laki-laki18.
feminis, sasarannya memberdayakan Konseling berperspektif gender merupakan
perempuan. Tetapi, bimbingan dan layanan konseling yang mengintegrasikan
konseling feminispun dianggap bias pendekatan konseling berlatar teori belajar
gender karena sasarannya hanya berfokus sosial dengan prinsip-prinsip dasar gender.
pada pemberdayaan dan pemecahan Konseling ini dibangun atas dasar filosofi
masalah perempuan. Karena itu para intersubyektivitas, yakni hubungan laki-
teoretisi dan praktisi bimbingan dan laki dan perempuan (relasi gender) adalah
konseling mengembangkan Konseling hubungan setara. Relasi yang berdasar
Berwawasan Gender (gender aware pada pandangan bahwa “aku” dan “kau”
counseling), yakni bantuan yang diberikan adalah hubungan antar manusia. Artinya
konselor kepada konseli (laki-laki dan “aku” dan “kau” sama-sama manusia
perempuan) untuk meningkatkan meskipun “aku” dan “kau” beda dalam
kesadaran dan kepekaan gender, fisik tetapi dalam kehidupan sosial jangan
memperluas wawasan tentang peran dibedakan. Oleh karena itu, pandangan
gender, dan membantu meningkatkan konseling berperspektif gender ini disebut
keterampilan mengatasi hambatan non-sexism. Konseling berperspektif
pengembangan karier dalam latar relasi gender ini berada pada lintas paradigmatik,
gender (Good, G. & Scher, 1990). yaitu integrasi antara psikologi internal
Konseling berperspektif gender (androgini), eksternal (lingkungan) relasi
berkembang secara evolusi sebagai respon sistemik (relasi gender) dan kontekstual
terhadap adanya bias-bias gender dalam (rasa keberhasilan dalam studi dan karir).
pelaksanaan konseling konvensional. Bias- Meski demikian, dasar teori utama
bias gender tersebut adalah: 1) penekanan konseling berperspektif gender adalah teori
pada peran gender tradisional (psikologi belajar sosial dalam latar gender. Prinsip
berasumsi masalah perempuan akan perubahan konseling berperspektif gender
terselesaikan melalui perkawinan atau ini adalah perilaku bermasalah (kognisi,
dengan menjadi isteri yang baik, 2) bias emosi, merupakan hasil unlearning,
dalam harapan-harapan atau sikap-sikap learning & relearning) dan bisa diubah
yang merendahkan perempuan dengan pengalaman belajar yang baru.
(menganggap tidak pantas) sikap asertif
dan aktualisasi diri perempuan dan 2.2. Teknik GAC dalam konseling
menekankan pentingnya ciri-ciri Individual
dependensi dan posivitas bagi perempuan Konseling individual memiliki 3
yang asertif dan menampilkan dorongan tahapan, yakni tahap awal, tahap
kuat untuk berprestasi sebagai memiliki pertengahan/kerja, dan tahap akhir
penis envy, secara langsung maupun tidak (Juntika, 2011). Pada ketiga tahapan
langsung mengindikasikan bahwa konseling individual ini, seorang konselor
perempuan adalah obyek seksual laki-laki harus menguasai keterampilan dari teknik
dan harus menyesuaikan diri dengan peran konseling individual, yang terbagi dalam
tersebut. Pada awalnya, terjadinya bias- empat tahapan teknik. Disebut tahapan
bias dalam pelaksanaan konseling direspon teknik, karena teknik yang dilakukan harus
oleh para konselor feminis dengan bertahap dan urut. Dalam setiap teknik
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 164
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

tahapan, ada keterampilan yang harus 1) Meningkatkan harga diri klien; 2)


dikuasai. Dari setiap tahapan inilah, teknik Menciptakan suasana yang aman dan; 3)
Gender Aware Counseling disisipkan ke Mempermudah ekspresi perasaan klien
dalamnya untuk menghasilkan teknik dengan bebas. Adapun perilaku attending
konseling individual berwawasan gender. yang tidak baik menurut Willis (2011:
161) adalah: 1) Kepala; kaku. 2) Muka;
2.2.1. Attending kaku, ekpresi melamun, mengalihkan
Attending dalam kamus bahasa pandangan, tidak melihat saat klien sedang
inggris berarti melayani. Perilaku bicara, mata melotot; 3) Posisi tubuh,
attending berarti perilaku melayani klien tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk
dengan menggunakan keterampilan dengan klien menjauh, duduk kurag akrab
konseling. Carkhuff dalam Lubis (2011: dan berpaling; 4) Memutuskan
92) menyatakan bahwa melayani klien pembicaraan, berbicara terus tanpa ada
secara pribadi merupakan upaya yang teknik diam untuk memberi kesempatan
dilakukan konselor dalam memberikan klien berfikir dan berbicara; ©) Perhatian;
perhatian secara total kepada klien. Hal ini terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
ditampilkan melalui sikap tubuh dan Perilaku attending yang baik
ekspresi wajah. menghasilkan klien yang involve, dengan
Disebut juga sebagai perilaku indikasi klien merasa nyaman, merasa
menghampiri klien yang mencakup masuk ke dalam konseling dan merasa
komponen kontak mata, bahasa badan, dan terlibat juga merasa ada yang ikut
bahasa lisan. Perilaku attending yang baik membela dan merasakan penderitaannya.
adalah kombinasi ketiga komponen Konselor harus memiliki pemahaman dan
tersebut sehingga akan memudahkan kesadaran terhadap kesetaraan gender
konselor untuk membuat klien terlibat (Sanyata, tt), sehingga konselor bisa
pembicaraan dan terbuka. Attending yang mengaplikasikan keterampilan konseling
baik dapat: (1) meningkatkan harga diri yang sadar gender dalam perilaku
klien; (2) menciptakan suasana yang aman; attending dengan baik, yaitu meliputi
(3) mempermudah ekspresi perasaan klien keterampilan stucturing(keterampilan
dengan bebas. menstruktur/memimpin), attending
Berikut akan dikemukakan personaly (keterampilan melayani pribadi),
penampilan (attending) yang baik menurut observing (keterampilan mengobservasi),
Willis (2011: 160-161): 1) kepala; positioning listening (keterampilan dalam
melakukan anggukan jika setuju; 2) mendengarkan), dan Emphaty
ekspresi wajah; tenang, ceria, dan senyum; (keterampilan berempati).
3) posisi tubuh; agak condong kearah
klien, jarak konselor-klien agak dekat, 2.2.2. Responding
duduk akrab berhadapan atau Respon berwawasan gender dari
berdampingan; 4) Tangan; variasi gerakan konselor memungkinkan klien melakukan
tangan atau lengan spontan berubah-ubah eksplorasi terhadap kedudukan dan
menggunakan tangan sebagai isyarat, hubungannya dengan dunia. Untuk itu
menggunakan gerakan tangan untuk konselor harus mendengarkan pernyataan
menekankan ucapan; ©) Mendengarkan; klien baik-baik agar dapat merespon
aktif penuh perhatian, menunggu ucapan dengan tepat. Merespon berarti memasuki
klien hingga selesai, dian (menanti saat “frame of reference” klien (dunia klien)
kesempatan bereaksi), perhatian terarah dan mengomunikasikannya kepada klien
pada lawan bicara. tentang apa yang konselor dengar. Dengan
Menurut Willis, attending yang kata lain, ada dua perangkat keterampilan
baik ini sangat dibutuhkan, karena dapat: yang diperlukan untuk merespon, yaitu
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 165
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

membedakan secara akurat dimensi- “Apa yang dapat saya lakukan


dimensi pengalaman klien, dan untuk membantu Anda?”
mengomunikasikan secara akurat kepada “Ceritakan kepada saya apa yang
klien dimensi-dimensi yang diterima dan menusahkan Anda?”
dipahami konselor itu (Abimanyu dan “Apa yang sedang Anda pikirkan?”
Amrinhu, tt: 108). b. Pertanyaan terbuka
Pada tahapan teknik responding, Pertanyaan atau pernyataan
diberlakukan konseptualisasi problem. Hal terbuka mengajak klien untuk
ini termasuk ke dalam asesmen awal GAC. mengarahkan pembicaraannya dengan
Proses konseptualisasi problem sebagai memberikan lebih banyak uraiannya
upaya untuk memahami persepsi individu mengenai hal yang telah
terhadap masalahnya (Good, 1990). dikemukakannya. Contoh: “Bagaimana
Konselor menggunakan GACuntuk perasaan ibu ketika tahu dia kecanduan
membantu konseli memahami peran sosial obat terlarang itu?” “Usaha-usaha apa
gender yang selama ini dimainkan oleh yang telah ibu lakukan untuk memutus
individu. Konseptualisasi problem ketergantungannya pada obat terlarang
difokuskan pada persepsi individu itu?”
terhadap masalah yang dihadapi terutama c. Mendengarkan secara akurat
berkaitan dengan peran-peran gender yang d. Mengikuti pokok pembicaraan
selama ini diyakini oleh individu. Pada e. Dorongan minimal.
tahap konseptualisasi masalah, konselor Dorongan minimal adalah suatu
akan memiliki informasi awal tentang isyarat, anggukan, sepatah kata, gerakan
individu khususnya problem berbasis anggota badan, atau pengulangan kata-
gender (sanyata, tt: 7-8). kata kunci untuk menunjukkan bahwa
Wawancara awal mengenai konselor mempunyai perhatian dan
masalah klien jika mendapatkan respon mengikuti dengan baik pembicaraan
yang tepat dari konselor, maka klien akan klien. Dorongan minimal juga
terus mengeksplorasi pengalamannya dan memberikan kesempatan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari keleluasaan kepada klien untuk terus
dalam dirinya sendiri. Dengan adanya berbicara. Contoh dorongan minimal
respon, klien dapat merasakan bahwa yaitu “O-ya”, “Ya.”, “Mmm.”, dan
konselor benar-benar memahami masalah “Jadi?”
klien. Respon yang diberikan secara terus f. Paraphrase dan refleksi
menerus dan tepat juga dapat memecahkan Paraphrase dan refleksi
problem klien. dilakukan dengan menyimpulkan atau
Perilaku responding ini didukung menyaringkan pernyataan klien.
menurut Abimanyu dan Marinhu (Tt: 101- Contoh: Klien : “Semuanya
107) oleh keterampilan dasar sebagai membosankan. Tidak ada sesuatu yang
berikut: baru, tidak ada yang menyenangkan.
a. Mengajak terbuka untuk berbicara Semua teman-teman saya pergi
Setelah tahap persiapan meninggalkan saya. andai kata saya
konseling dirasa cukup dan klien mempunyai uang, saya sudah dapat
tampak mulai terdorong untuk berbuat banyak.” Konselor
“involve” secara aktif maka konseling (paraphrase): “Tanpa mempunyai uang
dapat melangkah ke tahap pertama dan teman, tidak ada satupun yang
proses konseling dengan mengajak dapat Anda kerjakan seskarang ini.”
klien memulai berbicara, misalnya: Konselor (refleksi): “Anda merasa
“Apa yang dapat saya bantu?” bosan dengan keadaan yang Anda alami
saat ini.”
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 166
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

g. Merangkum (summarizing) Respon konselor terhadap


Dalam merangkum hal-hal yang ekspresi klien yang pertama adalah
telah terjadi selama wawancara dengan respon terhadap isi pernyataan klien.
klien, konselor harus mampu Unsur-unsur dari isi menekankan
menganalisis dan mengikat dalam satu pertanyaan dasar 5W+1H. Unsur-unsur
pernyataan singkat tentang ide-ide dan isi juga menekankan urutan
perasaan-perasaan mereka. kepentingan dan hubungan sebab akibat
Summarizing ini bertujuan untuk dari kejadian-kejadian. Konselor
memberikan sentuhan perasaan kepada merespon isi agar memperjelas unsur-
klien agar terdorong dalam menemukan unsur pengalaman klien yang penting.
ide-ide dan perasaan, serta kesadaran Mempunyai data isi yang akurat
belajar dan pemecahan masalah memungkinkan konselor mewujudkan
(Effendi, 2016: 189). respon dalam memberi bantuan, yaitu
Contoh: “Anda telah merespon perasaan dan merespon arti
mendiskusikan pendapat Anda (Abimanyu dan Marinhu, Tt: 108).
menganai kedudukan Anda dalam Dalam merespon akan digunakan
pekerjaan masa lalu, baik itu hal-hal paraphrase dan reflektif. Konselor
yang Anda tidak sukai maupun yang memparafrasakan atau merefleksikan isi
Anda sukai. Anda telah bicarakan pula dengan cara mengatakan kepada klien
rencana untuk melatih diri sehubungan dengan singkat dan jelas dengan kata-
dengan jabatan Anda. Anda siap untuk kata konselor sendiri tentang hal-hal
melihat pertimbangan-pertimbangan yang paling penting yang telah
lain dalam merencanakan suatu karir dikatakan oleh klien kepada konselor.
baru." Konselor mencoba menangkap unsur-
h. Klarifikasi unsur esensial dari perkataan klien
Menjernihkan suatu materi kemudian merefleksikannya kembali
pembicaraan yang masih kabur, akan kepada klien (Geldard and Geldard,
membawa pada fokus pembicaraan 2011:72).
yang lebih tajam dan jelas. Konselor Ada tiga cara dasar untuk
dapat meminta penjelasan kepada klien merespon isi, yaitu: 1) Respon secara
bilamana dalam menyampaikan pesan kronologis. Respon terhadap isi yang
masih kabur, kurang lengkap, dikemukakan klien secara kronologis
membingungkan, atau kata-kata klien berarti konselor merespon berdasarkan
demikian kacau (Effendi, 2016: urutan kejadiannya. Formatnya yaitu:
180).Kata-kata konselor untuk meminta “Anda mengatakan bahwa apa yang
lebih jelas tentang pesan yang terjadi pada diri Anda adalah
disampaikan klien, antara lain sebagai ....(kejadian pertama)...., kemudian
berikut: “Saya kurang jelas bagaimana diikuti dengan ....(kejadian kedua)....
perasaan Anda terhadap jabatan yang dan akhirnya ....(kejadian ketiga)....”2)
Anda emban sekarang?” “Dapatkah Respon isi berdasarkan pentingnya.
Anda mengulang secara singkat dan Respon konselor yang ditunjukkan
berikan gambaran sekali lagi?” “Saya untuk mengorganiasasikan isi ekspresi
kurang mengeri, dapatkah Anda yang berdasarkan pentingnya isi
menceritakan lagi?” tersebut, berarti konselor
Untuk merespon klien dengan baik, mengorganisasikan isi dari yang paling
ada tiga jenis responding yang bisa penting ke yang kurang penting.
digunakan oleh konselor, yaitu: merespon Formatnya yaitu: “Anda mengatakan
isi, merespon perasaan dan merespon arti. ....(paling penting)...., ....(agak
a. Merespon isi penting).... dan ....(kurang penting)....”;
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 167
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

3) Respon isi berdasarkan sebab-akibat mengajukan pertanyaan empati


Ini berarti mengidentifikasi tentang dalam dirinya sendiri, “Akan
bagaimana satu kejadian atau tindakan bagaimanakah perasaan saya jika
menghasilkan terjadinya kejadian saya adalah klien tersebut?”.
lainnya (Abimanyu dan Marinhu, Tt: Kemudian setelah beberapa saat
109-111). Format yang digunakan mengingat kembali isi pernyataan
adalah: “Anda mengatakan bahwa klien, maka konselor dapat
...(penyebab)... maka ....(akibat)....” menjawab “Saya akan merasa sedih
b. Merespon Perasaan jika saya adalah klien itu”.
Merespon perasaan adalah Akhirnya respon konselor yang
keterampilan yang penting dalam empati terhadap pernyataan klien
memberi bantuan karena perasaan tersebut adalah “Anda merasa
merefleksikan pegalaman efektif sangat sedih”.
tentang diri klien sendiri terhadap dunia 3) Mengembangkan respon yang
mereka. Klien mungkin dapat dipertukarkan
mengekspresikan secara verbal atau Suatu respon dapat dipertukarkan
langsung perasaan–perasaan yang jika konselor dan klien
mendominasi mereka. Atau klien mengekspresikan perasaan yang
mungkin hanya mengekspresikan sama. Secara operasional dalam hal
perasaan-perasaan mereka secara tidak perasaan yang diekspresikan,
langsung melalui tekanan suara, atau konselor dapat mengatakan apa
melalui pendeskripsian situasi yang yang dikatakan oleh klien. Respon
mereka hadapi sendiri. Konselor pertama yang konselor kemukakan
hendaknya dapat menunjukkan secara hendaknya mencakup kata-kata
eksplisit pada klien level pemahaman perasaan yang sederhana yang
kita tentang perasaan klien (Abimanyu merefleksikan perasaan-perasaan
dan Marinhu, Tt: 112-118). yang diekspresikan klien. Konselor
1) Mengajukan pertanyaan empati dapat mengajarkan ini dengan
Untuk merespon perasaan klien, menggunakan format yang
konselor harus mengobservasi sederhana yaitu “Anda merasa....”
tingkah lakunya dengan Sebelum konselor pindah ke
memperhatikan postur klien dan komunikasi yang lebih kompleks,
ekspresi wajahnya. Ekspresi ia harus belajar memformulasikan
pribadi klien dan tekanan suara respon yang sederhana itu terlebih
akan mengatakan pada konselor dahulu.
banyak hal tentang bagaimana 4) Mengembangkan kata-kata
pengalaman mereka sendiri. perasaan
Selanjutnya konselor harus Konselor dapat mengatakan bahwa
meringkas apa yang telah dilihat ia merespon perasaan klien jika
dan didengar yang menandakan konselor dapat menangkap esensi
perasaan klien. Kemudian konselor dari perasaan klien dalam satu atau
menanyakan kepada dirinya sendiri lebih kata-kata perasaan. Konselor
“Jika saja klien dan saya perlu mengembangkan
mengajarkan dan mengatakan hal- perbendaharaan kata-kata perasaan.
hal ini, bagaimana perasaan saya?” Konselor juga harus dapat
2) Menjawab pertanyaan empati mengomunikasikan kepada klien
Setelah konselor mendengarkan pemahaman konselor tentang
pernyataan klien dengan cermat, perasaan-perasaan klien.
maka konselor hendaknya 5) Merespon perasaan sedih
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 168
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

Satu dari perasaan-perasaan yang kelas (Abimanyu dan Marinhu, Tt: 119-
umumnya mendominasi klien 122).
adalah sejenis perasaan sedih atau 1) Respon yang dapat dipertukarkan
murung. Level energi klien seperti Respon terhadap arti tidak lengkap
itu rendah. Suatu saat ia jika tidak mengombinasikan
mengemukakan perasaannya perasaan dan isi. Pemahaman
“Yang ada dalam pikiran saya terhadap ekspresi klien dapat
adalah bahwa saya tidak dapat dikomunikasikan dengan
berhasil”. Kata perasaan yang melengkapi respon perasaan
sangat cocok dengan ekspresi klien dengan respon isi, sehingga respon
seperti itu adalah “Anda merasa seperti benar-benar dapat
berkecil hati?” membantu secara penuh. Misalnya
6) Merespon perasaan senang dalam respon berikut: “ Anda
Pada saat-saat tertentu yaitu jika mengatakan bahwa....” adalah
klien telah menemukan arah atau respon terhadap ekspresi isi; dan
jalan keluar dari masalahnya ia respon “Anda merasa....” adalah
merasa gembira. Keseluruhan respon terhadap ekspresi perasaan.
sikapnya berubah. Perasaan Jika kedua respon ini dijadikan satu
gembira seperti itu perlu mendapat maka terwujudlah respon arti.
respon. Dalam keadaan gembira itu Format yang efektif bagi respon
klien mungkin berkata “Wou, saya arti yang dapat dipertukarkan itu
tidak sabar lagi. Saya ingin segera “Anda merasa....karena....”.
memulainya.” Kemudian konselor 2) Respon terhadap perasaan dan isi
merespon ekspresi itu sebagai yang banyak
berikut “Anda benar-benar merasa Jika konselor tidak merespon pada
gembira”. isi dan perasaan, konselor akan
7) Respon terhadap rasa marah tidak bisa membawa proses
Semakin klien mengekspresikan bantuan itu ke tahap tindakan. Ini
perasaaannya, semakin berkurang berarti konselor akan gagal
kemungkinannya ia bertindak membantu klien, dan pada
distruktif. Dengan kata lain, gilirannya klien sendiri akan gagal
semakin banyak klien dalam mengatasi masalahnya.
mengekspresikan perasaannya, Untuk memahami pelaksanaan
semakin klien dapat respon terhadap perasaan dan isi
menyalurkannya secara konstruktif. yang banyak, perhatikan contoh
Contoh ekspresi marah: Klien: berikut ini:
“Persetan dengan dia. Suatu saat Klien : “Saya benar-benar marah
akan kutemui lagi dia dan rasakan kepada mereka. Pertama mereka
pemabalasanku!” Konselor: “Anda memberi saya kesempatan dan
merasa sangat marah.” kemudian mereka cabut kembali.”
c. Respon arti Konselor: “Anda merasa geram
Repon konselor harus karena mereka curang pada Anda.”
dilengkapi dengan respon arti, yaitu Klien : “Sekarang kesempatan itu
kombinasi dari respon isi dan respon tidak ada lagi. Saya benar-benar
perasaan. Isi digunakan untuk membuat sedih memikirkannya.”
perasaan menjadi berarti. Isi Respon konselor selanjutnya dapat
memberikan arti intelekual pada berbentuk respon isi dan perasaan
ekspresi pengalaman klien. Misalnya yang ganda (yang mencakup
Ahmad merasa senang karena naik respon atas pernyataan klien
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 169
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

pertama ataupun kedua). Respon Pengetahuan, pemahaman dan perspektif


konselor itu diantara lain adalah baru individu tentang gender akan
“Anda merasa geram mereka bermanfaat untuk memberi peluang
curang, dan sekarang anda sedih melatih keterampilan dan sikap dalam
karena kehilangan kesempatan.” kehidupannya. Setelah individu memiliki
3) Respon terhadap perasaan dan isi pengetahuan, pemahaman dan pandangan
yang sulit baru tentang konsep gender melalui
Dalam beberapa hal, bisa saja klien diskusi maka individu didorong untuk
masih merasa ragu-ragu terhadap melakukan eksplorasi, bagaimana
kemampuan konselor untuk implikasi perubahan untuk mencegah
membantu atau mungkin pula klien problem sosial terkait dengan
masih ragu-ragu apakah konselor gender(Sanyata, Tt: 8).
bisa dipercaya dalam membantu 1) Perzonalizing makna/arti
persoalan yang sangat pribadi, dan Personalisasi arti adalah langkah
lain-lain keraguan masih banyak pertama seorang konselor memudahkan
lagi. Konselor hendaknya cepat pemahaman klien mengapa pengalaman
tanggap dan merespon seperti itu penting akan dirinya. dengan
format berikut “Anda merasa ragu- demekian mempersonalisasi arti adalah
ragu terhadap saya, karena anda langkah utama menuju pemahaman
mengira saya tidak mampu klien tentang kedudukan dalam
memahami diri sendiri”. hubungan dengan tujuan yang merka
inginkan atau kebutuhan kebutuhan
2.2.3. Perzonalizing/Personalisasi yang ingin mereka capai.
Perzonalizing/personalisasi adalah Contoh :
dimensi yang lebih kritikal bagi perubahan  Konseli : "Saya selalu
klien. Dikatakan kritikal, karena ia kesiangan kuliah, karena kamar mandi
menekankan peragasukmaan tanggung di asrama terbatas sehingga antrunya
jawab klien akan masalah-masalahnya; dan lama, di jalan macet belum lagi
mencakup arah di balik materi yang angkotnya suka nunggu lama. Di kelas
diekspresikannya. Manakala konselor suka kecapean sehingga tidak mudah
mengatakan lagi secara akurat kepada konsentrasi"
ekspresi-ekspresi klien, ia memudahkan  Konselor : "Anda suka
pemahaman klien akan dimana dirinya kesiangan kuliah karena belum dapat
berada sekaitan dengan keinginan dan mengatur kebutuhan waktu secara tepat
kebutuhannya (Abimanyu dan Marinhu, agar tidak terburu-buru ke kelas"
Tt: 131).  Konseli : "Saya sering tidak
Teknik GAC yang digunakan pada mengerjakan tugas karena dosen tidak
perilaku personalizing adalah intervensi jelas menyampaikan kapan tugas
konseling. Rentang intervensi pada gender dikumpulkan, sulit memperoleh bahan
aware therapy meliputi diskusi langsung, dan saya tidak punya waktu untuk
memberikan dmotivasi, memberi bertanya kepada teman"
klarifikasi, melakukan interpretasi,  Konselor : "Anda kesulitan
konfrontasi, memberi informasi, mengerjakan tugas karena tidak
eksperimentasi, modeling, terbuka, minta penjelasan kepada dosen, dan
bibliotherapy dan dukungan dari sulit bertanya kepada
kelompok. Konselor membantu teman"(Musnamar, 2008: 185)
menginternalisasi pemahaman dan 2) Keterampilan mempersonalisasikan
pandangan tentang stereotype gender masalah
dalam pandangan laki-laki dan perempuan.
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 170
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

Pesonalisasi masalah di memperhitungkan dan bertanggung


dasarkan pada personalisasi arti. jawab atas peranan mereka dalam
Konselor mempersonalisasi masalah kekurangan-kekurangan tersebut.
jika ia ingin membutuhkan klien yang Mereka harus menanyakan dan
memahami apa yang membuat mereka menjawab pertanyaan seperti : “Hal
tidak terpecahkan. Personalizing apa yang ada padaku sehingga
problems terdiri atas: conceptualizing menyebabkan masalah?” Sebagai
deficits, internalizing deficits, contoh, mereka (helpee) dapat
concretizing deficits, personalizing menemukan peranan masing-masing
feeling about deficits, confronting dalam gangguan komunikasi dengan
deficits. orangtua atau teman, dalam proses
a) Conceptualizing deficits belajar dengan guru atau juga dalam
Dalam mengkonseptualisasi bekerja dengan sesama pegawai. Dalam
kekurangan-kekurangan, kita dapat pemberian respon terhadap kekurangan
menanyakan pertanyaan seperti: Hal yang terinternalisasi atas hilangnya
apa yang hilang sehingga kesempatan helpee, kita dapat
menyebabkan masalah? Pertanyaan menginternalisasikan kekurangan
tersebut dapat dengan bebas ditanyakan tersebut melalui format sebagai berikut,
terhadap sumber masalah. Hal itu “Kau merasa ______karena kau tidak
dimaksudkan untuk memastikan bisa_______.”
bahasan hilang, yang berkontribusi Contoh: “Kau merasa frustasi
terhadap masalah. Terkadang pada karena kau tidak bisa mengambil inisiatif.”
awalnya kita tidak menyadari apa yang c) Concretizing deficits
mungkin menjadi bahasan hilang Akhirnya, merupakan hal
tersebut. Kita harus mencari pemberi penting untuk menkonkritkan
informasi dan orang lain yang kekurangan-kekurangan yang ada. Jika
dapatmemberi saran. Sebagai contoh, kita dapat mengkonkritkan kekurangan
hubungan interpersonal yang fasilitatif tersebut, kita akan mampu untuk
bisa saja hilang dalam komunikasi mengkonkritkan tujuan dan kemudian
gangguan komunikasi dengan orang membuat tujuan tersebut dapat diraih.
tua, teman, guru atau pegawai kita. Dalam mengkonkritkan kekurangan,
Dalam ilustrasinya, saat helpee kita menjawab pertanyaan: “Bagaimana
kehilangan kesempatan, inisiatif juga bisa kita mengamati atau mengukur
hilang. Mungkin tidak seorang pun kekurangan?” Sebagai contoh, dalam
mengambil inisiatif untuk membuat gangguan komunikasi, kita bisa
kesempatan tersebut menjadi jelas mengamati atau mengukur kekurangan
baginya. Tentu saja, helpee tidak akan melalui criteria kurangnya perhatian
mengambil inisiatif untuk mengambil dantanggapan antara berbagai pihak.
untung dari kesempatan tersebut. Kita Dalam mengkonkritkan kurangnya
dapat mengkonseptualisasikan inisiatif helpee, kita dapat mengamati
kekurangan-kekurangan yang ada pada atau mengukur kekurangan tersebut
helpee dengan memakai format : “Kau melalui ketidakmampuan untuk
merasa _____karena_____telah hilang.” mengambil langkah perencanaan dalam
Contoh: “Kau merasa frustasi karena mengambil keuntungan dari suatu
inisiasi yang kau miliki telah hilang.” kesempatan, saat kesempatan tersebut
b) Internalizing deficits muncul. Dalam mengkonkritkan
Kita harus menginternalisasi kekurangan, kita dapat menggunakan
kekurangan-kekurangan. Hal ini format: “Kau merasa _____karena kau
dimaksudkan agar helpee dapat
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 171
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

tidak bisa______ seperti yang kita menunjuk kepada ketidak sesuaian


ditunjukkan oleh____.” antara apa yang dikatakan helpee
Contoh: “Kau merasa frustasi tentang perasaannya dan apa yang
karena kau tidak bisa mengambil mereka tunjukan dalam perbuatan.
inisiatif, seperti yang ditunjukkan Ketidaksesuaian tersebut dapat berada
oleh ketidakmampuanmu untuk antara bagaimana helpee sesungguhnya
mengambil langkah yang tepat pada dan bagaimana mereka ingin terlihat.
waktu Ketidak sesuaian juga bisa berada di
d) Personalizing feeling about deficits antara sudut pandang dan tindakan.
Kita akan mempersonalisasikan Dalam membuat suatu konfrontasi
perasaan baru yang menyertai masalah biasanya paling efektif untuk
yang terpersonalisasi. menggunakan format konfrontasi
Mempersonalisasikan perasaan ringan seperti “disatu pihak kau
menekankan pada pemberian respon mengatakan/ merasakan/ melakukan
terhadap apa yang helpee rasakan ________________ sementara dipihak
tentang kekurangan mereka. Hampir lain kau mengatakan/ merassakan/
pada umumnya, pengalaman helpee melakukan _____.” Ketika konfrontasi
tersusun atas perasaan „down‟ dan semacam ini dibuat dalam konteks
perasaan sedih. Saat kita terus hubungan yang terpersonalisasi,
menanyakan pertanyaan tentang mereka dapat mempromosikan suatu
perasaan seperti, “Apa yang penyelidikan akhir terbuka pada
membuatku merasakan ini?”, kita juga perilaku. Konfrontasi yang efektif
biasa mengakhirinya dengan selalun diikuti oleh respon helper
perasaan-perasaan, termasuk perasaan yang efektif pula. Ingatlah bahwa
kecewa. Contohnya, rasa sakit hati, konfrontasi tidak akan pernah
disakiti, lemah dan mudah terluka seperlunya dan tidak pernah
biasanya menjadi perasaan-perasaan secukupnya. Bagaimanapun dalam
tentang kekecewaan diri karena helpee penanganan helper yang efektif,
kurang tanggap dalam menangani konfrontasi bisa menjadi perangkat
keadaan mereka. Kemudian, helpee efisien untuk mendaur ulang
merasakan kecewa di dalam dirinya pemahaman dan penyelidikan yang
karena gangguan dalam berkomunikasi. lebih jauh lagi. (UPI, 2017)
Begitu pula halnya, helpee kecewa Contoh: Kamu mengatakan bahwa
karena kurangnya inisiatif dalam kamu merasa kecewa pada kekurang
dirinya. Anda merasa (perasaan yang inisiatifanmu, akan tetapi kamu tidak
lebih jatuh lagi terhadap diri sendiri) berbuat apa-apa mengenai hal itu.
karena Anda kekurangan ______ Personalisasi implikasi:
Contoh: “Kamu merasakan kecewa Mempertimbangkan impikasi-
terhadap dirimu sendiri karena implikasi pribadi bagi klien. Konselor
kekuranganmu dalam mengambil dapat mempersonalisasi implikasi untuk
inisiatif.” berbagai jenis pengalaman kehidupan
e) Confronting deficits belajar dan kerja. Misalnya: dalam kasus
Terkadang kita dapat memilih klien kehilangan kesempatan belajar ,
mempercepat personalisasi masalah- konselor setelah mengajukan pernyataan
masalah melalui konfrontasi. implikasi ia dapat membuat suatu
Konfrontasi bisa melalui berbagai responyg di personalisasikan terhadap
bentuk. Kita dapat menghadapi helpee pengalaman klien mempersonalisasikan
yang perilakunya tidak sesuai dengan Implikasi
apa yang mereka katakan. Terkadang
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 172
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

Contoh hal ini di fasilitasi dari inisiatif dari


++ Konseli: "Saya marah sekali pada konselor. Proses inisiasi mencakup
mereka. Mula-mula mereka memberi saya tujuan, pengembangan program,
kesempatan, tetapi kemudian mereka perencanaan serta reinforcement dan
mencabutnya kembali" mengindividualisasian langkah-
++Konselor:"Anda merasa geram karena langkah. Penetapan tujuan menekankan
anda merasa dikhianati" pada pengoprasian pada tujuan
Personalisasi masalah-masalah pengembangan program menekankan
Mempersonalisasikan masalah adalah pada langkah-langkah yang dibutuhkan
langkah untuk menuju tujuan, tindakan untuk mencapai suatu tujuan.
dan merencanakan program Perencanaan jadwal menekankan pada
pelaksanaannya. Konselor mendorong pelengkap peneguhan untuk melangkah.
klien untuk melihat dirinya sebagai Pengindividualisasian menekankan
“sumber” dari masalah pada memastikan bahwa langkah-
Mempersonalisasikan Tujuan langkah tersebut berhubungan dengan
Mempersonalisasikan tujuan dapat bingkai referensi konseli.
dilakukan jika konselor telah mampu Sering kejadian klien kurang
mempersonalisasikan masalah secar bersemangat atau suka diam dalam
objektif. Yaitu dengan menentukan suatu diskusi konseling. Keadaan ini
tingkah laku yang menjadi jawaban dari mungkin di sebabkan klien masih ragu
masalah yang dipersonalisasikan untuk terlibat dalam diskusi konseling.
(Abimanyu dan Marinhu, Tt: 135) . Kurang mengetahui cara untuk
Mempersonalisasikan tentang perasaan mengemukakan masalah secara rinci,
Mempersonalisasikan perasaan kehilangan arah pembicaraan, atau
tentang defisit menekankan pada respon dalam kondisi emosional seperti cemas
bagimana klien merasakan kedefisitan dan sebagainya. Tujuan ketrampilan
mereka itu pada umumnya pengalaman initiating adalah memberi kemampuan
klien berupa perasaaan kekecewaan atu kepada calon konselor untuk membuat
sedih. terus mengajukan pertanyaan kalimat-kalimat yuang menggambarkan
tentang perasaan , bagaimana hal itu bisa teknik mengambil inisiatif. Dan materi
mempengaruhi perasaan saya? biasanya latihan ketrampilan initiatin berupa
konselor mengakhiri perasaan berisi latihan membuat kalimat-kalimat yang
kekecewaan . jadi misal , perasaan sakit menggambarkan teknik mengambil
atau terluka atau biasanya kecewa karena inisiatif dan latihan menangkap kondisi
klien kurang kemampuan untuk mengatasi klien yang cenderung kurang inisiatif
masalah tersebut jadi klien merasa kecewa dan semangat dalam wawancara
akan dirinya dalam ganguan dalam konseling (Willis, 2011: 199-200).
komunikasi. sama halnya jika kliyen Menentukan Tujuan
kekurangan dalam berinisisatif, dengan Tujuan yang paling kritis dalam
demikian format respon sebagai berikut : penginisasian adalah penetapan tujuan.
“anda merasa.........dalam diri anda Jika tujuan dan operasionalnya telah
sendiri...............” ditetapkan, maka arah pemberian bantuan
3) Ketrampilan Initiating menjadi jelas. Dalam menetapkan tujuan,
Pemberian inisiasi menekankan digunakan pula 5 kata tanya dasar dengan
pada memfasilitasi usaha konseli untuk cara yang kreatif (What, Who, Why, When,
bertindak dalam mencapai tujuannya. Where, How). 5 WH tersebut digunakan
Tindakan ini di dasarkan atas dalam lingkup pengoperasian tujuan yang
pemahaman mereka yang telah unsur-unsurnya terdiri atas : komponen,
terpersonalisasi terhadap tujuan mereka. fungsi, proses, kondisi dan standar.
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 173
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

Pengoprasian ini akan menekankan seluruh menjelaskan fungsi. Ketrampilan konseli


unsur yang dibutuhkan untuk mencapai dalam belahar mungkin akan
tujuan. mensyaratkan kemampuan untuk
a. Penetapan komponen-komponen mengeksplorasi, memahami dan
Unsur pertama dari tujuan adalah mengambil tindakan atas tiap ketrampilan
komponen. Komponen menggambarkan untuk dipelajari. Ketrampilan konseli
siapa (Who) dan apa saja (What) yang dalam bekerja mungkin mensyaratkan
terlibat dalam suatu tujuan. Komponen- kemampuan untk menangani masalah atau
komponen tersebut bisa saja mencakup membuat keputusan secara terencana. Hal
unsur-unsur seperti materi pelajaran atau ini penting untuk menjadi snagat spesifik
isi, begitu pula guru atau siswa. dalam menentukan kriteria keefektifan.
b. Penetapan fungsi-fungsi Jika tidak, konseli tidak akan tahu dimana
Unsur kedua dalam penetapan saat-saat mereka telah mencapai tujuan
tujuan adalah fungsi. Fungsi yang mereka inginkan.
menggambarkan apa yang dilakukan Mengembangkan Program
seseorang atau sesuatu. Fungsi adalah kata Menetapkan tujuan saja tidak
kerja operasional yang menggambarkan cukup untuk mencapainya. Untuk dapat
pada aktifitas. Dalam lingkup mencapai tujuan harus dibuat programnya.
pembelajaran, fungsi dapat menekankan Program adalah prosedur langkah demi
pada aktifitas pembelajaran tertentu, langkah untuk mencapai tujuan. Program
misalnya: menerima, memperoleh, biasanya disusun secara bertautan. Artinya,
mengaplikasikan, dan mentransfer materi setiap langkah tergantung pada
pelajaran. keberhasilan langkah sebelumnya. Dengan
Penetapan proses-proses demikian kita menetapkan langkah yang
Unsur ketiga dalam penetapan harus dikerjakan sebagai kondisi awal
tujuan adalah proses. Proses untuk langkah berikutnya, dan begitu
dideskripsikan sebagai alasan (Why) dan seterusnya.
metode (How) bagi komponen-komponen Carkhuff (1983) mengemukakan adanya
untuk mengerjakan tugasnya. Proses langkah-langkah pengembangan program,
berupa kalimat keterangan yang yaitu : 1) Mengembangkan langkah awal
memodifikasi fungsi atau aktivitas. Langkah awal adalah yang paling
Penetapan kondisi-kondisi mendasar yang harus ditempuh oleh klien.
Unsur keempat dalam penetapan Karena langkah awal ini hendaknya
tujuan adalah kondisi. Kondisi menjadi landasan dari program. Dalam
menggambarkan dimana (Where) dan mengembangkan langkah awal dari suatu
kapan (Who) fungsi-fungsi terjadi. Kondisi program, Cormie dan Cornier (1985)
juga merupakan kalimat keterangan yang menyatakan konselor untuk dapat
mendeskripsikan fungsi. Proses belajar melakukan pertanyaan-pertanyaan berikut
konseli dapat mengambil tempat diruangan :2) Apa yang sebenarnya Anda perbuat
kelas selama jam sekolah. Hal tersebut agar tujuan ini dapat tercapai; 3) Mari
penting untuk mengkhususkan kondisi Brainstrorming tentang tindakan-tindakan
dimana fungsi terjadi, untuk memastikan yang Anda perlukan untuk mewujudkan
kelengkapan performance. tujuan Anda.; 4) Apa yang pernah Anda
Penetapan standar-standar lakukan untuk mencapai tujuan ini?
Unsur kelima dalam penetapan Seberapa jauh hal itu berhasil?; 5) Mari
tujuan adalah standar. Standar kita pikirkan bersama langkah-langkah
mendiskripsikan seberapa baik fungsi itu yang Anda perlukan untuk beranjak dari
dikerjakan. Standar juga merupakan kata keadaan Anda sekarang ke keadaan atau
keterangan yang mendeskripsikan atau hal yang Anda inginkan.
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 174
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

Langkah berikutnya dalam


Mengembangkan langkah perantara membantu klien membuat inisiatif adalah
Langkah-langkah perantara membantu klien mengembangkan
menjembatani antara langkah pertama penguatan. Penguatan ini diharapkan dapat
dengan tujuan. Dalam mengembangkan mendorong klien untuk melakukan
langkah perantara ini tugas konselor kegiatan yang telah diprogramkan.
menurut Carkhuff (1983) adalah Penguatan adalah hal-hal yang berarti bagi
mengkomunikasikan secara langsung klien. Penguatan itu akan berpengaruh
langkah perantara yang hendaknya secara efektif jika diberikan segera setelah
ditempuh oleh klien dengan menggunakan pelaksanaan suatu kegiatan berhasil
kalimat berikut “Langkah pengantara Anda dilaksanakan. Dengan cara ini klien
adalah…………” tergugah kemauannya untuk melakukan
Lain halnya dengan Cormier dan kegiatan program berikutnya. Jenis-jenis
Cormier (1985) yang lebih menyukai penguatan menurut Abimanyu dan
strategi mengarahkan, menghendaki agar Marinhu (Tt: 172-175) meliputi:
konselor selalu mencoba mendorong dan a. Penguatan Positif
mensupport partisipasi dan tanggungjawab Penguatan positif adalah yang
klien dalam merumuskan tujuan dalam paling potensial untuk menimbulkan
usaha mencapainnya (Abimanyu dan gairah kerja klien. Orang cenderung
Marinhu, Tt: 151-166). bekerja keras untuk sesuatu yang benar-
1. Merencanakan Jadwal benar berharga bagi mereka. ini berarti
Proses mengembangkan inisiatif konselor harus rajin mengembangkan
berlanjut sampai dengan pengembangan penguatan positif yang berasal dari hal-hal
jadwal waktu bagi pencapaian tahapan dan yang diperlukan klien. Untuk maksud ini
tujuan pemecahan masalah klien. Dengan konselor dapat menggunakan pola kalimat
jadwal itu kemungkinan terlupakannya berikut: “Begitu anda menyelesaikannya
suatu kegiatan dapat diatasi. setiap langkah, anda boleh………”
a. Menetapkan Waktu Penyelesaian b. Penguatan Negatif
Langkah pertama dalam Penguatan negative yang diartikan
pengembangan jadwal adalah menetapkan sebagai hukuman hendaknya dihindari.
waktu atau tanggal penyelesaian program. Karena jika penguatan negative diartikan
b. Menetapkan Waktu Memulai sebagai hukuman maka hal itu dapat
Langkah kedua dalam menimbulkan reaksi-reaksi lain seperti
mengembangkan jadwal adalah penolakan kepada orang yang melakukan
menetapkan waktu atau tanggal mulai hukuman itu. Untuk menghindari
melakukan kegiatan program, yaitu apakah timbulnya reaksi-reaksi ini, konselor
sekarang, besok pagi atau tanggal satu hendaknya berusaha memberikan
bulan depan. penguatan negtif dalam arti sebagai tidak
c. Memonitor Rentang Waktu diberikannya ganjaran. Misalnya, klien
Pelaksanaan Kegiatan menetapkan penguatan negatifnya sendiri
Dengan cara yang sama, kita dapat dengan memaksa diri tinggal di rumah
membantu klien menentukan waktu pada malam minggu untuk mengerjakan
memulai dan mengakhiri kegiatan untuk pekerjaannya yang belum selesai. Untuk
setiap langkah pengantara. Ingat sekali lagi maksud ini konselor dapat menggunakan
bahwa tujuan utama dari menetapkan pola kalimat berikut. “Jika anda tidak
jadwal adalah untuk memonitor rentang dapat menyelesaikan langkah ini, maka
waktu dari unjuk kerja klien tentang anda tidak dapat…..”
langkah-langkah program. 3. Mengindividualisasikan Langkah-
2. Rencana Pemberian Penguatan Langkah
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 175
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

Pada umumnya, suatu program pelaksanaan program adalah mengurutkan


terdiri dari langkah-langkah yang diatur dari segera ke yang jauh. Dalam hal ini
secara berurutan, dimana setiap langkah klien menyenangi langkah-langkah yang
tergantung pada keberhasilan pelaksanaan dimulai dengan pengalaman-pengalaman
langkah sebelumnya. Beberapa klien tidak mereka yng langsung. Misalnya, klien
bisa melakukan langkah-langkah itu yang ingin berhubungan dengan baik
seperti yangtelah direncanakan. Mereka dengan ayah tirinya memulai dengan
memerlukan program yang sesuai dengan mengetuk pintu untuk mengundang makan
gaya belajar mereka sendiri. Inilah yang bersama. Langkah yang paling jauh disini
dimaksud dengan mengindividualisasikan misalnya adalah merespon perasaan ayah
program. tirinya. Pola percakapan konselor dapat
Dengan demikian setiap langkah berbentuk: “Anda dapat melakukan
inisiatif hendak diindividualisasikan langkah yang paling segera terlebih
melalui pengecekan kembali pada klien. dahulu. Apakah langkah anda yang paling
Pengecekan kembali itu dilakukan dengan segera itu?”
membuat respon-respon yang dapat saling Setelah proses initiating selesai,
dipertukarkan antara pernyataan klien konselor mengkhiri layanan konseling
dengan respon konselor. individualnya. Teknik GAC pada tahapan
a. Mengurutkan Langkah dari yang ini adalah terminasi. Dalam terminasi
Sederhana ke yang Kompleks Konselor bertanggung jawab mengenali
Yang paling mendasar dari perubahan konsep gender tradisional
alternative pengurutan langkah-langkah individu dan membantu untuk belajar dari
kegiatan program adalah pengurutan dari proses terbangunnya pengetahuan,
yang sederhana ke yang kompleks. Karena pemahaman dan pandaingan baru tentang
sifatnya sederhana itu kita yakin bahwa konsep gender. Proses terminasi sebagai
klien menyelesaikannya. Misalnya, klien upaya untuk belajar memahami perasaan,
yang tujuannya ingin berhubungan baik efikasi diri, percaya diri dan mengarahkan
dengan ayah tirinya maka langkah awal diri (Sanyata, Tt: 8).
yang sederhana adalah menemui ayah
tirinya itu. Pola percakapan konselor dapat 3.Simpulan
dibentuk sebagai berikut: “Anda dapat Gender Aware Counseling (GAC)
melakukan langkah paling sederhana lebih adalah inovasi terapi feminis dengan
dahulu. Apakah langkah anda yang paling pemahaman gender sebagai bentuk
sederhana itu?”. perubahan paradigma dari proses
b. Mengurutkan Langkah dari yang konseling berorientasi person ke arah
Konkrit ke yang Abstrak orientasi sosial-person. Tekniknya
Alternative lainnya dalam digabung dengan teknik konseling
mengurutkan langkah-langkah kegiatan individual mengahasilkan teknik konseling
program adalah mengurutkan dari yang individual berwawasan gender. Teknik
konkrit ke yang abstrak. Melalui cara ini konseling individual meliputi perilaku
klien dapat bekerja secara lebih produktif. attending, responding, personalizing dan
Pola percakapan konselor dapat berbentuk: initiating. Teknik GAC diterapkan mulai
“Anda dapat melakukan langkah konkrit dari perilaku responding sampai perilaku
lebih dahulu. Apa langkah anda yang initiating, meliputi konseptualisasi
paling konkrit itu?” problem, intervensi konseling, dan
c. Mengurutkan Langkah dari yang Segera terminasi. Teknik konseling individual
ke yang Jauh berwawasan gender diharapkan mampu
Cara lainnya dalam menyelesaikan problem-problem berbasis
mengindividualisasikan langkah-langkah
Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 176
MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 9, No.2, Desember 2017
Website : http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah

kesetaraan gender sehingga menghasilkan Therapy and Knowledge about


solusi yang responsif gender. Gender. Journal of Counseling and
Development : JCD; Mar 1990; 68,
Daftar Pustaka 4; Research Library. pg. 376.
Abimanyu, Soli. Marinhu, M. Thayeb. Lumongga Lubis, Namora.
Teknik dan Laboratorium 2011.Memahami Dasar-Dasar
Konseling. Jakarta: Depdikbud Konseling. Jakarta: PT Kharisma
Dirjend PT Proyek Pendidikan Putra Utama.
Tenaga Akademik. Musnamar, Tohari. 2008.Teknik
Effendi, Kusno. 2016. Proses dan Konseling. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Keterampilan Konseling. Sanyata, Sigit. Tt. Gender Aware Therapy
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (GAT): Teknik Konseling
Geldard, Kathryn. Geldard, David. 2011. Berperspektif Gender. Yogyakarta:
Practical Counseling Skills An Prodi Bimbingan dan Konseling
Integrative Approach atau Universitas Negeri Yogyakarta
Keterampilan Praktik Konseling Willis, Sofyan. 2011.Konseling Individual
Pendekatan Integratif. Yogyakarta: Teori Dan Praktek. Bandung:
Pustaka Pelajar. Alfabeta.
Good, Glenn E; Gilbert, Lucia A; Scher, http://file.upi.edu/Direktori/FIP. Dikutip
Murray. (1990). Gender Aware 23 september 2017 pukul 22.00
Therapy: A Synthesis of Feminist WIB.

Teknik Konseling Individual...(Nadhifatuz Zulfa) 177

You might also like