You are on page 1of 9

J. Akademika Kim.

4(1): 8-16, February 2015


ISSN 2302-6030

BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAI PENGADSORBSI


MINYAK JEALANTAH

Noni (Morinda citrifolia L.) Fruit as Adsorbent for Cooking Oil


*Fitri Barau, Siti Nuryanti, dan Indarini Dwi Pursitasari
Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Received 17 October 2014, Revised 07 January 2015, Accepted 05 February 2015

Abstract
The used and storage of cooking oil that has not been done properly can lead to exessive water content
in the oil. Thus, this can degrade the quality of the oil and fried foods, and turn to interfere health.
The aim of this study was to determine teh quality of used cooking oil after adsorbed by mengkudu or
noni (Morinda Citrifolia L.) powder. The quality of the oil was determined based on the free fatty acids
content, peroxide numbers, moisture and dirt content before and after adsorbased by using the titration
method in determining the FFA content and peroxide number, while the water content and impurities
levels were determined by using a closed oven method. The quality standard of good oil is based on the
Indonesian National Standard (SNI), i.e. the maximum free fatty acid content of 0.3%, the maximum
peroxide numbers of 2 meq.O2/kg, the maximum water contens of 0.3%, and the impurities level of
1.0%. The result indicated that the quality of used cooking oil before adsorption was not in accordance
with the quality standards of oil. The quality of oil improved after adsorption with 5 grams, 10 grams
and 15 grams of noni powder of 100 ml waste cooking oil, and the best absorbent numbers, moisture
content, and dirt with 15 grams were 0.2%, 2 meq.O2/kg, 0.09%. This is showed that the quality of
the used cooking oil to be better after the addition of noni powder served as an adsorbent.
Keywords: Waster cooking oil, mengkudu (morinda cirifolia L.), free fatty acids, peroxide numbers.

Pendahuluan
Minyak merupakan salah satu trigliserida asam linoleat, linolenat dan arakidonat. Asam
dengan 3 unit asam lemak yang berwujud lemak tidak jenuh dapat mencegah terjadinya
cair pada suhu kamar dan merupakan zat arterosclerosis (penyempitan pembuluh darah).
makanan yang penting untuk menjaga Akan tetapi akan mudah rusak karena oksidasi
kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan suhu yang tinggi (Pakpahan dkk., 2013).
juga merupakan sumber energi yang lebih Minyak dalam proses penggorengan berperan
efektif bila dibandingkan karbohidrat dan sebagai media penghantar panas yang cepat dan
protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan merata pada permukaan bahan yang digoreng.
energi 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan Minyak goreng memang sulit dipisahkan
protein hanya mengahasilkan 4 energi kkal. dari kehidupan masyarakat karena selain
Disamping itu, minyak berfungsi sebagai memberikan rasa gurih, tekstur dan tampilan
sumber dan pelarut bagi vitamin – vitamin makanan menjadi lebih menarik (Susan, 2011).
A, D, E dan K (Sutiah dkk., 2008). Penggunaan minyak goreng secara kontinyu
Minyak pangan sebagian besar berasal dari dan berulang – ulang pada suhu tinggi (160-
tumbuhan, seperti kelapa, sawit, kedelai, kacang 180°C) disertai adanya kontak dengan udara
tanah, jagung, biji bunga matahari dan lain – dan air pada proses penggorengan akan
lain. Minyak yang berasal dari tumbuhan kaya mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang
akan asam lemak tidak jenuh diantaranya yaitu komplek dalam minyak dan menghasilkan
berbagai senyawa hasil reaksi. Minyak goreng
*Correspondence: juga mengalami perubahan warna dari kuning
Fitri Barau menjadi warna gelap (Pakpahan dkk., 2013).
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
Produksi reaksi degradasi yang terdapat
email: fitri_barau@yahoo.co.id dalam minyak ini juga akan menurunkan
Published by Universitas Tadulako 2015 kualitas bahan pangan yang digoreng dan
8
Fitri Barau Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) Sebagai ................

menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan dalam minyak jelantah (Putra dkk., 2012).
(Yustina & Hartini, 2011). Reaksi degradasi Mengkudu merupakan salah satu tumbuhan
juga dapat menurunkan kualitas minyak yang sudah diketahui memiliki banyak sekali
dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai manfaat mulai dari akar, kulit batang, daun
lagi dan harus dibuang atau diolah kembali dan termasuk buahnya. Kandungan kimia
menjadi biodiesel seperti penelitian yang buah mengkudu seperti flavanoid, alkaloid
telah dilakukan oleh (Shahid dkk., 2012). dan lain – lain menyebabkan seringkali
Kenaikan harga bahan bakar minyak sangat tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional
memberikan dampak ekonomi terhadap harga (Singh & Rethinam, 2007). Mengkudu
barang – barang kebutuhan sehari – hari mudah dijumpai, disamping itu manfaat
terutama pada harga sembako, salah satunya mengkudu sangat baik untuk kesehatan. Selain
minyak goreng. Ironisnya, negara Indonesia mengandung zat – zat nutrisi, mengkudu juga
sebagai pengekspor sawit terbesar ke dua di mengandung zat aktif anti bakteri, scolopetin,
dunia, namun harga minyak goreng sangat anti kanker (damnachantal), zeronin, zat
melambung tinggi. Tentu hal ini dapat pewarna alami dan tentunya zat yang berperan
memberikan beban ekonomi yang semakin sebagai antioksidan (Djauhariya & Rosman,
tinggi umumnya pada masyarakat ekonomi 2009). Kandungan antioksidan di dalam buah
menengah ke bawah. Oleh karena itu, berbagai mengkudu yang terdiri dari xeronin, proxeronin
upaya dilakukan agar kebutuhan tetap dan asam askorbat dapat memurnikan minyak
dapat terpenuhi salah satunya yaitu dengan jelantah dari kandungan asam lemak bebas
melakukan penghematan. Contoh kecilnya dan bilangan peroksida akibat penggunaan
yaitu pada penggunaan minyak goreng dengan minyak goeng berulang kali pada suhu tinggi.
cara berulang – ulang kali. Hal ini terjadi bukan Sehingga minyak tersebut aman untuk dipakai
hanya dalam skala rumah tangga. Namun pada dan kualitasnya bisa kembali mendekati
pedagang kaki lima seperti jajanan gorengan (minimal mendekati) kualitas minyak goreng
tahu, tempe goreng dan warung makanan yang masih baru (Mulyati dkk., 2006).
sari laut bahkan sampai ke restoran – restoran
besar sekalipun, tidak sedikit yang dijumpai Metode
menggunakan minyak goreng berulang kali Peralatan yang digunakan antara lain:
sampai berwarna cokelat kehitaman yang biasa blender, ayakan 70 mesh, pemanas listrik,
kita kenal dengan sebutan minyak jelantah. pengaduk magnet, termometer, statif dan
Walaupun menimbulkan dampak yang klem, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer,
negatif, penggunaan minyak jelantah adalah pompa vakum, corong, gelas ukur, pipet
hal yang biasa di masyarakat. Sebagian orang tetes, timbangan digital, corong buchner,
berpendapat makanan yang dicampur jelantah buret, cawan krusibel. Bahan yang digunakan
lebih sedap. Sebagian lagi kerena keterdesakan antara lain: buah mengkudu, minyak jelantah,
ekonomi, apalagi masa – masa krisis seperti akuades, kerosen, indikator fenolftalein 99,5%,
sekarang ini (Yustina & Hartini, 2011). KOH, campuran larutan asam asetat dan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan kloroform (3 : 2), Na2S2O3.5H2O, KI, Amilum,
untuk mengatasi permasalahan tersebut H2C2O4.2H2O, HCl, K2Cr2O7 dan Etanol.
yaitu dengan cara melakukan pemurrnian
terhadap minyak jelantah, sehingga dihasilkan Pembuatan Serbuk Mengkudu
minyak yang layak untuk digunakan kembali. Buah mengkudu yang sudah tua (tetapi
Pemurnian tersebut dapat dilakukan melalui belum masak) dibersihkan terlebih dahulu,
proses adsorbsi. Adsorbsi yaitu peristiwa lalu diiris – iris setipis mungkin, setelah itu
atau proses penyerapan yang terjadi pada dikeringkan atau diangin – anginkan pada
permukaan (Sultanry & Kaseger, 1985). suhu kamar (tidak terkena sinar matahari
Adapun cara untuk memurnikan minyak langsung). Setelah kering, potongan –
jelantah dapat menggunakan adsorben seperti potongan mengkudu tersebut diblender lalu
arang aktif, zeolit aktif, kulit pisang kepok, diayak hingga diperoleh serbuk mengkudu
sari ubi jalar merah, ampas tebu, bawang dengan menggunakan ayakan 70 mesh.
merah (Rosita & Widasari, 2009) dan masih
banyak lagi bahan – bahan dalam kehidupan Proses Penghilangan Bumbu (Despicing) Pada
sehari – hari, termasuk buah mengkudu Sampel Minyak Jelantah
(Putra dkk., 2012). Fungsi adsorben ini Despicing merupakan proses pengendapan
umumnya untuk menyerap zat – zat pengotor, dan pemisahan kotoran akibat bumbu dan
bau dan zat – zat kimia yang bersifat toksik kotoran dari bahan pangan yang bertujuan
9
Volume 4, No. 1, 2015: 8-16 Jurnal Akademika Kimia

menghilangkan partikel halus bersuspensi larutan KI jenuh kemudian ditutup erlenmeyer


atau membentuk koloid seperti protein, tersebut dengan cepat dan dikocok kira – kira
karbohidrat, garam, gula dan bumbu rempah 5 menit ditempat gelap pada suhu 15-25°C.
– rempah yang digunakan menggoreng bahan Ditambahkan 15 ml air suling dan dikocok
pangan tanpa mengurangi jumlah asam lemak dengan kuat. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3
bebas dalam minyak. Proses despicing ini (yang sebelumnya telah distandarisasi dengan
dilakukan dalam tempat logam atau kaca tahan larutan K2Cr2O7) setelah itu ditambahkan
panas yang berdiameter kecil tetapi tinggi dengan larutan amilum 1% sebagai indikator.
agar proses despicing berlangsung dengan Dilakukan penetapan blanko, kemudian
baik, bumbu dan semua kotoran yang ada menghitung bilangan peroksida dalam sampel.
dalam minyak jelantah akan mengendap dan Bilangan peroksida dapat dinyatakan dalam
minyak lebih mudah dipisahkan dari pengotor miligram ekivalen dari oksigen aktif/kg,
– pengotornya (Ubaidilah dkk., 2009). dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Proses pemurnian minyak jelantah dengan


menggunakan serbuk mengkudu
V1 - V0 x N
Sebanyak 100 ml minyak jelantah Bilangan peroksida (meq / kg) = x 1000
dipanaskan hingga mencapai suhu 90°C, m
setelah itu ditambahkan serbuk mengkudu Keterangan:
sebanyak 5 gram, 10 gram dan 15 gram, V1 = volume Na2S2O3 untuk penitran sampel
kemudian diaduk dengan kecepatan 100 rpm (ml)
selama 60 menit. Lalu disaring untuk diambil V0 = volume Na2S2O3 untuk penitran blanko
filtrat atau minyak yang telah diadsorbsi. (ml)
Penentuan kadar asam lemak bebas pada N = normalitas Na2S2O3
minyak jelantah sebelum dan setelah diadsorbsi m = massa sampel (gram)
Ditimbang 3 gram sampel ke dalam ( Badan Standarisasi Nasional, 2008)
erlenmeyer 100 ml. Ditambahkan 5 ml etanol
95% dan dipanaskan sampai mendidih (± 10 Penentuan kadar air pada minyak jelantah
menit) dalam penangas air sambil diaduk, sebelum dan setelah diadsorbsi
kemudian setelah dingin ditambahkan 2 tetes Penentuan kadar air menggunakan
indiikator fenolftalein dan dititrasi dengan metode gravimetri. Krusibel dicuci bersih
larutan standar KOH (yang sebelumnya telah dan dikeringkan lalu dipanaskan dalam oven
distandarisasi dengan larutan H2C2O4) hingga pada suhu 105°C selama 1 jam. Selanjutnya
warna merah muda tetap (tidak berubah selama didinginkan dalam desikator selama ½ jam.
15 detik). Dilakukan penetapan blanko. Kadar Kemudian krusibel ditimbang dan dicatat
asam lemak bebas dihitung sebagai asam laurat bobotnya. Perlakuan ini diulang sampai
dinyatakan sebagai persen asam lemak, dihitung diperoleh bobot yang tetap. Selanjutnya sampel
sampai dua desimal dengan rumus berikut: minyak jelantah dimasukan ke dalam krusibel
sebanyak 1 gram dan dipanaskan lagi pada
oven denga suhu 105°C selama 1 jam, lalu
V x N x 200 didinginkan dalam desikator selama ½ jam.
Kadar FFA (sebagai asam laurat) = Kadar air dinyatakan sebagai % (b/b), dihitung
m x 10 sampai dua desimal dengan menggunakan
rumus:
Keterangan :
V = Volume KOH (ml)
N = normalitas KOH M1 -M2
M = massa sampel ((gram) Kadar air = x 100%
200 = massa molekul asam laurat m1
(Nasional, 2008) Keterangan:
m1 = bobot cuplikan (gram)
Penentuan bilangan peroksida pada minyak m2 = bobot cuplikan setelah pengeringan (gram)
jelantah sebelum dan setelah diadsorbsi (Nasional, 2008).
Ditimbang sebanyak 1 gram contoh ke
dalam erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan 2
ml kloroform kemudian dikocok dengan kuat. Penentuan kadar kotoran pada minyak
Ditambahkan 3 ml asam asetat glasial dan 0,2 ml jelantah sebelum dan setelah diadsorbsi
10
Fitri Barau Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) Sebagai ................

Menggunakan sisa contoh uji pada kadar Penentuan kadar air pada minyak jelantah
air, kemudian menambahkan 50 ml kerosen ke sebelum dan setelah diadsorbsi
dalam contoh dan panaskan ke dalam penangas Penentuan kadar air menggunakan
untuk melarutkan lemaknya. Lalu, menyaring metode gravimetri. Krusibel dicuci bersih
contoh dari krusibel menggunakan kertas dan dikeringkan lalu dipanaskan dalam oven
saring dengan bantuan pompa vakum. Setelah pada suhu 105°C selama 1 jam. Selanjutnya
itu sampel yang ada dalam kertas saring dicuci didinginkan dalam desikator selama ½ jam.
hingga 5 kali pencucian dengan menggunakan Kemudian krusibel ditimbang dan dicatat
10 ml kerosen. Selanjutnya, mengeringkan bobotnya. Perlakuan ini diulang sampai
seluruh kertas saring dengan seluruh isinya diperoleh bobot yang tetap. Selanjutnya sampel
hingga beratnya tetap berada pada suhu 101°C minyak jelantah dimasukan ke dalam krusibel
± 1°C. Persamaan yang digunakan untuk sebanyak 1 gram dan dipanaskan lagi pada
mengetahui bobot kadar kotoran pada minyak oven denga suhu 105°C selama 1 jam, lalu
dengan cara: didinginkan dalam desikator selama ½ jam.
Kadar air dinyatakan sebagai % (b/b), dihitung
W2 -W1 sampai dua desimal dengan menggunakan
Kadar kotoran total = x 100% rumus:
W1
M1 - M2
Kadar air = x 100%
m1
Keterangan:
W = berat (gram) contoh uji yang digunakan Keterangan:
W1= berat kertas saring (gram) m1 = bobot cuplikan (gram)
W2= berat kertas serta kotoran – kotoran m2 = bobot cuplikan setelah pengeringan
(SNI, 1987) (gram)
Penentuan bilangan peroksida pada minyak (Nasional, 2008).
jelantah sebelum dan setelah diadsorbsi
Ditimbang sebanyak 1 gram contoh ke Penentuan kadar kotoran pada minyak
dalam erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan 2 jelantah sebelum dan setelah diadsorbsi
ml kloroform kemudian dikocok dengan kuat. Menggunakan sisa contoh uji pada kadar
Ditambahkan 3 ml asam asetat glasial dan 0,2 ml air, kemudian menambahkan 50 ml kerosen ke
larutan KI jenuh kemudian ditutup erlenmeyer dalam contoh dan panaskan ke dalam penangas
tersebut dengan cepat dan dikocok kira – kira untuk melarutkan lemaknya. Lalu, menyaring
5 menit ditempat gelap pada suhu 15-25°C. contoh dari krusibel menggunakan kertas
Ditambahkan 15 ml air suling dan dikocok saring dengan bantuan pompa vakum. Setelah
dengan kuat. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 itu sampel yang ada dalam kertas saring dicuci
(yang sebelumnya telah distandarisasi dengan hingga 5 kali pencucian dengan menggunakan
larutan K2Cr2O7) setelah itu ditambahkan 10 ml kerosen. Selanjutnya, mengeringkan
dengan larutan amilum 1% sebagai indikator. seluruh kertas saring dengan seluruh isinya
Dilakukan penetapan blanko, kemudian hingga beratnya tetap berada pada suhu 101°C
menghitung bilangan peroksida dalam sampel. ± 1°C. Persamaan yang digunakan untuk
Bilangan peroksida dapat dinyatakan dalam mengetahui bobot kadar kotoran pada minyak
miligram ekivalen dari oksigen aktif/kg, dengan cara:
dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
W2 - W1
V -V xN Kadar kotoran total = x 100%
Bilangan peroksida (meq/kg) = 1 0 x 1000 W
m Keterangan:
Keterangan: W = berat (gram) contoh uji yang digunakan
V1 = Volume Na2S2O3 untuk penitran sampel W1= berat kertas saring (gram)
(ml) W2= berat kertas serta kotoran – kotoran
V0 = Volume Na2S2O3 untuk penitran blanko (SNI, 1987)
(ml)
N = Normalitas Na2S2O3 Hasil dan Pembahasan
m = Massa sampel (gram) Analisis Mutu Minyak
(Badan Standarisasi Nasional, 2008) Analisis mutu minyak pangan ditentukan

11
Volume 4, No. 1, 2015: 8-16 Jurnal Akademika Kimia

oleh analisis sifat kimia dan sifat fisik. kadar asam lemak bebas yang signifikan.
Indikator kimia yang digunakan dalam Penurunan kadar asam lemak bebas pada
penentuan kualitas minyak adalah kadar asam sampel minyak goreng yang digunakan,
lemak bebas (FFA) dan bilangan peroksida. semakin banyak seiring dengan peningkatan
Sedangkan untuk parameter fisik, indikator konsentrasi dari adsorben yang digunakan.
yang digunakan yaitu kadar air dan kadar Semakin banyak jumlah konsentrasi dari
kotoran (Febriansyah & Haryadi, 2007). adsorben yang digunakan, maka hal ini akan
menunjukan semakin banyak asam lemak
Analisis sifat kimia bebas yang terkandung dalam minyak jelantah
Kadar Asam Lemak Bebas atau (Free Fatyy Acid) tersebut yang akan terikat pada adsorben
Asam lemak bebas merupakan sifat penting mengkudu yang digunakan (Putra dkk., 2012).
yang digunakan untuk menentukan atau Hasil penelitian menunjukan kinerja
mengontrol kualitas minyak pangan. Hal mengkudu sebagai adsorben mampu
ini dikarenakan tingginya asam lemak bebas menurunkan kadar asam lemak bebas melebihi
dapat mempengaruhi cita rasa dan bau pada kadar asam lemak bebas yang dikandung
minyak sehingga menyebabkan penurunan minyak jelantah yang belum diadsorbsi, hal
kualitas dari minyak tersebut. Semakin tinggi ini disebabkan adanya senyawa – senyawa
nilai FFA maka semakin banyak asam lemak yang terkandung dalam buah mengkudu
bebas yang terdapat dalam minyak tersebut, yang mampu menetralisir atau menstabilkan
sehingga asam lemak bebas tersebut akan senyawa asam lemak bebas yang terkandung
mempengaruhi sifat kimia, sifat fisik dan dalam minyak jelantah. Seperti yang terlihat
stabilitas minyak selama proses penggorengan pada Tabel I, bahwa adanya adsorben mampu
(Panagan, 2010). Asam lemak bebas bukan menurunkan kadar asam lemak bebas, dan
satu – satunya indikator kerusakan minyak. untuk penentuan kadar asam lemak bebas hasil
Adanya air dalam minyak goreng yang baik diperoleh pada 10 gram adsorben
mengakibatkan terjadinya hidrolisa minyak dalam 100 ml minyak jelantah. Hasil uji kadar
menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Proses asam lemak bebas (FFA) pada minyak jelantah
ini dibantu oleh adanya asam, alkali, uap air, sebelum dan setelah diadsorbsi dijelaskan pada
temperatur yang tinggi dan enzim. Kandungan Tabel 1.
asam lemak bebas minyak meningkat selama
pemanasan, disebabkan peristiwa oksidasi dan Tabel 1 Hasil penentuan kadar asam lemak
hidrolisis. Air berfungsi untuk memecahkan bebas pada minyak jelantah sebelum diadsorbsi
lemak atau minyak menjadi gliserol dan asam dan setelah diadsorbsi
lemak bebas. Terbentuknya ke dua senyawa ini
karena terjadi pemutusan rantai trigliserida pada
minyak atau lemak (Winarno, 1991). Proses
pembentukan gliserol dan asam lemak bebas
yang disebabkan oleh adanya air dalam suatu
minyak dijelaskan pada Gambar 1 berikut ini:
H H Keterangan:
O
Volume titran blanko = 0,05 ml, massa sampel
H C O C
O
R1 H C H
O R1C
H
O = 1 gram, [KOH] = 0,01 N
3 H2O
H C O C R2 H C H
O + R2C
H
O Penentuan Bilangan Peroksida
O

H C O C R3 H C H
O R3C
H
O
Bilangan peroksida sangat penting untuk
identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak
H H yang mengandung asam lemak tidak jenuh dapat
trigliserida gliserol asam lemak teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan
suatu senyawa peroksida (Aminah, 2010).
Gambar 1. Reaksi hidrolisis minyak Asam lemak tidak jenuh penyusun suatu
(trigliserida). trigliserida dapat mengikat oksigen pada ikatan
rangkapnya, sehingga okidasi terjadi pada
Proses adsorbsi menggunakan adsorben ikatan tak jenuh dalam asam lemak. Makin
dapat membantu mengurangi banyaknya besar bilangan peroksida, makin besar pula
jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam derajat kerusakan pada minyak (Sumarlin dkk.,
minyak goreng tersebut. Sebagaimana terlihat 2010).
pada Tabel 1, yang menunjukan penurunan Peroksida merupakan produk awal dari
12
Fitri Barau Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) Sebagai ................

autoksidasi lemak atau minyak. Nilai peroksida menjadi senyawa–senyawa dengan rantai
pada dasarnya dapat digunakan untuk karbon yang lebih pendek yang berisfat volatil
mengikuti perubahan bau tengik, meskipun dan menimbulkan bau tengik, proses ini terjadi
tidak selalu tepat, sebab pembentukan karena adanya radiasi energi tinggi, energi
peroksida sangat sensitif terhadap perubahan panas, katalis logam, atau enzim (Winarno,
suhu sehingga menuntut ketelitian tinggi dalam 1991). Bilangan peroksida menyatakan jumlah
menganalisisnya. Selama berlangsungnya ekivalen hidroperoksida yang terbentuk setiap
oksidasi minyak, nilai peroksida akan 1000 g sampel. Hidroperoksida terbentuk dari
meningkat kemudian menurun sehingga reaksi radikal bebas peroksida dengan asam
terdapat keadaan dimana jumlah peroksida lemak tak jenuh pada minyak. Secara umum,
yang terbentuk mencapai maksimum. Reaksi reaksi pembentukan peroksida dapat dilihat
oksidasi pada minyak dapat dihambat dengan pada Gambar 3 sebagai berikut (Kateren,
menggunakan antioksidan (Panagan, 2010). 2008).
Penentuan bilangan peroksida pada umumnya O O O
dilakukan secara titrasi dengan larutan standar H H H H H H
natrium tiosulfat dan dengan indikator R C C C + O O R C C C R C C C

amilum. Pembebasan iodium dari kalium OH


O OH OH
O O
iodida yang berfungsi sebagai reduktor untuk
mereduksi hidroperoksida, sebanding dengan Asam lemak Oksigen O Moloksida Peroksida labil
jumlah hidroperoksida yang ada. Iodium yang Gambar 3. Reaksi Radikal Bebas Peroksida
dibebaskan diserap oleh amilum menghasilkan dengan Asam Lemak Tak Jenuh
kompleks iodum amilum berwarna biru. Ketika Pada Minyak.
campuran dititrasi dengan natrium tiosulfat,
iodium dibebaskan dari kompleks iodium Berdasarkan standar mutu minyak goreng
amilum, sehingga saat warna biru hilang, semua menurut SNI-3741-1995, angka bilangan
iodium dibebaskan dari kompleks amilum- peroksida di dalam minyak maksimal sebesar
iodium dan saat itu titik akhir titrasi tercapai 2 meq/kg. Bilangan peroksida di atas standar
(Winarno, 1991). Reaksi kimia yang terjadi maksimal tersebut, menandakan kualitas
pada penentuan bilangan peroksida dijelaskan minyak buruk (Gunawan dkk., 2003). Oleh
pada Gambar 2 berikut (Sangi, 2011): karena itu, untuk memperoleh angka sesuai
dengan standar minyak, maka minyak jelantah
tersebut harus diubah kualitasnya melalui proses
adsorbsi menggunakan adsorben. Pemurnian
minyak jelantah menggunakan mengkudu
Gambar 2. Reaksi Kimia yang Terjadi pada sebagai adsorben dapat menurunkan angka
Penentuan Bilangan Peroksida. bilangan peroksida dalam minyak tersebut.
Tabel 2 juga menunjukan penurunan gugus
Autoksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida terbanyak terjadi pada sampel minyak
radikal – radikal bebas yang disebabkan oleh yang telah diadsorbsi dengan konsentrasi
faktor – faktor yang dapat mempercepat reaksi adsorben 15 gram untuk setiap 100 ml minyak
seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau jelantah. Hal ini terjadi karena dalam serbuk
hidroperoksida, logam – logam berat dan mengkudu mengandung asam askorbat atau
logam porfirin. Molekul – molekul lemak vitamin C. Sumber vitamin C inilah yang dapat
yang mengandung radikal asam lemak tidak membantu dan mampu menetralkan radikal
jenuh mengalami oksidasi menjadi tengik. Bau bebas, yakni partikel – partikel berbahaya
tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan (Putra dkk., 2012). Berdasarkan hasil penelitian
oleh pembentukan senyawa–senyawa hasil ini diketahui bahwa semakin besar konsentrasi
pemecahan hidroperoksida (Gunawan dkk., adsorben yang digunakan, maka semakin besar
2003). Sebuah atom hidrogen yang terikat pula penurunan angka peroksida dalam minyak
pada suatu atom karbon yang letaknya di tersebut.
sebelah atom karbon lain yang mempunyai Hasil penentuan bilangan peroksida yang
ikatan rangkap, dapat disingkirkan oleh suatu didapatkan pada penelitian ini ditampilkan
kuantum energi sehingga membentuk radikal pada Tabel 2, yang menggambarkan
bebas. Kemudian radikal ini dengan adanya perbandingan kualitas dari penentuan bilangan
oksigen akan membentuk peroksida aktif peroksida pada minyak jelantah yang tidak
yang dapat membentuk hidroperoksida yang mengalami proses adsorbsi dengan minyak
bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah jelantah yang telah diadsorbsi menggunakan
13
Volume 4, No. 1, 2015: 8-16 Jurnal Akademika Kimia

adsorben dari buah mengkudu dengan berbagai baik, karena semakin banyak air dalam minyak
variasi konsentrasi. yang teradsorbsi. Kadar air berhubungan
Tabel 2. Hasil penentuan bilangan dengan reaksi hidrolisis dari lemak. Jika
peroksida pada minyak jelanntah sebelum dalam lemak atau minyak terdapat air, maka
dan setelah diadsorbsi dengan memvariasikan minyak tersebut akan terhidrolisis sehingga
serbuk mengkudu sebagai adsorben. menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.
Semakin tinggi kadar air dalam minyak goreng,
maka ketengikan minyak akan semakin cepat
(Effendi dkk., 2012). Kemungkinan besar asam
lemak bebas minyak akan besar pula, akibatnya
kualitas minyak tersebut akan menurun.
Reaksi hidrolisis akan menghasilkan flavor dan
bau tengik pada minyak tersebut (Kateren,
2008). Tabel 3 menggambarkan hasil dari
Keterangan: penentuan kadar air pada minyak jelantah yang
Massa sampel minyak = 1 gram, volume titran belum diadsorbsi dengan minyak yang telah
= 0,1 ml, [Na2S2O3] sebagai blanko = 0,02 N. diadsorbsi, dengan memvariasikan konsentrasi
buah mengkudu sebagai adsorben.
Analisis sifat fisika
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
pada SNI-3741-1995, minyak goreng yang Tabel 3. Hasil penentuan kadar air pada minyak
bermutu baik harus mengandung kadar air jelantah yang belum diadsorbsi dengan minyak
maksimum 0,3%. Air adalah konstituen yang telah diadsorbsi
yang keberadaannya dalam minyak sangat
tidak diinginkan karena akan mempengaruhi
kualitas minyak, kandungan air tersebut akan
menghidrolisis minyak goreng menghasilkan
asam – asam lemak bebas yang dapat
menyebabkan bau tengik pada minyak goreng
(Sumarlin dkk., 2010). Untuk mengubah
minyak goreng yang telah menurun kualitasnya,
maka diperlukan adsorben yang mampu Berdasarkan hasil analisis kadar kotoran
menjadikan minyak layak digunakan kembali. minyak jelantah disajikan pada Tabel 4
Adsorben mengkudu mampu menyerap menunjukan kadar kotoran pada minyak
kadar air yang terkandung dalam minyak jelantah sebelum diadsorbsi sangat tinggi.
jelantah, dengan kadar air yang mampu Sementara kadar kotoran pada minyak yang
diserap hingga 0,019%. Penurunan ini terjadi telah mengalami proses adsorbsi sangat rendah.
akibat mengkudu sebelum digunakan terlebih Kadar kotoran rendah yang diperoleh dari hasil
dahulu dikeringkan secara alami sampai benar adsorbsi tersebut sesuai dengan standar minyak
– benar kering, sehingga mampu menyerap goreng yaitu maksimal 1,0%. Kadar kotoran
kadar air secara maksimal. Pengujian terhadap yang terdapat pada minyak dapat menurunkan
kadar air sangat penting untuk mengetahui kualitas minyak goreng, karena dapat
ketahanan minyak. Kadar air dalam minyak mempengaruhi rasa, bau dan warna pada bahan
sangat mempengaruhi mutu minyak tersebut, pangan yang digoreng (Sumarlin dkk., 2010).
minyak yang berkadar air tinggi akan Oleh karena itu, minyak harus dihindarkan
cenderung memiliki massa simpan yang dari kandungan kotoran agar mutu minyak
pendek (Sudarmadji dkk., 2007). Tabel 3 goreng tetap terjaga.
menunjukan kadar air tertinggi terdapat pada Hasil analisis kadar kotoran pada minyak
minyak jelantah sebelum diadsorbsi yaitu 10% jelantah yang belum diadsorbsi sangat besar
dan kadar terendah setelah minyak jelantah yaitu 1,74%. Sementara pada minyak hasil
diadsorbsi diperoleh pada konsentrasi adsorben adsorbsi, nilai kadar kotoran yang terendah
15 gram yaitu 0,02%. diperoleh pada sampel dengan konsentrasi
Hasil yang diperoleh, menunjukan bahwa adsorben 15 gram yaitu 0,09%. Hal ini
semakin besar konsentrasi adsorben, maka menunjukan bahwa aplikasi mengkudu sebagai
penurunan kadar air pada minyak jelantah adsorben pada pemurnian minyak jelantah
semakin meningkat dan ini menunjukan sangat baik, dimana semakin besar konsentrasi
bahwa proses adsorbsi berlangsung dengan adsorben yang dicampurkan ke dalam sampel,
14
Fitri Barau Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) Sebagai ................

maka hasil yang diperoleh semakin baik, yaitu konsentrasi 15 gram, sehingga minyak yang
kadar kotoran pada sampel semakin berkurang. dihasilkan tersebut masih layak untuk dipakai
Karena kekuatan adsorben mengikat kotoran – kembali.
kotoran pada sampel berpengaruh pada jumlah
konsentrasi yang diberikan (Putra dkk., 2012). Ucapan Terima Kasih
Data minyak hasil adsorbsi yang diperoleh Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
sesuai dengan syarat dan ketentuan mutu pembimbing I, Siti Nuryanti dan pembimbing
minyak. II, Indarini Dwi Pursitasari, Ida Kesuma Utami,
I Gusti Ketut Ari, Kasmir Sy. Male dan Zainal
Tabel 4. Hasil penentuan kadar kotoran pada Abidin, yang telah banyak membantu penulis
minyak jelantah sebelum dan setelah diadsorbsi dalam menyelesaikan penelitian ini.
dengan variasi konsentrasi adsorben.
Referensi
Aminah, S. (2010). Bilangan peroksida
minyak goreng curah dan sifat
organoleptik tempe pada pengulangan
penggorengan. Jurnal Pangan dan
Gizi, 1(1), 7-14.

Asy’ari, M., & Cahyono, B. (2006). Pra-


standarisasi: produksi dan analisis
minyak virgin coconut oil (VCO).
Analisis sifat fisik minyak pangan diawali Jurnal JSKA, 9(3), 1-9.
dengan analisis organoleptik (analisis yang
menggunakan panca indera) yaitu: penciuman Djauhariya, E., & Rosman, R. (2009). Status
(bau), pengecap (rasa), dan penglihatan (warna) perkembangan teknologi tanaman
(Asy’ari & Cahyono, 2006). Hasil analisis mengkudu. Ciawi: Balai Penelitian
organoleptik dari minyak pangan yang diuji, Tanaman Obat dan Aromatik
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Bau, rasa dan warna yang dihasilkan Effendi, A. M., Winarni, & Sumarni, W.
oleh minyak jelantah sebelum dan setelah (2012). Optimalisasi penggunaan
diadsorbsi. enzim bromelin dari sari bonggol
nanas dalam pembuatan minyak
kelapa Indonesian Journal of Chemical
Science, 1(1), 1-6.

Febriansyah, R., & Haryadi, Y. (2007).


Mempelajari pengaruh penggunaan
berulang dan aplikasi adsorben
terhadap kualitas minyak dan tingkat
penyerapan minyak pada kacang sulut.
Institut Pertanian, Bogor.

Gunawan, Triatmo, M., & Rahayu, A. (2003).


Analisis pangan: penentuan angka
peroksida dan asam lemak bebas
pada minyak kedelai dengan variasi
menggoreng. Jurnal JSKA, 4(3), 1-7.

Kesimpulan Kateren, S. (2008). Pengantar teknologi minyak


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dan lemak pangan. Jakarta: Universitas
dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa terjadi Indonesia Press.
perubahan kualitas minyak jelantah setelah
diadsorbsi dengan buah mengkudu. Hasil Mulyati, S., Meilina, & Hesti. (2006).
terbaik diperoleh pada minyak jelantah yang Pemurnian minyak jelantah dengan
diadsorbsi oleh serbuk buah mengkudu dengan menggunakan sari buah mengkudu.

15
Volume 4, No. 1, 2015: 8-16 Jurnal Akademika Kimia

Nasional, B. S. (2008). Minyak kelapa virgin 0024-1987.


(VCO). (SNI) 7381-2008.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi.
Pakpahan, F. J., Tambunan, T., Harimby, A. M., (2007). Analisa Bahan Makanan
& Ritongga, Y. (2013). Pengurangan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
FFA dan warna dari minyak jelantah Yogyakarta.
dengan adsorben serabut kelapa dan
jerami. Jurnal Teknik Kimia USU, Sultanry, R., & Kaseger, B. (1985). Kimia
2(1), 31-36. pangan. Palu: Tadulako University
Library.
Panagan, T. A. (2010). Pengaruh penambahan
bubuk bawang merah (allium Sumarlin, L. O., Makmailah, L., & Istianah,
ascalonicum) terhadap bilangan R. (2010). Analisis mutu minyak
peroksida dan kadar asam lemak bebas jelantah hasil peremajaan menggunakan
minyak goreng curah. Jurnal Penelitian tanah diatomit alami dan terkalsinasi.
Sains, 10, 17-19. Program Studi Kimia FST UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Putra, A., Mahrdania, S., Dewi, A., & Saptia, Program Studi Kimia: Universitas
E. (2012). Recovery minyak jelantah Muhammadiyah Sukabumi.
menggunakan mengkudu sebagai
adsorben. In EAT-03.585-589 (Ed.). Susan, I. A. (2011). Studi uji kualitas minyak
Lhokseumawe: Jurusan Teknologi goreng berdasarkan perubahan sudut
Kimia Industri Politeknik Negeri polarisasi cahaya. Jurnal ISSN : 1410-
Lhokseumawe. 9662, 14(4), 135-138.

Rosita, F. A., & Widasari, W. A. (2009). Sutiah, K., Firdausi, S., & Budi, W. S. (2008).
Studi kualitas minyak goreng dengan
Peningkatan kualitas minyak goreng parameter viskositas dan indeks bias.
bekas dari KFC dengan menggunakan Juornal Studi Kualitas Minyak Goreng
adsorben karbon aktif. Semarang: Berskala Fisika, 11(2), 53-58.
Universitas Diponegoro.
Ubaidilah, I., Triadini, R., & Evina. (2009).
Sangi, M. S. (2011). Pemanfaatan ekstrak Pemurnian minyak jelantah dengan
batang buah nenas untuk kualitas kulit pisang kepok (musa paradisiacal,
minyak kelapa. Jurnal Ilmiah Sains, linn) untuk pedagang makanan di gelap
11(2), 210. nyawang. Bandung: Institut Teknologi
bandung.
Shahid, E. M., Jamal, Y., Shah, A. N., Rumzan,
N., & Munsha, M. (2012). Effect Of Winarno, F. G. (1991). Kimia pangan dan gizi.
Used Cooking Oil Methyl Ester On Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ccompression Ignition Engine.
Yustina, & Hartini. (2011). Adsorbsi minyak
Singh, R., & Rethinam, P. (2007). Morinda goreng bekas menggunakan arang aktif
citrifolia L. (noni): a review of the dari sabut kelapa. laporan seminar
scientific validation for its nutritional nasional teknik kimia “Kejuangan”
and therapeutic properties. Journal of pengembangan teknologi kimia
Diabetes and Endocrinology, 2(6), 1-2. untuk pengolahan sumber daya alam
Indonesia ISSN 1693-4393 (Vol. 1-5):
SNI. (1987). Crude palm kernel faty acid. Universitas Muhammadiyah Jakarta
Standar Nasional indonesia SNI: 01-

16

You might also like