You are on page 1of 7

Pemeriksaan Glukosa

Nama Umur Kadar Glukosa Nilai Glukosa Normal


Glukosa puasa Glukosa 2 jam PP Glukosa sewaktu
Nurul Istiqamah 20 tahun 114,88 mg/dl 70-110 mg/dl < 140 mg/dl < 180 mg/dl

Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga
dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida–glisero, dan mungkin juga berperan
dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh.
Glukosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik
yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme
homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan
ekstrahepatik serta beberapa hormon. Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah
insulin dan glukagon.
Bila kadar glukosa dalam serum tinggi maka akan semakin pekat warnanya (berwarna merah atau
lebih pekat dari pada warna larutan standar), sebaliknya bila kadar glukosa dalam darah rendah maka
akan semakin muda warnanya. Bila kadar glukosa turun, kejadian sebaliknya berlangsung. Sekresi insulin
ditekan dan sekresi glukagon ditingkatkan. Penurunan insulin mengurangi penggunaan gula oleh otot,
hati, dan jaringan adiposa. Kejadian ini mempromosikan mobilisasi glikogen dalam hati melalui
mekanisme kaskade yang mengaktifkan glikogen fosforilase (enzim pertama dalam tahapan degradasi
glikogen) dan menonaktifkan glikogen sintase (enzim untuk sintesis glikogen). Degradasi lemak di
adiposa juga teraktifkan.
Dari hasil percobaan glukosa darah sewaktu didapatkan hasil yaitu kadar glukosa dalam darah subjek
114,88 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar glukosa darah didalam tubuh subjek berada dalam
kondisi normal karena <180 mg/dl.
Bila Kadar glukosa darah tinggi, kejadian sebaliknya berlangsug. Ini dapat disebabkan oleh asupan
makanan terakhir yang dikonsumsi subjek, dan kondisi psikologis subjek yang pada saat pemeriksaan
sedang tidak stabil. Apabila seseorang sedang mengalami stres, proses pencernaan dan absorbsi zat-zat
gizi dalam tubuh juga mengalami gangguan sehingga glukosa yang ada dalam darah tidak dapat dibawa
oleh insulin ke dalam sel guna dimetabolisme. Apabila stres ini berlangsung dalam waktu yang lama,
maka jumlah glukosa dalam darah akan semakin banyak dan lama-kelamaan akan menyebabkan
resistensi insulin. Dan pada akhirnya dapat menjadi faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus tipe 2.
Untuk selalu mendapatkan kadar glukosa normal, maka subjek disarankan untuk selalu menjaga asupan
karbohidrat agar tidak berlebihan ataupun kekurangan karbohidrat. Karena bila tubuh kelebihan
ataupun kekurangan suatu zat tertentu, maka akan terjadi gangguan dalam tubuh.

Kadar glukosa lain.......

Dari hasil di atas bisa disimpulkan bahwasannya kadar gula darah seseorang itu dapat
dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih tinggi maka kadar gula darahnya juga tinggi.
Bisa juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, kadar gula darah cowok lebih besar dari kadar gula
darah cewek karena kandungan protein serta karbohidrat yang disimpan lebih banyak dari
cowok. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu dari makanan yang dimakan, jika makanan yang
dimakan mengandung banyak gizi serta karbohidrat dan protein seperti nasi dan telur ceplok
maka kadar gulanya akan meningkat lebih banyak dibandingkan dengan memakan makanan
yang mengandung sedikit protein. Hal lain yang menjadi factor utama adalah dari seseorang
yang puasa minimal 8 jam dan juga seseorang yang sudah makan. Orang yang sedang puasa
maka kadar gulanya akan menurun dibandingkan orang yang sudah makan, hal itu disebabkan
karena karbohidrat yang diserap dalam bentuk glukosa dalam tubuh orang yang sudah makan
akan naik sedangkan pada orang puasa suplai glukosa dalam tubuh rendah.
Dalam keadaan normal, kadar gula darah berkisar antara 80-140. Setiap kali sehabis
makan, pankreas segera produksi insulin untuk mengolah karbohidrat dan berkisarlah kadar gula
darah antara 80-140. Bagi penderita DM, angka kadar gula darah antara 80-140 sudah terkategori
tinggi. Untuk kembali normal, perlu diatur pola makan, olah raga, jamu, obat dan suntikan
insulin. Upaya tersebut hanya dapat mengatasi atau mengendalikan kadar gula darah, tetapi tidak
menyembuhkan. Kecuali zat karbohidrat, dalam makanan sehari-hari terdapat protein (10-15%)
dan lemak (20-25%). Presentase karbohidrat sekitar 60-70% sekaligus sebagai sumber utama
energi (tenaga). Pada penderita DM, sebagian (besar) karbohidrat tidak dapat diubah menjadi
tenaga. Karenanya penderita DM gampang sekali lelah akibat langsung dari persediaan energi
yang terbatas.
Makanan (minuman) yang banyak mengandung karbohidrat adalah nasi, roti, mi, jagung, tales,
singkong, gula dan madu. Agar gula darah tidak tinggi, karena semua makanan tersebut harus
dibatasi (nasi, roti, dan lain-lain), atau bahkan dipantang (gula) (Anonimous, 2011).
Glukosa bersama asam lemak adalah molekul-molekul bahan bakar utama pemicu
metabolisme makhluk hidup. Organ pengguna bahan bakar terbanyak adalah hati, otak, jantung,
otot, dan jaringan adiposa. Pemeliharaan kadar glukosa darah merupakan faktor amat penting,
khususnya untuk menjaga fungsi sistem saraf. Kadar gula darah bervariasi, tergantung status
nutrisi. Kadar gula normal manusia, beberapa jam setelah makan sekitar 80mg/ 100ml darah,
tetapi sesaat sehabis makan meningkat sampai 120mg/100 ml. Mekanisme homeostatik berperan
untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dan penggunaannya oleh jaringan tubuh. Bila kadar
gula turun, mekanisme pelepasan gula simpanan glikogen dalam sel (atau dari glukoneogenesis)
terbuka, sehingga kadar normal tetap terpelihara (Nurachman, 2003).

V.7 Pemeriksaan Protein Total


Nama Umur Kadar Protein Total Nilai Protein Total Normal
Nurul Istiqamah 20 tahun 22,6 g/dl 6-8,3 g/dl

Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam serum/plasma, yang terdiri atas
albumin, globulin dan lain fraksi (protein yang kadarnya sangat rendah). Pemeriksaan protein total
berguna untuk memonitor perubahan kadar protein yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit.
Biasanya diperiksa secara bersama-sama dengan pemeriksaan lain. Misalnya kadar albumin, faal hati,
atau pemeriksaan elektroforesis protein. Rasio albumin/globulin diperoleh dengan perhitungan dan
dapat memberikan keterangan tambahan.
Pada percobaan ini didapatkan hasil yaitu kadar protein total responden adalah 22,6 g/dl yang
menunjukkan subjek sedang mengalami kelebihan total protein dalam darahnya. Hal ini sebenarnya
tidak sesuai dengan pengukuran antropometri yang pernah dilakukan oleh subjek beberapa waktu lalu
dimana kondisi LiLA subjek menunjukkan bahwa subjek mengalami KEK. Ketidaksesuaian ini terjadi
karena dipengaruhi oleh kondisi homeostasis pasien dan makanan terakhir yang dikonsumsi pasien.
Kemungkinan pasien mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi sebelum menjalani
pemeriksaan. Oleh karena itu, demi keakuratan data sebelum melakukan pemeriksaan harus ditanyakan
kondisi responden terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan. Sebagai pemeriksa kita juga harus
menghindari terjadinya kesalahan pengujian, diantaranya dalam hal pengambilan volume reagensia,
serum, dan blanko. Reagensia yang kemungkinan sudah kadaluarsa, adanya kontaminasi alat, hal ini
sangat mungkin terjadi karena pada saat pencampuran zat, seharusnya dilakukan dalam lemari
steril/lemari asam.
Adapun kekurangan protein dapat menyebabkan banyak masalah seperti kehilangan berat badan,
kelemahan, penyusutan jaringan otot dan edema. Sindrom lain termasuk luar biasa tekanan darah
rendah, denyut jantung sangat rendah, anemia dan pigmentasi pada kulit. Tingkat metabolisme juga
cenderung menurun. Hal ini juga diyakini menyebabkan infiltrasi lemak dan sirosis hati.
Protein bisa didapat dari produk hewani dan nabati. Protein hewani, terutama telur menyumbang
asam amino esensial yang tidak bisa dibuat tubuh dan tidak terdapat dalam produk nabati.

Pembahasan

Pada praktikum kadar gula darah ini, pertama kali yang praktikan lakukan adalah menyiapkan
dulu alat dan bahanya yaitu glukometer, strip glukotest, blood lanset, kapas, alkohol 70%, dan
probandus laki-laki dan perempuan yang memiliki garis keturunan adanya diabetes dan yang
tidak mempunyai. Pada pengukuran kadar gula darah puasa probandus yang akan diukur kadar
gulanya melakukan puasa minimal 8 jam sebelum di lakukan perlakuan, sebelum darah diambil
terlebih dahulu jari tangan dibersihkan dengan alkohol agar tidak terjadi infeksi. Masukan strip
glukotest kedalam alat glukometer, tunggu hingga terlihat gambar tetesan darah, setelah gambar
terlihat ambil sedikit darah dari ujung jari dan meneteskanya pada strip glukotest yang ada
didalam glukometer, tunggu sebentar sampai keluar angka, angka tersebut menunjukkan jumlah
kadar gula darah yang sudah diteteskan tadi.

Sedangkan pada pengukuran kadar gula darah tidak puasa, probandus yang akan diukur kadar
gula darahnya diharuskan makan yang cukup 2 jam sebelum dilakukan perlakuan, perlakuan
yang dilakukan dalam mengukur kadar gula darah tidak puasa ini prosesnya sama dengan
pengukuran kadar gula darah puasa. Perlakuan ini dilakukan pada sampel laki-laki dan
perempuan.

Dan hasil yang diperoleh pada laki-laki yang tidak mempunyai garis keturunan diabet yaitu pada
didik (keadaan puasa) dengan tinggi 168 cm dan berat badan 45 kg didapatkan hasil kadar gula
darahnya 109 mg/dl, ini menunjukan bahwa kadar gula darah didik agak tinggi tetapi masih
dapat dikatakan normal hal ini dikarenakan karena didik sering puasa sehingga kadar gula darah
didik tetap stabil walaupun dalamkeadaan puasa, sedangkan pada suratman dahlan (tidak puasa)
dengan tinggi 170 cm dan berat badan 58 kg didapatkan hasil kadar gula darahnya 98 mg/dl bisa
dikatakan mengalami hipoglikemia atau kadar gula darahnya rendah mungkin ini disebabkan
karena suratman sering tidur malam. Bila level gula darah menurun terlalu rendah,
berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah
perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.
Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu
yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah
kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada
mata, ginjal, dan saraf (Anonimous, 2008).

Kemudian pada laki-laki yang dalam keluarganya mempunyai riwayat diabet yaitu pada hefni
(tidak puasa) dengan tinggi 170 cm dan berat badan 65 kg didapatkan kadar gula darahnya 118
mg/dl (normal) , pada lisin (tidak puasa) dengan tinggi 164 dan berat badan 45 didapatkan hasil
109 mg/dl (normal) , ridho (puasa) dengan tinggi 165 dan berat badan 70 kadar gula darahnya 97
mg/dl (normal), agus (tidak puasa) tinggi 138 dan berat badan 48 kadar gula darahnya 84 mg/dl
hasil ini sama dengan yang terjadi pada suratman dahlan, dan pada zainal (puasa) 93 mg/dl. Pada
perempuan yang tidak mempunyai garis keturunan diabet yaitu uyun (puasa) tinggi 145 dan berat
badan 43 didapatkan kadar gula darahnya 82 mg/dl, eny (puasa) 83 mg/dl, dan mega (tidak
puasa) 98 mg/dl. Jadi dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa dari perempuan yang dalam
keluarganya tidak ada riwayat diabet dapat dikatakan normal semua.

Sedangkan pada perempuan yang mempunyai garis keturunan diabet yaitu pada amalia (tidak
puasa) didapatkan hasil 146 mg/dl, rimah (tidak puasa)131 mg/dl, sheyla (puasa) 123 mg/dl,
sedangkan pada niva (tidak puasa) didapatkan hasil 107 mg/dl. Pada kasus ini yaitu pada amalia
(tidak puasa) dapat dikatakan bahwa amalia tergolong pada kelompok IGT (Impaired Glocose
Tolerance = Toleransi Glukosa Terganggu). yaitu ada kondisi dimana amalia mengalami
gangguan kadar gula dalam darahnya. Sedangkan pada rimah (tidak puasa) 131 mg/dl karena
nilai ini sudah mendekati angka 140 mg/dl maka dapat dimasukkan dalam golongan IFG yaitu
sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal dan terdapatnya
gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati ke dalam darah. Sedang pada
kasusnya seyla (puasa) didapatkan hasil 123 mg/dl dapat digolongkan dalam kelompok IGT dan
IFG, dari kesemua data hasil diatas sesuai dengan tabel dari WHO th 2005 yaitu :

KADAR GULA NORMAL DIABETES IGT IFG Kadar


DALAM gula
DARAH darah
(KONDISI) normal
METODE (Norm
PENGUKURAN oglyca
GULA DARAH < 6.1 mmol/l > 7.0 mmol/L < 7.0 mmol/L 6.1 < X< 7.0 emia)
PUASA mmol/L dikata
< 110 mg/dL > 126 mg/dL < 126 mg/dL kan
(FASTING 110 < X< 126 sebaga
GLUCOSE) Atau dan mg/dL i suatu
kondis
dan i
diman
GULA DARAH Tidak spesifik. > 11.1 mmol/L 7.8 < X < 11.1 mol/L < 7.8 mmol/L
a
2 JAM Nilai yang
kadar
SETELAH sering dipakai > 200 mg/dL 140 < X < 200 mg/dL < 140 mg/dL
glukos
MAKAN
a
< 7.8 mmol/L (Jika diukur)
darah
(2-h
yang
GLUCOSE) < 140 mg/dL
ada
mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau menyebabkan munculnya
penyakit jantung dan pembuluh darah.

IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mempunyai resiko tinggi untuk
terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke
keadaan normal. Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga
mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering mengiringi
penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi karena adanya kerusakan dari
produksi hormon insulin dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang
diproduksi.

IFG sendiri mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi
sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal dan terdapatnya
gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati ke dalam darah.

Menurut Siswono (2002) kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl (pada kondisi puasa),
100-180 mg/dl (kondisi setelah makan), dan 100-140 mg/dl (pada kondisi istirahat/tidur).
Beragamnya kisaran gula darah normal di atas, terutama dipengaruhi oleh usia, genetis, dan
perbedaan pola makan. Gula darah/glukosa dalam sistem metabolisme tubuh terutama berfungsi
sebagai penyedia energi untuk kinerja fungsi otak, sistem saraf pusat, dan sel-sel tubuh.
Meningkatnya jumlah penderita diabetes, terutama berkaitan dengan perubahan pola konsumsi
karbohidrat, dari pola konsumsi karbohidrat kompleks (dalam bentuk kacang-kacangan, sayur-
sayuran, dan serealia) dan berlemak rendah menjadi pola konsumsi yang cenderung berkadar
(karbohidrat sederhana) dan lemak tinggi, serta rendah serat.

Produksi insulin yang tidak cukup mengakibatkan penyakit diabetes mellitus (penyakit kencing
manis). Penderita penyakit ini tidak mampu mengatasi kelebihan glukosa dalam darah dengan
mengubahnya menjadi glikogen dan lemak. Glikogen dan lemak tubuh diubah menjadi glukosa,
yang akan lebih menaikkan kadar gula darah (Kimball, 1983).

Disamping itu, Glukagon juga mendorong peningkatan konsentrasi gula darah; karena itu
kegiatannya merupakan kebalikan dari insulin. Peningkatan hiperglikemia glukagon terdapat
dalam dua hal. Pertama, glukagon mendorong pengeuraian glikogen hati untuk menghasilkan
glukosa darah, dengan mekanisme yang sama dengan adrenalin. Permukaan membran plasma
sel-sel hati mengandung reseptor spesifik untuk glukagon. Ketika reseptor ini berikatan dengan
hprmon tersebut, adenilat siklase di dalam membran plasma diaktifkan dan timbul suatu
mekanisme amplikasi yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh adrenalin. Kedua, glukagon,
tidak seperti adrenalin, mengahambat perombakan glukosa menjadi laktat oleh glikolisis
(Lehninger, 1994).

LAPORan biokim

Metode Glukosa Oksidase (GOD PAP) adalah metode yang sangat spesifik untuk pengukuran glukosa
didalam serum atau plasma melalui reaksi dengan glukosa oksidase, asam glukonat serta dibentuk
hydrogen peroksida. Pemeriksaan dengan metode GOD PAP ini dianjurkan menggunakan plasma darah
yang diambil langsung dari vena (pembuluh darah balik) disekitar lipatan siku. Hal ini disebabkan
metode GOD PAP dinilai bersifat lebih spesifik karena yang diukur hanya kadar glukosa.
Pada reaksi kimia enzimatis yang terjadi, glukosa oksidase(GOD) mengoksidasi glukosa sehingga
terbentuklah H2O2 yang dengan adanya peroksidase akan bereaksi dengan phenol dan aminoantipirin.
Oksidasi ini akan menghasilkan zat warna yang intensitasnya sama dengan kadar glukosa. Kemudian
intensitas warna dibaca pada fotometer gelombang 540.
Kadar glukosa darah sewaktu normal yaitu dalam rentang 70-150mg/dl. Dari hasil praktikum didapatkan
kadar glukosa sampel yaitu 72 mg/dl. Namun keadaan ini belum dapat menegakan diagnosis sampel
sebagai penderita diabetes mellitus. Karena hasil dapat saja dipengaruhi oleh beberapa faktor influence
seperti Obat-obatan, dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah, Trauma atau stress, dapat
menyebabkan peningkatan kadar glikosa darah, Merokok, dapat meningkatan kadar glukosa darah,
Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium, dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penundaan
pemeriksaan akan menurunkan kadar glukosa darah dalam sampel, hal ini dikarenakan adanya aktifitas
yang dilakukan sel darah. Penyimpanan sampel pada suhu kamar akan menyebabkan penurunanan
kadar glukosa darah kurang lebih 1-2 % per jam.
Oleh karena itu, untuk menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu tes toleransi
glukosa oral atau tes glukosa puasa untuk memastikan keadaan pasien (sampel) yang sebenarnya untuk
dapat dilakukan terapi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Davey, P, 2005, At a Glance Medicine, Penerbit Erlangga, Jakarta.


Murray, RK, et al, 2009, Biokimia Harper Edisi 27, EGC, Jakarta.
Panil, Z, 2007, Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis untuk Mahasiswa
Kedokteran, Keperawatan, Gizi dan Analis Kesehatan, EGC, Jakarta.
Staff Pengajar FK UGM, 2012, Laboratory Manual Block 16 Metabolism and Endocrinology,
UGM Press, Jogjakarta.
Sudoyo, AW, et al, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, Interna Publishing,
Jakarta.

You might also like