Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
A. Siti Kahfiah M.
C111 13 109
SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes, Sp.JP
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Tromboangitis Obliterans....................................................................................3
1. Definisi..............................................................................................................3
3. Patofisiologi......................................................................................................3
4. Penegakan Diagnosis........................................................................................4
3. Etiologi..............................................................................................................9
4. Penegakan Diagnosis........................................................................................9
3
4.3 Angiografi................................................................................................11
5. Klasifikasi.......................................................................................................11
6. Penatalaksaan..................................................................................................12
7. Prognosis.........................................................................................................14
3. Penegakan Diagnosis......................................................................................15
4. Penatalaksaan..................................................................................................17
5. Prognosis.........................................................................................................19
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Lesi iskemik pada jari-jari kaki pasien usia muda dengan
Penyakit Buerger............................................................................ 6
Gambar 3. Oklusi arteri tibialis / peroneal kanan dan arteri tibialis kiri
posterior......................................................................................... 7
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tingkat keparahan penyakit ini terletak pada perlu tidaknya dilakukan
amputasi, dimana hal ini terjadi pada lebih dari seperempat dari semua pasien.
Berhenti dari kebiasaan merokok menjadi landasan dari terapi. Perawatan lokal
merupakan metode pengobatan kedua yang penting. Analog prostacycline dapat
digunakan untuk membantu pasien melalui iskemia kritis. Blokade dengan
antagonis reseptor cannabinoid atau endotelin dan penggunaan terapi berbasis
gen atau sel untuk menginduksi angiogenesis terapeutik telah membuka
kemungkinan baru untuk pengobatan.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tromboangitis Obliterans
1. Definisi
3. Patofisiologi
3
Sebagai tambahan, titer antibodi sel anti-endotel yang tinggi telah terdeteksi
pada pasien dengan gangguan ini.12
4. Penegakan Diagnosis
4.1 Manifestasi Klinis
4
Permulaan penyakit Buerger terjadi antara usia 40 dan 45 tahun, dan
paling sering terkena pada laki-laki. Penyakit ini dimulai dengan iskemia
pembuluh darah distal kecil dari lengan, kaki, tangan dan kaki. Keterlibatan
arteri besar jarang terjadi karena tidak adanya penyakit oklusif pada
pembuluh darah kecil.1 Gambaran klinis dari tromboangitis berupa trias
klaudikasio pada ekstremitas, fenomena Raynaud, dan tromboflebitis vena
superficial yang berpindah-pindah. Klaudikasio biasa terjadi pada pembuluh
darah bagian distal biasanya pada betis dan kaki atau pada lengan bawah
dan tangan.
• Riwayat merokok;
5
• Tidak adanya faktor risiko aterosklerotik selain merokok.3
• Penggunaan tembakau;
6
Gambar 2. Lesi iskemik pada jari-jari kaki pasien usia muda dengan Penyakit Buerger4
4.2 Angiografi
7
Gambar 3. Oklusi arteri tibialis / peroneal kanan dan arteri tibialis kiri posterior. 4
4.3 Histopatologi
5. Penatalaksaan
5.1 Non Farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi yang disarankan untuk
tromboangitis yakni berhenti merokok. Prognosis memburuk jika pasien
tetap merokok.1
8
Perawatan lokal adalah komponen utama manajemen terapeutik
lainnya. Tujuannya adalah untuk membersihkan luka dengan terbentuknya
jaringan baru yang cukup untuk memungkinkan penyembuhan. Tidak ada
pengobatan definitif lainnya selain berhenti dari merokok. Penghambat
kalsium sering direkomendasikan walaupun tidak ada bukti bahwa obat
tersebut benar-benar efektif. Demikian pula, walaupun tidak ada kelainan
koagulasi yang ditemukan, terapi antikoagulan mungkin bermanfaat. Obat
antiinflamasi non steroid adalah pengobatan pilihan untuk trombosis vena
superfisial. Terapi hipervolemia telah diusulkan namun tidak ada bukti
bahwa volume plasma yang meningkat akan meningkatkan aliran darah ke
anggota badan iskemik. Stimulasi tulang belakang epidural telah diusulkan
pada pasien dengan nyeri sisa atau masalah trofik.4
6. Prognosis
Acute Limb Ischemic dan Chronic Critical Limb Ischemic juga memiliki
angka kematian yang signifikan dalam 1 tahun, dan pada pasien yang masih
hidup, ada risiko amputasi yang signifikan pada kedua bentuk penyakit vaskular
ekstremitas tersebut, paling besar untuk kasus Chronic Critical Limb Ischemic
pada 5 tahun (43,4%).6
9
B. Acute Limb Ischemic
1. Definisi
Acute Limb Ischemia mengacu pada pasien dengan penurunan perfusi
ekstremitas mendadak yang menyebabkan ancaman langsung terhadap viabilitas
ekstremitas. Kondisi ini terjadi hingga 2 minggu sejak timbulnya gejala. Acute
Limb Ischemia dapat muncul dengan gejala "6 P" yaitu pain, paralisis,
parestesia, pulselessness, poikilotermia, dan palor (pucat).5
3. Etiologi
Sekitar 50% kasus disebabkan oleh trombosis. Penyebab utama trombosis
adalah artherosclerosis (bawaan atau bypass), aneurisma, trauma, vaskulitis
(misalnya penyakit reumatologis seperti lupus), dan keadaan hiperkoagulasi
(terutama pada pasien kanker). 7
Sekitar 30% kasus disebabkan oleh emboli. Emboli biasanya timbul dari
pecahnya plak di arteri aterosklerotik atau gumpalan yang terlepas dari
aneurisma atau dari dalam jantung pada pasien dengan atrial fibrillation atau
penyakit jantung lain yang mendasarinya. 7
Penyebab yang jarang terjadi seperti diseksi arteri setelah trauma, penyakit
kistik adventif, jebakan arteri poplitea, ergotisme (efek jangka panjang
mengonsumsi biji-bijian yang terkontaminasi jamur Claviceps purpurea), dan
human immunodeficiency virus arteriopathy.7
4. Penegakan Diagnosis
4.1 Manifestasi Klinis
Evaluasi menyeluruh terhadap kondisi penyakit saat ini, termasuk saat
onset nyeri, pencetus, lokasi, intensitas, dan perubahan dari waktu ke waktu,
dan apakah dirasakan saat istirahat. Riwayat medis yang perlu ditanyakan
10
yakni rasa nyeri saat aktivitas (klaudikasio), diabetes, merokok, penyakit
jantung, palpitasi, atrial fibrillation, dan gejala iskemik sebelumnya.7
Pemeriksaan fisik harus fokus pada "6 P" yaitu pain (rasa sakit),
pulselessness, parestesia (mati rasa), pallor, paralisis, poikilotermia
(ketidakmampuan mengatur suhu).Pemeriksaan denyut nadi termasuk
mengukur ankle-brachial index dan pemeriksaan Doppler pada kedua kaki.
Pemeriksaan neurologis berfokus pada fungsi sensorik dan motor sangat
penting untuk menentukan tingkat iskemia dan urgensi intervensi. 7
11
4.3 Angiografi
Pasien yang mendesak untuk dilakukan tindakan bedah untuk
revaskularisasi endovaskular diindikasikan menjalani angiografi per kateter
kecuali ada kontraindikasi, seperti critical limb ichemic yang parah,
disfungsi ginjal, atau alergi kontras.8 Pada sebagian besar kasus, arteriografi
untuk mendiagnosis awal dapat dilakukan untuk melokalisasi lokasi oklusi
dan untuk memvisualisasikan gambaran arteri di bagian distal. Dapat pula
untuk membedakan oklusi embolik dari trombosis insitu. 13 Modalitas
pencitraan alternatif meliputi ultrasound, angiografi tomografi terkonversi
kontras, dan angiografi resonansi magnetik.8
5. Klasifikasi
Pada pasien yang memiliki iskemia kaki akut, penting untuk menentukan
kategori kondisi tersebut menggunakan sistem klasifikasi yang dirancang oleh
Society of Vascular Surgery dan International Society of Cardiovascular Surgery,
diman kategori ini menentukan jenis dan urgensi dari pengobatan. Sistem
klasifikasi ini sederhana dan bergantung pada faktor-faktor yang dapat dinilai
dengan mudah. Faktor-faktor yag dinilai yakni :
Pulsasi vena dapat sulit untuk dinilai. Namun, jika pulsasi arteri ada, maka
pulsasi vena berada di sebelahnya. Mengetahui kriteria lain sudah dapat
menentukan kategori dari acute limb ischemic, sehingga pulsasi vena yang tidak
ditemukan sebaiknya tidak menghalangi seorang klinisi untuk menilai faktor
lainnya.7
12
Gambar 4. Klasifikasi acute limb ischemic6
- Kategori I (viable) : pasien memiliki fungsi sensorik dan motorik yang baik
dan denyut nadi yang dapat didengar. Pasien dalam kategori ini harus
dirawat dan mungkin memulai terapi antikoagulan dan dapat dirujuk ke
spesialis vaskular dalam beberapa jam.
- Kategori IIa (threatened marginally) : fungsi sensorik mulai hilang namun
fungsi motorik tetap ada. Pada keadaan ini pasien mengalami iskemia
reversibel dan pasien ini memerlukan perhatian segera.
- Kategori IIb (threatened immediately) seperti kategori IIa dan juga
memerlukan perhatian segera.
- Kategori III bersifat ireversibel : kehilangan fungsi motorik dan sensorik.7
6. Penatalaksaan
Durasi gejala sangat penting dalam perencanaan terapi. Pilihan
endovaskular perkutan lebih efektif pada pasien dengan iskemia kurang dari 2
minggu. Sedangkan gejala denngan durasi lebih dari 2 minggu lebih baik
diterapi dengan pilihan nontrombotik.9
13
Gambar 5. Pendekatan penatalaksanaan pasien dengan acute limb ischemic10
14
terbatas pada ALI. Jika modalitas non-invasif dipilih, harus dipastikan bahwa hal
itu tidak terlalu menunda intervensi terapeutik berikutnya. Angiografi diagnostik
memberikan penilaian yang obyektif terhadap tingkat iskemia, menggambarkan
etiologi dan strategi penatalaksanaan.10
7. Prognosis
Acute Limb Ischemic dan Chronic Critical Limb Ischemic juga memiliki
angka kematian yang signifikan dalam 1 tahun, dan pada pasien yang masih
hidup, ada risiko amputasi yang signifikan pada kedua bentuk penyakit vaskular
ekstremitas tersebut, paling besar untuk kasus Chronic Critical Limb Ischemic
pada 5 tahun (43,4%).6
1. Definisi
Chronic Critical Limb Ischemia merupakan kondisi dimana nyeri kronis
saat istirahat akibat iskemik kronis, nyeri nokturnal pada posisi telentang, atau
lesi kulit iskemik yang mungkin termasuk bisul atau gangren. Gejala biasanya
muncul paling sedikit selama 2 minggu. 5
Chronic Critical Limb Ischemic (CLI) adalah hasil dari penyakit oklusi
arteri perifer aterosklerotik sehingga memiliki banyak faktor risiko yang sama
15
dengan penyakit aterosklerotik. Faktor risiko tersebut meliputi hipertensi,
hiperkolesterolemia, merokok, dan diabetes mellitus. Dua faktor risiko yang
terakhir memiliki korelasi yang lebih kuat terkait dengan progresivitas CLI
daripada faktor risiko yang lain. Pada pasien dengan diabetes memiliki onset
penyakit lebih dini dan progresivitas yang lebih cepat dengan keterlibatan
pembuluh distal. Aorta dan arteri iliaka relatif terhindar bila dibandingkan
dengan arteri femoris profunda, arteri poplitea dan arteri tibialis, yang mungkin
kurang dapat disembuhkan dengan revaskularisasi, sehingga disertai dengan
adanya neuropati diabetes menyebabkan tingkat amputasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien nondiabetes. Demikian pula faktor risiko merokok,
risiko berkembangnya CLI meningkat secara proporsional dengan jumlah rokok
yang dihisap.11
9. Penegakan Diagnosis
Chronic Critical Limb Ischemia merupakan kondisi dimana nyeri kronis saat
istirahat akibat iskemik kronis, nyeri nokturnal pada posisi telentang, atau lesi
kulit iskemik yang mungkin termasuk bisul atau gangren. Gejala biasanya
muncul paling sedikit selama 2 minggu. 5
16
Indikator kuat rasa sakit saat istirahat yaitu pasien harus bangun pada malam
hari untuk menjuntaikan kaki di atas tempat tidur atau berjalan beberapa
langkah, atau tidur di kursi, atau sulit mengangkat kaki karena sakit. Kaki yang
terkena cenderung tampak merah saat pasien berdiri (dependent rubor), namun
pucat saat kaki diangkat (elevated pallor). Mengonfirmasi pasien yang memiliki
dependent rubor dapat menjadi tantangan, terutama pada orang dengan kulit
gelap. Kemerahan terlihat saat kaki turun dan hilang ketika elevasi, namun pada
selulitis, kemerahan juga bisa dikurangi dengan mengangkat tungkai. Kaki yang
panas saat disentuh merupakan indikasi adanya infeksi dan tidak menandakan
kekurangan perfusi saja.7
Dari 15% sampai 20% pasien dengan klaudikasi akan berkembang menjadi
iskemia kritis selama masa hidup mereka, dan pada pasien dengan klaudikasio
yang juga menderita diabetes, risikonya hampir 10 kali lebih tinggi. Tanpa
revaskularisasi, risiko amputasi dalam 1 tahun adalah 73% untuk pasien dengan
Rutherford kategori IV dan 95% untuk pasien di kategori V atau VI.7
Gambar 7. Presentasi Klinis pada Pasien dengan Chronic Critical Limb Ischemic9
17
10. Penatalaksaan
Manajemen yang komprehensif memerlukan perawatan multidisiplin untuk
mengendalikan faktor risiko aterosklerotik, memberikan revaskularisasi,
mengoptimalkan perawatan luka, adaptasi penggunaan sepatu, mengobati
infeksi, dan memulai terapi rehabilitasi. Tujuan pentalaksanaan adalah
rekonstruksi arteri dan penyelamatan anggota gerak. Revaskularisasi harus
dilakukan tanpa penundaan pada semua pasien yang menunjukkan chronic
critical limb ischemic (CLI), kapanpun secara teknis memungkinkan dilakukan.
Skrining atau penilaian penyakit koroner atau serebrovaskular sebaiknya tidak
menunda penanganan pasien dengan CLI jika stabil secara klinis. Terapi
farmakologi setidaknya diberikan antitrombosis dan statin harus dimulai. Semua
pasien dengan CLI harus dirujuk ke spesialis vaskular di awal perjalanan
penyakit mereka, untuk merencanakan revaskularisasi. Perubahan paling
signifikan dalam pengobatan CLI adalah meningkatnya kecenderungan untuk
beralih dari operasi bypass ke prosedur endovaskular yang kurang invasif
sebagai strategi revaskularisasi pilihan pertama. Keuntungan utama
revaskularisasi endovaskular adalah tingkat komplikasi yang rendah, berkisar
antara 0,5% sampai 4,0%, tingkat keberhasilan teknis yang tinggi (bahkan bila
terjadi oklusi) mendekati 90%, dan hasil klinis jangka pendek yang dapat
diterima. Pemasangan stent diatas level lutut dapat dilakukan. Pada pasien
dengan gangren kaki atau sepsis yang luas, prosedur terbuka memungkinkan
aliran darah lebih cepat ke anggota tubuh, tetapi morbiditas yang lebih tinggi
dalam operasi dan risiko infeksi harus selalu diingat.9
Kelompok risiko rendah yang terdiri dari pasien dengan rasa sakit istirahat,
pada 1 tahun 73% pasien kehilangan kaki mereka atau meninggal jika dirawat
secara konservatif. Kelompok risiko yang lebih tinggi yang terdiri dari pasien
dengan iskemia tungkai sejati dengan kehilangan jaringan utama, 95% pasien
amputasi yang diobati secara konservatif diperlukan dalam setahun.9
Pada pasien dengan CLI yang tidak dapat dilakukan revaskularisasi, satu-
satunya obat-obatan dengan beberapa hasil positif dalam penelitian acak adalah
prostanoid. Namun, karena beberapa hasil yang berbeda dalam penelitian lain,
18
tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai efektivitas. Keamanan dan
kemanjuran berbagai bentuk angiogenesis terapeutik (terapi gen atau sel induk)
menjanjikan, tapi bukti kuat dari randomized controlled trial diperlukan.
Manfaat stimulasi sumsum tulang belakang masih diperdebatkan, namun sebuah
tinjauan Cochrane yang diterbitkan pada tahun 2005 menunjukkan beberapa
khasiat.9
11. Prognosis
Seperempat dari pasien yang mengalami chronic critical limb ischemic
(CLI) hidup tanpa gejala klinis dari CLI dan mayor amputasi pada satu tahun,
20-25% pasien akan meninggal, 25-30% akan mengalami amputasi besar, dan
20% masih berada di kondisi CLI.11
19
BAB III
KESIMPULAN
Acute Limb Ischemic dan Chronic Critical Limb Ischemic juga memiliki
angka kematian yang signifikan dalam 1 tahun, dan pada pasien yang masih
hidup, ada risiko amputasi yang signifikan pada kedua bentuk penyakit vaskular
ekstremitas tersebut, paling besar untuk kasus Chronic Critical Limb Ischemic
pada 5 tahun (43,4%).6
20
21
DAFTAR PUSTAKA
22