Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 9 bulan
Agama : Islam
Alamat : Dahanrejo,Gresik
No. RM : 719441
2.2 Anamnesis
1
2. Riwayat Penyakit Dahulu : 3 bulan terakhir pasien tidak pernah diare , Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit kejang demam, pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit
asma, pasien juga tidak memiliki riwayat alergi
3. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang diare
4. Imunisasi
5. Riwayat diit
Pasien minum asi dan makanan pendaming asi yaitu bubur halus
6. Riwayat perkembangan
2
1.3 Objektif
Panjang badan : - cm
Nadi : 125x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,1°C
Perkusi : Sonor
3
• Abdomen
Perkusi : Timpani
Ekstrimitas :
Edema :
- -
- -
Dif:
Eo 0
Ba 0
St 0
Sg 3
4
Ly 31
Mo 7
MCV 75 77 – 91 fl
MCH 25 24 – 30 pg
Makroskopis
Warna hijau
Konsistensi Lembek
Lendir (-)
Darah (-)
Mikroskopis
Leukosit 1-2
Eritrosit 0-1
Amoeba (-)
Telur cacing (-)
MCHC 33 32-36 g/dL
Makroskopis
Warna Hijau
Konsistensi Lembek
Lendir (-)
5
Darah (-)
Mikroskopis
Leukosit 1-3
Eritrosit 0-1
Amoeba (-)
Monitoring
Balance cairan
Asupan
Sesak
6
1.9 Edukasi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare adalah keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak 3 kali atau lebih
dalamsehari, dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam tinja.Sedangkan diare
akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
nampak sehat dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari disertai perubahan
tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah ( PPM,2009)
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
bayi dan anak di berbagai negara yang sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan
lebih dari 1 milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai
akibatnya.
Penelitian WHO mendapatkan bahwa episode diare pada bayi dan balita berkisar
antara 2 – 8 kali pertahun, bahkan tidak jarang di beberapa tempat sekitar 15 – 20%
waktu hidup anak dihabiskan untuk diare. Sebagian besar diare berlangsung antara 2 – 5
hari, namun sekitar 3 – 20% berlangsung lebih dari 5 hari, bahkan dapat lebih daripada 2
minggu dan menjadi diare kronik ((Agus.dkk,2003)
C. ETIOLOGI
Pada 25 tahun yang lalu penyebab diare sebagian besar belum diketahui, akan
tetapi kini telah lebih dari 80% penyebabnya telah diketahui. Penyebab diare dapat
digolongkan kembali ke dalam penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri dan
parasit.
8
Berdasar penyebab diare akut yang telah terbukti dapat menyebabkan
diare pada manusia adalah sebagai berikut:
1. Faktor infeksi
I. Golongan Bakteri
1. Aeromonas hidrophilia 7. Salmonella spp.
2. Bacillus cereus 8. Shigella spp.
3. Campylobacter jejuni 9. Staphylococcus aureus
4. Clostridium difficile 10. Vibrio cholera
5. Clostridium perfringens 11. Vibrio parahaemoliticus
6. Escherichia coli 12. Yersinia enterocolitica.
II. Golongan Virus
1. Adenovirus 5. Calicivirus
2. Rotavirus 6. Coronavirus
3. Virus norwolk 7. Minirotavirus
4. Astrovirus 8. Virus bulat kecil
III. Golongan Parasit
1. Balantidium coli 7. Faciolopsis buski
2. Capillaria philippinensis 8. Sarcocystis suihominis
3. Cryptosporioiom 9. Trichuris trichiura
4. Entamoeba histoilitica 10. Candida spp.
5. Giardia lamblia 11. Isospora belli.
6. Strongyloides stercoralis
2. Faktor Ma labsorpsi
9
3. Faktor makanan : makanan basi, makanan beracun, alergi terhadap makanan
D. PATOGENESIS
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserab akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
10
akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propia untuk mengatasi infeksi sampai
terjadi penyembuhan.
Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri adalah sebagai berikut, bakteri
masuk kedalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalam traktus
digestivus tersebut, bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang
epitel usus sehingga terjadi peningktan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat
tidak tahan panas disebut labile toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat
tahan panas disebut stabile toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan enzim-enzim ini akan
terjadi peningkatan cAMP atau cGMP yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi
klorida, natrium dan air dari dalam sel ke lumen usus serta menghambat sekresi absorbsi
natrium, klorida dan air dari lumen usus ke dalam sel, sehingga menyebabkan peninggian
tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmolar), kemudian akan terjaadi
hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus,
sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (kolon). Bila
kemampuan penyerapan kolon berkurang atau sekresi cairan melebihi kapasitas
penyerapan kolon, maka akan terjadi diare (Agus.dkk,2003).
E. GAMBARAN KLINIS
Salmonell
Gejala Klinik Rotavirus Shigella ETEC EIEC Cholera
a
Panas ++ ++ ++ - ++ -
Mual &
Sering jarang sering - - sering
muntah
Nyeri kepala - + + - - -
Sifat tinja :
11
- Volume sedang sedikit sedikit banyak Sedikit banyak
- Lendir/darah kadang-
- sering - + -
kadang
Leukosit - + + - + -
F. DIAGNOSA
1. Anamnesis
a. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja,
lendir dan darah dalam tinja
b. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
c. Jumlah cairan yang masuk selama diare
d. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa
e. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
b. Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
c. Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut
dan lidah
d. Berat badan
12
e. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam
f. (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
13
G. TATALAKSANA
Sebagian besar infeksi diare pada anak bersifat dapat dipulihkan dengan
sendirinya. Tatalaksana primer diare akibat infeksi virus maupun bakteri adalahterapi
suportif yang terdiri dari koreksi dehidrasi dan perbaikan deficit cairan dan elektrolit,
serta mengelola berbagai komlikasi sekunder yang terjadi akibat kerusakan mukosa
(Nelson,2014).
Pengendalian diare yang dilaksanakan pemerintah Indonesia yaitu dengan
Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui lima
langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare).
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di
14
pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat
mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui
infus.
2. Pemberian Zicn
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim
ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.(Black, 2003).
Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap
diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007).
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
3. Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak
4. Pemberian Makananatau ASI
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak
uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih
sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan.
5. Pemberian Nasehat
15
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari (Kementrian Kesehatan RI,2011)
Pengobatan Dehidrasi
1. Tanpa dehidrasi
a. Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10
mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak
50-100 mL,
umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat
diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan.
b. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak
mau
minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
2. Dehidrasi ringan – sedang
a. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam
3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
mL/
kgBB setiap diare cair.
b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B
atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
16
dievaluasi secara berkala.
c. Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
d. Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
e. Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
f. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil
memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.
3. Dehidrasi berat
a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100
mL/kgBB dengan cara pemberian:
b. Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70
mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
c. Umur di atas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70
mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
d. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum,
dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi (PPM,2009)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
17
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli
dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali
pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan
pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja berbau busuk
didapatkan pada infeksi Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan mikroskopik : untuk mencari adanya leukosit, letak anatomis serta
proses peradangan mukosa. Leukosit di dalam tinja diproduksi sebagai respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif
menunjukkan adanya kuman invasif yang memproduksi sitotoksin (Shigella,
Salmonella, C. jejuni). Leukosit yang ditemukan umumnya PMN, kecuali pada S.
typhii leukosit mononuklear. Parasit yang menyebabkan diare umumnya tidak
memproduksi leukosit dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan
pemeriksaan untuk mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat bepergian,
kultur rinja negtif untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada pasien
immunocompromised. Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat
Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit
pada tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised (Subagyo,2015).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari gastroenteritis adalah dehidrasi dan gangguan fungsi
kardiovaskular akibat hipovolemia berat. Kejang dapat terjadi akibat demam tinggi,
terutama pada infeksi Shigella. Abses intestin dapat terjadi ada infeksi Shigella dan
Salmonella, terutama pada demam tifoid yang dapat memicu perforasi usus. Muntah
hebat akibat gaastroenteritis dapat menyebabkan ruptur esofagus atau aspirasi. Kematian
akibat diare mencerminkan adanya gangguan sistem homeostasis cairan dan elektrolit
yang memicu dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan instabilitas vaskular, serta syok
(Norasid,2005)
18
DAFTAR PUSTAKA
2. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Jakarta: Elsevier; 2011.h. 481-6.
3. Norasid H, Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2005.h.51-3.
19