You are on page 1of 22

Keluarga Sadar Gizi

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (2007),


Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal,
mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Suatu keluarga disebut keluarga sadar gizi (Kadarzi) apabila telah berperilaku
gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara teratur,
memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI
eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum
suplemen gizi (kapsul vitamin A dosis tinggi) (Depkes RI, 2007).
Dalam hal ini, keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil dan paling inti
dengan beranggotakan bapak, ibu, dan anak-anak. Di sinilah tata cara nilai, norma,
kepedulian dan kasih sayang terbina sejak dini. Dalam keluarga, sumber daya dimiliki
dan dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan fisik
yang paling dasar yaitu makan dan minum. Ditingkat keluarga juga dilakukan
pengambilan keputusan tentang makanan, gizi dan kesehatan dilaksanakan. Masalah
yang terjadi ditingkat keluarga seperti gizi kurang, gizi buruk, anemia dan sebagainya,
sangat erat kaitannya dengan perilaku keluarga yang bersangkutan selain akar
masalah adalah kemiskinan. Pemahaman Kadarzi oleh semua yang bertujuan
mewujudkan keluarga sehat, cerdas dan mandiri sangat diperlukan untuk menjadikan
bangsa sehat dan negara kuat (Syahartini, 2006).
Diharapkan bahwa dalam satu keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang
anggota keluarga yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan kearah
keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau
siapa pun yang terhimpun dalam keluarga itu (Depkes RI, 1998).
Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Pembinaan keluarga sadar gizi adalah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan keluarga, agar terwujud keluarga yang sadar gizi. Upaya
meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo, diskusi
dan pelatihan (Depkes RI, 1998).
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar gizi (KADARZI) adalah:

1. Menimbang balita ke posyandu secara berkala.


2. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi kurang
dan gizi lebih).
3. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
4. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian atau mencari rujukan, manakala
terjadi kelainan gizi di dalam keluarga.
5. Menghasilkan makanan melalui pekarangan.

Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi


Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja
puskesmas. Namun perhatian utama pembinaan ditujukan kepada keluarga yang
memiliki kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I.
Dengan adanya pembinaan kadarzi maka diharapkan agar:

1. Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga


yang menjadi kader kadarzi.
2. Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
3. Tidak ada lagi masalah gizi utama dikalangan keluarga (Depkes RI, 1998).

Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi.


Pemetaan Kadarzi
Pemetaan kadarzi dilakukan untuk menganalisis situasi kadarzi di suatu
wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) kemudian untuk berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu.
Pemetaan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Februari dan Agustus.
Tujuan pemetaan kadarzi yaitu:

1. Mendapatakan informasi situasi kadarzi dalam satu wilayah atau dasawisma


berdasarkan indikator yang ditentukan.
2. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar
yang belum dapat dilaksanakan oleh keluarga.
3. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi kadarzi dari waktu-
kewaktu.

Sasaran Pemetaan Kadarzi:


Sasaran pemetaan kadarzi adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
Konseling Kadarzi
Konseling kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma,
tenaga penggerak masyarakat (TPM) untuk membantu memecahkan masalah prilaku
gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga.
Tujuan konseling kadarzi adalah untuk memantapkan kemauan dan
kemampuan keluarga dalam melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar dengan
memanfaatkan yang dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungannya.
Pelaksanaan konseling kadarzi, untuk pertama kali konseling dilakukan oleh
tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas bersama tenaga penggerak masyarakat dan
kader dasawisma. Untuk selanjutnya konseling kadarzi dilakukan oleh kader
dasawisma dan TPM.
Sasaran konseling kadarzi: Konseling dilakukan pada keluarga yang belum
menerapkan indikator sadar gizi. Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang
sudah dewasa (Depkes RI, 2000).
Strategi untuk mencapai sasaran keluarga sadar gizi (Kadarzi)
Strategi untuk mencapai sasaran kadarzi adalah:

1. Meningkatkan fungsi dan peranan posyandu sebagai wahana masyarakat


dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan pertumbuhan balita.
2. Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis melalui
advokasi, sosialisasi, dan pendampingan keluarga.
3. Menggalang kerja sama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan swasta
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pihak lainnya dalam mobilisasi
sumber daya untuk penyediaan pangan.
4. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplemen gizi terutama zat gizi mikro
dan MP-ASI bagi balita dalam keluarga di bawah garis miskin.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan
jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
6. Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan
jaringannya (Depkes RI, 2007).

Indikator Keluarga Sadar Gizi


Indikator keluarga sadar gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi
keluarga. Menurut Depkes (2007), ada 5 indikator kadarzi yang meliputi :
penimbangan berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak
lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan
garam beryodium, memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A pada balita) sesuai
anjuran.
Memantau pertumbuhan balita dengan menimbang Berat Badan balitanya secara
teratur
Menurut Soekirman (2000) status gizi balita erat hubungannya dengan
pertumbuhan anak, oleh karena itu perlu suatu ukuran/ alat untuk mengetahui adanya
kekurangan gizi dini, monitoring penyembuhan kurang gizi dan efektivitas suatu
program pencegahan. Sejak tahun 1980-an pemantauan berat badan anak balita
telah dilakukan dihampir semua desa di Indonesia melalui posyandu. Dengan
meningkatkan mutu penimbangan dan pencatatannya, maka melalui posyandu
dimungkinkan untuk memantau status gizi setiap anak balita di wilayahnya
(Soekirman, 2000).
Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan dengan menimbang selain
di posyandu bisa juga dilakukan di rumah atau tempat lain setiap bulan dengan
menggunakan alat penimbang badan. Dapat dipantau dengan melihat catatan
penimbangan balita pada KMS selama 6 bulan terakhir yaitu bila bayi berusia > 6
bulan ditimbang 4 kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dari 4 kali
dianggap belum baik. Bila bayi 4-5 bulan ditimbang 3 kali atau lebih dinilai baik dan
jika kurang dari 3 kali dinilai belum baik. Bila bayi berusia 2-3 bulan ditimbang 2 kali
atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dinilai belum baik, dan pada bayi
yang masih berumur 0-1 bulan, baik jika pernah ditimbang dan belum baik jika tidak
pernah ditimbang (Depkes RI, 2007).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kesinambungan seorang ibu membawa
balitanya ke posyandu untuk ditimbang yaitu : tingkat pengetahuan responden
terhadap penimbangan, sikap responden terhadap penimbangan, manfaat yang
dirasakan dalam penimbangan balita, kepuasan pelayanan penimbangan balita,
jadwal pelayanan, tempat pelayanan, tingkat partisipasi tokoh masyarakat (Lius,
1994).
Memberikan ASI Eksklusif
ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI Eksklusif
adalah menyusui bayi secara murni. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa cairan lain
seperti susu, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Danuatmojo, 2004).
ASI sangat baik diberikan kepada bayi segera setelah dia lahir karena ASI
merupakan gizi terbaik bagi bayi dengan komposisi zat-zat gizi didalamnya secara
optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi. Kualitas zat gizi ASI juga terbaik
karena mudah diserap dicerna oleh usus bayi. Pemberian makanan padat/tambahan
yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan
angka kesakitan pada bayi. Tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian
makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan
sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan bayi dan
tidak ada dampak positif untuk pertumbuhan dan perkembangan (Roesli, 2008).
ASI yang juga merupakan makanan yang sempurna, seimbang, bersih sehat.
Dapat diberikan setiap saat dan mengandung zat kekebalan serta dapat menjalin
hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi (Syahartini, 2006).
Namun masih banyak ibu yang tidak memberikan bayinya ASI Eksklusif dengan faktor
penyebab antara lain:

 Produksi ASI yang kurang atau tidak keluar sama sekali


 Umur; dimana ibu yang berusia muda kurang mengetahui manfaat pemberian
ASI Eksklusif
 Penghasilan keluarga; keluarga dengan penghasilan besar menginginkan anak
yang sehat sehingga mereka membeli dan memberikan susu atau makanan
lain kepada bayinya tanpa mereka sadari bahwa ASI dapat mencukupi sampai
berumur 6 bulan
 Status kesehatan ibu; pikiran kacau dan emosi saat menyusui mengakibatkan
bayi cengeng
 Kurang persiapan ibu saat menghadapi masa laktasi sehingga ASI tidak keluar
pada masa 1-3 hari setelah melahirkan, sehingga pemberian ASI tidak lancar
dan ibu memilih memberi bayinya susu formula dengan sendirinya ASI
Eksklusif terabaikan (Fatimah, 2007).

Makan beranekaragam makanan


Makanan beragam artinya makanan yang bervariasi (tidak monoton). Variasi
berarti susunan hidangan itu berubah dari hari-kehari. Jenis makanan atau masakan
yang tersusun menjadi hidangan juga harus menunjukkan kombinasi, artinya dalam
satu kali hidangan, misalnya makan siang, susunan tersebut terdiri dari masakan yang
berlain-lainan. Untuk mencapai kondisi demikian maka bahan makanan yang
dipergunakan dan juga jenis masakannya atau cara memasaknya harus selalu
beraneka ragam (Sediaoetama, 2006).
Menurut Depkes RI (2007), makan beraneka ragam makanan adalah keluarga
mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah setiap hari.
Susunan makanan menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Departemen
Kesehatan RI yaitu:

 Beragam, apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari makanan pokok
+ lauk pauk, sayur, buah atau makanan pokok + lauk pauk +sayur
 Tidak Beragam, apabila dalam setiap kali makan hanya terdiri dari 2 atau 1
jenis pangan.

Menggunakan garam berjodium dalam makanannya


Garam beryodium baik adalah garam yang mempunyai kandungan yodium
dengan kadar yang cukup (>30 ppm kalium yodat ). Garam beryodium sangat perlu
dikonsumsi oleh keluarga karena zat yodium diperlukan tubuh setiap hari. Gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY) menimbulkan penurunan kecerdasan pada anak-
anak, gangguan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar gondok (Depkes RI, 2005).
Namun demikian garam juga tidak dianjurkan dikonsumsi secara berlebihan
karena garam mengandung natrium, yang mana kelebihan natrium dapat
memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan
pencetus terjadinya stroke yaitu pecahnya pembulu darah di otak. Stroke merupakan
penyebab kematian pada orang dewasa di atas 40 tahun. Sedangkan penyakit
tekanan darah tinggi membawa resiko timbul penyakit jantung pada orang dewasa.
Karena itu konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok
setiap harinya ( Depkes RI, 1996).
Untuk mengetahui garam yang digunakan oleh keluarga mengandung yodium
atau tidak secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melihat ada tidaknya
label garam beryodium atau melakukan test yodina. Disebut baik jika berlabel dan bila
ditest dengan yodina berwaran ungu, tidak baik jika tidak berlabel dan bila ditest
dengan yodina warna tidak berubah (Depkes RI, 2007).
Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita
Telah lama dikenal persenyawaan dengan aktifitas vitamin A, misalnya vitamin
A1 yang terdapat dalam jaringan mamalia dan ikan laut, vitamin A2 pada ikan tawar.
Vitamin A larut dalam lemak, stabil terhadap suhu yang tinggi dan tidak dapat
diekstraksi oleh air yang dipakai untuk merebus makanan. Akan tetapi vitamin A dapat
dihancurkan oleh pengaruh oksidasi, cara memasak bahan makanan secara biasa
tidak mempengaruhi keadaan vitamin A. Kekurangan vitamin A menyebabkan
Xerofthalmia, kekurangan tersebut tersebar luas dan merupakan penyakit gangguan
gizi pada manusia yang sangat penting. Di Indonesia penyakit tersebut merupakan
salah satu diantara 4 masalah gizi utama, prevalensi tertinggi terdapat pada anak-
anak dibawah 5 tahun (Pudjiadi, 2000).
Sering kali kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi dengan makan sehari-hari.
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI
(kapsul biru) untuk balita umur 6-11 bulan dan vitamin A dosis tinggi 200.000 SI
(kapsul merah) untuk balita umur 12-59 bulan. Pemberian vitamin A dilakukan setiap
bulan Februari dan Agustus dan dapat diperoleh di posyandu maupun di puskesmas
(Depkes RI, 2007).
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
November 21, 2014 Berita

Apa itu keluarga sadar gizi ?

Kadarzi adalah keluarga yang seluruh anggota


keluarganya melakukan gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi
setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi
masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Suatu keluarga disebut KADARZI
apabila telah berperilaku gizi yang baik secara terus menerus.

Kapankah sebuah keluarga disebut KADARZI??

Apabila memenuhi syarat-syarat berikut :

1. Keluarga bisa memantau berat badan secara teratur.


2. Keluarga bisa makan beraneka ragam makanan.
3. Keluarga bisa mengkonsumsi garam beryodium.
4. Keluarga bisa memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir
sampai bayi berumur 6 bulan.
5. Keluarga bisa mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota
keluarganya yang membutuhkan.

Mengapa perlu memantau berat badan secara teratur?

Perubahan berat badan seseorang menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau adanya
gangguan kesehatan.

Menimbang berat badan dapat dilakukan dimana saja. Berat badan yang meningkat
menunjukkan asupan yang berlebih atau menderita sakit. Sebaliknya, berat badan yang
menurun menunjukkan asupan yang kurang ataupun menderita sakit. Menimbang berat badan
sebaiknya dilakukan secara teratur setiap bulan sekali.
Berat badan normal dapat diketahui dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan
tabel : BB/umur ataupun IMT( hubungi puskesmas terdekat).

Siapa saja yang perlu ditimbang??

Semua orang baik laki-laki maupun perempuan, sejak usia bayi sampai usia lanjut termasuk
ibu hamil.

Bagaimana memantau berat badan balita??

Balita dapat ditimbang di rumah atau di


posyandu maupun ditempat lainnya secara teratur setiap bulan, kemudian data berat badan
tersebut kemudian dimasukkan kedalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Jika grafik berat badan
pada KMS naik sesuai grafik pertumbuhannya, berarti anak sehat. Tetapi jika grafik berat
badan pada KMS tidak naik, berarti ada penurunan konsumsi makanan atau adanya gangguan
kesehatan yang perlu ditindak lanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan petugas kesehatan.

Keluarga mampu mengatasi masalah, baik dilakukan sendiri maupun dibantu petugas.

Mengapa perlu makanan beraneka ragam??

1. Tubuh manusia memerlukan zat gizi


(energi, lemak, vitamin, protein dan mineral) sesuai kebutuhan.
2. Tidak ada satupun jenis bahan makanan yang lengkap kandungan gizinya.
3. Mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung sumber zat tenaga
(makanan pokok: nasi, jagung, ubi, dll) zat pembangun (lauk pauk: daging, ikan, telur,
tahu, tempe, kacang-kacangan lainnya) dan zat pengatur (sayur dan buah).
Wajah Kampung Kadarzi Setelah Intervensi I
Pengertian Kampung Kadarzi

A. Pengertian Kampung Kadarzi

1) Pengertian Kampung

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut

bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus

Bagi Provinsi Papua menyebutkan pengertian Kampung atau disebut dengan nama

lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dalam sistim Pemerintahan Nasional dan berada di

daerah Kabupaten / Kota.

Kampung atau desa, menurut definisi secara luas, adalah sebuah penempatan

manusia di daerah pedesaan. Biasanya lebih kecil dari dusun.


2) Pengertian Kadarzi

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (2007), Keluarga

Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan

mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya.

3) Pengertian Kampung Kadarzi

Suatu kampung atau kesatuan masyarakat hukum, di mana seluruh keluarga yang

ada di wilayah kampong tersebut, telah mampu berperilaku gizi seimbang, mampu

mengenali, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya.

Diposkan 20th June 2012 oleh ruslan hamid

A. Latar Belakang

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumberdaya

manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia

dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan,

penurunan produktivitas serta kematian. Pemerintah melalui Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah bertekad menurunkan

prevalensi kekurangan gizi yang terdiri dari gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita

yakni < 15,0% (Arum Bappenas,2010)

Guna mencapai tujuan tersebut Departemen Kesehatan telah menyusun

Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009, melalui 4 strategi utama yaitu

menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatan

akses masyarakat terhadap kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem

surveilans dan informasi kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.


Berdasarkan UU RI No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembiayaan Urusan antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menegaskan,

informasi status gizi memegang peranan penting dalam menentukan perencanaan

program di daerah.

Dalam rangka mencapai tujuan RPJMN dan Rencana Strategi Departemen

Kesehatan 2005-2009, Departemen Kesehatan akan melaksanakan Program

Perbaikan Gizi agar seluruh keluarga menjadi keluarga sadar gizi (KADARZI) yang

merupakan salah satu komponen DESA SIAGA. KADARZI adalah keluarga yang

mengenal masalah gizi dan mampu mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarga.

Mencermati perkembangan masalah gizi dan pengalaman didalam

pelaksanaan program perbaikan gizi, diperlukan pergeseran orientasi program

perbaikan gizi, mengacu pada paradigma sehat.

Upaya perbaikan gizi mempertimbangkan beberapa hal penting sebagai

berikut;

a. Arah perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga, untuk

mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih;

b. Sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup seluruh kelompok siklus hidup, meliputi :

bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia produktif serta usia lanjut;

c. Pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga, pemberdayaan

masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas

sector.

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), merupakan gambaran keluarga yang

berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan memecahkan masalah gizi anggota

keluarganya.
Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat,

masalah gizi masih memerlukan perhatian, Menurut data Survey Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) tahun 2005 diperoleh sebanyak 28% balita di Indonesia

mengalami masalah gizi kurang dan 8,8% mengalami masalah gizi berat badan anak

secara teratur (Buchori, 2007). Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih

tinggi, ada kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun

terakhir. Hasil pemetaan gizi lebih di wilayah perkotaan di Indonesia menunjukkan

bahwa sekitar 12% penduduk dewasa menderita gizi lebih (Depkes RI, 2007).

Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih

rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh ibu. Survey yang

dilakukan pada tahun 2006 sekitar 50% anak balita tidak dibawa ke posyandu, untuk

memantau pertumbuhan dan perkembangan anak mereka (Arisman, 2007: 8 ). Selain

itu perilaku sadar gizi yang belum baik adalah masih rendahnya ibu yang menyusui

bayi 0-6 bulan secara ekslusif. WHO mencatat pada ahir-ahir ini jumlah ibu yang

menyusui dan lamanya pemberian ASI menurun di seluruh dunia. Penyebabnya

antara lain berhubungan dengan faktor sosial, ekonomi, pemasaran susu formula,

pengetahuan ibu tentang gizi ASI masih kurang dan tekanan kehidupan modern. Oleh

karena itu, WHO menganjurkan agar bayi diberikan ASI ekslusif selama enam bulan

pertama. Sebab, terbukti menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya

dibandingkan dengan menyusui empat bulan dilanjutkan dengan ASI dicampur susu

formula dari empat-enam bulan (Bresfeeding, 2009).

Memasuki usia sekolah lebih dari sepertiga (36%) anak tergolong pendek,

sebagai indikasi kekurangan gizi menahun. Pada tahun 2003, 11% anak sekolah

menderita GAKY. Disamping itu diperkirakan 10 juta anak menderita anemia gizi besi.

Secara keseluruhan gangguan gizi pada anak usia sekolah mempengaruhi

prestasi belajar, yang sangat merugikan generasi mendatang. Pada usia remaja dan
usia produktif, anema gizi merupakan masalah yang paling sering ditemui. Sepertiga

remaja putri dan WUS serta sekitar 50% ibu hamil menderita anemia gizi. Selain itu

kurang energi kronis (KEK) juga ditemui pada sekitar 30 juta kelompok usia produktif.

Kurang gizi pada kelompok ini sangat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh

dan produktivitas. Masa kehamilan sering disebut periode kritis terhadap pertumbuhan

dan perkembangan anak. Gangguan gizi pada masa ini akan menentukan

pertumbuhan dan perkembangan janin dan akan berdampak pada periode berikutnya.

Dimasa mendatang proporsi usia lanjut akan semakin bertambah, seiring

dengan meningkatnya umur harapan hidup. Tanpa disadari sekitar 5 juta lansia

menderita gangguan anemia gizi.

Selanjutnya, menyangkut cakupan program gizi di Propinsi Sulawesi Selatan

tahun 2009, menunjukkan Persentase bayi dan balita yang ditimbang hanya mencapai

68,85%, BGM 2,95%, gizi buruk 0,02 %, vitamin A 61,98%, Fe3 baru mencapai

71,69%, asi Eksklusif 59,80% serta cakupan penggunaan garam beryodium hanya

mencapai 53,21% (Dinkes Prop.Sulsel,2009)

Seiring dengan itu, data cakupan program gizi di Kabupaten Pangkep tahun

2009, masih sangat perlu mendapat perhatian khusus dari semua kalangan pemerhati

masalah gizi. Di Kabupaten Pangkep diperoleh cakupan bayi dan balita yang dimbang

62,01%, BGM 6,35%, gizi buruk 0,13 % atau berjumlah 26 orang, cakupan vitamin A

54,42%, serta penggunaan garam beryodium yang baru mencapai 58,82%.(Dinkes

Kab.Pangkep,2009).

Kemudian data cakupan perbaikan gizi di Puskesmas Bowong Cindea tahun

2011, menunjukkan masih adanya beberapa kegiatan yang belum mencapai target, di

antaranya cakupan N/S 68,6% dari target 80%, RT yang belum mengkonsumsi garam
beryodium baru sekitar 62,8% (target 77%), Vitamin A Bufas 75,9% (target 90%) dan

Fe3 bumil hanya mencapai 56,8% dari target 74%.(Profil Pusk.Bowong Cindea,2011).

Hal yang juga menjadi dasar penting dalam pembentukan Kampung Kadarzi

Di Rappo Rappo Jawae Kelurahan Bori Appaka adalah dengan mengacu pada hasil

pemetaan Kadarzi pada tahun 2010 di Kelurahan Bori Appaka yang menunjukkan

bahwa kadarzi masih sangat perlu diperhatikan. Indikator menimbang berat badan

secara teratur hanya mencapai 71,5% , ASI eksklusif 49,9%, penggunaan garam

beryodium 53,2%, mengkonsumsi suplemen gizi 64,4% dan indikator mengkonsumsi

aneka ragam makanan sudah cukup baik yakni 71,5%.

Terkhusus hasil pemetaan kadarzi di Rappo Rappo Jawae Kelurahan Bori

Appaka adalah sebagai berikut, dari 25 rumah tangga , hanya 20% yang telah

mengkonsumsi garam beryodium, dan hanya 14,3% yang memberikan ASI eksklusif

pada bayinya, kemudian yang teratur mengkonsumsi suplemen gizi pada saat

dibutuhkan hanya 20%, sementara indikator yang lain telah cukup baik. Di samping

data hasil pemetaan kadarzi di Rappo Rappo Jawae tersebut, kondisi geografis dan

demografi dari Rappo Rappo Jawae menjadi dasar pertimbangan untuk dijadikan

sebagai Kampung Kadarzi.

Mengacu pada kenyataan itulah, sehingga kami sebagai Petugas Gizi di

Puskesmas Bowong Cindea merasa tertarik untuk menjadikan Kampung Rappo

Rappo Jawae yang berada di wilayah RW I Sengkae Kelurahan Bori Appaka

Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep sebagai “ Kampung Kadarzi “ yang

tentunya diharapkan dapat menjadi contoh pada kampung kampung yang lain untuk

dapat dijadikan Kampung Kadarzi berikutnya yang merupakan sebagai upaya

pemberdayaan dalam perbaikan gizi masyarakat.


B. Tujuan

1) Tujuan Umum

Untuk membangun kemandirian pemberdayaan dan kesadaran masyarakat di Rappo

Rappo Jawae Kelurahan Bori Appaka Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep

dalam mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya.

2) Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dibentuknya “ Kampung Kadarzi “ di Rappo Rappo Jawae

Kelurahan Bori Appaka Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep adalah sebagai

berikut :

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Kampung Kadarzi;

b. Meningkatkan pengetahuan tentang sejarah Kadarzi;

c. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang 5 ( lima ) indikator

Kadarzi;

d. Melaksanakan kegiatan – kegiatan yang mengarah pada peningkatan perilaku sadar

gizi;

e. Meningkatkan strategi promosi Keluarga Sadar Gizi ( Kadarzi );

Diposkan 20th June 2012 oleh ruslan hamid

Tambahkan komentar

Memuat

Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like