You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut dalam
kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak dapat langsung
dilihat oleh mata telanjang. Oleh karena itu untuk melihat makhluk tersebut yaitu
dengan menggunakan alat pembesar seperti mikroskop ataupun loop. Karena
itulah makhluk yang dilihat dengan mikroskop tersebut disebut sebagai
mikroorganisme dikarenakan ukurannya yang terlalu kecil.
Tetapi biarpun ukurannya kecil, mikroorganisme juga memiliki kebutuhan
layaknya makhluk hidup yang lain. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik maupun
kimia. Selain itu, mikroorganisme juga melakukan proses perkembangbiakkan.
Proses perkembangbiakkan dilakukan oleh mikroorganisme agar mereka tidak
punah. Dalam pertumbuhan mikroorganisme, mereka memiliki beberapa fase
pertumbuhan sel dan pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan oleh
beberapa cara.
Dalam makalah ini akan dibahas kebutuhan fisik maupun kimia dalam
pertumbuhan mikroorganisme.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kebutuhan fisik dalam pertumbuhan mikroorganisme
2. Untuk mengetahui kebutuhan kimia dalam pertumbuhan mikroorganisme

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikroorganisme


Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut
juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) .Namun, beberapa protista bersel
tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak
terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun
tidak bersifat seluler (Anonim1 ,2013).
2.2 Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah
atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan merupakan
suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan
struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan
jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter
lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan
jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang
berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase
stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada
kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat
dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi.
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang
mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan
tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan
gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada
akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.

2
Pada mikroorganime, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung
menjadi pertumbuhan populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel dan
pertumbuhan populasi, serta sebagai satu kesatuan populasi yang kemudian
terjadi, kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya, sulit untuk diamati dan
dibedakan.
Pertumbuhan dalam keadaan kesetimbangan bila terjadi secara teratur pada
kondisi konstan, sehingga jumlah pertambahan komponen kimia juga konstan.
Misalnya, pertambahan jumlah massa sel sebanyak dua kali dalam keadaan
kesetimbangan akan mengakibatkan penambahan jumlah komponen sel seperti
air, protein, ARN dan ADN sebanyak dua kali pula (Uggi,2012).
Secara umum, kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kebutuhan fisik
Aspek fisik dapat mencakup suhu, pH dan tekanan osmotic. Faktor ini tidak
secara langsung berhubungan dengan kebutuhan nutrisi
2. Kebutuhan kimia
Fakor kebutuhan kimia ini yang secara langsung menunjukkan kebutuhan nutrisi
bagi mikroorganisme. Kebutuhan kimia tersebut meliputi: Air, karbon,
karbondioksia, nitrogen, sulfur, fosfor, oksigen, mineral-mineral dan faktor
penumbuh

2.3 Kebutuhan fisik


Kebutuhan fisik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yaitu
meliputi suhu, pH, tekanan osmotik, oksigen, dan cahaya atau radiasi.
1. Suhu
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.
Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu
optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu
pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil
(kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat

3
tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C. Mesofil adalah
kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 150C suhu
optimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C. Mikroba yang tahan hidup pada
suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai
membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehinggatitik didihnya tinggi. Selain
itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu
tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang
relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompokini
mempunyai suhu minimum 40 0C, optimum pada suhu 55-60 0C dan suhu
maksimum untuk pertumbuhannya 75 0C. Untuk mikroba yang tidak tumbuh
dibawah suhu 30 0C dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 60 0C,
dikelompokkan kedalam mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang
dapat tumbuh dibawah suhu 30 0C,dimasukkan kelompok mikroba termofil
fakultatif. Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil,
tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 50 0C (termotoleran). Contoh bakteri
termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah
Bacillus, Clostridium, Sulfolobus,dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Bakteri yang
hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi(Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
a. Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum,
akanmemberikan beberapa macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah suhu
yang dapat memetikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi
tertentu. (2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk
membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang
mempengaruhi titik kematian thermal ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur
mikroba, pH dan komposisi medium.
b. Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan
gangguanmetabolisme. Seakibat-akibatnya adalah (1) Cold shock , adalah
penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada
bakteri muda atau pada fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah
rusaknya sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi ,

4
adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara
bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba karena air
protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).

2. Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan


Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%,
sedangkan untuk jamur di perlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%.
Banyak mikroba yang tahan hidup di dalam keadaan kering untuk waktu yang
lama, seperti dalam bentuk spora, konidia, artospora, klamidospora dan kista.
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya,
biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif.
Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya
memerlukan aw 0,90- 0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw
terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan
jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw
atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan
aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora,
konidia atau dapat membentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan
matinya bakteri karena kekeringan itu ialah:
 Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan
lebih lama daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula
efek kekeringan kurang terasa, apabila bakteri berada di dalam sputum
ataupun di dalam agar-agar yang kering.
 Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada
pengeringan di dalam gelap.
 Pengeringan pada suhu tubuh (37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih
buruk daripada pengeringan pada suhu titik-beku.
 Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di
dalam vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi
agaknya merupakan faktor-maut.

5
3. Pengaruh Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal mikroorganisme yang bersifat aerob
dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernapas,
sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen untuk bernapas.
Adanya oksigen pada mikroorganisme anaerob justru akan menghambat
pertumbuhannya. Energi pada mikroorganisme anaerob dihasilkan dengan cara
fermentasi. Bakteri aerob dan anaerob dapat diidentifikasi dengan menumbuhakan
bakteri pada kultur cair. Bakteri obligat aerob yaitu berkumpul dibagian
permukaan atas tabung agar dapat memperoleh oksigen secara maksimal. Bakteri
obligat anaerob yaitu berkumpul di dasar tabung untuk menghindari oksigen.
Bakteri fakultatif yaitu sebagian besar berkumpul di atas tabung karena harus
melakukan respirasi aerob. Mikroaerofil yaitu dengan berkumpul dibagian atas
tabung tapi bukan bagian permukaan, bakteri ini memerlukan oksigen dalam
konsentrasi rendah. Bakteri aerotoleran yaitu tidak dipengaruhi oleh
oksigen,bakteri ini tersebar di seluruh tabung.

4. Ion-ion dan listrik


a. Kadar ion hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat
hidup pada Ph tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia,
actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat
toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina
ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya
dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media
dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8
maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba
yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah
kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil,
adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.

6
b. Buffer
Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan,
terutama padamikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya
Enterobacteriaceae dan beberapaPseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam
medium diberi tambahan buffer untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer
merupakan campuran garam mono dan dibasik, maupun senyawasenyawaorganik
amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik dapat mempertahankanpH
diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan
garammonobasik akan bereaksi dengan ion OH-.
c. Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah dapat
bersifat meracun (toksis). Logam berat mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya
bunuh logam berat pada kadar rendah. Selain logam berat, ada ion-ion lain yang
dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida,
nitrat, dan benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba
tertentu. Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu bahan,
misalnya digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang
jugamempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat, dan
asam sorbat.
d. Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium
pertumbuhan. Selain itu arus listrik dapat menghasilkan panas yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam suspensi akan
mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus listrik tegangan tinggi
yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock karena tekanan
hidrolik listrik. Kematian mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh
oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari
elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.
e. Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi molekul-molekul di dalam protoplasma. Cahaya
umumnyadapat merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis.
Cahaya mempunyai pengaruh germisida, terutama cahaya bergelombang pendek

7
dan bergelombang panjang. Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjang
disebabkan oleh panas yangditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x
(0,005-1,0 Ao), sinar ultra violet (4000-2950Ao), dan sinar radiasi lain dapat
membunuh mikroba. Apabila tingkat iradiasi yang diterima sel mikroba rendah,
maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
f. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut
menyerupai membran yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba
terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan
tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula permukaan protoplasma.
Akibat selanjutnya dapat mempengaruh pertumbuhan mikroba dan bentuk
morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan)
seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka cairan/larutan.
Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
g. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba.
Umumnyatekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit
mempengaruhi metabolisme danpertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang
lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena
tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein,
serta mengganggu fungsi transport membran sel maupun mengurangiaktivitas
berbagai macam enzim.Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan
denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi
(mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi
sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut dalam
umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri
Spirillum.
h. Getaran
Getaran mekanik dapat merusakkan dinding sel dan membran sel mikroba.
Oleh karenaitu getaran mekanik banyak dipakai untuk memperoleh ekstrak sel
mikroba. Isi sel dapat diperoleh dengan cara menggerus sel-sel dengan
menggunakan abrasif atau dengan cara pembekuan kemudian dicairkan berulang

8
kali. Getaran suara 100-10.000 x/ detik juga dapat digunakan untuk memecah sel
(Anonim2. 2012).

5. Tekanan Osmotik
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena
ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik air
akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik
air akan keluar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma
mengkerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta menyebabkan sel secara
metabolik tidak aktif. Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat
dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh
pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh
pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok
mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar
garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %. Contoh mikroba osmofil
adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula
dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil
adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri
yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang
tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang
tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran
purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion
Natrium.

2.4 Kebutuhan Kimia


Kebutuhan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu seperti senyawa
yang berupa desinfektan dan antibiotik. Zat-zat yang hanya menghambat
pembiakan bakteri dengan tidak sampai membunuhnya disebut zat antiseptik atau
zat baktetiostatik. Zat yang dapat membunuh membunuh bakteri disebut
desinfektan, germisida atau bakterisida.
1. Desinfektan
a. Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis

9
Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih
baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran
sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-
desinfektan yang lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang
mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
b. Formaldehida (CH2O)
Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak
sekali digunakan untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa
digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk
merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-
lainnya pada ahli kecantikan.
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur
dengan air murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan
sebagai desinfektan.
d. Yodium
Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak
digunakan orang untuk mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5%
biasa dipakai. Kulit dapat terbakar karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka
yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.
e. Klor Dan Senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan
kapur atau natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci
alat-alat makan dan minum.

2. Zat Warna
Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada
umumnya bakteri gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna
daripada bakteri gram negative. Hijau berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal
ungu sering dicampurkan kepada medium untuk mencegah pertumbuhanbakteri
gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk mendesinfeksikan luka-luka pada

10
kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan supaya warna itu tidak
sampai kena pakaian.

3. Obat Pencuci (Detergen)


Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi
kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak
lama obat pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai
pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik, melainkan juga
merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram positif itu peka sekali
terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai garam amonium yang mengandung
empat bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari suatu basa yang kuat
dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan untuk
sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan
dan persalinan, karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan
sakit. Sebagai larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh bangsa jamur,
dapat pula beberapa genus bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Agaknya
alkil-dimentil bensil-amonium klorida makin lama makin banyak dipakai sebagai
pencuci alat-alat makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang
biasa dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.

4. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung
belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak
jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu
tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka
terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat ini, jika tidak aturan akan
menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat menimbulkan
golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu terganggu
oleh asam-p-aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai
pembantu enzim-enzim pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara
sulfanilamide dan asam-paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang
diambil dari darah atau cairan tubuh orang yang habis diobati dengan

11
sulfanilamide itu tidak dapat dipiara di dalam medium biasa. Baru setelah
dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri
dapat tumbuh biasa. Berikut ialah rumus bangun sulfonamide dan asam-p-
aminobenzoat.

5. Antibiotik
Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan
oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun 1929,
namun baru sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh
bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya bermacam-macam antibiotik
diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan. Genus Streptomyces
menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin, eritromisin,
magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir
ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini
terkenal sebagai kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun
dapat dibuat secara sintetik pula. Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang
dapat dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh golongan bakteri sendiri,
misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin oleh Bacillus
subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa. Antibiotik yang efektif bagi banyak
spesies bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum
luas. Sebaliknya, suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu,
disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk
membrantas terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai
spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril
tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebelum
suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih
dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu.

6. Garam – Garam Logam


Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah
yang kecil saja dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik.
Hal ini mudah sekali dipertunjukkan dengan suatu eksperimen. Sayang benar

12
garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat-alat yang terbuat dari
logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh
manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat. ONa HgOH
SHgCH2.CH3 CH3 NO3 COONa metafen mertiolat Persenyawaan air rasa yang
organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji – bijian supaya
terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak
digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir
untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang mempergunakan persenyawaan
perak dengan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan
tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanaman dan untuk mematikan
tumbuhan ganggang di kolam-kolam renang.
Pada umumnya kerusakan bakteri dibagi atas 3 golongan yaitu :
1. Oksidasi
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KmnO4, mudah melepaskan oksigen untuk
menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya oksigen,
sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan
protoplasma pun dapat menimbulkan oksidasi.
2. Koagulasi atau penggumpalan protein
Banyak zat sperti air rasa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol,
formaldehida, etanol menyebakan penggumpalan protein yang merupakan
konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu merupakan
protein yang telah mengalami denaturasi, dan di dalam keadaan yang
demikian itu, protein tidak berfungsi lagi.
3. Depresi dan ketegangan permukaan
Sabun itu mengurangi ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat
menyebabkan hancurnya bakteri. Diplococcus pneumoniae sangat peka
terhadap sabun. Empedu juga mempunyai khasiat seperti sabun, hanya
bakteri yang hidup di dalam usus yang mempunyai daya tahan terhadap
empedu, boleh dikatakan pada umumnya bahwa bakteri gram negatif lebih
tahan terhadap pengurangan (depresi) ketegangan permukaan daripada
bakteri yang gram positif.

13
2.5 Faktor-faktor Biologi
Faktor-faktor biologi yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu
merupakan hubungan atau interaksi antara spesies yang akan menyebabkan
perubahan kimia dalam komposisi substrat dan pH. Contoh interaksinya yaitu
Netralisme, komensalisme, sinergisme, mutualisme, kompetisi, amensalisme,
parasitisme dan predasi.
1. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling
mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah
atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari
habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara mikroba allocthonous
(nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous), dan antar mikroba
nonindigenous di atmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme
juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku,
atau fase istirahat (spora, kista).
2. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi
diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
· Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein
dapat digunakan oleh Legionella pneumophila.
· Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic
Methanobacterium.
3. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan
untuk dapat melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila
asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka
disebut sintropisme. Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik
tanah, atau proses pembersihan air secara alami.
4. Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya
saling tergantung dan sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering

14
disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu
populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain
yang mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada bintil akar
tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang
merupakan simbiosis antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont)
sebagai produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan
senyawa organik. Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan
fungi memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral
serta membentuk faktor tumbuh untuk algae.
5. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami
kerugian. Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan
pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan
nutrien atau makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya
adalah antara protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.
6. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu
pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya
merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya
dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah
bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat. Thiobacillus
thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang
dapat menghambat populasi Nitrobacter.
7. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit)
dan populasi lain dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena
keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari
inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun
metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah bakteri
Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp. memparasit
jamur Agaricus sp.

15
8. Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau
memakan dan mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran
lebih besar dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya
adalah Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum
(predator) dengan Paramaecium caudatum.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan Makalah “Kebutuhan Fisik dan kimia
Pertumbuhan Mikroorganisme” dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Kebutuhan fisik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu
suhu, kelembaban dan pengaruh kebasahan serta kekeringan, tekanan
osmotik, oksigen, kadar ion Hidrogen (pH), ion listrik, buffer, dan pengaruh
sinar atau radiasi.
2. Kebutuhan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu
Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis, Formaldehida (CH2O),
alcohol, yodium, Klor Dan Senyawa Klor, zat warna, Obat Pencuci
(Detergen), Sulfonamida, antibiotik, garam-garam logam.
3. Faktor lingkungan biologi yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu netralisme, komensalisme, sinergisme, mutualisme
(simbiosis), kompetisi, Amensalisme (Antagonisme), parasitisme, predasi.
B. Saran
Saran yang dapat kami ajukan pada pembuatan makalah ini yaitu sebaiknya
para mahasiswa yang ingin memanfaatkan jasa dari mikroorganisme harus selalu
memperhatikan pengaruh kebutuhan lingkungan yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk proses kehidupannya. Hal ini sangat diperlukan agar
mahasiswa dapat memanfaatkan semaksimal mungkin jasa dari mikroorganisme
tersebut untuk meningkatkan pendapatan atau juga untuk kepentingan lainnya
yang bermanfaat dalam kehidupannya, tanpa menganggu kehidupan dari
mikroorganisme tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2013.PengertianMikroorganisme.Diakses di http: //wikipedia.go.id.


pada tanggal 10 November 2013

Anonim2.2012.Pertumbuhan Mikroba. Diakses di http://pustakabiolog.com.


pada tanggal 10 November 2013

Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambaran, Jakarta.

Fardiaz, S., 1992, Analisa mikrobiologi Pangan, Gramedia, Jakarta.

Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi,


Gramedia, Jakarta.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press,


Jakarta.

Uggi.2012. Kebutuhan Kimia. Diakses di http://ugyyy.blogspot.com/2012/09/v-


behaviorurldefaultvmlo.html pada tanggal 10 November 2013

18

You might also like