Professional Documents
Culture Documents
Lisnawati
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
e-mail : bidan_lisna85@yahoo.com
ABSTRACT
PMS are a set of physical, emotional, and behavioral complaints and symptoms that occur in reproductive
women which appear cycles around 7-10 days before menstruation and disappears after menstrual blood
comes out at a level that is capable of affecting lifestyle and activity. The aim of this research is to know the
relationship of exercises and sleeping patterns with the occurrence of PMS at Cirebon Midwifery Student
Program. This research is a kind of observational analytic research with cross sectional approach. The
population is all female students of Cirebon Midwifery Study Program by purposive sampling, total 141
sample of people taken. The instrument used is the Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF)
questionnaire. Data analysis using chi-square. The results of the study showed that most respondents did
not exercise regularly (68.8%), most of them had poor sleep patterns (66%), most of them had moderate to
severe of PMS (68.8%). Data analysis shows that exercises and sleep patterns have a relationship with
PMS events.
ABSTRAK
Pra Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan keluhan dan gejala fisik, emosional, dan
perilaku yang terjadi pada wanita reproduksi, yang muncul secara siklus dalam rentang
waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar yang terjadi
pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan aktivitas. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hubungan olah raga dan pola tidur dengan kejadian PMS pada
Mahasiswi Program Studi Kebidanan Cirebon. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua mahasiswi
Program Studi Kebidanan Cirebon dengan jumlah sampel 141 orang, diambil dengan cara
purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Shortened Premenstrual
Assessment Form (SPAF).Analisa data dengan menggunakan chi-square. Hasil penelitian
menunjukan sebagian besar responden tidak rutin dalam melakukan olahraga (68,8%) ,
sebagian besar responden mempunyai pola tidur yang buruk (66%),sebagian besar
responden mengalami gejala PMS sedang sampai dengan berat (68,8%).Analisa data
meunjukkan bahwa olah raga dan pola tidur memiliki hubungan dengan kejadian PMS.
Kata Kunci : olah raga, pola tidur, Premenstrual Syndrome (PMS)
247
Pola tidur merupakan salah satu faktor Data PMS diperoleh dari hasil pengisian
yang berhubungan dengan PMS, dimana Shortened Premenstrual Assessment Form
pola tidur yang baik dapat memperingan (SPAF) oleh responden. Kuesioner ini
terjadinya gejala PMS.Baik atau buruknya merupakan ringkasan dari Premenstrual
pola tidur dapat mempengaruhi sekresi Assessment Form (PAF) yang terdiri dari 95
berbagai hormon yang ada dalam tubuh pertanyaan (Allen dkk., 1991). SPAF
(Shecterdan Boivin, 2010 dalam merupakan kuesioner yang sudah
Kartikasari,I. 2015). Sesuai dengan dibakukan bersifat tetap dan sudah dan
Bakker, dkk(2010) bahwa pola tidur tidak sudah teruji validitas dan reabilitasnya
baik akan meningatkan keparahan dari (Allen dkk., 1991). Dimana berdasarkan
gejala PMS. penelitian yang dilakukan di korea,
diketahui bahwa keandalan dari kuesioner
Berdasarkan survei pendahuluan yang ini adalah 0,80 konsistensi internal
dilakukan pada mahasiswi Program Studi (croanbach alpha) adalah 0,91 dan korelasi
DIV Kebidanan Cirebon Tahun antara coeffeciency score adalah 0,92 (Lee
Akademik 2016/2017, dari 37 mahasiswi dkk.,2002). Disamping itu instrumen ini
terdapat 20 mahasiswi (54%) yang juga sudah digunakan oleh berbagai
mengalami PMS dan dirasakan sangat penelitian PMS diluar maupun didalam
mengganggu kegiatan belajar ataupun Negeri dan masih di gunakan sampai
aktivitas lain. sekarang(Kartiksari,2014; Karaman ,
dkk.2012).Analisa data dengan
METODE PENELITIAN menggunakan chi square.
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian observasional analitik dengan HASIL
pendekatan cross sectional. Jumlah sampel Karakteristik responden berdasarkan
Kebiasaan Olahraga
sebanyak 141 orang mahasiswi, yang
diambil dengan menggunakan teknik
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
purposive sampling. Variabel olah raga dan
sebagian besar responden tidak rutin
pola tidur menggunakan kuesioner (12
melakukan olahraga yakni sebanyak
pertanyaan) yang diisi oleh responden.
97 orang (68,8%).
249
menyatakan bahwa tidak ada gejala olahraga yang rutin setiap minggunya
hingga gejala ringan 56,8% sedangkan sehingga banyak mahasiswi yang
kelompok olahraga yang tidak rutin cenderung mengalami PMS sedang
mengalami PMS sedang hingga berat sampai berat. Selain itu ditambah dengan
yakni 80,4 %. Berdasarkan hasil uji Chi- waktu olahraga rutin yang tidak ideal
square diperoleh ρvalue 0,00 (<0,05), dalam melakukan olahraga
menunjukan bahwa H0 ditolak atau (Maulana,R.2008).Sesuai dengan Saryono
hipotesis penelitian diterima yaitu ada et al (2008) menyatakan bahwa olahraga
hubungan antara olahraga dengan sangat berpengaruh terhadap terjadinya
kejadian PMS. Artinya mahasiswi yang PMS, karena dengan olahraga rutin dan
tidak rutin melakukan olahraga akan berkelanjutan dapat terjadi peregangan
cenderung mengalami gejala PMS lebih otot-otot sehingga melancarkan aliran
banyak dibandingkan yang melakukan darah dan pelepasan Endhophinkarena
olahraga rutin. Hal ini sesuai tinjauan hormon Endhophin memacu rasa rilek .
teori menurut Saryono dan Sejati (2009) Hal ini membuktikan olahraga yang
yang menyatakan bahwa pada sebagian teratur mencegah dan mengurangi PMS
besar wanita, olahraga mampu karena apabila tidak melakukan olahraga
mengurangi gejala PMS yaitu mengurangi rutin hormon estrogen akan lebih tinggi
kelelahan, stres dan meningkatkan sehingga kemungikinan akan terjadi PMS
kesehatan tubuh. lebih besar.
Hubungan Pola tidur dengan tidur sering merasa terganggu, dan tiba-
kejadian PMS tiba terbangun ditengah malam, dan
Sebagian besar mahasiswi Program kemudian sulit untuk tidur kembali, .
Studi Kebidanan Cirebon memiliki pola Walaupun mahasiswi banyak yang
tidur yang buruk. Hal tersebut dilihat dari mengalami masalah dalam pola tidur akan
komponen utama dalam kuesioner seperti tetapi mereka tidak mengkonsumsi obat-
pada kualitas tidur buruk sebanyak 22%, obatan yang dapat membantu untuk tidur
letensi tidur (kesulitan memulai tidur ) karena adanya pengetahuan pada diri
sebanyak 16%, gangguan tidur sebanyak mereka bahwa dengan mengkonsumsi
32%, penggunaan obat tidur 6%, dan obat-obatan tersebut akan menjadi suatu
gangguan aktivitas disiang hari sebanyak kebiasaan yang tidak baik. Pola tidur yang
24%. Dikatakan pola tidur buruk karena buruk juga berpengaruh pada aktivitas
rata-rata mahasiswi memiliki kualitas tidur disiang hari seperti banyaknya mahasiswi
yang kurang baik , seperti kebiasaan tidur yang mengantuk pada saat belajar dikelas,
larut malam. Dari hasil wawancara menyetir, dan kegiatan lainnya.
dengan responden disampaikan bahwa
mereka sulit tidur (insomnia) dan Responden dengan pola tidur baik,
membutuhkan waktu yang lama untuk menyatakan tidak ada gejala hingga hanya
merasakan tidur yang lelap ± 2 jam, gejala PMS ringan ; sedangkan responden
selain itu pada saat sedang melakukan dengan pola tidur buruk , mayoritas
praktik di RS atau Puskesmas sering kali responden mengalami PMS sedang
tidak tidur, sehingga pola tidur tidak hingga berat.
terjadwal dengan baik. Rata-rata
mahasiswi memiliki durasi tidur 5-6 jam. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh
Sering kali juga terjadi pada saat tidur ρvalue 0,00 (<0,05), yang menunjukan
terbangun karena ingin ke toilet, bahwa H0 ditolak atau hipotesis penelitian
mengalami mimpi buruk 2-3 kali dalam diterima yaitu ada hubungan antara pola
seminggu. Kejadian tersebut di atas tidur dengan kejadian PMS. Hasil
disebabkan karena tidur yang tidak penelitian ini sejalan dengan penelitian
tenang, sedang mengalami stres, sehingga yang serupa dengan menggunakan
253
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Lee ,dkk.(2002). The Standardization Of
Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: The Shortened Premenstrual
EGC. Assessment Form And
Cheng, S. H,. Shih , C. C,. Yang . Y. K,. Applicability On The Internet . J
Chen, K. T. Chang, Y. H. Dan Korean Neuropsychiatr Assoc , 41, 8
Yang, Y. C. (2013). Factors Maulana, R. (2008). Hubungan Karakteristik
Associated With Premenstrual Syndrome Wanita Usia Produktif dengan
A survey Of New Female University Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli
Students. Kaohsiung Journal Of Medical Obstetri dan Gynekology RSUD dr.
Sciences 29,6 Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal
Damayanti, S.(2013). Faktor –faktor yang Kedokteran
berhubungan dengan Premenstrual Meilani.(2014). Pengaruh Penggunaan Media
Syndrome pada mahasiswa DIV Elektronik Terhadap Kualitas Tidur
Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Siswa-Siswi SMA Santo Thomas I
Kesehatan U’budiyah Bunda. Jurnal Medan. Skripsi , Universitas
Keperawatan. Sumatera Utara.
Http://180.241122.205/Docti/SIT Pratiwi,A.M.(2014). Aktivitas Olahraga
IDAMAYANTI-Skripsi- dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi
Maya.Pdf.Diakses Pada Tanggal 05- pada Anggota Perempuan UKM
11-2016 INKAI UNS Sekolah Tinggi Ilmu
Karaman H. I. O., Tanriverdi , G. Dan Kesehatan Alma Ata
Degimenci , Y. (2012 ). Subjective Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya
Sleep Quality In Premenstrual Syndrome No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul
. Jurnal Gynecological Endocrinologi Yogyakarta. Diakses pada tanggal
Kartikasari,I. (2014) Faktor-faktor yang 23-11-2016
berhubungan dengan kejadian Putri, R. P. D. P. (2013).Hubungan antara
Premenstruasi Syndrome pada sisiwi Derajat Sindrom Pramenstruasi dan
SMA 112 Jakarta Tahun 2015. Aktivitas Fisik dengan Perilaku
Jurnal Kebidanan Makan pada Remaja Putri.
255