You are on page 1of 18

LAPORAN KASUS

STASE BEDAH RSUD CIANJUR

HERNIA INGUINAL LATERALIS SINISTRA

SUCI EFNITA
2008730121

PEMBIMBING

Dr. Maya Sofa Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Cianjur
Pekerjaan : Kuli bengkel
Tgl MRS : 23 Januari 2012
Tgl Pemeriksaan : 24 Januari 2012
No RM : 492802

ANAMNESA
 Keluhan Utama
Os merasa ada benjolan di lipat paha kiri hilang timbul

 Riwayat Penyakit Sekarang


Os datang ke rumah sakit dengan keluhan benjolan di lipat paha kiri sejak 4 bulan
yang lalu. Benjolan hilang timbul, benjolan timbul saat posisi berdiri, berjalan, saat os
batuk atau saat beraktivitas. Benjolan menghilang saat os beristirahat atau berbaring.
Mual, muntah disangkal oleh os. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Os mengeluh nyeri
pada benjolan. Nyeri perut disangkal oleh os

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

 Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti os.

 Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat ke dokter atau berobat dengan pengobatan alternatif.
 Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai kuli bengkel dan sering mengangkat barang-barang atau beban
yang berat.

PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
 Vital Sign
TD : 130/90 mmHg
HR : 60 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,5o C
 Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : - Diameter Pupil : 3 mm / 3 mm
 Refleks pupil : +/+, isokor
 Konjungtiva : anemis -/-
 Sklera : ikterik -/-
Telinga : Normotia, tidak ada deformitas, sekret (-), darah (-)
Hidung : Normotia, sekret (-), darah (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)

Thorax
Paru-paru
 Inspeksi : Normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi
 Palpasi : Tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus
sama simetris dekstra sinistra.
 Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
 Auskultasi : Vesikular (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-), stridor (-/-)

Jantung
 Ictus cordis tidak terlihat
 BJ I dan II murni regular
 Murmur (-), gallops (-)

Abdomen
 Inspeksi : Abdomen datar
 Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan 4 kuadran abdomen (-), tidak teraba
pembesaran hepar, ginjal dan splen
 Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

 Status Lokalis a/r Inguinalis Sinistra


- Inspeksi
o Terdapat benjolan berbentuk lonjong
o Hiperemis (-)
o Transiluminasi (-)
- Palpasi
o Nyeri tekan (-)
o Hangat (-)
o Konsistensi lunak
o Tes valsava (+)

RESUME
Laki-laki usia 46 tahun MRS dengan keluhan benjolan di lipat paha kiri sejak 4 bulan.
Benjolan tersebut dirasakan hilang timbul, benjolan timbul saat os berdiri, berjalan dan
beraktivitas, benjolan menghilang saat os istirahat. Benjolam disertai nyeri (-), pusing (-),
mual (-), muntah (-). BAB dan BAK normal, nafsu makan baik. Dari riwayat psikososial
didapatkan os bekerja sebagai kuli bengkel yang sering mengangkat barang-barang atau
beban yang berat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
HR : 60 x/menit
RR : 28x/menit,
Suhu : 36,5o C
Status generalis dalam batas normal.
Status Lokalis a/r Inguinalis Sinistra
Terdapat benjolan berbentuk lonjong, konsistensi lunak, tes valsava (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
KIMIA DARAH HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
GDP 85 mg% 70 – 110 mg%
Ureum 34,4 mg% 10 – 50 mg%
Kreatinin 1,2 mg% P = 0,5 – 1,0 mg%
L = 0,5 – 1,1 mg%
SGOT 32 uI L < 40 ul
P < 31 uI
SGPT 11 uI L < 42 uI
P < 32 uI

ELEKTROLIT HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL


Natrium 141, 4 mEq/L 135 – 148 mEq/L
Kalium 3,98 mEq/L 3,50 – 5,30 mEq/L
Klorida - 98 – 107 mEq/L
Kalium Ion 1,00 mmol/L 1,15 – 1,29 mmol/L

SEROLOGI
HbsAg (-) Negatif
DIAGNOSIS KERJA
 Hernia Inguinal Lateralis Sinistra Reponible
 Hidrokel
PENATALAKSANAAN
Operatif : Herniorapphy
PROGNOSIS
Quoad Vitam : Ad Bonam
Quad Functionam : Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENDAHULUAN
Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia merupakan penonjolan isi
rongga abdomen melalui defek atau bagian lemah dinding abdomen. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi dua macam
yaitu hernia kongenital dan hernia didapat.
Dinding abdomen terdiri dari lapisan (dari dalam ke luar) peritoneum, lemak
subperitoneal, fascia transversalis, muskulus transversus abdominis, M. Obliqus internus,
M. Obliqus eksternus, lemak subkutaneus, kulit. Menurut sifatnya dibagi menjadi hernia
reponible dan hernia irreponible. Hernia reponible bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk kembali jika berbaring atau didorong
masuk ke perut, bila kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut
disebut dengan hernia irreponibel. Dikatakan hernia inkarserata atau hernia starngulata
jika isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan passase atau vaskularisasi.
Secara klinis, hernia inkarserata yaitu hernia ireponibel dengan gangguan pasase
sedangkan hernia strangulata yaitu dengan gangguan vaskularisasi. Pada keadaan
sebenarnya telah terjadi pada saat jepitan dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari
bendungan sampai nekrosis.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari semua hernia terjadi di inguinal. Hernia reponible lebih
banyak dibandingkan hernia irreponible yaitu dengan perbandingan sekitar 2:1, hernia
femoralis membuat sebuah proporsi yang jauh lebih kecil. Perbandingan hernia inguinal
pada perempuan dengan laki-laki adalah 7:1. Berdasarkan data yang diperoleh
didapatkan sekitar 750.000 herniorraphies inguinal dilakukan pertahun di Amerika
Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 untuk hernia
umbilical, 97.000 untuk hernia insisional dan 76.000 untuk aneka hernia dinding perut.

2.3 ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada setiap usia lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup
lebar. Faktor yang sangat berperan adalah adanya prosessus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

2.4 EMBRIOLOGI
Proses turunnya testis mengikuti prosessus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih
90% prosessus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30%
prosessus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya berperan
beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosessus vaginalis paten kontralateral
lebih dari setengah, sedangkan insiden hernia tidak melebihi 20%. Umumnya
disimpulkan bahwa adanya prosessus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab
tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup
besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia inguinalis. Insiden hernia meningkat
dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan
relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih
ventrikel, sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan
lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus
ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.ilioinguinalis dan n. Iliofemoralis setelah apendektomi.

2.5 ANATOMI
Dinding abdomen terdiri dari lapisan (dari dalam ke luar) peritoneum, lemak
subperitoneal, fascia transversalis, muskulus transversus abdominis, M. Obliqus internus,
M. Obliqus eksternus, lemak subkutaneus, kulit.
- Anatomi Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis dibentuk oleh kulit dan peritonium, bagian kulit akan membentuk
scrotum pada pria dan labia pada wanita. Kanalis inguinalis berbentuk panjang 4 cm dan
terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinalis
Batas-batas Kanalis Inguinalis
 Anterior
Aponeurosis M. Obliqus eksteraus abdominis, dibagian lateralnya dibentuk oleh M.
Obliqus internus
 Posterior
Dibagian lateral dibentuk oleh aponeurosis M. Transversus abdominis dan fascia
transversalis. Di bagian medialnya dibentuk oleh aponeurosis M. Obliqus internus
 Inferior
Dibentuk oleh ligamentum inguinalis poupart serta Ligamentum lacunare Gimbernat
Isi Kanalis Inguinalis
 Pria
Berisi funikulus spermatikus yang mengandung matriks jaringan ikat yang
berhubungan dengan jaringan ikat peritoneal.
Terdiri :
1. Duct (vas) deferens
2. Tiga arteri : Spermatika interna (testikularis), Spermatika eksterna (cremasteric),
Arteri deferensial
3. Satu vena : Pleksus pampiniformis
4. Tiga nervus : cabang genital N. Genitofemoralis, N. Ilioinguinalis, serabut simpatis
dari pleksus Hypogastrikus
5. Tiga fascia (lapisan)
- Fascia spermatica eksterna, lanjutan dari fascia innominata
- Lapisan cremaster berlanjut menjadi fascia dan serabut otot M. Obliqus internus
- Fascia spermatika interna, perpanjangan dari fascia transversalis
 Wanita
1. Ligamentum Rotundum dari uterus
2. Cabang genital dari N. Genitofemorale
3. Vena cremasterica
4. N. Ilioinguinalis
Bagian-bagian Hernia
 Pintu hernia terdiri dari lapisan- lapisan dinding perut dan pangggul, jadi tebentuk dari
otot, tendon, jaringan perut dan juga tulang. Penamaan berdasarkan lokasi pintu atau
tempat masuknya.

 Kantung hernia yaitu peritoneum parietalis. Terdiri dari kolum, korpus dan basis. Kantung
hernia dapat terdiri dari 2 kantung (bilokularis) dan salah satu kantungnya dapat terletak di
dalam atau diantara dinding perut (Zwerchsackform).

 Kanal hernia, membentang antara cincin interna dan eksterna. Kanal ini dapat berjalan
horizontal ataupun miring. Pada hernia inguinalis, kanalnya adalah kanalis inguinalis.

 Isi hernia, dapat bermacam-macam, misalnya usus halus, omentum, caecum, ovarium. Bila
isinya divertikulum meckel maka disebut Hernia Littre, bila isinya sebagian dinding usus
disebut Hernia Richler.

 Selubung hernia, merupakan lapisan-lapisan yang menyelubungi kantung hernia. Pada


hernia inguinalis selubung hernia dibentuk oleh kantung peritoneum, lemak preperotoneal,
fascia transversalis, m.cremaster, fascia superficialis perineal dan epidermis. Pengetahuan
mengenai selubung hernia ini penting untuk pembedahan.
2.6 KLASIFIKASI HERNIA

Sejumlah sistem klasifikasi telah dikembangkan sehubungan dengan hernia


inguinalis. Suatu sistem klasifikasi yang ideal juga akan mampu standarisasi sebelum
operasi hernia dan memungkinkan pendekatan yang paling tepat untuk penatalaksanaan,
daripada membuat keputusan manajemen berdasarkan temuan intraoperatif. Namun,
klasifikasi preoperative sangat bergantung pada pemeriksaan fisik dan subjektivitas.
Sedangkan klasifikasi intraoperatif juga rumit oleh fakta bahwa komponen-komponen
tertentu dari hernia inguinal tidak dapat dinilai melalui metode laparoskopi.
Sejumlah penulis, termasuk Rutkow, Robbins, Gilbert, Nyhus, dan Schumpelick,
telah berusaha untuk merancang sistem klasifikasi standar. Klasifikasi Nyhus lebih rinci
dan menilai tidak hanya lokasi dan ukuran dari cacat, tetapi juga integritas dari cincin
inguinal dan lantai inguinalis. Karena itu, ini adalah salah satu klasifikasi yang paling
banyak digunakan. Sistem ini membagi hernia menjadi empat jenis, dengan tiga sub-grup
untuk tipe III.

Sistem Klasifikasi Nyhus


Tipe I Hernia indirek, cincin inguinal interna normal, biasanya pada bayi,
anak-anak dan remaja.
Tipe II Hernia indirek, cincin inguinal membesar tapi tidak menyentuh lantai
canalis inguinalis, tidak meluas ke scrotum
Tipe III A Hernia direk, ukuran tidak diperhitungkan
Tipe IIIB Hernia indirek, meluas ke dinding inguinal posterior, hernia indirek
yang turun ke scrotum termasuk dalam kategori ini karena biasanya
berhubungan dengan perluasan ruang langsung, juga termasuk hernia
pantalon, dan hernia yang menyebabkan kelemahan dinding inguinal
posterior.
Tipe III C Hernia femoralis
Tipe IV Hernia rekuren (direk, indirek, femoralis dan kombinasi)

Klasifikasi Hernia Inguinalis


Hernia Inguinalis Medialis Hernia Inguinalis Lateralis
 Hernia masuk canalis inguinalis  Hernia melewati cincin interna
karena kelemahan dinding
posterior dan tidak melewati sampai ke cincin externa
cincin internal
 Dapat masuk ke scrotum
 Terdapat di posterior funiculus
 Jika kongenital dapat terjadi
spermaticus
karena patent procesuss
 Tidak pernah masuk scrotum vaginalis

 Jarang terjadi strangulata  Biasa terjadi pada pria dan


wanita
 Biasanya pada pria dan usia tua
 Pada semua umur
 Biasanya pada peroko dengan
kelemahan jaringan conective  Biasanya hernia inguinalis
dextra lebih sering daripada
 Faktor predisposisi : aktifitas
hernia inguinalis sisnistra
berat, batuk, dan ketegangan.

 Dapat mencederai
n.illioinguinal

2.7 PATOFISIOLOGI

Kantong hernia yang telah ada (performed sac)

Hernia pada anak-anak terjadi karena kegagalan penutupan processus vaginalis.


Processus vaginalis normalnya menutup karena perluasan rongga peritoneal yang
melewati cincin interna. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum
yang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria testis awalnya
retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun melewati canalis
inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah
kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Pada
pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika
processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan
terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck.

Peningkatan Tekanan Intra abdominal


Bila tekanan intra abdominal meningkat maka dinding abdomen akan
meregang dan robek sehingga timbul hernia. Batuk, kehamilan ganda, mengejan,
mengangkat beban yang berat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
sehingga dapat menyebabkan kelemahan daerah inguinal. Mekanisme ini terjadi pada
saat otot abdomen berkontraksi akibat adanya peningkatan tekanan intra abdominal,
yaitu ketika M. Obliqus internus dan transversus abdominis berkontraksi, serabut otot
yang paling bawah membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis inguinalis. Conjoined
tendon yang melengkung meliputi spermatic cord yang berkontraksi mendekati
ligamnetum inguinal sehingga melindungi fascia transversalis. Kontraksi ini terus
berlangsung sampai ke depan cincin interna dan berfungsi menahan tekanan intra
abdomen. Kontraksi M. Transverse abdominis menarik dan meregang crura annulus
inteernus, iliopubic tract dan fascia transversalis menebal sehingga cincin menutup
seperti spincter sehingga aponeurosisnya membentuk dinding anterior kanalis inguinalis
menjadi teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior kanalis yang lemah.
Proses ini berperan penting dalam pencegahan terjadi hernia. Bila kompetensi fascia
transversalis mencapai batas maksimal dan disertai dengan patensi dari processus
vaginalis maka terjadi hernia.

Kelemahan otot dinding abdomen


Kelemahan otot dinding abdomen terjadinya atrofi karena proses penuaan, kurang
olah raga, kehamilan multiple, penyakit-penyakit kronis yang menyebabkan kelemahan
umum, penyakit kelainan sintesa kolagen.

2.8 MANIFESTASI KLINIK DAN DIAGNOSA

- Anamnesis

Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia ditemukan
pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja.
Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia
ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan
bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri,
sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan
hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi
inkarserasi atau strangulasi.
- Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan hernia, pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring
dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat
kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke
annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan
sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain
halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue
dapat dirasakan pada tonjolan di kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat
didiagnosa.
- Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang
sama . hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia
ingunalis lateralis.9
- Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang
pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat
tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.9
- Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk
pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu
hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan
melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia
direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada
bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia
ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan hubungan secara
anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien,
jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.
- Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.8
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction
of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara
spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe
pembagian reduction of hernia en masse :
1. Retropubic

2. Intra abdominal

3. Pre peritoneal

4. Pre peritoneal locule

2. 9 PENATALAKSANAAN

Penanganan DI IGD
Mengurangi hernia.
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia inguinalis.
Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan
proses analgesia.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki
kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjutselam proses reduksi penonjolan
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis
hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia
keluar dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selam a20-30 menit.7
Konsul bedah jika :
Reduksi hernia yang tidak berhasil
Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi
hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang
cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi
traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka
operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri
.analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih
hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,
yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko
infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata
dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko)
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas
lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
-Anak-anak à Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan
reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
DAFTAR PUSTAKA

1. Robert J, Fitzgibbons, JR, Charles J Filipin, etc. Schwartz’s, Principle of surgery 8 th ed,
Mc Graw Hill, 2008, pp 1353 – 1392
2. Debas, Haile T., MD. Abdominal wall, Peritoneum, and Retroperitoneum.
Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and Management. USA : Springer. 2003.
3. Town, Court M. JR., MD., etc. Hernias. Stabiston Textbook of Surgery, The Biological
Basic of Modem Surgical Practice. 18 th ed. USA : 2008

You might also like

  • Skenario 2 Fendy
    Skenario 2 Fendy
    Document29 pages
    Skenario 2 Fendy
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Blok 16 Fix
    Blok 16 Fix
    Document20 pages
    Blok 16 Fix
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Document31 pages
    Skenario 2
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Blok 16 Makalah
    Blok 16 Makalah
    Document15 pages
    Blok 16 Makalah
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Florence
    Florence
    Document17 pages
    Florence
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Blok 17 1
    Blok 17 1
    Document13 pages
    Blok 17 1
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Skenario 4 - ELena
    Skenario 4 - ELena
    Document17 pages
    Skenario 4 - ELena
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Makalah Kelompok 3
    Makalah Kelompok 3
    Document13 pages
    Makalah Kelompok 3
    FarahDwitaAngelina
    No ratings yet
  • Status
    Status
    Document8 pages
    Status
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Padas
    Padas
    Document8 pages
    Padas
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Status
    Status
    Document8 pages
    Status
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Padas
    Padas
    Document8 pages
    Padas
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Status Padas ELENA Bedah
    Status Padas ELENA Bedah
    Document6 pages
    Status Padas ELENA Bedah
    Minati Puspawardani
    No ratings yet
  • Blok 17 1
    Blok 17 1
    Document13 pages
    Blok 17 1
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Oftalmopati Graves
    Oftalmopati Graves
    Document20 pages
    Oftalmopati Graves
    jukunk
    100% (2)
  • Ipd Roykedona
    Ipd Roykedona
    Document13 pages
    Ipd Roykedona
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • pblb17 JBUs
    pblb17 JBUs
    Document20 pages
    pblb17 JBUs
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Sken 6 - Hepatitis Akut
    Sken 6 - Hepatitis Akut
    Document23 pages
    Sken 6 - Hepatitis Akut
    Resi Septiani
    No ratings yet
  • Stroke
    Stroke
    Document14 pages
    Stroke
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Plenob4 JBUs
    Plenob4 JBUs
    Document25 pages
    Plenob4 JBUs
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • PBL Reni 1
    PBL Reni 1
    Document13 pages
    PBL Reni 1
    irenfaustineliu
    No ratings yet
  • Makalah Kelompok 3
    Makalah Kelompok 3
    Document13 pages
    Makalah Kelompok 3
    FarahDwitaAngelina
    No ratings yet
  • Isi Evrog Ester
    Isi Evrog Ester
    Document43 pages
    Isi Evrog Ester
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Blok 20
    Blok 20
    Document9 pages
    Blok 20
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Baku KATA PENGANTAR
    Baku KATA PENGANTAR
    Document1 page
    Baku KATA PENGANTAR
    Alexandro Hawula
    No ratings yet
  • OSCE Uro
    OSCE Uro
    Document2 pages
    OSCE Uro
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Document31 pages
    Skenario 2
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Stroke
    Stroke
    Document14 pages
    Stroke
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Referat BPPV Menda
    Referat BPPV Menda
    Document19 pages
    Referat BPPV Menda
    Santi Lestari
    No ratings yet
  • Kesehatan Gigi
    Kesehatan Gigi
    Document6 pages
    Kesehatan Gigi
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet