You are on page 1of 18

Daftar isi

Interpretasi Data Google Analytics Tidaklah Mudah 3

Mulai dari Akhir 4

Goal Completion—Jika Tak Bisa Kamu Ukur, Maka Tak Bisa Kamu Tingkatkan 7

Kapan Saat yang Tepat untuk Mengirim Email? 11

Jangan Lupakan Site Search 13

Segmentasi—Pelajari Latar Belakang Pengguna Idaman Kamu 15

Sekarang Giliran Kamu 18


Interpretasi Data Google Analytics Tidaklah Mudah
Mengintegrasikan Google Analytics dengan situs web milikmu bukanlah hal sulit. Namun, menarik
kesimpulan yang berguna untuk bisnis dari data yang disajikannya jelas bukan perkara mudah.

Berbagai tool analytic mampu menangkap begitu banyak data, tapi sebagian besar orang justru
akan kewalahan dengan jumlah informasi yang bakal mereka hadapi. Laporan hanya akan terlihat
seperti deretan angka, tanpa tahu apa yang mereka bisa lakukan untuk mempengaruhi performa
situs web dan perkembangan bisnis secara langsung.

Lewat panduan singkat ini, kita akan melihat bagaimana cara menarik kesimpulan dari data dan
melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Saya tidak akan membahas secara detail mengenai
instalasi program, namun saya ingin lebih menunjukkan contoh kasus nyata dan bagaimana data
membantu saya mengambil keputusan.

Hendri Salim
Mulai dari Akhir
Setiap bisnis mempunyai tujuan berbeda-beda. Kamu mungkin:

● Ingin punya pengunjung yang banyak dan memahami kebiasaan mereka,


● Memiliki toko online dan ingin melihat barang apa yang paling banyak dicari, serta bagian
mana yang menyulitkan calon pembeli, atau
● Baru saja membuat ebook tentang pemasaran dan ingin membagikannya sebanyak mungkin.

Apa pun tujuan dari situs web milikmu, langkah pertama adalah menentukan apa yang kamu ingin
capai dan apa yang kamu gunakan sebagai alat pengukurnya.

Saya menyarankan kamu untuk mengalokasikan cukup banyak waktu dalam proses ini. Tidak sedikit
orang yang tergesa-gesa dan memilih pengukuran yang salah, hingga mengambil keputusan bisnis
dan investasi keliru yang dalam jangka panjang justru membunuh bisnis.

Sebagai panduan dasar, apa pun yang kamu pilih sebagai pengukuran (metrik) sebaiknya
berdampak langsung terhadap bisnis, seperti Return on Investment atau Conversion Rate.

Mari kita lihat contoh bagaimana pengukuran yang keliru dapat menjebak kamu.
Katakanlah kamu hendak mengirim email berisi promosi barang. Kamu ingin mengetahui email
seperti apa yang optimal. Apakah perlu mencantumkan harga tiap barang langsung di email?

Gambar 1

Gambar 2

Sekilas, metrik yang masuk akal adalah jenis email mana yang mendapatkan klik lebih banyak. Jika
email tanpa harga mendapatkan lebih banyak klik, maka kita sebaiknya memakai metode itu, bukan?

Jangan terburu-buru! Mari kita pikir kembali sejenak. Apa tujuan akhir dari email ini? Kita
menginginkan agar para penerima email membeli barang yang dipromosikan, bukan?

Jadi yang benar-benar kita ingin ukur adalah email seperti apa yang pada akhirnya mendorong
orang untuk membeli. Kalau hanya mengukur email mana yang mendapatkan klik terbanyak, maka
kemungkinan besar email tanpa harga akan mendapatkan klik terbanyak.

Orang-orang mengeklik email karena ingin mengetahui harga dari barang-barang yang tertera.
Masalahnya, akan banyak juga orang yang batal membeli setelah mengeklik tautan pada email,
semata-mata karena menemukan ternyata harga barangnya tidak sesuai ekspektasi.
Tapi, jika kamu memberikan harga di email dan ada orang yang tetap mengeklik, maka orang
tersebut sudah menunjukkan niat yang lebih besar untuk membeli. Orang-orang seperti ini
cenderung lebih mudah untuk kamu ubah jadi pembeli.

Jadi jika tujuan kamu adalah mendapatkan klik sebanyak mungkin, maka jangan pasang harga. Tapi
jika tujuan kamu adalah memperoleh klik yang lebih berkualitas (berubah menjadi pembelian), maka
pasanglah harga.

Tentukan tujuan kamu, kemudian pikirkan bagaimana metrik yang kamu pilih akan menunjang bisnis
kamu.

Tip
● Jangan lupa mencatat perubahan yang kamu lakukan.
● Apa pun metrik yang kamu pantau di Google Analytics, pastikan kamu memberikan catatan.
● Tambahkan catatan dengan mengeklik tombol kecil di bawah laman Explorer, lalu klik tombol
“Create New Annotation”.

Data di atas menunjukkan terjadi penurunan pada tanggal 3 November. Catatan kamu menunjukkan
bahwa implementasi perubahan layout untuk tampilan mobile. Dengan menjaga catatan seperti ini,
kamu dapat menemukan penyebab perubahan trafik secara cepat. Di masa depan, kamu akan
berterima kasih kepada diri kamu di masa lampau, seiring kamu melihat data masa lalu dan mencoba
memahami apa yang terjadi.
Goal Completion—Jika Tak Bisa Kamu Ukur, Maka
Tak Bisa Kamu Tingkatkan

Panduan ini menggunakan fitur Goal Completion sebagai dasarnya, jadi saya akan membahas
secara singkat apa itu Goal Completion. Pada dasarnya, fitur ini akan mengukur seberapa baik situs
web atau aplikasi dalam mencapai tujuannya. Google menggunakan satuan konversi untuk dapat
mengukurnya.

Contoh dari Goal adalah membeli produk tertentu, mengunduh ebook, atau ketika para pengunjung
memberikan alamat email masing-masing. Tanpa Goal, sangat sulit (dan bahkan tidak mungkin)
untuk mengukur kesuksesan, apa lagi mencari tahu penyebab tujuan kita berhasil atau gagal
tercapai.

Untuk membuat Goal, kamu dapat mengunjungi Setting -> View -> Goal.

Selain menggunakan template yang sudah disediakan Google, kamu juga dapat membuat Goal
sendiri. Yang terpenting adalah kamu memahami tujuan bisnis kamu dan memilih cara yang tepat
untuk mengukurnya.

Sekarang, kita akan melihat beberapa contoh kasus yang terdapat di Tech in Asia dan bagaimana
kami menggunakan data dari Google Analytics untuk mengidentifikasi masalah ataupun potensi.
Mengerti Pengunjung Kamu
Artikel tentang game Android kami mempunyai trafik yang cukup besar, sekitar 484.000. Tapi kami
ingin mengetahui aspek demografis para pembaca artikel ini.

Setelah menggunakan metric page dengan dimensi gender, kami menemukan bahwa hampir 23
persen para pengunjung artikel ini adalah wanita. Temuan ini punya dampak cukup besar dan
signifikan untuk kami.

Kami menggunakan data ini untuk memikirkan kembali halaman tersebut, apakah terlalu banyak
game dengan genre pria? Pemikiran ini mendorong kami melakukan riset mengenai preferensi para
wanita ketika mencari game mobile.

Pada akhirnya kami merekrut seorang penulis wanita di blog kami. Dengan tambahan seorang
penulis wanita, konten kami jadi lebih beragam dan tidak hanya relevan bagi mayoritas pengunjung
situs web kami yang merupakan pria.

Selain gender, Google juga mempunyai beberapa kriteria lain seperti umur, jenis perangkat, dan
lain-lain. Gunakan ini untuk mengerti aspek demografis dari pengunjung situs web kamu.

Apakah kamu sudah memenuhi kebutuhan dari para pengunjung situs web kamu? Atau malah kamu
menarik tipe pengunjung yang tidak sesuai dengan bisnismu?
Goal Completion Tercapai, Tapi dari Mana?
Baru-baru ini kami membuat ebook tentang Design Sprint yang berisi contoh kasus bagaimana
perusahaan besar menggunakan metode ini untuk memecahkan masalah. Kami suka sekali dengan
Design Sprint dan ingin membagikannya pada semua orang.

Kami menggunakan situs Tech in Asia Indonesia, media sosial, email, dan YouTube untuk
mempromosikannya, termasuk menggunakan iklan berbayar. Tapi bagaimana kami tahu platform
apa yang memberikan hasil terbaik? Jika kami harus berinvestasi di iklan, maka sebaiknya beriklan di
mana?

Yang kami lakukan pertama adalah membuat Goal Completion yang akan tercapai jika orang sudah
berhasil mengunduh ebook buatan kami.

Dengan menggunakan laporan Goal Completion -> Source Medium, kami dapat melihat platform apa
yang paling efektif untuk mempromosikan ebook tersebut. Ingat, ini bukan masalah jumlah
kunjungan, tapi Goal Completion.

Kami tidak lantas menjadikan Facebook sebagai platform paling efektif ketika mampu memberikan
total view sebanyak 13.000, tapi yang mengunduh hanya 5 orang. Bagi kami yang penting adalah
efektivitas dari platform, agar kami dapat memutuskan untuk berinvestasi lebih di tempat yang
sesuai.
Seperti yang bisa kamu lihat pada nomor 4 dan 5 di atas, kami mengetahui bahwa meski beriklan di
Instagram menghasilkan 50 unduhan, namun performa dari memasang video singkat di YouTube
pun tidak tertinggal jauh. Kami membuat video singkat 2 menit dan mendapatkan 31 unduhan,
sedangkan menghabiskan uang beriklan menghasilkan 50 unduhan..

Kami mungkin akan terus beriklan, tapi cukup menarik untuk meliihat performa dari video YouTube.
Kinerja video itu tidak tertinggal jauh di belakang performa iklan berbayar Instagram, dan juga pada
dasarnya gratis. Kami juga menemukan bahwa memasang iklan di Instagram lebih bagus daripada di
Facebook (dalam bentuk video).

Perlu kamu ingat, hasil ini mungkin akan berbeda untuk kamu. Kasusnya akan berbeda sesuai
dengan target pasar dan apa yang kamu sedang iklankan. Jadi pastikan kamu menggunakan Goal
Completion, dan melihat sumber apa yang berkontribusi lebih besar, bukan hanya klik atau view, tapi
goal akhir kamu.
Kapan Saat yang Tepat untuk Mengirim Email?

Kamu bisa mencari informasi di internet


tentang waktu yang tepat untuk mengirim
newsletter atau push notification, namun
belum tentu akan efektif untuk kamu. Situs
web milikmu mungkin punya pola pengguna
yang berbeda.

Dengan mengunjungi Home di Google


Analytics dan melihat data when do you users
visit, kamu dapat melihat hari dan jam
terpadat di situs web kamu. Gunakan data ini
untuk mengambil keputusan, contohnya untuk
menentukan kapan mengirim newsletter atau
push notification.

Untuk kasus Tech in Asia Indonesia,


kebanyakan pengguna mengunjungi situs
web kami di hari Selasa dan Rabu, sekitar
pukul 14.00 dan setelahnya. Jadi ketika kami
hendak mengirim newsletter atau push
notification, kami dapat mempertimbangkan
data ini dan mengujinya.

Kami juga sadar bahwa para pengunjung mencari hal yang berbeda-beda. Ada yang suka dengan
startup, ada yang suka dengan teknologi dan lain-lain. Newsletter yang kami ingin kirimkan adalah
tentang startup, lalu kapan hari dan jam yang tepat?
Kami membuat segmentasi pengguna yang membuka artikel tentang startup dan mendapatkan data
seperti ini

Ternyata kebanyakan pengunjung yang mencari startup sangat aktif di hari Senin antara pukul 10.00
hingga 11.00. Berbeda dengan data awal yang menunjukkan hari Selasa pukul 14.00. Data tersebut
merupakan kumpulan semua pengunjung kita, bukan hanya pencari informasi startup.

Dengan demikian kami mempunyai data yang lebih tepat sasaran.


Jangan Lupakan Site Search
Banyak pemilik situs web tidak menyadari bahwa selain menggunakan Google Search, para
pengguna juga sering menggunakan fitur pencarian (search) yang ada di dalam situs web. Tapi apa
kamu tahu apa yang mereka cari? Beruntung bagi kita Google akan membantu mengumpulkan
datanya.

Setelah mengaktifkan fitur search di Google Analytic (Setting -> View -> View Setting -> Site Search
Tracking), maka Google akan mulai mengumpulkan data tentang apa yang para pengguna cari di
situs web kamu.

Seperti yang bisa kamu lihat di atas, ini adalah data dasar dari apa saja yang dicari oleh para
pengguna di situs web.

Kamu mungkin bisa mengambil kesimpulan dari sini, misalnya menuliskan artikel yang banyak dicari
tapi kamu belum punya. Jika kamu menjual sesuatu, ini juga bisa menjadi data untuk menentukan
apa yang kamu ingin jual selanjutnya. Pastikan kamu tidak hanya mengandalkan data ini, lakukan
riset tambahan.

Mari kita lihat lebih dalam lagi. Saya ingin melihat dari laman mana pengguna menggunakan fitur
search. Ini bisa jadi pertanda bahwa para pengguna kurang puas dengan apa yang mereka lihat, dan
memutuskan untuk mencari informasi tambahan.

Namun ini juga bisa jadi pertanda bahwa mereka tertarik tentang apa yang mereka baca, dan ingin
membaca lebih lagi. Semua ini bergantung kepada data apa yang muncul.
Dari data di atas, sebanyak 297 orang melakukan pencarian setelah mengunjungi halaman
/category/startups/. Saya ingin mengetahui apa yang mereka cari setelah mengunjungi laman
tersebut, sehingga saya menggunakan secondary dimension search term agar muncul hasil ini:

Beberapa orang langsung mencari nama startup yang ingin mereka cari, namun nomor lima terlihat
menarik. Mereka menggunakan kata kunci perizinan startup.

Setelah saya pelajari, ternyata tidak ada artikel yang membahas perizinan startup dengan cukup
menyeluruh dan lengkap di Tech in Asia Indonesia. Ini akan jadi pertimbangan kami ketika kami
membuat artikel selanjutnya.
Segmentasi—Pelajari Latar Belakang Pengguna
Idaman Kamu
Dalam contoh kasus ini kita akan melihat bagaimana perbedaan kebiasaan orang yang membeli
dengan yang tidak membeli. Kita perlu mengetahui ini untuk mencari tahu apa yang dapat
mengubah non-pembeli menjadi pembeli.

Saya menggunakan kata pembeli, tapi sebenarnya ini bisa disesuaikan dengan tujuan kamu,
misalnya mengunduh ebook atau mengunjungi situs lebih sering.

Baru-baru ini Tech in Asia Indonesia punya produk baru, yaitu konten premium. Kami ingin
mempelajari apa perbedaan orang-orang yang membeli pre-order kami dengan yang tidak beli.

Pertama, kami membuat Goal di Google Analytic dengan destinasi “/thank-you”. Ini artinya jika ada
pengunjung yang berhasil sampai ke laman /thank-you, artinya ia sudah membeli, dan Goal kami
tercapai.

Kedua, kami juga membuat dua segmen pengguna. Converter dengan kondisi minimal satu Goal
tercapai (membeli) dan non-converter dengan kondisi Goal = 0 (tidak membeli). Dengan
menggunakan dua segmen ini secara bersamaan, kami dapat melihat beberapa kebiasaan yang
berbeda dari pembeli dan non-pembeli.

.
Yang pertama adalah converter (warna biru) menghabiskan rata-rata 6 menit sebelum membeli,
sedangkan non-pembeli hanya menghabiskan 3 menit. Ini membuat kami bertanya, mengapa orang
yang tidak membeli hanya menghabiskan waktu tiga menit dan akhirnya meninggalkan laman?
Kemudian kami juga mencocokkannya dengan data video.

Pembeli rata-rata menghabiskan enam menit karena mereka juga menonton video yang kami
pasang. Apakah ini berarti ada masalah dengan video tersebut? Apakah non-converter tidak
mengenali tampilan video sehingga tidak memutarnya?

Kami juga melihat dari mana kebanyakan orang membeli pre-order kami. Data di atas menunjukkan
bahwa sebagian besar datang dari smartphone. Kami pun mencocokkan datanya dengan data
video, hingga menemukan pola:

Kebanyakan orang membeli lewat smartphone, tapi mereka mengonsumsi konten lewat
desktop. Smartphone hanya jadi cara menemukan informasi dan membeli, namun desktop
tetap menjadi pilihan untuk mengonsumsi konten video.

Hal lain yang kami sadari juga adalah pembeli pre-order yang menggunakan desktop menghabiskan
waktu 10 menit sebelum membeli, sedangkan pembeli yang menggunakan perangkat mobile hanya
menghabiskan waktu 4 menit. Pengguna perangkat mobile yang tidak membeli hanya
menghabiskan satu menit untuk mengambil keputusannya (tidak beli).
Jadi, kesimpulan dari para pengguna kami:
● Sebagian besar pembeli pre-order kami datang dari smartphone.
● Orang-orang yang tidak memesan hanya menghabiskan satu menit di smartphone sebelum
keluar. Sedangkan pembeli dari smartphone menghabiskan 4 menit dan dari desktop
menghabiskan 10 menit.

Dengan data ini, kami memutuskan untuk kembali melihat proses pemesanan dan pengalaman
pengguna smartphone. Kami mencari dan mempelajari apa yang menjadi masalah di smartphone
sehingga kebanyakan hanya menghabiskan satu menit.

Bisa jadi informasinya terlalu sulit dibaca. Bisa jadi video tidak tampak seperti video. Bisa jadi iklan
yang kami pasang menarik orang-orang yang salah sehingga mereka tidak tertarik dan langsung
keluar.

Mencari solusinya adalah satu hal yang berbeda, kami mungkin perlu melakukan Design Sprint untuk
memecahkannya (oh ya, konten premium pertama kami kebetulan tentang Design Sprint). Namun
mengenali permasalahan lewat data adalah langkah pertama terpenting yang harus kamu lakukan
untuk dapat meningkatkan pengalaman pengguna dan juga bisnis kamu.
Sekarang Giliran Kamu
Tujuan dari panduan singkat ini bukanlah untuk memandu kamu memasang Google Analytics atau
mengatur setting lainnya. Saya ingin menunjukkan bahwa setelah kamu memasang Google Analytics
dan mendapatkan data, langkah selanjutnya adalah mengolahnya dan menginterpretasikannya
menjadi solusi untuk memecahkan masalah.

Google Analytics mungkin menyediakan datanya, namun yang terpenting adalah kamu mengerti
benar apa yang coba kamu ingin capai lewat bisnis kamu. Gunakan pengukuran yang tepat, serta
lihat hubungan antara sebuah pengukuran dengan pengukuran lainnya untuk membentuk sebuah
pola.

Saya harap kamu menikmati panduan singkat ini. Ada banyak hal yang tidak dibahas dalam panduan
ini, saya juga tidak mungkin membahasnya satu per satu karena setiap bisnis menggunakan
pengukuran berbeda-beda. Namun saya harap dokumen ini dapat membantu kamu memulai dan
memikirkan kembali bagaimana kamu menggunakan data situs kamu.

Bacaan lebih lanjut

➔ https://www.blog.google/products/marketingplatform/analytics/
➔ https://www.thinkwithgoogle.com/

You might also like