Professional Documents
Culture Documents
Ilmu Tauhid Merupakan Hikmah Ketuhanan Sebagai Bekal Untuk Mendapatkan Ridha
dan Hidayah Allah swt
About
Sample Page
Kalau kita perhatikan dengan seksama sifat zalim ini memang belum begitu terlihat dari
para calon pemimpin maupun yang sedang memimpin saat ini. Hal ini berkenaan
langsung dengan calon pemimpin tersebut untuk merengrut simpatisan terbesar dari
masyarakat dalam kampayenya masing-masing. Yang terjadi malah sebaliknya
menebarkan pesona dan janji-janji ini dan itunya, bantu ini bantu itu, kunjunggi ini dan
kunjunggi itu dsb. Namun apa yang terjadi setelah jabatan kepemimpinan sudah
ditangan, janji hanya tinggal janji rakyat kembali menderita akibat kebijakan dan
keputusannya yang kadang sedikitpn tidak berpihak pada rakyat jelata. Inilah salah satu
bentuk kezaliman yang nyata adanya dizaman sekarang ini.
Padahal Islam sudah tegas mengajarkan untuk bisa mewujudkan masyarakat dan
bangsa yang berprikemanusiaan bukan berprikebinatangan, dengan peradapan
yang tinggi, sangat-sangat dibutuhkan para pemimpin dengan akhlak yang mulia.
Khalifah Abu Bakar Ash Siddik adalah sosok seorang pemimpin yang seharusnya
menjadi tauladan bagi para pemimpin khususnya dinegara kita yang nota bene
penganut terbesar ajaran Islam. Ketika menyampaikan pidato pertamanya ditahun 11
H / 632 M setelah terpilih jadi pemimpin, langsung mengemukakan hal ikhwal yang
mencerminkan bagaimana seharusnya akhlak seoran pemimpin itu.
Beliau (Abu Bakar) mengatakan dihadapan para rakyatnya. ” Wahai rakyatku kalian
telah sepakat memilihku sebagai pemimpinmu. Aku ini bukanlah yang terbaik diantara
kalian maka, apabila aku berlaku baik dalam menjalankan tugas-tugasku bantulah aku.
Tetapi apabila aku bertindak salah maka, tegur dan betulkanlah aku. Siapa saja yang
lemah diantaramu akan kuat bagiku sampai aku mampu mengembalika hak-haknya,
Insya Allah. Setelah itu beliau meneruskan, siapa saja yang kuat diantaramu akan
lemah berhadapan denganku sampai aku kembalikan hak-hak orang lain yang ada
padanya, Insya Allah.
Selanjutnya Abu Bakar menjelaskan, taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi kepada Allah dan Rasul-Nya tidak ada
kewajiban untuk taat kepadaku. Dari pidato Abu Bakar Ash Siddik yang singkat dan
sarat makna diatas berisikan penekanan pada rakyatnya untuk selalu mengontrol dan
mengawasi setiap gerak-gerik dalam tugasnya. Kalimat apabila aku berlaku baik dalam
tuagasku bantulah aku, namun apabila aku salah maka betulkanlah. Menandakan suatu
sikap yan benar-benar jujur yang jauh dari sifat kepura - puraan yang dimiliki khalifah
pertama sesudah Rasulullah Saw wafat.
Alangkah mulianya kalau para pemimpin negeri ini memiliki jiwa kepemimpinan seperti
yang dimiliki Abu Bakar Siddik diatas. Apakah pemimpin kita selama ini sudah jujur, adil
dan bijaksana seperti yang diagendakan dalam setiap kampaye-kampayenya dulu ?.
Ternyata belum, hal ini terbukti dengan masih banyaknya para pejabat kita yang suka
menghambur-hamburkan uang rakyat dan hidup dalam kemewahan, janji-janji dalam
kampaye hanya tinggal janji, penganguran kian hari kian menumpuk, gepeng dengan
tindakan kriminalnya semakin banyak dipersimpangan jalan kota negeri ini, tingkat
kejahatan yang dilakukan kalangan awam sampai kalangan intelektual (kerah putih)
semakin tak terbendung. Sementara para pemimpin semakin disibukan didalam usaha
mendapatkan dan mempertahankan kursi kekuasaanya.
Inilah realita hari ini didalam negara yang pemimpin dan rakyatnya rata-rata beragama
Islam, namun tidak mampu merealisasikan ajaran Islam itu sendiri. Padahal secara
gamlang sudah dijelaskan bahwa Islam ini dihadirkan Allah kepermukaan bumi ini
adalah untuk membawa rahmat bagi seluruh alam dan isinya (Rahmatan lil allamin).
Untuk dapat merasakan sedikit saja akan rahmat Allah yang sangat besar ini pemimpin
yang adil, jujur dan bijaksana sangat-sangat menentukan sekali. Ketentraman dan
kebaikan itu hanya ada dimulut dan tindakan para pemimpin yang berani, jujur serta
selalu berlaku adil seperti sosok Abu Bakar. Dalam kontek ini pemimpin yang zalim,
arogan, otoriter didalam kebusukan berpolitik tidak akan mendapat tempat dibumi Allah
ini ( Qs Al Baqarah – 124 ).
Sadarilah wahai para pemimpin dan calon pemimpin negeri ini, karena suatu saat kelak
Allah kembali mempertanyakan secara mendetail terhadap kepemimpinanmu, maka
bersihkanlah dulu dirimu dari hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan yang
sudah ada. Bertanyalah pada dirimu apakah saya sudah pantas menjadi seorang
pemimpin atau hanya sekedar mencari popularitas, pangkat dan kedudukan semata.
Ingatlah akan pertanggungjawabannya nanti akan lebih sulit dan menyakitkan dari yang
kita sangka. Jelas jadi pemimpin itu suatu kesulitan besar kalau tidak mengetahui dan
memahami akan trik-triknya, dan akan jadi malapetaka besar jikalau menyimpang dan
menyeleweng dari ketentuan yang telah ada.
Jadilah pemimpin sejati yang disegani dan bukan ditakuti rakyatnya. Islam memandang
pemimpin sejati itu adalah pemimpin yang selalu mengarahkan bawahan dan rakyatnya
untuk selalu mentaati Allah dan Rasul-Nya, oleh karena itu kalau sudah menjadi
pemimpin tunjukanlah dulu ketaatan yang murni dan jauh dari sifat kepura-puraan.
Sebelum jadi pemimpin rajin turun kebawah, sidak ini sidak itu, shalat jumat datang
duluan, gambar dengan slogan dan janji-janjinya bertebaran dimana-mana dsb. Namun
setelah menduduki kursi kepemimpinan semua pada bolong bahkan molor dan janji
akan kembali menjadi janji yang jauh dari kenyataanya.
Dari 44 parpol yang akan berlaga dalam pesta demokrasi 2009 nantinya mulai dari
tingkat I sampai ke RT dan RW, saat itulah kesempatan kita nantinya untuk memilih
pemimpin yang benar-benar mewakili guna memberitakan keadaan negeri ini yang
sesungguhnya. Negeri ini sedang sakit kejujuran dan komitmen dalam menjalankan
janji-janji itulah obat dan suplemennya. Kalau ini sampai diingkari maka kehancuran
demi kehancuran akan terus merongrong kita dan bangsa ini.
Para pemimpin yang kita butuhkan saat ini adalah pemimpin yang rendah hati, bersedia
menjalin kerja sama dalam hal kebaikan dengan bawahan dan rakyatnya, selalu
membuka diri untuk siap dikritik dan haus akan saran-saran positif, selalu berkata jujur
dan komitmen didalam memenuhi hak-hak rakyat, dan berani mengatakan dan
menindak siapa saja dari aparatnya yang menyeleweng.
Jadi sangatlah mendesak bagi kita untuk segera memiliki pemimpin seperti sosok Abu
bakar Ash Siddik yang benar-benar mendahulukan kepentingan rakyat, berakhlak
mulia, jujur dan bijaksana. Kekacauan dan krisis yang terjadi disegala sisi kehidupan
yang datang bertubi-tubi ini disebabkan oleh para pemimpin dalam tingkat negara
maupun dunia tidak memilik akhlak pemimpin yang ideal untuk memimpin rakyatnya
yang multi etnis ini. Karna itu jangan pernah berniat memilih pemimpin yang jauh dari
akhlak mulia. Setidaknya jauh dari prilaku para pemimpin zalim yang banyak diceritakan
Al Quran. Allah Hu A’llam.
Demi Masa
Sifat Qana’ah
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment
Name *
Email *
Website
Berlangganan
Kajian Terbaru
Mengapa Fatwa Zakat Propesi dan atau Zakat Penghasilan Tidak Perlu Diikuti ... ???
Fatwa Zakat Profesi dan atau Zakat Penghasilan Tidak Perlu Diikuti ... !!!
Pahami Kisah Pemuda Yang Menikahi Wanita “Buta, Tuli, Bisu dan Lumpuh” Berikut Ini
Kajian Populer
Beginilah Cara Mencuci Hijab Agar Tetap Awet dan Tidak Melar
Inilah Zat - Zat Kimia Dalam Kehidupan Sehari - Hari, Efek Samping dan Cara
Pencegahannya
Random Posts
Refleksi Nurani
Komentar Kajian
Info Blog
Categories
Categories
Dunsanak Kito
Kristologi
Siti Clean
Tasawuf
Way Of Life
Tags
About Islam Agama Akal Al-Asma Al-Husna Al-Quran Allah Anak Ayah Bangsa Predator
Cinta dan Kasih Sayang Dasar Fhilosophy Firqah Hadist Hakikat Hakikat Tauhid Hidup
Ibadah Iblis Ikhlas Iman Indonesia Islam Kafir Kasih Sayang Kebaikan Kemampuan
Kemuliaan Logika Makhluk Morality Muhammad Saw Muslim Muslim Pilihan Prophet
Rahasia Rasulullah Sahabat Sifat Allah Syariat Syetan Taqwa Yahudi Zaman Zat Allah
Kajian Hakikat Ilmu Tauhid © 2015 Frontier Theme
http://www.myrazano.com/kajian-umum/akhlak-seorang-pemimpin.html
Makalah Pemimpin Masa Depan Harus Pemimpin Yang Baik
Download Makalah:
Makalah Pemimpin MasaDepan Harus Pemimpin Yang Baik
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Karakter pemimpin yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia di masa kini
maupun yang akan datang karena cita-cita negara yang sejahtera sangat erat kaitannya dengan
peran dari seorang pemimpin untuk mewujudkannya. Terlepas dari sumber daya manusia sebagai
pendukung utama, peran pemimpin memiliki posisi yang sangat penting karena di sini segala
kebijakan dan program yang berhubungan dengan rakyat yang menjadi penentu atau pegambil
keputusan yang mengatur harkat hidup orang banyak datangnya dari pemimpin.
Dalam organisasi publik atau pemerintahan, posisi pemimpin memiliki peran yang besar
sebagai penghubung antara organisasi yang dipimpinya dengan masayarakat yang merasakan
langsung dampak dari kebijakan dan program yang dipimpinnya, ia mempunyai pengaruh besar
karena pemimpin bukan hanya sebagai penentu kebijakan tapi lebih daripada itu ia sebagai
contoh dan tauladan bagi orang yang dipimpinnya. Oleh karenanya negeri kita ini diharapkan
dapat dipimpin oleh sesorang yang bermoral dan pro terhadap rakyat, memang tidak mudah
pilihan tidak dapat diberikan secara instan dan hanya karena suka tapi juga harus melihat lebih
jauh sepak terjang, masa lalu, dan latar pendidikannya. Sehingga diharapkan Indonesia 5 tahun
yang akan datang dipimpin oleh sosok yang baik, yang telah lama dirindukan.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT.
RajaGrafindo Persada, 1982
Rifai, Veith, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta, Divisi Buku Perguruan
Tinggi, PT RajaGrafindo Persada, 2012
Robiyanto. 2014. Wawancara tentang "Kepemimpinan" di kantin Universitas Bangka Belitung,
Kampus Terpadu Balun Ijuk Merawang Bangka, Bangka Belitung.
Zulkifli. (2013). Kepemimpinan Nasional Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa: Dari Pemimpin
Pergerakan, Pemimpin Pejuang, Pemimpin Pembangun ke Pemimpin yang Baik. Fisip
Universitas Sriwijaya: Palembang.
http://ukhuwahislah.blogspot.co.id/2014/05/makalah-pemimpin-masa-depan-harus.html
Akhlak Seorang Pemimpin
Topik: Hikmah
Dipublikasi oleh abufaiz pada Ahad, 21 Februari 2010
Telah dibaca 2362 kali
FB Share
Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa
yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi dan akhlak yang mulia,
meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat
sederhana. Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun
kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak
memiliki peradaban atau akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa
itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak
menggapai kemajuan.
Dari pidato Khalifah Abu Bakar di atas, kita bisa menangkap keharusan
seorang pemimpin untuk memiliki delapan sifat sebagai bagian dari akhlak
yang mulia.
1. Tawadhu.
Secara harfiyah tawadhu artinya rendah hati, lawannya adalah tinggi hati
atau sombong. Dalam pidatonya, Khalifah Abu Bakar tidak merasa sebagai
orang yang paling baik, apalagi menganggap sebagai satu-satunya orang
yang baik. Sikap tawadhu bagi seorang pemimpin merupakan sesuatu yang
sangat penting. Hal ini karena seorang pemimpin membutuhkan nasihat,
masukan, saran, bahkan kritik. Kalau ia memiliki sifat sombong, jangankan
kritik, saran dan nasihatpun tidak mau diterimannya. Akibat selanjutnya
adalah ia akan memimpin dengan hawa nafsunya sendiri dan ini menjadi
sangat berbahaya. Karena itu kesombongan menjadi kendala utama bagi
manusia untuk bisa masuk ke dalam surga. Karena itu, Allah Swt sangat
murka kepada siapa saja berlaku sombong dalam hidupnya, apalagi para
pemimpin. Sejarah telah menunjukkan kepada kita bagaimana Fir'aun yang
begitu berkuasa dimata rakyatnya, tapi berhasil ditumbangkan dengan
penuh kehinaan melalui dakwah yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Harun
as.
2. Menjalin Kerjasama.
Dalam pidato Khalifah Abu Bakar di atas, tercermin juga akhlak seorang
pemimpin yang harus dimiliki yakni siap, bahkan mengharapkan kerjasama
dari semua pihak, beliau mengatakan: "maka bila aku berlaku baik dalam
melaksanakan tugasku, bantulah aku". Ini berarti kerjasama yang harus
dijalin antar pemimpin dengan rakyat adalah kerjasama dalam kebaikan dan
taqwa sebagaimana yang ditentukan Allah Swt dalam firman-Nya: Tolong
menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong
dalam dosa dan permusuhan (QS 5:2).
Sikap seperti ini dilanjutkan oleh Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah
sehingga saat Umar mengeluarkan kebijakan yang meskipun baik
maksudnya tapi menyalahi ketentuan yang ada, maka Umar mendapat kritik
yang tajam dari seorang ibu yang sudah lanjut usia, ini membuat Umar
harus mencabut kembali kebijakan tersebut. Kebijakan itu adalah larangan
memberikan mahar atau mas kawin dalam jumlah yang banyak, karena bila
tradisi itu terus berkembang hal itu bisa memberatkan para pemuda yang
kurang mampu untuk bisa menikah.
Akhlak yang seharusnya ada pada pemimpin tidak hanya menjadi kalimat-
kalimat yang indah dalam pidato Khalifah Abu Bakar, tapi beliau buktikan hal
itu dalam kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya sebagai seorang
pemimpin. Satu diantara kebijakannya adalah memerangi orang-orang kaya
yang tidak mau bayar zakat, karena dari harta mereka terdapat hak-hak
bagi orang yang miskin.
6. Memberantas Kezaliman.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan betapa penting bagi kita untuk
memiliki pemimpin dengan akhlak yang mulia. Kerancuan dan kekacauan
dengan berbagai krisis yang melanda negeri kita dan umat manusia di dunia
ini karena para pemimpin dalam tingkat nagara dan dunia tidak memiliki
akhlak seorang pemimpin yang ideal. Karenanya, saat kita memilih
pemimpin dalam seluruh tingkatan di masyarakat jangan sampai memilih
mereka yang tidak berakhlak mulia.
[Alhikmah]
Website Oase Qalbu ini dikelola sejak tahun 2001. Korespondensi dapat dialamatkan ke admin(at)oaseqalbu.web.id.
Sebagian besar materi dalam website ini diambil dari sumber lain, apabila Anda ingin mengutipnya silakan tetap mencantumkan sumber aslinya.
Semua materi dalam website ini tidak komersial dan tidak untuk dikomersialkan oleh pihak lain.
http://oaseqalbu.web.id/article.php?sid=771
enyoal Akhlak Pemimpin
Posted by Ponda Samarkandi Selasa, 30 April 2013 0 komentar
Pemimpin yang seharusnya menjadi teladan bagi umat dewasa ini banyak melakukan perbuatan-
perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama. Kebanyakan dari mereka memiliki akhlak yang
kurang terpuji dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Coba kita tengok kembali kepemimpinan yang ditampilkan oleh Rasulullah SAW sebagai
pemimpin umat, ia merupakan orang yang memiliki akhlak terpuji dan merupakan teladan yang
baik bagi umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik”
Keteladanan akhlak Rasulullah telah tergambar dan tertuang jelas di dalam Alquran. Itu
merupakan ayat atau kalam Allah yang seharusnya menjadi landasan bagi seorang pemimpin
yang memimpin umat dan negara ini. Jika pemimpin memahami dan mengamalkan ayat ini,
insya Allah tidak ada pemimpin yang memiliki akhlak yang bejat atau kurang terpuji. Namun
kenyataan yang terjadi sekarang ini, banyak pemimpin atau pejabat Negara memiliki akhlak
yang bejat dan kurang terpuji, sehingga hal tersebut merambat dan menjadi dampak negatif bagi
umatnya.
Perbuatan seperti ini merupakan perbuatan yang tidak menggambarkan layaknya seorang
pemimpin yang akan menjadi panutan masyarakatnya. Kalau pemimpin seperti ini, apakah kita
harus mentaati dan patuh terhadapnya? Tentu saja tidak, bahkan kita sebagai seorang yang
beragama dan berakhlak harus mencegah dan membangkang terhadap pemimpin yang seperti
demikian.
Pemimpin yang memiliki akhlak dan kelakuan yang tidak terpuji, tidak perlu lagi ditaati
dan dipatuhi, bahkan kalau perlu kita lengserkan dia dari jabatannya. Karena kalau
kepemimpinan di tampuk kekuasaan orang yang tidak memiliki akhlak mulia, Negara dan Umat
Islam akan hancur. Untuk itulah agar terciptanya kemaslahatan bagi umat dan bangsa ini, kita
harus memiliki seorang sosok pemimpin yang memiliki akhlak mulia yang baik.
Sungguh menyedihkan sekali Negara kita saat ini yang banyak dipimpin oleh orang yang
memiliki akhlak dan kelakuan yang kurang terpuji. Mau jadi apa Negara kita ini jika dipimpin
oleh orang-orang yang memiliki akhlak tidak terpuji. Pastinya Negara kita akan hancur dan
masyarakatnya tidak akan pernah merasakan kemaslahatan dan kedamaian. Negara ini akan
hancur jika dipimpin oleh orang yang memiliki akhlak tidak terpuji.
Seorang pemimpin ketika dalam masa kepemimpinannya telah melanggar akhlak dan
norma-norma yang berlaku di Negara ini, maka ia harus siap dikritik oleh masyarakat. Perkara
tersebut juga pernah dilontarkan oleh Khalifah Umar Bin Khattab ketika ia diangkat sebagai
kepala Negara ia berkata yang artinya: “Wahai rakyatku, siapapun yang melihat ada yang
bengkok pada diriku maka luruskanlah”.
Seorang Arab Badui mengomentari pernyataan yang telah diungkapkan oleh Umar ra
tersebut, “Demi Allah wahai Amir al-Mukminin, kalau saja aku dapatkan ada yang bengkok pada
dirimu aku akan meluruskannya dengan pedangku”. Maka Umar menanggapi: “Segala puji bagi
Allah yang telah menjadikan di antara umat ini, orang yang mau meluruskan kebengkokan Umar
dengan pedangnya”.
Seorang Khalifah seperti Umar bin Khattab pun menyatakan pernyataan yang tegas
bahwa jika dalam kepemimpinannya ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dan
menyimpang, maka luruskan. Apakah pernyataan tersebut pernah dilontarkan oleh pemimpin-
pemimpin kita di masa kini? Yang pernah dilontarkan oleh pemimpin kita hanyalah janji-janji
palsu belaka yang sangat menggiurkan, sehingga masyarakat memilih ia menjadi pemimpin.
Ketika seorang pemerintah dianggap baik akhlak, perilaku dan kebijakan dalam
pemerintahannya, maka rakyat wajib mentaati dan mendukung dalam masa kepemimpinannya.
Namun, ketika pemerintah mulai menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan, maka
rakyat punya hak untuk mengontrol dan mengoreksi, bahkan memprotes atas perbuatannya.
Abdul Qadir al-Audah menyatakan dalam kitabnya at-Tasyri’ al-Jina’I al-Islami bahwa
rakyat boleh bersikap tegas terhadap penguasa yang menyeleweng dan tidak lagi melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sebagai pengayom rakyat. Apalagi pemerintah yang melakukan
perbuatan asusila, korupsi dan perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang
pemimpin, maka masyarakat wajib meluruskannya. Bahkan lebih tegas lagi, pemerintah yang
telah keluar dari garis kepemimpinannya harus mundur dan kemudian menyerahkan
wewenangnya kepada yang lebih layak dan mempu menjalankan roda pemerintahan sesuai
dengan norma-norma agama dan masyarakat. Jika ia menolak, maka rakyat berhak untuk
memaksanya turun dan mencarikan pengganti yang lebih baik dari kepemimpinannya.
Pemimpin yang perilaku dan perbuatannya tidak terpuji dan melanggar norma-norma
agama yang berlaku, akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya, sebagaimana hadis
Rasulullah SAW yang artinya: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan
mempertanggung jawabkan atas kepemimpinanmu.
Hadis tersebut sangat jelas mengatakan bahwa setiap kepemimpinan dari kita akan
diminta pertanggungjawaban di akhirat nanti, apakah kepemimpinan kita sudah memberikan
yang terbaik buat masyarakat atau kepemimpinan kita telah memberikan dampak negatif
terhadap masyarakat?
http://ponda-samarkand.blogspot.co.id/2013/01/menyoal-akhlak-pemimpin.html