You are on page 1of 25

Kajian Hakikat Ilmu Tauhid

Ilmu Tauhid Merupakan Hikmah Ketuhanan Sebagai Bekal Untuk Mendapatkan Ridha
dan Hidayah Allah swt

 About

 Sample Page

Akhlak Seorang Pemimpin


Kajian Umum
Comments

Akhlak Seorang Pemimpin. Pemimpin dalam kontek keislaman disebut Imamah /


imam atau ketua, dan didalam wadah organisasi imamah biasa diistilahkan dengan
khalifah atau penguasa. Imam juga berarti pedoman, Al Quran nul karim adalah
pedoman bagi umat manusia. Begitu juga baginda Rasulullah Saw disebut juga sebagai
imamah, sebab Beliau adalah pemimpin para pemimpin yang segala sunah dan
fatwanya harus dijalankan oleh seluruh umat Islam dan khususnya para pemimpin.
Didalam Al Quran kata imam ini terdapat dalam surat Al Bagarah ayat 124. “ ……
Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata
(dan saya mohon juga ) dari keturunanku. Allah berfirman.” Janji-Ku (ini) tiak mengenai
orang-orang yang zalim.”.

Kalau kita perhatikan dengan seksama sifat zalim ini memang belum begitu terlihat dari
para calon pemimpin maupun yang sedang memimpin saat ini. Hal ini berkenaan
langsung dengan calon pemimpin tersebut untuk merengrut simpatisan terbesar dari
masyarakat dalam kampayenya masing-masing. Yang terjadi malah sebaliknya
menebarkan pesona dan janji-janji ini dan itunya, bantu ini bantu itu, kunjunggi ini dan
kunjunggi itu dsb. Namun apa yang terjadi setelah jabatan kepemimpinan sudah
ditangan, janji hanya tinggal janji rakyat kembali menderita akibat kebijakan dan
keputusannya yang kadang sedikitpn tidak berpihak pada rakyat jelata. Inilah salah satu
bentuk kezaliman yang nyata adanya dizaman sekarang ini.

Padahal Islam sudah tegas mengajarkan untuk bisa mewujudkan masyarakat dan
bangsa yang berprikemanusiaan bukan berprikebinatangan, dengan peradapan
yang tinggi, sangat-sangat dibutuhkan para pemimpin dengan akhlak yang mulia.
Khalifah Abu Bakar Ash Siddik adalah sosok seorang pemimpin yang seharusnya
menjadi tauladan bagi para pemimpin khususnya dinegara kita yang nota bene
penganut terbesar ajaran Islam. Ketika menyampaikan pidato pertamanya ditahun 11
H / 632 M setelah terpilih jadi pemimpin, langsung mengemukakan hal ikhwal yang
mencerminkan bagaimana seharusnya akhlak seoran pemimpin itu.

Beliau (Abu Bakar) mengatakan dihadapan para rakyatnya. ” Wahai rakyatku kalian
telah sepakat memilihku sebagai pemimpinmu. Aku ini bukanlah yang terbaik diantara
kalian maka, apabila aku berlaku baik dalam menjalankan tugas-tugasku bantulah aku.
Tetapi apabila aku bertindak salah maka, tegur dan betulkanlah aku. Siapa saja yang
lemah diantaramu akan kuat bagiku sampai aku mampu mengembalika hak-haknya,
Insya Allah. Setelah itu beliau meneruskan, siapa saja yang kuat diantaramu akan
lemah berhadapan denganku sampai aku kembalikan hak-hak orang lain yang ada
padanya, Insya Allah.

Selanjutnya Abu Bakar menjelaskan, taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi kepada Allah dan Rasul-Nya tidak ada
kewajiban untuk taat kepadaku. Dari pidato Abu Bakar Ash Siddik yang singkat dan
sarat makna diatas berisikan penekanan pada rakyatnya untuk selalu mengontrol dan
mengawasi setiap gerak-gerik dalam tugasnya. Kalimat apabila aku berlaku baik dalam
tuagasku bantulah aku, namun apabila aku salah maka betulkanlah. Menandakan suatu
sikap yan benar-benar jujur yang jauh dari sifat kepura - puraan yang dimiliki khalifah
pertama sesudah Rasulullah Saw wafat.

Alangkah mulianya kalau para pemimpin negeri ini memiliki jiwa kepemimpinan seperti
yang dimiliki Abu Bakar Siddik diatas. Apakah pemimpin kita selama ini sudah jujur, adil
dan bijaksana seperti yang diagendakan dalam setiap kampaye-kampayenya dulu ?.
Ternyata belum, hal ini terbukti dengan masih banyaknya para pejabat kita yang suka
menghambur-hamburkan uang rakyat dan hidup dalam kemewahan, janji-janji dalam
kampaye hanya tinggal janji, penganguran kian hari kian menumpuk, gepeng dengan
tindakan kriminalnya semakin banyak dipersimpangan jalan kota negeri ini, tingkat
kejahatan yang dilakukan kalangan awam sampai kalangan intelektual (kerah putih)
semakin tak terbendung. Sementara para pemimpin semakin disibukan didalam usaha
mendapatkan dan mempertahankan kursi kekuasaanya.

Inilah realita hari ini didalam negara yang pemimpin dan rakyatnya rata-rata beragama
Islam, namun tidak mampu merealisasikan ajaran Islam itu sendiri. Padahal secara
gamlang sudah dijelaskan bahwa Islam ini dihadirkan Allah kepermukaan bumi ini
adalah untuk membawa rahmat bagi seluruh alam dan isinya (Rahmatan lil allamin).
Untuk dapat merasakan sedikit saja akan rahmat Allah yang sangat besar ini pemimpin
yang adil, jujur dan bijaksana sangat-sangat menentukan sekali. Ketentraman dan
kebaikan itu hanya ada dimulut dan tindakan para pemimpin yang berani, jujur serta
selalu berlaku adil seperti sosok Abu Bakar. Dalam kontek ini pemimpin yang zalim,
arogan, otoriter didalam kebusukan berpolitik tidak akan mendapat tempat dibumi Allah
ini ( Qs Al Baqarah – 124 ).
Sadarilah wahai para pemimpin dan calon pemimpin negeri ini, karena suatu saat kelak
Allah kembali mempertanyakan secara mendetail terhadap kepemimpinanmu, maka
bersihkanlah dulu dirimu dari hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan yang
sudah ada. Bertanyalah pada dirimu apakah saya sudah pantas menjadi seorang
pemimpin atau hanya sekedar mencari popularitas, pangkat dan kedudukan semata.
Ingatlah akan pertanggungjawabannya nanti akan lebih sulit dan menyakitkan dari yang
kita sangka. Jelas jadi pemimpin itu suatu kesulitan besar kalau tidak mengetahui dan
memahami akan trik-triknya, dan akan jadi malapetaka besar jikalau menyimpang dan
menyeleweng dari ketentuan yang telah ada.

Jadilah pemimpin sejati yang disegani dan bukan ditakuti rakyatnya. Islam memandang
pemimpin sejati itu adalah pemimpin yang selalu mengarahkan bawahan dan rakyatnya
untuk selalu mentaati Allah dan Rasul-Nya, oleh karena itu kalau sudah menjadi
pemimpin tunjukanlah dulu ketaatan yang murni dan jauh dari sifat kepura-puraan.
Sebelum jadi pemimpin rajin turun kebawah, sidak ini sidak itu, shalat jumat datang
duluan, gambar dengan slogan dan janji-janjinya bertebaran dimana-mana dsb. Namun
setelah menduduki kursi kepemimpinan semua pada bolong bahkan molor dan janji
akan kembali menjadi janji yang jauh dari kenyataanya.

Dari 44 parpol yang akan berlaga dalam pesta demokrasi 2009 nantinya mulai dari
tingkat I sampai ke RT dan RW, saat itulah kesempatan kita nantinya untuk memilih
pemimpin yang benar-benar mewakili guna memberitakan keadaan negeri ini yang
sesungguhnya. Negeri ini sedang sakit kejujuran dan komitmen dalam menjalankan
janji-janji itulah obat dan suplemennya. Kalau ini sampai diingkari maka kehancuran
demi kehancuran akan terus merongrong kita dan bangsa ini.

Para pemimpin yang kita butuhkan saat ini adalah pemimpin yang rendah hati, bersedia
menjalin kerja sama dalam hal kebaikan dengan bawahan dan rakyatnya, selalu
membuka diri untuk siap dikritik dan haus akan saran-saran positif, selalu berkata jujur
dan komitmen didalam memenuhi hak-hak rakyat, dan berani mengatakan dan
menindak siapa saja dari aparatnya yang menyeleweng.

Jadi sangatlah mendesak bagi kita untuk segera memiliki pemimpin seperti sosok Abu
bakar Ash Siddik yang benar-benar mendahulukan kepentingan rakyat, berakhlak
mulia, jujur dan bijaksana. Kekacauan dan krisis yang terjadi disegala sisi kehidupan
yang datang bertubi-tubi ini disebabkan oleh para pemimpin dalam tingkat negara
maupun dunia tidak memilik akhlak pemimpin yang ideal untuk memimpin rakyatnya
yang multi etnis ini. Karna itu jangan pernah berniat memilih pemimpin yang jauh dari
akhlak mulia. Setidaknya jauh dari prilaku para pemimpin zalim yang banyak diceritakan
Al Quran. Allah Hu A’llam.

Penulis : Pemerhati Masalah Sosial Keagamaan

Artikel Berikut Mungkin Juga Anda Butuhkan ....



Muslim Sejati Menurut Muhammad Ali

Inilah Tanda - Tanda Malam Lailatul Qodar

Petunjuk Lengkap Mencari Malam Lailatul Qadar

What does the Qur'an say about Jesus?

Marah Adalah Kekuatan Seorang Mukmin

PHK Momok Paling Menakutkan

Dzikir Pada Kehidupan

Kemahaluasan Ilmu Allah


Akhlak Benteng Syariat

Iman Dasar Akidah

Islam Sebagai Penyaring

Mengasah Mata Hati

Inilah Dua Penyakit di Khawatirkan Rasulullah SAW

Nabi Muhammad SAW Is The Best

Demi Masa

Sifat Qana’ah

Sekarang Selisihnya Tinggal 2000 Bung .. !!!

Sabar Dan Optimis Adalah Kualitas Iman dan Masaalah Kepribadian

Inilah Bahaya Laten Yahudi

Kesombongan dan Laknat Allah

Tags: Ethics, Islam, Lifestyle, Morality, Pemimpin, Rasulullah, Terrorism


← Previous Post
Next Post →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment

Name *
Email *

Website

224,404 spam blocked by Akismet

Berlangganan

Enter your email address:

Kajian Terbaru

 Rabi'ah Al Adawiyah, Hakikat Cinta dan Penghambaan Kepada Allah

 Ketika Para Pencari Tuhan Itu Terjatuh Dalam Lembah Kesesatan

 Mengapa Fatwa Zakat Propesi dan atau Zakat Penghasilan Tidak Perlu Diikuti ... ???

 Awal Agama Itu Mengenal Allah

 Fatwa Zakat Profesi dan atau Zakat Penghasilan Tidak Perlu Diikuti ... !!!

 Hakikat Keutamaan Shalat Tarawih

 Siapa Yang Berhak Melakukan Istithbah dan Istikhbats ?

 Muslim Sejati Menurut Muhammad Ali

 Inilah Tanda - Tanda Malam Lailatul Qodar

 Petunjuk Lengkap Mencari Malam Lailatul Qadar

Aneka Kisah Hikmah

 Kisah Seorang Fakir Yang Kaya Akan Iman

 Kisah Pengabdian Rabi'ah Bin Ka'ab Kepada Rasulullah

 Meneladani Kejujuran Muhammad Bin Sirin


 Inilah Kisah Seorang Hamba Yang Telah Beribadah Selama 500 Tahun

 Pahami Kisah Pemuda Yang Menikahi Wanita “Buta, Tuli, Bisu dan Lumpuh” Berikut Ini

Kajian Populer

 Awas ...!!! Kafir Karena Menyembah Allah SWT

 Awal Agama Itu Mengenal Allah

 Semar Adalah Demit Tertua di Tanah Jawa

 Ternyata Allah Bukan Tuhan Yang Sesungguhnya

 Sebelum Allah Menjadi Tuhan

 Ketika Para Pencari Tuhan Itu Terjatuh Dalam Lembah Kesesatan

 Al - Ghaffar adalah Zat Yang Maha Pengampun

 Al - Aziz Adalah Zat Yang Maha Perkasa

 Syariat dan Hakikat Shalat

 Inilah Hakikat Tuhan dan Hakikat Allah Yang Sesungguhnya

Strategi dan Peluang Usaha

 Rahasia Mencuci Jersey / Baju Olahraga

 Beginilah Cara Mencuci Hijab Agar Tetap Awet dan Tidak Melar

 Inilah Zat - Zat Kimia Dalam Kehidupan Sehari - Hari, Efek Samping dan Cara
Pencegahannya

 Tips dan Triks Mencuci Boneka Kesayangan

 Beginilah Cara Menghilangkan Noda Pada Baju Putih

Random Posts

 Al – Mutakabbir artinya Allah adalah Zat Yang Maha Agung

 Ijtihad dan Kreatifitas Berfikir


 Sukses, Tujuan Hidup Manusia

 Pujian Allah Terhadap Diri-Nya Sendiri

 Persolan Seputar Kulit dan Daging Hewan Qurban

 The Islamic Lifestyle

 Nabi Muhammad SAW Is The Best

Refleksi Nurani

 Inilah Perbedaan Mu’min dengan Kafir

 Masihkah kita berpikir terkotak-kotak oleh nasionalisme yang menghalangi pembelaan


kita terhadap saudara-saudara kita yang tertidas

 Israel Sudah Berdiri di Palestina Selama Kurang Lebih 60 Tahun

 Masuknya Islam Melalui Khilafah

 Ternyata Islam Liberal Tak Lebih dari Sekedar Imajinasi

Komentar Kajian

 Demit on Semar Adalah Demit Tertua di Tanah Jawa

 Yan S on Ternyata Allah Bukan Tuhan Yang Sesungguhnya

 muhammad ilham on Tantrayana Adalah Sekte Para Pemuja Setan Di India

 shalawat nabi on Hakikat Salawat Allah Kepada Nabi Muhammad Saw

 wewet candra on Ternyata Allah Bukan Tuhan Yang Sesungguhnya

 pengembara sejati on Awas ...!!! Kafir Karena Menyembah Allah SWT

 pengembara sejati on Awas ...!!! Kafir Karena Menyembah Allah SWT

Info Blog
Categories

Categories

Dunsanak Kito

 Kristologi

 Siti Clean

 Tasawuf

 Way Of Life

Tags

About Islam Agama Akal Al-Asma Al-Husna Al-Quran Allah Anak Ayah Bangsa Predator
Cinta dan Kasih Sayang Dasar Fhilosophy Firqah Hadist Hakikat Hakikat Tauhid Hidup
Ibadah Iblis Ikhlas Iman Indonesia Islam Kafir Kasih Sayang Kebaikan Kemampuan
Kemuliaan Logika Makhluk Morality Muhammad Saw Muslim Muslim Pilihan Prophet
Rahasia Rasulullah Sahabat Sifat Allah Syariat Syetan Taqwa Yahudi Zaman Zat Allah
Kajian Hakikat Ilmu Tauhid © 2015 Frontier Theme
http://www.myrazano.com/kajian-umum/akhlak-seorang-pemimpin.html
Makalah Pemimpin Masa Depan Harus Pemimpin Yang Baik

Kiriman dari: tiara herfiana

Download Makalah:
Makalah Pemimpin MasaDepan Harus Pemimpin Yang Baik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Tugas umum seorang pemimpin adalah bersama-sama pengikutnya sampai kepada
tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pemimpin pilihan
yang mampu menggerakkan, memberi tuntunan dan binaan, memberikan teladan, dan
menunjukkan jalan yang paling baik untuk sampai kepada tujuan tersebut.
Seorang pemimpin biasanya memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
pengikutnya, dengan kecerdasan yang luar biasa pemimpin dapat berpikir maju dan
melihat lebih banyak dibandingkan pengikutnya. Tapi bisakah semua pemimpin yang
cerdas itu dikatakan pemimpin yang baik, karena dalam makalah ini topik “Pemimpin yang
baik” akan dibahas dari sudut pandang moral dan etika bukan dari intelegensia saja.
Konsep baik dalam segi moral dan etika mungkin dianggap remeh oleh sebagian
besar orang, tapi jika kita menyelami tentang hal ini dan membandingkan dengan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi pemimpin-pemimpin Indonesia akan terdapat
rasa butuh akan sosok baik ini. Terutama harapan untuk membawa negara kita Indonesia
tercinta ini keluar dari permasalahan-permasalahan mendasar dalam negara yaitu
kemiskinan dan sumber daya manusia yang rendah.
Dewasa ini banyak pemimpin-pemimpin muda hadir dengan kelebihan-kelebihanya,
berbicara tentang perubahan, perubahan bagaimana yang dimaksud, bisakah seorang anak
muda mendikte yang tua dan berpengalaman. Bisakah pemimpin yang berpengalaman
dikatakan pemimpin yang baik, atau pemimpin yang mengumbar-ngumbar janji perubahan,
dapatkan mereka menempatkan diri serta bertahan dengan banyaknya permasalahan yang
dihadapi bangsa ini.
Mempelajari pengalaman dalam memimpin dari para pemimpin Indonesia di masa
lalu menjadi penting sekarang, mereka yang pernah merasakan duduk di kursi presiden dan
memerintah serta membangun bangsa ini dapat kita pelajari sisi baik dan buruknya. Moral
dan etika sangat penting artinya dalam memimpin bangsa ini serta hal buruk yang terjadi
jika terdapat krisis moral dan etika dalam tonggak kepemimpinan Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah cara menjadikan diri sebagai pemimpin yang baik dengan
mengedepankan moral ?
2. Apakah dampak dengan adanya pemimpin yang baik dalam kepemimpinan di
Indonesia ?

1.3. Tujuan Penulisan


Memberikan pandangan tentang memilih, mengikuti, dan menjadi pemimpin ideal
secara moral agar didapatkan sosok pemimpin yang berbudi pekerti sehingga membawa
Indonesia ke arah yang lebih baik sekarang dan dimasa yang akan datang

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemimpin masa lalu dan sekarang


Dewasa ini banyak yang berpendapat pemimpin itu harus tegas, jujur dan peduli.
Semua sifat-sifat yang mulia dari pemimpin itu tidak didapatkan secara cepat,
memantaskan diri menjadi pemimpin dapat dilakukan sejak kecil dan bertahap hingga
dewasa. Teori genetis yang menyatakan pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir dan
dikaruniai bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahir semakin diragukan. Teori sosial
yang adalah lawan dari teori genetis menyatakan pemimpin itu harus disiapkan, dididik,
dan dibentuk tidak serta merta dilahirkan begitu saja, jadi setiap orang bisa menjadi
pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
Dari kedua teori yang sudah dijelaskan teori sosial lebih mumpuni untuk dijadikan
patokan menjadikan seseorang pemimpin yang baik. Karena kebaikan tidak dilahirkan tapi
diperoleh dari tindakan yang dilakukan. Perasaan untuk berbagi dan berbuat adil harus
diasa terus menerus agar sensitif dan diharapkan pemimpin-pemimpin melakukan sesuatu
yang harus dilakukan bukan yang ingin dilakukan.
Sejarah manusia membuktikan bahwa berdirinya perguruan tinggi, biara, dan
pesantren, jelas dimaksudkan untuk mendidik, mempengaruhi dan mengubah sikap amak
manusia, melalui pembentukan dan pembiasaan diri. Dalam lembaga-lembaga pendidikan
tersebut anak-anak muda disiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai bidang
kehidupan, sekarang maupun dimasa mendatang.
Indonesia dalam sejarahnya telah melahirkan pemimpin-pemimpin dunia yang gaya
kepemimpinanya terus dikenang dan dijadikan pedoman bagi pengikutnya. lantas
kepemimpinan itu tidak serta merta menjadikan pemimpin itu sempurna, kebijakan yang
dinilai salah menurunkan dan membuat mereka turun tahta, tetap saja kebaikan dimasa lalu
tetap dikenang dan menjadi sejarah yang tak telupakan. Cerita tentang pahlawan nasional
kita Muhammad Natsir. Ketika Natsir berhenti jadi perdana menteri, di hari terakhir masa
jabatannya, Natsir dengan mengendarai sendiri mobil dinasnya datang ke istana untuk
mengembalikan mandat pemerintahannya kepada Presiden Soekarno, diikuti di
belakangnya oleh sopirnya yang mengendarai sepeda. Setelah mandat pemerintahannya
dikembalikan, Natsir sekaligus ingin mengembalikan mobil dinasnya. Ketika petugas
menanyakan, setelah dikembalikan, dengan apa Natsir akan kembali ke rumah dan
menawarkan untuk diantar, Natsir menolak sambil menunjuk sopirnya yang sedang
menunggu di luar dengan sepedanya. Natsir pulang ke rumah dengan diboncengi sepeda
oleh sopirnya. Kemuliaan budi pekerti ini membuat Natsir kemudian dijuluki pengikut dan
pengagumnya “hati nurani umat”. Cerita singkat tentang Natsir ini membuat kita belajar
kesederhanaan dan profesionalitas. Dibandingkan cerita tentang pemimpin-pemimpin masa
kini yang haus kekuasaan, harta dan kehormatan hingga melakukan tindakan yang tidak
pantas dan memalukan adalah suatu ironi yang dapat mengerdilkan jiwa dan perasaan baik
dalam diri sendiri.
Dari cerita tentang Natsir kita akan membanding-bandingkan dengan pemimpin-
pemimpin kita masa kini. Banyak pemimpin yang pintar, tapi tidak semuanya berakhlak
mulia, tidak banyak yang dapat menjadi panutan dan cerminan bagi warga masyarakat
yang dipimpinnya.
Kepemimpinan bukanlah hal yang mati dan beku. Kepemimpinan adalah sesuatu
yang sangat dinamis, mudah berubah, dan harus selalu disesuaikan dengan perubahan
lingkungan. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki jiwa dan pikiran yang terbuka
sehingga ia tidak kaku dalam mengambil keputusan. Tindakan yang berani harus diimbangi
dengan persiapan yang matang.
Moral menjadi dasar utama disini, baik yang dimaksud adalah baik dalam segi moral,
moral itu sendiri adalah pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang
beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak).
Seseorang dapat dikatakan bermoral yang baik saat ia melakukan banyak hal dengan
tindakan baik. Moral menurut Prof. Dr. H. Veithhzal Rivai, S.E., M.M., MBA dari bukunya
“Pemimpin dan kepemimpinan dalam organisasi” ada dua macam, yaitu :
a. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu
pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni disebut pula hati nurani.
b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran filosofis, agama, adat yang
menguasai pemutaran manusia.
Moral dalam perspektif Islam adalah akhlak, oleh karena pembahasan moral disini
lebih ditekankan pada pengertian akhlak, sehingga emosional sangat erat kaitanya dengan
hal ini, orang tidak bisa melakukan hal baik, saat dia memang tidak memiliki emosi untuk
melakukan hal baik. Terkadang tindakan terpuji seperti yang dilakukan Natsir dan Jokowi
dianggap absurb bagi kebanyakan orang.
Seorang pemimpin seharusnya mengetahui keadaan rakyatnya, merasakan langsung
penderitaan mereka. Saat pemimpin sudah sampai ditahap merasakan hal yang sama
dengan yang dirasakan rakyatnya ia telah sampai pada titik yang dinamakan
Kepemimpinan yang melayani.
a. Hati yang melayani
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan
menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan
sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinya. Kembali kita lihat, betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat,
ataupun pejabat publik justru tidak memiliki integritas sama sekali. Karena apa yang
diucapkan dan dijanjikan tidak sama dengan yang dilakukan. Seorang pemimpin sejati
seharusnya memiliki hastrat untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin di kelompoknya. Pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan,
kepentingan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
b. Kepala yang melayani
Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata,
tetapi harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi
pemimpin yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau
pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya. Artinya dia memiliki kemampuan
untuk menginspirasim mendorong dan memampukan yang dipimpinnya dalam
melakukan tugasnya agar tujuan akhir dapat tercapai.
c. Tangan yang melayani
Pemimpin bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas serta memiliki
kemampuan dalam metode kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku
maupun kebiasaan seorang pemimpin.
Kita tidak bisa sukses dalam melakukan hal yang besar jika masih gagal
melakukan hal-hal yang kecil. Contoh dari kepemimpinan yang melayani sudah
diberikan diatas, betapa hal kecil yang baik dilakukan akan membekas dihati rakyat,
dikenang dan menjadi cerminan, bahwasanya setiap orang mempunyai potensi sebagai
pemimpin dan diharapkan potensi yang dibangun dan terus dikembangkan adalah
potensi menjadi pemimpin yang baik.

2.2. Dampak kepemimpinan yang baik bagi Indonesia


a. Produktivitas dan efektivitas dalam berkarya
Setiap bangsa melahirkan pemimpinnya masing-masing dengan gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda pula. Tapi tetap saja apapun bangsanya, sejarahnya,
dan wilayahnya sosok pemimpin yang baik dan tentu berakhlak masih sangat
dirindukan. Dalam pandangan ilmu pengetahuan akhlak dapat menunjang
prestasi/produktifitas. Memang banyak orang yang merasa bahwa tidak ada kaitanya
antara prestasi/produktifitas dengan akhlak, jelas pandangan ini benar-benar keliru.
Bila kita memahami sungguh-sungguh nilai-nilai akhlak mulia, maka kita akan
menemukan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang dapat saling
bersinergi dalam menumbuhkan potensi manusia kita. Dengan potensi yang seperti ini
bayangkan betapa indahnya kombinasi antara kemuliaan akhlak dengan tingginya
produktifitas dan efektivitas dalam berkarya. Berkarya yang dimaksudkan disini secara
lebih signifikan adalah kebijakan yang pro rakyat agar dekat dengan kesejahteraan.
Indonesia adalah negara yang kaya, Tuhan menganugerahkan kita dengan sumber daya
di darat dan di laut yang sempurna, tinggal tugas kita yang mengelolanya agar
kekayaan tersebut tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok tapi
mencakup luas yaitu seluruh rakyat Indonesia.
b. Pengambilan keputusan
Pemimpin yang baik dalam akhlaknya pun berdampak pada setiap keputusan
yang diambilnya. Kepemimpinan seseorang sangat besar peranannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Kepemimpinan mendasar dari
pengambilan keputusan ini menuntut beberapa disiplin ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial
yang menjadi acuan bagi pengertian yang lebih baik bagaimana keputusan itu dibuat
atau seharusnya dibuat. Kita harus sadar bahwa hidup penuh dengan keputusan sulit
yang harus dibuat. Dan mungkin kita tidak menyadari bahwa setiap keputusan yang
cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar. Sesuatu yang benar tidak selalu
populer dan sesuatu yang populer tidak selalu benar.
Pemimpin sangat membutuhkan kecerdasan emosional dalam pengambilan
setiap keputusan. Terutama keputusan – keputusan genting yang dampaknya dirasakan
secara nasional, contoh: krisis ekonomi dunia yang membuat suasana tidak kondusif di
negara kita pada tahun 2008, ada keputusan-keputusan dari pemimpin kita saat itu
yang masih dipersoalkan sampai sekarang, kasus Century yang belum selesai dan
terlihat mandek disebabkan kesalahan pengambilan keputusan, dan diharapkan tidak
lagi terjadi di masa yang akan datang.
c. Mengendalikan konflik
Siklus kehidupan manusia selalu dikelilingi oleh pertentangan alamiah sebagai
ketetapan Tuhan yang tertata sedemikian rupa sehingga melahirkan dinamika bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian merupakan suatu kewajaran bahwa
pertentangan selalu ada selama manusia itu ada baik secara individu maupun
kelompok. Apalagi kita menyadari betul negara kita dengan bentuk negara yang
merupakan kepulauan sehingga memiliki banyak budaya, suku bangsa, agama dan
bahasa. Sehingga rentan terjadi konflik internal yang mengancam keutuhandan
persatuan NKRI. Karena itu pengendalian konflik merupakan salah satu tugas
pemimpin dalam kepemimpinanya.
Keberhasilah pemimpin dinilai dari bagaimana ia mampu mengendalikan dan
mengelola konflik. Kegagalan seorang pemimpin dalam mengendalikan dan
mengelola konflik akan berimbas pada sesuatu yang merugikan bahkan perpecahan
pada kelompok tersebut. Pemimpin yang baik akan mampu menjadikan konflik
sebaga peluang sehingga dapat menimbulkan rasa tenggang rasa, menciptakan
kreativitas, dan keterpaduan di kelompok itu sendiri.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Karakter pemimpin yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia di masa kini
maupun yang akan datang karena cita-cita negara yang sejahtera sangat erat kaitannya dengan
peran dari seorang pemimpin untuk mewujudkannya. Terlepas dari sumber daya manusia sebagai
pendukung utama, peran pemimpin memiliki posisi yang sangat penting karena di sini segala
kebijakan dan program yang berhubungan dengan rakyat yang menjadi penentu atau pegambil
keputusan yang mengatur harkat hidup orang banyak datangnya dari pemimpin.
Dalam organisasi publik atau pemerintahan, posisi pemimpin memiliki peran yang besar
sebagai penghubung antara organisasi yang dipimpinya dengan masayarakat yang merasakan
langsung dampak dari kebijakan dan program yang dipimpinnya, ia mempunyai pengaruh besar
karena pemimpin bukan hanya sebagai penentu kebijakan tapi lebih daripada itu ia sebagai
contoh dan tauladan bagi orang yang dipimpinnya. Oleh karenanya negeri kita ini diharapkan
dapat dipimpin oleh sesorang yang bermoral dan pro terhadap rakyat, memang tidak mudah
pilihan tidak dapat diberikan secara instan dan hanya karena suka tapi juga harus melihat lebih
jauh sepak terjang, masa lalu, dan latar pendidikannya. Sehingga diharapkan Indonesia 5 tahun
yang akan datang dipimpin oleh sosok yang baik, yang telah lama dirindukan.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT.
RajaGrafindo Persada, 1982
Rifai, Veith, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta, Divisi Buku Perguruan
Tinggi, PT RajaGrafindo Persada, 2012
Robiyanto. 2014. Wawancara tentang "Kepemimpinan" di kantin Universitas Bangka Belitung,
Kampus Terpadu Balun Ijuk Merawang Bangka, Bangka Belitung.
Zulkifli. (2013). Kepemimpinan Nasional Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa: Dari Pemimpin
Pergerakan, Pemimpin Pejuang, Pemimpin Pembangun ke Pemimpin yang Baik. Fisip
Universitas Sriwijaya: Palembang.
http://ukhuwahislah.blogspot.co.id/2014/05/makalah-pemimpin-masa-depan-harus.html
Akhlak Seorang Pemimpin

Topik: Hikmah
Dipublikasi oleh abufaiz pada Ahad, 21 Februari 2010
Telah dibaca 2362 kali

Simpan artikel ini ke file PDF

FB Share

Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa
yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi dan akhlak yang mulia,
meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat
sederhana. Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun
kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak
memiliki peradaban atau akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa
itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak
menggapai kemajuan.

Untuk bisa merwujudkan masyarakat dan bangsa yang berakhlak mulia


dengan peradaban yang tinggi, diperlukan pemimpin dengan akhlak yang
mulia. Khalifah Abu Bakar Ash Shiddik ketika menyampaikan pidato
pertamanya sebagai khalifah mengemukakan hal-hal yang mencerminkan
bagaimana seharusnya akhlak seorang pemimpin. Dalam pidato itu beliau
mengemukakan: Wahai sekalian manusia, kalian telah sepakat memilihku
sebagai khalifah untuk memimpinmu. Aku ini bukanlah yang terbaik diantara
kamu, maka bila aku berlaku baik dalam melaksanakan tugasku, bantulah
aku, tetapi bila aku bertindak salah, betulkanlah. Berlaku jujur adalah
amanah, berlaku bohong adalah khianat. Siapa saja yang lemah diantaramu
akan kuat bagiku sampai aku dapat mengembalikan hak-haknya, insya
Allah. Siapa saja yang kuat diantaramu akan lemah berhadapan denganku
sampai aku kembalikan hak orang lain yang dipegangnya, insya Allah.
Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku
tidak taat lagi kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajibanmu
untuk taat kepadaku.

Dari pidato Khalifah Abu Bakar di atas, kita bisa menangkap keharusan
seorang pemimpin untuk memiliki delapan sifat sebagai bagian dari akhlak
yang mulia.

1. Tawadhu.

Secara harfiyah tawadhu artinya rendah hati, lawannya adalah tinggi hati
atau sombong. Dalam pidatonya, Khalifah Abu Bakar tidak merasa sebagai
orang yang paling baik, apalagi menganggap sebagai satu-satunya orang
yang baik. Sikap tawadhu bagi seorang pemimpin merupakan sesuatu yang
sangat penting. Hal ini karena seorang pemimpin membutuhkan nasihat,
masukan, saran, bahkan kritik. Kalau ia memiliki sifat sombong, jangankan
kritik, saran dan nasihatpun tidak mau diterimannya. Akibat selanjutnya
adalah ia akan memimpin dengan hawa nafsunya sendiri dan ini menjadi
sangat berbahaya. Karena itu kesombongan menjadi kendala utama bagi
manusia untuk bisa masuk ke dalam surga. Karena itu, Allah Swt sangat
murka kepada siapa saja berlaku sombong dalam hidupnya, apalagi para
pemimpin. Sejarah telah menunjukkan kepada kita bagaimana Fir'aun yang
begitu berkuasa dimata rakyatnya, tapi berhasil ditumbangkan dengan
penuh kehinaan melalui dakwah yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Harun
as.

2. Menjalin Kerjasama.

Dalam pidato Khalifah Abu Bakar di atas, tercermin juga akhlak seorang
pemimpin yang harus dimiliki yakni siap, bahkan mengharapkan kerjasama
dari semua pihak, beliau mengatakan: "maka bila aku berlaku baik dalam
melaksanakan tugasku, bantulah aku". Ini berarti kerjasama yang harus
dijalin antar pemimpin dengan rakyat adalah kerjasama dalam kebaikan dan
taqwa sebagaimana yang ditentukan Allah Swt dalam firman-Nya: Tolong
menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong
dalam dosa dan permusuhan (QS 5:2).

Seorang pemimpin tentu tidak mungkin bisa menjalankan tugasnya


sendirian,sehebar apapun dirinya. Karenanya Rasulullah Saw telah
menunjukkan kepada kitabagaimana beliau menjalin kerjasama yang baik,
mulai dari membangun masjid diMadinah hingga peperangan melawan
orang-orang kafir, bahkan dalam suatupeperangan yang kemudian disebut
dengan perang Khandak, Rasulullah menerima dan melaksanakan pendapat
Salman Al Farisi untuk mengatur strategi perang dengan cara menggali
parit.

3. Mengharap Kritik dan Saran.

Seorang pemimpin, karena kedudukannya yang tinggi dan mulia dihadapan


orang lain, iapun mendapatkan penghormatan dari banyak orang, kemana
pergi selalu mendapatkan pengawalan yang ketat dan setiap ucapannya
didengar orang sedangkan apapun yang dilakukannya mendapatkan liputan
media massa yang luas. Dari sinilah banyak pemimpin sampai
mengkultuskan dirinya sehingga ia tidak suka dengan kritik dan saran. Hal
itu ternyata tidak berlaku bagi Khalifah Abu Bakar, maka sejak awal
kepemimpinannya, ia minta agar setiap orang mau memberikan kritik dan
saran dengan membetulkan setiap kesalahan yang dilakukan, Abu Bakar
berpidato dengan kalimat: "Bila aku bertindak salah, betulkanlah".

Sikap seperti ini dilanjutkan oleh Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah
sehingga saat Umar mengeluarkan kebijakan yang meskipun baik
maksudnya tapi menyalahi ketentuan yang ada, maka Umar mendapat kritik
yang tajam dari seorang ibu yang sudah lanjut usia, ini membuat Umar
harus mencabut kembali kebijakan tersebut. Kebijakan itu adalah larangan
memberikan mahar atau mas kawin dalam jumlah yang banyak, karena bila
tradisi itu terus berkembang hal itu bisa memberatkan para pemuda yang
kurang mampu untuk bisa menikah.

4. Berkata dan Berbuat Yang Benar.

Khalifah Abu Bakar juga sangat menekankan kejujuran atau kebenaran


dalam berkata maupun berbuat, bahkan hal ini merupakan amanah dari
Allah Swt , hal ini karena manusia atau rakyat yang dipimpin kadangkala
bahkan seringkali tidak tahu atau tidak menyadari kalau mereka sedang
ditipu dan dikhianati oleh pemimpinnya. Dalam pidato saat pelantikannya
sebagai khalifah, Abu Bakar menyatakan: Berlaku jujur adalah amanah,
berlaku bohong adalah khianat.

Manakala seorang pemimpin memiliki kejujuran, maka ia akan dapat


memimpin dengan tenang, karena kebohongan akan membuat pelakunya
menjadi tidak tenang sebab ia takut bila kebohongan itu diketahui oleh
orang lain yang akan merusak citra dirinya. Disamping itu, kejujuran akan
membuat seorang pemimpin akan berusaha untuk terus mencerdaskan
rakyatnya, sebab pemimpin yang tidak jujur tidak ingin bila rakyatnya
cerdas, karena kecerdasan membuat orang tidak bisa dibohongi.

5. Memenuhi Hak-Hak Rakyat.

Setiap pemimpin harus mampu memenuhi hak-hak rakyat yang


dipimpinnya, bahkan bila hak-hak mereka dirampas oleh orang lain, maka
seorang pemimpin itu akan berusaha untuk mengembalikan kepadanya.
Karena itu bagi Khalifah Abu Bakar, tuntutan terhadap hak-hak rakyat akan
selalu diusahakannya meskipun mereka adalah orang-orang yang lemah
sehingga seolah-olah mereka itu adalah orang yang kuat, namun siapa saja
yang memiliki kekuatan atau pengaruh yang besar bila mereka suka
merampas hak orang lain, maka mereka dipandang sebagai orang yang
lemah dan pemimpin harus siap mengambil hak orang lain dari
kekuasaannya. Akhlak pemimpin seperti ini tercermin dalam pisato Khalifah
Abu Bakar yang menyatakan: "Siapa saja yang lemah diantaramu akan kuat
bagiku sampai aku dapat mengembalikan hak-haknya, insya Allah".

Akhlak yang seharusnya ada pada pemimpin tidak hanya menjadi kalimat-
kalimat yang indah dalam pidato Khalifah Abu Bakar, tapi beliau buktikan hal
itu dalam kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya sebagai seorang
pemimpin. Satu diantara kebijakannya adalah memerangi orang-orang kaya
yang tidak mau bayar zakat, karena dari harta mereka terdapat hak-hak
bagi orang yang miskin.

6. Memberantas Kezaliman.

Kezaliman merupakan sikap dan tindakan yang merugikan masyarakat dan


meruntuhkan kekuatan suatu bangsa dan negara. Karena itu, para
pemimpin tidak boleh membiarkan kezaliman terus berlangsung. Ini berarti,
seorang pemimpin bukan hanya tidak boleh bertindak zalim kepada
rakyatnya, tapi justeru kezaliman yang dilakukan oleh orang lain kepada
rakyatnyapun menjadi tanggungjawabnya untuk diberantas. Karenanya bagi
Khalifah Abu Bakar, sekuat apapun atau sebesar apapun pengaruh pelaku
kezaliman akan dianggap sebagai kecil dan lemah, dalam pidato yang
mencerminkan akhlak seorang pemimpin, beliau berkata: "Siapa saja yang
kuat diantaramu akan lemah berhadapan denganku sampai aku kembalikan
hak orang lain yang dipegangnya, insya Allah".

7. Menunjukkan Ketaatan Kepada Allah.

Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang mengarahkan rakyatnya untuk


mentaati Allah Swt dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, iapun harus
menunjukkan ketaatan yang sesungguhnya. Namun bila seorang pemimpin
tidak menunjukkan ketaatannya kepada kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
rakyatpun tidak memiliki kewajiban untuk taat kepadanya. Dalam kaitan
inilah, Khalifah Abu Bakar menyatakan dalam pidatonya: "Taatlah kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajibanmu untuk taat
kepadaku".

Dengan demikian, ketataan kepada pemimpin tidak bersifat mutlak


sebagaimana mutlaknya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, inilah
diantara isyarat yang bisa kita tangkap dari firman Allah yang tidak
menyebutkan kata taat saat menyebut ketataan kepada pemimpin (ulil amri)
dalam firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya) dan ulil amri diantara kamu (QS 4:59).

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan betapa penting bagi kita untuk
memiliki pemimpin dengan akhlak yang mulia. Kerancuan dan kekacauan
dengan berbagai krisis yang melanda negeri kita dan umat manusia di dunia
ini karena para pemimpin dalam tingkat nagara dan dunia tidak memiliki
akhlak seorang pemimpin yang ideal. Karenanya, saat kita memilih
pemimpin dalam seluruh tingkatan di masyarakat jangan sampai memilih
mereka yang tidak berakhlak mulia.

[Alhikmah]

Website Oase Qalbu ini dikelola sejak tahun 2001. Korespondensi dapat dialamatkan ke admin(at)oaseqalbu.web.id.

Sebagian besar materi dalam website ini diambil dari sumber lain, apabila Anda ingin mengutipnya silakan tetap mencantumkan sumber aslinya.
Semua materi dalam website ini tidak komersial dan tidak untuk dikomersialkan oleh pihak lain.

http://oaseqalbu.web.id/article.php?sid=771
enyoal Akhlak Pemimpin
Posted by Ponda Samarkandi Selasa, 30 April 2013 0 komentar

Pemimpin yang seharusnya menjadi teladan bagi umat dewasa ini banyak melakukan perbuatan-
perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama. Kebanyakan dari mereka memiliki akhlak yang
kurang terpuji dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Coba kita tengok kembali kepemimpinan yang ditampilkan oleh Rasulullah SAW sebagai
pemimpin umat, ia merupakan orang yang memiliki akhlak terpuji dan merupakan teladan yang
baik bagi umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 21 yang artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik”

Keteladanan akhlak Rasulullah telah tergambar dan tertuang jelas di dalam Alquran. Itu
merupakan ayat atau kalam Allah yang seharusnya menjadi landasan bagi seorang pemimpin
yang memimpin umat dan negara ini. Jika pemimpin memahami dan mengamalkan ayat ini,
insya Allah tidak ada pemimpin yang memiliki akhlak yang bejat atau kurang terpuji. Namun
kenyataan yang terjadi sekarang ini, banyak pemimpin atau pejabat Negara memiliki akhlak
yang bejat dan kurang terpuji, sehingga hal tersebut merambat dan menjadi dampak negatif bagi
umatnya.

Perbuatan seperti ini merupakan perbuatan yang tidak menggambarkan layaknya seorang
pemimpin yang akan menjadi panutan masyarakatnya. Kalau pemimpin seperti ini, apakah kita
harus mentaati dan patuh terhadapnya? Tentu saja tidak, bahkan kita sebagai seorang yang
beragama dan berakhlak harus mencegah dan membangkang terhadap pemimpin yang seperti
demikian.
Pemimpin yang memiliki akhlak dan kelakuan yang tidak terpuji, tidak perlu lagi ditaati
dan dipatuhi, bahkan kalau perlu kita lengserkan dia dari jabatannya. Karena kalau
kepemimpinan di tampuk kekuasaan orang yang tidak memiliki akhlak mulia, Negara dan Umat
Islam akan hancur. Untuk itulah agar terciptanya kemaslahatan bagi umat dan bangsa ini, kita
harus memiliki seorang sosok pemimpin yang memiliki akhlak mulia yang baik.
Sungguh menyedihkan sekali Negara kita saat ini yang banyak dipimpin oleh orang yang
memiliki akhlak dan kelakuan yang kurang terpuji. Mau jadi apa Negara kita ini jika dipimpin
oleh orang-orang yang memiliki akhlak tidak terpuji. Pastinya Negara kita akan hancur dan
masyarakatnya tidak akan pernah merasakan kemaslahatan dan kedamaian. Negara ini akan
hancur jika dipimpin oleh orang yang memiliki akhlak tidak terpuji.
Seorang pemimpin ketika dalam masa kepemimpinannya telah melanggar akhlak dan
norma-norma yang berlaku di Negara ini, maka ia harus siap dikritik oleh masyarakat. Perkara
tersebut juga pernah dilontarkan oleh Khalifah Umar Bin Khattab ketika ia diangkat sebagai
kepala Negara ia berkata yang artinya: “Wahai rakyatku, siapapun yang melihat ada yang
bengkok pada diriku maka luruskanlah”.
Seorang Arab Badui mengomentari pernyataan yang telah diungkapkan oleh Umar ra
tersebut, “Demi Allah wahai Amir al-Mukminin, kalau saja aku dapatkan ada yang bengkok pada
dirimu aku akan meluruskannya dengan pedangku”. Maka Umar menanggapi: “Segala puji bagi
Allah yang telah menjadikan di antara umat ini, orang yang mau meluruskan kebengkokan Umar
dengan pedangnya”.
Seorang Khalifah seperti Umar bin Khattab pun menyatakan pernyataan yang tegas
bahwa jika dalam kepemimpinannya ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dan
menyimpang, maka luruskan. Apakah pernyataan tersebut pernah dilontarkan oleh pemimpin-
pemimpin kita di masa kini? Yang pernah dilontarkan oleh pemimpin kita hanyalah janji-janji
palsu belaka yang sangat menggiurkan, sehingga masyarakat memilih ia menjadi pemimpin.
Ketika seorang pemerintah dianggap baik akhlak, perilaku dan kebijakan dalam
pemerintahannya, maka rakyat wajib mentaati dan mendukung dalam masa kepemimpinannya.
Namun, ketika pemerintah mulai menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan, maka
rakyat punya hak untuk mengontrol dan mengoreksi, bahkan memprotes atas perbuatannya.
Abdul Qadir al-Audah menyatakan dalam kitabnya at-Tasyri’ al-Jina’I al-Islami bahwa
rakyat boleh bersikap tegas terhadap penguasa yang menyeleweng dan tidak lagi melaksanakan
kewajiban-kewajibannya sebagai pengayom rakyat. Apalagi pemerintah yang melakukan
perbuatan asusila, korupsi dan perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang
pemimpin, maka masyarakat wajib meluruskannya. Bahkan lebih tegas lagi, pemerintah yang
telah keluar dari garis kepemimpinannya harus mundur dan kemudian menyerahkan
wewenangnya kepada yang lebih layak dan mempu menjalankan roda pemerintahan sesuai
dengan norma-norma agama dan masyarakat. Jika ia menolak, maka rakyat berhak untuk
memaksanya turun dan mencarikan pengganti yang lebih baik dari kepemimpinannya.
Pemimpin yang perilaku dan perbuatannya tidak terpuji dan melanggar norma-norma
agama yang berlaku, akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya, sebagaimana hadis
Rasulullah SAW yang artinya: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan
mempertanggung jawabkan atas kepemimpinanmu.
Hadis tersebut sangat jelas mengatakan bahwa setiap kepemimpinan dari kita akan
diminta pertanggungjawaban di akhirat nanti, apakah kepemimpinan kita sudah memberikan
yang terbaik buat masyarakat atau kepemimpinan kita telah memberikan dampak negatif
terhadap masyarakat?

Pada kenyataannya, para pemimpin sekarang kebanyakan memberikan dampak negatif


kepada masyarakat dari pada dampak postif. Jika pemimpin melakukan perbuatan asusila,
korupsi, dan perbuatan lainnya, maka masyarakat akan meniru dan mengikuti perbuatan tersebut.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi, itu karena pemimpin adalah teladan bagi kita, bahkan ada yang
mengatakan “Pemimpin aja kelakuannya bejat, korupsi dan lainnya, apalagi kita rakyatnya”.
Pernyataan seperti ini seharusnya jangan sampai terjadi dan terlontarkan oleh rakyat, karena jika
hal tersebut sudah menjadi prinsip masyarakat, maka Negara ini akan hancur dan kacau.
Mudah-mudahan kita tidak termasuk pemimpin yang demikian, dan mudah-mudahan kita
bisa menjadi pemimpin yang menjadi tauladan serta panutan bagi masyarakat. Mari kita sama-
sama berdoa kepada Allah SWT agar diberikan seorang pemimpin yang memiliki akhlak yang
mulia seperti Baginda kita Nabi Muhammad SAW yang memiliki akhlak yang terpuji serta
merupakan tauladan bagi umatnya, agar nantinya dapat memberikan kedamaian dan
kemaslahatan bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Wallau A’lamu Bis Shawaf.

http://ponda-samarkand.blogspot.co.id/2013/01/menyoal-akhlak-pemimpin.html

You might also like