You are on page 1of 117

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

SKRIPSI
EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS KINERJA
KPP PRATAMA JAKARTA PALMERAH
DALAM PELAKSANAAN RENCANA STRATEJIK

Diajukan oleh:
K. M. RIZKA ARDHI
NPM: 08460004703

AJUN AKUNTAN
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Tahun 2005

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan


Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2009
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


NAMA : K. M. RIZKA ARDHI
NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004703
BIDANG SKRIPSI : MIPBK
JUDUL SKRIPSI : EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS
KINERJA KPP PRATAMA JAKARTA
PALMERAH DALAM PELAKSANAAN
RENCANA STRATEJIK
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi ini adalah hasil tulisan
saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin
atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya
melakukan tindakan plagiarisme saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar
yang telah diberikan.
Tangerang, Oktober 2009
Yang memberi pernyataan,

K. M. Rizka Ardhi
Saksi-saksi

1.
Iqbal Islami, Ak., MBA. Ketua Penguji
NIP 740000321

2.
Retno Utari, Ak., MBA. Anggota Penguji/Pembimbing
NIP 060066549

3.
Daniel Pangaribuan, SE, Ak., MM. Anggota Penguji
NIP

ii
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : K. M. RIZKA ARDHI

NOMOR POKOK MAHASISWA : 08460004703

BIDANG SKRIPSI : MIPBK

JUDUL SKRIPSI : EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS


KINERJA KPP PRATAMA JAKARTA
PALMERAH DALAM PELAKSANAAN
RENCANA STRATEJIK

Tangerang, Oktober 2009

Mengetahui Menyetujui

Direktur, Dosen Pembimbing,

Kusmanadji, Ak., MBA Retno Utari, Ak., MBA.


NIP. 196009151981121001 NIP. 196306221983022001

iii
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF

NAMA : K. M. RIZKA ARDHI

NOMOR POKOK MAHASISWA : 04860004703

BIDANG SKRIPSI : MIPBK

JUDUL SKRIPSI : EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS


KINERJA KPP PRATAMA JAKARTA
PALMERAH DALAM PELAKSANAAN
RENCANA STRATEJIK

Tangerang, Oktober 2009

3. Ketua Penguji

Iqbal Islami, Ak., MBA.


NIP 740000321

4. Anggota Penguji/Pembimbing

Retno Utari, Ak., MBA.


NIP 196306221983022001

3. Anggota Penguji

Daniel Pangaribuan, SE, Ak., MM.


NIP 195807281981011001

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya yang telah mengizinkan penulis menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa Allah SWT memberikan kesempatan tersebut melalui kasih

sayang yang tak pernah putus dari orang tua dan kerja sama yang dijalin dari berbagai

pihak baik langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang sifatnya membangun sangat diharapkan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan

penulis sangat menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat dalam

penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis

menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Ayah dan Ibu, Cek dan Kak Sueb, Acik dan Kak Dedek, Ayuk Icha dan Bang

Edi, Ayuk Ni dan Bang Tomi, Ayuk Titiem, Dadan, serta Adek yang selalu

mendoakan, memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Retno Utari, Ak., MBA yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar

telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Kusmanadji, Ak., MBA, selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi

Negara.

v
4. Bapak Margono, Ak., MM yang telah memberikan penilaian atas rencana

penulisan skripsi ini.

5. Ibu Sri Rahayu Tresnawati, SS, MSE yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan koreksi atas teknis penulisan skripsi ini.

6. Segenap dosen STAN yang telah memberikan value dan ilmunya kepada penulis

selama kuliah.

7. Seluruh pimpinan dan pegawai KPP Pratama Jakarta Palmerah yang telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Mas Tri, Bagus, Yudha, dan Mas Heru yang telah memberikan dukungan dan

nasehat kepada penulis.

9. Rekan-rekan D IV dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Semoga segala amal baik yang diberikan semua pihak mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT dan dengan kerendahan hati penulis menerima segala

perbaikan, masukan maupun kritik dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Amin.

Tangerang, Oktober 2009

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................... ii

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI…………………………………………… iii

PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF……...………………….. iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. vi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL……………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Penelitian…………………………………………………... 1

B. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………... 3

C. Masalah Penelitian……………………………………………….................. 3

D. Tujuan Penelitian………………………………………………………….... 3

E. Manfaat Penelitian………………………………………………………….. 3

F. Metodologi Penelitian……………………………………………................. 4

G. Sistematika Pembahasan…………………………………………................. 4

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………….…………... 7

A. Konsep Akuntabilitas...................................................................................... 7

B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)........................................ 8

1. Pengertian AKIP............................................................................................. 8

2. Perencanaan Stratejik...................................................................................... 9

a. Pengertian Perencanaan Stratejik.................................................................... 9

vii
b. Manfaat Perencanaan Stratejik........................................................................ 10

c. Unsur Perencanaan Stratejik........................................................................... 10

1). Visi.................................................................................................................. 11

2). Misi................................................................................................................. 12

3). Tujuan............................................................................................................. 12

4). Sasaran............................................................................................................ 13

5). Kebijakan................................................................................................. 14

6). Program........................................................................................................... 14

7). Kegiatan.......................................................................................................... 15

8). Faktor-faktor Kunci Keberhasilan.................................................................. 15

3. Perencanaan Kinerja....................................................................................... 16

4. Pengukuran Kinerja......................................................................................... 18

5. Evaluasi Kinerja.............................................................................................. 19

C. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)........................ 20

1. Definisi LAKIP............................................................................................... 20

2. Dasar Hukum LAKIP...................................................................................... 20

3. Prinsip-prinsip LAKIP.................................................................................... 21

4. Format LAKIP................................................................................................ 22

5. Aspek Pendukung yang Diungkapkan dalam LAKIP..................................... 24

BAB III DATA PADA KPP PRATAMA JAKARTA PALMERAH………… 25

A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Palmerah......................................... 25

1. Dasar Hukum, Tugas, dan Fungsi KPP Pratama Jakarta

viii
Palmerah.......................................................................................................... 25

2. Struktur Organisasi......................................................................................... 26

3. Lingkungan Strategis yang Berpengaruh........................................................ 27

4. Sumber Daya Manusia.................................................................................... 28

5. Kewajiban Menyampaikan LAKIP Bagi KPP Pratama Jakarta

Palmerah.......................................................................................................... 30

B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) KPP Pratama

Jakarta Palmerah Tahun 2008......................................................................... 31

1. Rencana Stratejik............................................................................................ 31

a. Pernyataan Visi............................................................................................... 32

b. Pernyataan Misi............................................................................................... 32

c. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Program Instansi........................................ 33

2. Rencana Kinerja.............................................................................................. 34

3. Akuntabilitas Kinerja...................................................................................... 34

a. Indikator Kinerja............................................................................................. 34

b. Pengukuran Kinerja......................................................................................... 35

c. Evaluasi dan Analisis Kinerja......................................................................... 35

d. Data Akuntabilitas Kinerja.............................................................................. 38

e. Akuntabilitas Keuangan.................................................................................. 38

C. Simpulan Hasil Evaluasi Keseluruhan............................................................ 39

D. Pengungkapan Strategi Pemecahan Masalah.................................................. 39

E. Tujuan dan Format LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah.......................... 40

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 41

ix
A. Tinjauan Kesesuaian LAKIP dengan Peraturan yang Berlaku....................... 41
B. Evaluasi atas Rencana Stratejik...................................................................... 45

1. Visi.................................................................................................................. 45

2. Misi................................................................................................................. 48

3. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Program Instansi........................................ 49

C. Evaluasi atas Rencana Kinerja........................................................................ 53

D. Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja................................................................ 58

1. Indikator Kinerja............................................................................................. 58

2. Pengukuran Kinerja......................................................................................... 60

3. Evaluasi dan Analisis Kinerja......................................................................... 61

4. Data Akuntabilitas Kinerja.............................................................................. 69

5. Aspek Keuangan............................................................................................. 70

E. Evaluasi atas Aspek Pendukung Lainnya....................................................... 72

F. Evaluasi atas Pengungkapan Lingkungan Strategis Organisasi...................... 73

G. Evaluasi atas Simpulan Hasil Evaluasi Keseluruhan...................................... 74

H. Evaluasi atas Pengungkapan Strategi Pemecahan Masalah............................ 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 77

A. Simpulan......................................................................................................... 77

B. Saran................................................................................................................ 79

LAMPIRAN.......................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 103

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. 105

x
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar II.1 Skema Value for Money……………………………………….. 17

Tabel III.1 Perincian Jabatan………………………………………………. 28

Tabel III.2 Perincian Golongan……………………………………………. 29

Tabel III.3 Perincian Tingkat Pendidikan…………………………………. 29

Tabel III.4 Aspek Keuangan KPP Pratama Jakarta Palmerah Tahun 2008.. 39

Tabel IV.1 Pemenuhan Kriteria Sasaran yang Baik Menurut Modul LAN

dan BPKP.................................................................................... 52

Tabel IV.2 Ketidaksesuaian antara Komponen Renstra di Formulur PKK

dengan Komponen Renstra di Narasi LAKIP............................. 66

Tabel IV.3 Perbandingan Kinerja Kegiatan Berdasarkan Pengukuran

Kinerja pada Formulir PKK........................................................ 69

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Bagan Organisasi KPP Pratama Jakarta Palmerah…………….. 82

Lampiran II Rencana Kinerja KPP Pratama Jakarta Palmerah Tahun 2008... 83

Lampiran III Format Standar Formulir PPS Menurut Lampiran Keputusan

Kepala LAN No : 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan

Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP...................................... 86

Lampiran IV Format Standar Formulir PKK Menurut Lampiran Keputusan

Kepala LAN No : 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan

Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP...................................... 87

Lampiran V Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 2008............................. 88

Lampiran VI Pengukuran Kinerja Kegiatan Tahun 2008................................. 89

Lampiran VII Evaluasi Kegiatan Berdasarkan Kriteria SMART...................... 101

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Semangat reformasi yang dimulai sejak tahun 1998 bertekad mengedepankan

sistem pemerintahan yang bersih dan transparan. Pemerintahan yang bersih dapat

diartikan sebagai pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Transparansi berarti adanya keterbukaan informasi kepada seluruh masyarakat

Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu tata kelola pemerintahan yang baik demi

mewujudkan semangat reformasi tersebut. Sebagai bukti atas komitmennya terhadap

penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik, pemerintah mengeluarkan

Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP).

Iklim pemerintahan yang baik, termasuk mengenai praktik-praktik akuntabilitas

sebagaimana diamanatkan dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999, telah mulai

dikembangkan terhadap instansi pemerintah. Salah satu langkah yang diambil

pemerintah adalah melaksanakan reformasi birokrasi, yang dimulai pada Departemen

Keuangan dan akan diikuti oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen

lainnya, demi meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih efektif, efisien,

1
2

bersih, dan bertanggung jawab.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP), sebagai salah satu instansi yang berada di bawah

lingkungan Departemen Keuangan, ikut memberikan perhatian yang besar dalam

upaya pemerintah memperbaiki administrasi publik di Indonesia. Sesuai dengan tugas

dan fungsinya di bidang perpajakan, DJP berupaya untuk terus memperbaiki dan

meningkatkan kinerja melalui suatu sistem administrasi perpajakan yang modern dan

pelayanan prima kepada Wajib Pajak. Di samping itu, Inpres Nomor 7 Tahun 1999

tentang AKIP menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah sampai tingkat eselon II

harus memiliki Perencanaan Stratejik. DJP telah menyusun suatu Rencana Stratejik

yang dapat memberikan arah yang jelas dalam pencapaian tujuan dan sasarannya,

yang kemudian akan dijabarkan lebih lanjut ke dalam Renstra Unit Eselon II dan

diturunkan kembali kepada Unit Eselon III.

Demikian halnya dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta

Palmerah yang merupakan instansi vertikal setingkat eselon III di lingkungan DJP.

Meskipun merupakan penjabaran lebih lanjut atas Renstra Unit Eselon II di atasnya

(Kantor Wilayah), perencanaan stratejik pada KPP Pratama Jakarta Palmerah tetap

menjadi suatu langkah awal yang penting guna mendukung tercapainya tujuan

organisasi secara keseluruhan. Demi memenuhi pelaksanaan AKIP, KPP Pratama

Jakarta Palmerah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) yang memuat Rencana Stratejik beserta evaluasi kinerja dan analisis

akuntabilitas selama suatu periode. Berdasarkan alasan tersebut di atas, penulis

tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: ”EVALUASI ATAS AKUNTABILITAS


3

KINERJA KPP PRATAMA JAKARTA PALMERAH DALAM PELAKSANAAN

RENCANA STRATEJIK.”

B. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada

LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah Tahun 2008, dimana LAKIP tersebut akan

dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dievaluasi.

C. Masalah Penelitian

Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian skripsi ini adalah apakah AKIP

yang dilaporkan oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah telah mendukung pelaksanaan

Rencana Stratejik.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh pemahaman atas perencanaan stratejik yang ada pada KPP Pratama

Jakarta Palmerah beserta penerapannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman atas pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (AKIP) pada KPP Pratama Jakarta Palmerah

3. Melakukan evaluasi atas akuntabilitas kinerja KPP Pratama Jakarta Palmerah

dalam melaksanakan rencana stratejiknya.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelititan dalam skripsi ini diharapkan berguna untuk untuk :

1. Penulis, dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama pendidikan di

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.


4

2. Objek penelitian yaitu KPP Pratama Jakarta Palmerah, sebagai bahan masukan

dalam menyusun Rencana Stratejik dan melaporkan AKIP di masa mendatang.

3. Masyarakat umum, sebagai tambahan ilmu pengetahuan aplikatif dalam bidang

manajemen instansi pemerintah berbasis kinerja.

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Penelitian Kepustakaan.

Penelitian ini meliputi kegiatan mengumpulkan data dan informasi dari sumber

bacaan yang terkait dan mendukung penulisan skripsi ini seperti artikel, buku, bahan

kuliah, majalah, internet dan media cetak lainnya.

2. Penelitian Lapangan.

Kegiatan ini meliputi penelitian langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Palmerah untuk memperoleh data-data aktual berupa data kuantitatif dan

kualitatif yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi baik melalui wawancara,

pengamatan langsung, maupun melakukan penelitian dokumen terkait.

G. Sistematika Pembahasan

Tulisan ini terbagi dalam lima bab dan tiap bab terbagi dalam subbab-subbab

dengan urutan pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang penelitian, ruang lingkup

penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian yang digunakan untuk memperoleh bahan penulisan skripsi ini, serta
5

sistematika pembahasan yang menggambarkan garis besar/pokok-pokok pembahasan

secara menyeluruh.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang mendasari penulis dalam

melakukan pembahasan, yang terdiri dari konsep akuntabilitas secara umum,

pengertian perencanaan stratejik beserta manfaat dan unsur-unsurnya, pengertian

perencanaan kinerja, pengertian pengukuran kinerja, pengertian evaluasi kinerja, dan

konsep Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) beserta pelaporannya.

BAB III DATA DAN FAKTA PADA KPP PRATAMA JAKARTA

PALMERAH

Bab ini berisi uraian ringkas hasil penelitian di lapangan yang dilakukan oleh penulis.

Uraian tersebut meliputi gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta

Palmerah yang membahas dasar hukum, tugas dan fungsi serta struktur organisasi,

lingkungan strategis yang berpengaruh, sumber daya manusia yang tersedia,

kewajiban menyampaikan LAKIP bagi instansi, rencana stratejik dan rencana kinerja

yang telah disusun, akuntabilitas yang dilaporkan dalam LAKIP, pengungkapan

strategi pemecahan masalah, serta tujuan dan format LAKIP yang telah disusun oleh

KPP Pratama Jakarta Palmerah.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis dengan membandingkan teori

yang telah dikemukakan pada Bab II dengan fakta-fakta di lapangan yang diuraikan

dalam bab III.


6

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini penulis akan mengambil simpulan berdasarkan hasil analisis

yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta akan mencoba untuk memberikan

saran-saran perbaikan yang menurut penulis perlu.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Akuntabilitas

Modul Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Departemen Dalam Negeri

(Depdagri) (2007, 12) menyebutkan bahwa: ”Ide dasar dari akuntabilitas adalah

kemampuan seseorang atau organisasi atau penerima amanat untuk memberikan

jawaban kepada pihak yang memberikan amanat atau mandat tersebut”. Selanjutnya

LAN dalam Lampiran Keputusan Kepala LAN Nomor: 239/IX/6/8/2003 tentang

Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP mendefinisikan akuntabilitas sebagai berikut:

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau


untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Selain itu dalam Lampiran Keputusan Kepala LAN Nomor: 239/IX/6/8/2003 juga

terdapat definisi kinerja, yaitu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi.

Mardiasmo (2002, 20-21) mendefinisikan akuntabilitas publik sebagai berikut:

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk


memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak

7
8

pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut.

Ia juga menganggap bahwa akuntabilitas berbeda dengan stewardship karena konsep

stewardship tidak menuntut adanya pertanggungjawaban. Dalam hal ini, akuntabilitas

bersifat lebih luas daripada stewardship.

Instansi pemerintah termasuk ke dalam organisasi sektor publik yang memiliki

tujuan berbeda dengan organisasi sektor komersial. Tujuan utama sektor publik

adalah melayani dan mensejahterakan masyarakat, bukan semata-mata mencari

keuntungan. Instansi pemerintah menghimpun dan menggunakan dana dari

masyarakat dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, menurut

Muindro Renyowijoyo (2008, 11) sektor publik bertanggung jawab baik secara

vertikal maupun horizontal, yaitu kepada atasan dalam struktur organisasi dan kepada

masyarakat umum melalui perwakilan di parlemen.

B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)

1. Pengertian AKIP

Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP (2003, 3), AKIP adalah:

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu


instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.

Dalam Inpres No. 7 Tahun 1999 disebutkan bahwa AKIP dilaksanakan oleh

instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam pencapaian misi dan

tujuan organisasi. Terdapat tiga komponen pokok dalam suatu sistem AKIP, yaitu

Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), serta Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Untuk dapat menyusun LAKIP,


9

suatu instansi terlebih dahulu harus mempunyai Renstra dan RKT. Renstra dan RKT

ini harus dibuat di awal tahun dan disampaikan kepada instansi vertikal unit pelapor

untuk menjamin objektifitas pelaksanaan AKIP.

2. Perencanaan Stratejik

a. Pengertian Perencanaan Stratejik

Pengertian perencanaan stratejik dari Anthony dan Govindarajan yang

diterjemahkan oleh F. X. Kurniawan Tjakrawala (2002, 301) adalah ”proses

memutuskan program-program yang akan diambil organisasi dan perkiraan jumlah

sumber daya yang dialokasikan untuk masing-masing program selama beberapa tahun

ke depan.” Mardiasmo (2002, 54) mendefinisikan perencanaan stratejik sebagai

berikut: “Perencanaan stratejik adalah proses penentuan program-program, aktivitas,

atau proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah

alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan.” Menurut Modul dari Lembaga

Administrasi Negara (LAN) dan Badan Pengawasan keuangan dan Pembangunan

(BPKP) (2000, 2) pengertian dari perencanaan strategik adalah sebagai berikut :

“Perencanaan Strategik merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan

mendasar yang dibuat oleh pimpinan puncak untuk diimplementasikan oleh seluruh

jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.”

Menurut Inpres No.7 tahun 1999, yang dimaksud dengan perencanaan stratejik

adalah:

Perencanaan stratejik merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang
ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun dengan
memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
Rencana stratejik mengandung visi, misi, tujuan/sasaran, dan program yang realistis
dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai.
10

b. Manfaat Perencanaan Stratejik

Menurut Mardiasmo (2002, 56), perencanan stratejik mempunyai manfaat bagi


organisasi antara lain:
1). Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif.
2). Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan.
3). Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang
optimal (efektif dan efisien).
4). Sebagai rerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek (short term action).
5). Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara
lebih jelas.
6). Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi.

Menurut Modul LAN dan BPKP (2000, 4-5) perencanaan stratejik mempunyai

manfaat:

1). Untuk merencanakan perubahan dalam lingkungan yang semakin kompleks.


2). Untuk pengelolaan keberhasilan.
3). Berorientasi pada masa depan.
4). Adaptif.
5). Pelayanan prima (service excellence).
6). Meningkatkan komunikasi.

c. Unsur Perencanaan Stratejik

Menurut Fred R. David yang diterjemahkan oleh Ichsan Setiyo Budi (2008,
13-17) unsur-unsur perencanaan stratejik meliputi: pernyataan misi, peluang dan
ancaman eksternal, kekuatan dan kelemahan internal, sasaran jangka panjang,
strategi, sasaran tahunan, kebijakan. Untuk instansi pemerintah, Modul LAN dan
BPKP (2000, 6-36) menyebutkan unsur-unsur perencanaan stratejik meliputi:
1). Visi.
2). Misi.
3). Faktor-faktor kunci keberhasilan (berdasarkan analisis SWOT).
4). Tujuan.
5). Sasaran.
6). Penentuan cara mencapai tujuan / sasaran yang terdiri :
a). Kebijakan.
b). Pogram.
c). Kegiatan.

Berikut ini merupakan definisi dari unsur-unsur perencanaan stratejik yang


telah dikemukakan sebelumnya.
11

1) Visi

Ichsan Setiyo Budi (2008, 70) menerjemahkan pendapat Fred R. David yang
menganggap visi sebagai pernyataan yang seharusnya mampu menjawab
pertanyaan “apa yang ingin kita capai?” Dari pendapat ini kita dapat melihat bahwa
visi merupakan kondisi ideal di masa mendatang yang belum terwujud saat ini.
Menurut Modul LAN dan Depdagri (2007, 16), “Visi merupakan bayangan
organisasi di masa depan dan biasanya berisi cita-cita dan citra yang ingin
diwujudkan organisasi.” Sedangkan menurut Inpres no. 7 tahun 1999 dan menurut
Modul LAN dan BPKP (2000, 9): “Visi adalah cara pandang jauh ke depan
kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif.
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan oleh instansi pemerintah.”
Penetapan visi bagi suatu organisasi mempunyai tujuan yang akan dicapai.
Adapun tujuan penetapan sebuah visi bagi suatu organisasi yang dituangkan dalam
Modul LAN dan BPKP (2000, 7-8) adalah:
a). Mencerminkan apa yang ingin dicapai oleh suatu organiasai.
b). Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas.
c). Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan stratejik.
d). Memiliki orientasi terhadap masa depan.
e). Menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan organisasi.
f). Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

Adapun mengenai bagaimana kriteria sebuah visi yang baik menurut Modul
LAN dan BPKP (2000, 9) adalah:
a). Dapat dibayangkan oleh seluruh jajaran organisasi (imaginable).
b). Memiliki nilai yang memang diinginkan oleh anggota organisasi (desirable).
c). Memungkinkan untuk dicapai.
d). Terfokus pada permasalahan utama instansi agar dapat beroperasi secara 3E
e). Berwawasan jangka panjang dan tidak mengabaikan perkembangan jaman.
f). Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh jajaran organisasi.

2) Misi

Modul LAN dan BPKP (2000, 11) mendefinisikan misi sebagai berikut: “Misi
merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan
mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana
melakukannya.” Definisi misi menurut Modul LAN dan Depdagri, ”Misi adalah
pernyataan hal-hal yang harus dilaksanakan organisasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.”
Menurut Inpres no. 7 tahun 1999 suatu misi didefinisikan sebagai:
12

Sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan


organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik, dengan pernyataan misi
tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat
mengenal instansi pemerintah, dan mengetahui peran dan program-programnya
serta hasil yang akan diperoleh di masa mendatang.

3) Tujuan

Poister (2003, 59) mendefinisikan tujuan (goal) sebagai berikut: ”Goals are
general statements about the results to be produced by the program....” Definisi ini
memberikan pemahaman bahwa tujuan bersifat lebih umum dan akan dicapai
melalui pelaksanaan program-program yang lebih rinci. Menurut modul LAN dan
BPKP (2000, 19) “Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan
dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun.” Menurut Inpres
No.7 tahun 1999, ”Tujuan merupakan penjabaran/implementasi dari pernyataan
misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka
waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan.”
4) Sasaran

Menurut Modul LAN dan BPKP (2000, 23) serta Inpres No. 7 tahun 1999,”
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau
dihasilkan oleh instansi pemerintah dalam jangka waktu tahunan, semesteran,
triwulanan atau bulanan. Sasaran diusahakan dalam bentuk kuantitatif sehingga
dapat diukur.” Poister (2003, 59) mengemukakan hubungan antara tujuan (goal)
dan sasaran (objective) sebagai berikut: ”Whereas goals are often formulated as
very general, often timeless, sometimes idealized outcomes, objectives should be
specified in more concrete terms,….”
Agar sasaran dapat diukur, perlu dirancang suatu indikator sasaran. Menurut
Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP (2003, 8), ”indikator sasaran adalah ukuran
tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun
bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai dengan rencana tingkat capaiannya
(targetnya) masing-masing.” Indikator sasaran tersebut meliputi : masukan
(inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dampak
(impacts).
Adapun kriteria sasaran yang baik menurut Modul LAN dan BPKP (2000, 23-
24) adalah:
a). Spesifik.
b). Dapat dinilai dan terukur.
c). Menantang namun dapat dicapai.
d). Berorientasi pada hasil.
e). Dapat dicapai dalam waktu satu tahun atau berlaku pada masa sekarang.
5) Kebijakan
13

Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP (2003, 8), definisi kebijakan


adalah sebagai berikut:
Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam
pengembangan atau pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran
dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi instansi
pemerintah.

Menurut Modul LAN dan BPKP (2000, 28), kebijakan merupakan kumpulan
keputusan-keputusan yang:
a). Menentukan secara teliti tentang bagaimana strategi akan dilaksanakan atau
dengan kata lain kebijaksanaan merupakan pedoman pelaksanaan tindakan atau
kegiatan tertentu.
b). Mengatur suatu mekanisme tindakan lanjutan untuk pelaksanaan pencapaian
tujuan dan sasaran.
c). Menciptakan kebijakan mengarahkan pada kondisi-kondisi dimana setiap pejabat
dan pelaksana di organisasi mengetahui tentang apakah mereka memperoleh
dukungan untuk bekerja dan mengimplementasikan keputusan

6) Program

Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP (2003, 9), “Program adalah

kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang

dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah atau dalam rangka kerja

sama dengan masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu.”

Menurut Modul LAN dan BPKP (2000, 34) agar program kerja dapat
dilaksanakan secara realistis, maka diperlukan upaya-upaya:
a). Keterkaitan antara visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijaksanaan dengan program
kerja.
b). Koordinasi program kerja.
c). Program kerja operasional hendaknya cukup sederhana.
d). Setiap pimpinan unit harus memberikan kontribusi.
e). Memandang masa lampau, berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan
datang.
f). Memperhatikan prioritas.

7) Kegiatan

Kegiatan menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP (2003, 13) adalah


14

”tindakan nyata dalam waktu tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah sesuai

dengan kebijaksanaan dan program yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu.” Menurut Modul

LAN dan BPKP (2000, 35), aktivitas atau kegiatan adalah ”kegiatan organisasi yang

merupakan penjabaran kebijaksanaan sebagai arah dari pencapaian tujuan dan

sasaran yang akan memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi organisasi.”

Kriteria kegiatan adalah:


a). Specific, kegiatan harus menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan .
b). Measurable, kegiatan harus terukur dan dapat dipastikan waktu dan tingkat
pencapaiannya.
c). Aggressive but attainable, kegiatan harus harus cukup menantang namun masih
dalam ruang tingkat keberhasilannya
d). Result oriented, kegiatan harus menspesifikasi hasil yang ingin dicapai.
e). Time bound : kegiatan harus dapat direalisasikan dalam suatu batasan waktu
tertentu. Waktu hendaknya relatif pendek mulai dari beberapa minggu sampai
beberapa bulan, dan tidak lebih dari 1 (satu) tahun.

8) Faktor-faktor Kunci Keberhasilan (critical success factors)

Menurut Modul LAN dan BPKP (2000, 15) faktor-faktor kunci keberhasilan

adalah “topik atau bidang yang berkaitan secara luas dengan misi, dalam hal mana

kinerja sangat dipengaruhi oleh bagaimana suatu organisasi atau pelanggan menerima

sukses atau kegagalan dari suatu misi organisasi.” Faktor-faktor kunci keberhasilan

merupakan hal yang sangat kritikal bagi eksistensi organisasi karena mampu

memberikan fokus dalam mencapai misi organisasi.

Adapun kriteria faktor-faktor kunci keberhasilan menurut Modul LAN dan


BPKP (2000, 16) yang perlu diperhatikan adalah:
a). Penting untuk pencapaian keseluruhan tujuan dan sasaran organisasi.
b). Dapat diukur dan dikendalikan oleh organisasi.
c). Sebaiknya tidak terlalu banyak, karena tidak semua merupakan kunci.
d). Dinyatakan sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan.
e). Dapat diterapkan diberbagai organisasi sejenis dengan tujuan dan strategi yang
15

sama.
f). Bersifat hirarkis.

3. Perencanaan Kinerja

Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP (2003, 4), ”Perencanaan kinerja

merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan

program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik.” Modul

LAN dan Depdagri (2007, 27) mendefinisikan perencanaan kinerja sebagai berikut:

“Perencanaan kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan di depan

untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa yang akan datang.”

Adapun hasil yang diharapkan dari proses perencanaan kinerja adalah rencana kinerja

yang berisi informasi tentang target kinerja beserta indikatornya.

Penetapan indikator kinerja merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses

perencanaan kinerja karena indikator kinerja dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan atau kegagalan suatu instansi pemerintah. Indikator kinerja yang tepat

dapat disusun dengan memperhatikan elemen-elemen value for money yang terdiri

dari ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Mardiasmo (2002, 4) menganggap value for

money sebagai konsep pengelolaan organisasi sektor publik dan kemudian

menjelaskan ketiga elemen utamanya sebagai berikut:

a. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah
b. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.
c. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.

Hubungan ketiga elemen value for money dapat digambarkan seperti pada Gambar

II.1.
16

Gambar II.1
Skema Value for Money
Ekonomi Efisiensi Efektivitas

Nilai Input Input Output Outcome


(Rp)

Sumber: Mardiasmo. Edisi II. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:


Penerbit Andi. Hal. 5.

Menurut Modul LAN dan Depdagri (2007, 29-30), pada umumnya terdapat lima

macam indikator kinerja, yaitu:

a. Indikator kinerja input (masukan) adalah indikator segala sesuatu yang dibutuhkan
agar pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan.
b. Indikator kinerja output (keluaran) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik.
c. Indikator kinerja outcome (hasil) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
d. Indikator kinerja benefit (manfaat) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan.
e. Indikator kinerja impact (dampak) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.

Selanjutnya Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP menghendaki indikator

kinerja yang ditetapkan memiliki karakteristik spesifik dan jelas, dapat diukur secara

objektif, relavan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, serta tidak bias.

4. Pengukuran Kinerja

Menurut Theodore H. Poister (2003, 3-4) pengertian pengukuran kinerja adalah:

”...process of defining, observing, and using such measures.” Measures yang

dimaksud dalam pengertian tersebut adalah ukuran kinerja, yaitu: “…objective,

quantitative indicators of various aspects of the performance of public programs or


17

agencies.” Dengan kata lain, ukuran kinerja tersebut sama dengan indikator kinerja

yang telah ditetapkan pada perencanaan kinerja.

Dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP (2003, 4) disebutkan mengenai

definisi pengukuran kinerja sebagai berikut:

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai


keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi,
dan strateji instansi pemerintah.

Mengapa harus ada pengukuran kinerja pada instansi pemerintah? Modul LAN

dan Depdagri (2007, 3) mengutip pernyataan Audit Commission mengenai maksud

diperlukannya suatu pengukuran kinerja. Ada dua alasan penting, yaitu:

a. Perbaikan pelayanan publik

b. Perbaikan akuntabilitas

Adapun manfaat pengukuran kinerja yang disampaikan oleh Theodore H. Poister

(2003, 10) adalah untuk mendukung berbagai fungsi manajemen, antara lain:

a. Pemantauan dan pelaporan

b. Perencanaaan stratejik

c. Manajemen keuangan dan penganggaran

d. Manajemen program

e. Evaluasi program

f. Manajemen kinerja

g. Perbaikan proses dan kualitas

h. Manajemen kontrak

i. Benchmarking eksternal
18

j. Komunikasi dengan publik

Modul LAN dan BPKP (2000, 45) menyatakan bahwa: ”Pengukuran kinerja

merupakan jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas.” Artinya

suatu instansi dapat dikatakan berhasil atau gagal dalam mencapai visi dan misinya

apabila telah dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator-indikator

tertentu.

5. Evaluasi kinerja

Evaluasi merupakan bagian dari salah satu fungsi manajemen, yaitu fungsi

pengendalian (controlling). Fred R. David (2008, 178) mengungkapkan bahwa:

”fungsi pengendalian (controlling) dari manajemen mencakup semua aktivitas yang

dijalankan untuk memastikan operasi aktual sesuai dengan operasi yang

direncanakan.” Dengan kata lain, evaluasi juga merupakan aktivitas yang

dilaksanakan demi menjaga tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai.

Menurut Tim Studi Pengembangan SAKIP (2005, 2), definisi evaluasi adalah

sebagai berikut: ”Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai,

atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan, serta pemberian solusi atas

permasalahan yang ditemukan.” Dari definisi tersebut kita dapat mengetahui bahwa

evaluasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai masalah yang timbul di masa

lalu maupun masalah yang sedang berjalan. Dengan adanya evaluasi ini diharapkan

muncul solusi yang dapat digunakan demi perbaikan di masa mendatang. Dalam hal

ini evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap LAKIP merupakan evaluasi terhadap

kinerja di masa lalu.


19

Selanjutnya Tim Studi Pengembangan SAKIP (2005, 8) menyebutkan beberapa

tujuan evaluasi LAKIP, yaitu:

a. Memberikan analisis kritis dan penilaian terhadap implementasi sistem AKIP


b. Memberikan saran perbaikan terhadap implementasi sistem AKIP
c. Memberikan saran ataupun rekomendasi yang penting guna peningkatan kinerja
organisasi instansi dan peningkatan akuntabilitasnya.

C. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

1. Definisi LAKIP

Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor

239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (2003, 4), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) didefinisikan sebagai dokumen yang berisi gambaran

perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang disusun dan

disampaikan secara sistematik dan melembaga. Dengan kata lain, LAKIP merupakan

alat penyampaian akuntabilitas instansi pemerintah atas apa yang telah dikerjakan

selama periode tertentu.

2. Dasar Hukum LAKIP

Semangat reformasi yang diusung oleh mahasiswa kini telah membuahkan dasar-

dasar perubahan di bidang manajemen pemerintahan. Dimulai dengan penetapan Tap

MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta dilanjutkan dengan penetapan Undang-undang

Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, setiap unit organisasi pemerintah dituntut untuk
20

terus berbenah diri baik dari segi kelembagaan maupun segi aparaturnya dalam

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Pemerintah, dalam hal ini Presiden, mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 7

Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah untuk menindaklanjuti

semangat yang terkandung dalam Tap MPR No. XI/MPR/1998 dan UU No. 28 Tahun

1999. Dalam kaitannya dengan LAKIP, Presiden menginstruksikan kepada Kepala

Lembaga Administrasi Negara untuk membuat pedoman penyusunan pelaporan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah paling lambat awal tahun 2000/2001.

Atas penugasan yang diberikan Presiden, Kepala LAN menerbitkan Keputusan

Kepala LAN Nomor 589/IX/6/Y/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pedoman tersebut kemudian

disempurnakan dengan terbitnya Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Dengan adanya pedoman ini, setiap instansi pemerintah diharapkan dapat

menyelenggarakan dan melaporkan AKIP dengan benar dan tepat sehingga kesan

publik bahwa lembaga pemerintah kental dengan urusan birokrasi yang lamban, tidak

efektif dan efisien dapat berangsur-angsur berkurang atau bahkan menghilang.

3. Prinsip-prinsip LAKIP

Penyusunan LAKIP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana

dimaksud dalam Modul LAN dan Depdagri (2007, 19), yaitu:

a. Prinsip lingkup pertanggungjawaban (adanya responsibility center),

sehingga lingkupnya jelas. Hal-hal yang dikendalikan (controllable) maupun yang


21

tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) oleh pihak yang melaporkan harus dapat

dimengerti pembaca laporan.

b. Prinsip pengecualian, yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan

relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang

bersangkutan.

c. Prinsip perbandingan, laporan dapat memberikan gambaran keadaan

masa yang dilaporkan dibandingkan dengan periode-periode lain atau unit/instansi

lain.

d. Prinsip akuntabilitas, sejalan dengan prinsip pertanggungjawaban dan

prinsip pengecualian, maka prinsip ini mensyaratkan bahwa yang terutama

dilaporkan adalah hal-hal yang dominan yang membuat sukses atau gagalnya

pelaksanaan rencana.

e. Prinsip manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada

biaya penyusunannya.

4. Format LAKIP

Salah satu ciri laporan yang baik adalah terstandarisasi. Mengenai format

standar pelaporan AKIP ini, Pedoman Penyusunan LAKIP (2003, 28)

menyebutkan sebagai berikut: “ Agar LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan

balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan, maka bentuk dan isinya perlu

diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan masing-masing instansi pemerintah.”

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa pembuatan format standar untuk
22

LAKIP ditujukan untuk memudahkan pihak eksternal untuk mengakses dan

mengevaluasinya. Kendatipun demikian, tetap dimungkinkan berbagai variasi

dalam penyajiannya.

Format standar pelaporan AKIP diatur dalam Keputusan Nomor 239/IX/6/8/2003

tertanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yaitu sekurang-kurangnya terdiri dari:

ikhtisar eksekutif, pendahuluan, rencana stratejik, rencana kinerja, akuntabilitas

kinerja, penutup, dan lampiran-lampiran. Modul LAN dan Depdagri (2007, 21-22)

menggambarkan outline LAKIP sebagai berikut:

Sampul Depan
Pengantar
Ringkasan Eksekutif
Daftar Isi

I Pendahuluan
Latar Belakang
Tugas Pokok dan Fungsi Instansi
Analisis Perkembangan Stratejik
II Rencana Stratejik
Rencana Stratejik
Rencana Kinerja
III Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas Keuangan
IV Penutup
Lampiran-lampiran

Dalam sistem AKIP sesuai dengan Keputusan Nomor 239/IX/6/8/2003, dikenal

konsep Rencana Kinerja (Renja) atau Rencana Kinerja Tahunan (RKT). RKT harus

disusun pada awal tahun anggaran oleh instansi yang diwajibkan untuk membuat

LAKIP. RKT ini memuat rencana capaian kinerja untuk tahun yang bersangkutan.
23

Rencana kinerja inilah yang akan dibandingkan dengan realisasi kinerja dalam

LAKIP. RKT ini harus diungkapkan juga dalam LAKIP, yaitu di Bab II bersama

dengan Rencana Stratejik Instansi. Instansi juga diwajibkan membuat indikator

sasaran untuk tiap-tiap sasaran yang dimuat dalam Renstranya. Penyajian informasi

pengukuran kinerja instansi difokuskan pada pencapaian sasaran melalui pelaksanaan

akivitas ataupun program. Formulir yang digunakan untuk pengukuran dan evaluasi

kinerja menggunakan 2 formulir, yaitu formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)

dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS).

5. Aspek Pendukung yang Diungkapkan dalam LAKIP

Di samping melaporkan akuntabilitas kinerja, LAKIP juga perlu memuat

pertanggungjawaban aspek pendukung yang terdiri dari:

a. Aspek keuangan.

b. Aspek sumber daya manusia.

c. Aspek sarana dan prasarana.

d. Metode kerja, pengendalian manajemen, dan kebijaksanaan lain yang mendukung

pelaksanaan tugas utama instansi.

Menurut Modul LAN dan BPKP (2000, 48), agar pengungkapan akuntabilitas

aspek-aspek pendukung tidak tumpang tindih dengan pengungkapan akuntabilitas

kinerja, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Uraian pertanggungjawaban keuangan dititikberatkan kepada perolehan dan


penggunaan dana, baik dana yang berasal dari alokasi APBN maupun dana yang
berasal dari penggunaan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).
24

b. Uraian pertanggungjawaban SDM dititikberatkan pada penggunaan dan


pembinaan dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja yang berorientasi
pada hasil atau manfaat dan peningkatan kualitas pada masyarakat.
c. Uraian mengenai pertanggungjawaban penggunaan sarana dan prasarana
dititikberatkan pada pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan, dan pengembangan.
d. Uraian mengenai metode kerja, pengendalian manajemen, dan kebijaksanaan
lainnya difokuskan pada manfaat atau dampak dari suatu kebijaksanaan yang
merupakan cerminan pertanggungjawaban kebijaksanaan (policy accountability).
BAB III

DATA PADA KPP PRATAMA JAKARTA PALMERAH

A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Palmerah

1. Dasar Hukum, Tugas, dan Fungsi KPP Pratama Jakarta Palmerah

Sebagaimana diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.

132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat

Jenderal Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Menteri Keuangan No. 67/PMK.01/2008, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) merupakan

unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di bidang pelayanan pajak yang

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.

Dalam hal ini, KPP Pratama Jakarta Palmerah bertanggung jawab kepada Kepala

Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat. Terhitung mulai tanggal 1 April 2009, PMK No.

132/PMK.01/2006 digantikan oleh PMK No. 62/PMK.01/2009. KPP Pratama Jakarta

Palmerah mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, dan

pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,

Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan

Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

25
26

Dalam melaksanakan tugas tersebut, KPP Pratama Jakarta Palmerah

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pembinaan


potensi perpajakan, dan ekstensifikasi wajib pajak;
b. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat
Pemberitahuan Masa serta berkas Wajib Pajak;
c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan
pelaksanaan urusan restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;
e. Penelitian, pemeriksaan dan penetapan sanksi perpajakan;
f. Pelaksanaan urusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak;
g. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan;
h. Pelaksanaan pengelolaan keuangan, kepegawaian dan rumah tangga.

Tugas dan fungsi yang diperankan KPP Pratama Jakarta Palmerah pada

hakikatnya merupakan amanat Direktorat Jenderal Pajak. Oleh karena itu, KPP

Pratama Jakarta Palmerah berusaha untuk menjadi aparat yang accountable, yaitu

mampu menjalankan tugas dan fungsi secara berdaya guna dan berhasil guna, bersih

dari berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang dan dapat bertanggung jawab secara

transparan atas keberhasilan atau kegagalan visi dan misi yang dibebankan. Untuk

mewujudkan pertanggungjawaban tersebut di atas, maka sebagai pelaksana Instruksi

Presiden nomor 7 tahun 1999 maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja KPP

Pratama Jakarta Palmerah.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi KPP Pratama Jakarta Palmerah sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006 adalah sebagai berikut:

a. Subbagian Umum
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
c. Seksi Pelayanan
27

d. Seksi Penagihan
e. Seksi Pemeriksaan
f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV
h. Kelompok Jabatan Fungsional

KPP Pratama Jakarta Palmerah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. Masing-

masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, kecuali Subbagian Umum yang

dipimpin oleh Kepala Subbag Umum dan Kelompok Jabatan Fungsional yang

dipimpin oleh Ketua Kelompok Jabatan Fungsional. Pada tahun 2008 terdapat

sembilan orang Kepala Seksi dan satu orang Kepala Subbagian Umum. Jumlah

pegawai dengan jabatan Pelaksana mencapai 74 orang yang tersebar di setiap unit

eselon IV dan bertanggung jawab kepada atasannya langsung (Eselon IV), sedangkan

anggota Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari 11 orang Pejabat Fungsional.

Pajak sebagai sumber penerimaan yang meliputi lebih dari 70% dari komposisi

penerimaan Negara pada APBN memberikan konstribusi yang sangat besar guna

menjalankan pembangunan negara ini. Pada tahun 2008 setelah mengalami beberapa

revisi, KPP Pratama Jakarta Palmerah sebagai kantor operasional di lingkungan

Direktorat Jenderal Pajak ditetapkan memikul target penerimaan pajak sebesar Rp

482.005.000.000. Dalam menjalankan tugas tersebut, KPP Pratama Jakarta Palmerah

harus tetap memperhatikan asas keadilan dan kepastian hukum.

3. Lingkungan Strategis yang Berpengaruh

Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Palmerah meliputi wilayah Kecamatan

Palmerah yang terdiri dari 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Jatipulo, Kelurahan Kota

Bambu Utara, Kelurahan Kemanggisan, Keluarahan Kota Bambu Selatan, Kelurahan

Slipi, dan Kelurahan Palmerah.


28

Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Palmerah merupakan wilayah yang sangat

strategis bagi pelaku bisnis karena terletak di wilayah yang saat ini dikembangkan

sebagai kawasan bisnis terpadu yang meliputi Sentra Bisnis. Kawasan ini berkembang

sebagai sentra usaha seperti perdagangan, perbankan/lembaga keuangan dan jasa

dengan didukung tersedianya persewaan gedung perkantoran, pusat perdagangan, dan

apartemen serta hunian mewah.

Dengan makin membaiknya kondisi perekonomian nasional diharapkan akan

membangkitkan gairah pelaku bisnis untuk melanjutkan pembangunan gedung

perkantoran dan pusat perdagangan yang baru serta meneruskan pembangunan yang

terbengkalai yang kemudian akan menggerakan sektor usaha pendukung lainnya dan

akan meningkatkan potensi wilayah yang dapat digali.

4. Sumber Daya Manusia

Jumlah seluruh sumber daya manusia yang bertugas di KPP Pratama Jakarta

Palmerah adalah sebanyak 96 orang yang terdiri dari beberapa jabatan dengan rincian

seperti yang ada pada Tabel III.I dan diharapkan dapat menjadi ujung tombak KPP

Pratama Jakarta Palmerah dalam merealisasikan target penerimaan negara.

Tabel III.I
Perincian Jabatan

Klasifikasi Jumlah
Eselon III 1 orang
Eselon IV 10 orang
Pelaksana 74 orang
Fungsional 11 orang
Total 96 orang
Sumber: LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah
29

Di samping itu apabila diklasifikasikan berdasarkan golongan, pegawai KPP

Pratama Jakarta Palmerah terdiri dari golongan II, III, dan IV. Adapun rincian sumber

daya manusia berdasarkan golongan dapat dilihat pada Tabel III.2.

Tabel III.2
Perincian Golongan

Golongan Jumlah
IV 3 orang
III 55 orang
II 38 orang
Total 96 orang
Sumber: LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah

Menurut tingkat pendidikan, jenjang pendidikan tertinggi pada sumber daya

manusia di KPP Pratama Jakarta Palmerah adalah Strata-3. Lulusan diploma

merupakan tingkat pendidikan dengan jumlah terbanyak yang terdiri atas Diploma I

dan Diploma III. Klasifikasi sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Tabel III.3.

Tabel III.3
Perincian Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah


Strata-3 1 orang
Strata-2 6 orang
Strata-1 31 orang
Diploma 36 orang
SLTA 21 orang
Lainnya 1 orang
Total 96 orang
Sumber: LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah
30

Ditinjau dari segi umur, pada saat ini jumlah pegawai yang telah mencapai usia 51

tahun ke atas sebanyak 17 orang, sehingga perlu dilakukan analisis kebutuhan sumber

daya manusia secara cermat agar tidak terjadi kekurangan pegawai. Sedangkan

apabila ditinjau dari komposisi jenis kelamin, pegawai laki-laki sebanyak 67 orang

dan pegawai wanita sebanyak 29 orang.

5. Kewajiban Menyampaikan LAKIP Bagi KPP Pratama Jakarta Palmerah

Kewajiban menyusun LAKIP bagi unit-unit operasional eselon III di lingkungan

DJP, termasuk KPP Pratama Jakarta Palmerah sudah dimulai sejak tahun 2002 dengan

dikeluarkannya Surat Edaran Nomor 328/PJ/2002 tentang Standar Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pada Instansi Vertikal Di

Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Selain memuat standar LAKIP, SE tersebut

juga memuat kewajiban menyampaikan LAKIP tahun 2001 dan 2002 bagi Kantor

Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta

Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) yang tercantum dalam salah satu

lampirannya.

Untuk LAKIP tahun 2008, dasar hukum yang mewajibkan KPP Pratama Jakarta

Palmerah untuk menyusun dan menyampaikannya adalah SE Nomor 16/PJ./2009

tentang Penyusunan dan Penyampaian Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) tahun 2008, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2009,

Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2009, dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

2010. Berdasarkan SE tersebut, seluruh unit eselon III wajib menyusun dan

menyampaikan LAKIP kepada Kanwilnya secara lengkap paling lambat tanggal 2

Maret 2009. Kemudian, unit eselon II (Kanwil dan Direktorat) wajib menyampaikan
31

LAKIP kepada Direktur Jenderal paling lambat tanggal 10 Maret 2009. Masing-

masing unit eselon III maupun eselon II juga wajib untuk menyampaikan satu

tembusan LAKIPnya kepada Sekretaris Direktorat Jenderal u.p Kepala Bagian

Organta. Sayangnya, untuk tahun 2008 tidak ada peraturan yang mewajibkan

penyampaian Renstra KPP kepada Kanwil atasannya. KPP Pratama Jakarta Palmerah

dalam hal ini tidak menyampaikan Renstra tahun 2008 nya kepada Kanwil DJP

Jakarta Barat sebagai Kanwil atasannya.

B. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) KPP Pratama

Jakarta Palmerah Tahun 2008

1. Rencana Stratejik

Perencanaan stratejik untuk seluruh instansi vertikal di lingkungan DJP sudah

distandarkan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 328/PJ/2002

tentang Standar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pada

Instansi Vertikal Di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Rencana Stratejik KPP

Pratama Jakarta Palmerah diungkapkan pada Bab II dan ringkasan eksekutif dalam

LAKIP tahun 2008. Selain Rencana Stratejik, pengungkapan pada Bab II ini juga

mencakup Rencana Kinerja instansi. Bab II ini diberi judul Rencana Stratejik dan

Rencana Kinerja. Sebelum menyajikan tentang Rencana Stratejik instansi, LAKIP ini

terlebih dahulu menjelaskan tentang alur pikir yang dipakai dalam penyusunannya.

KPP Pratama Jakarta Palmerah membuat Rencana Stratejiknya dengan

memperhitungkan potensi, peluang, serta hambatan yang ada atau yang mungkin

timbul baik yang bersifat internal maupun eksternal.


32

Komponen Rencana Stratejik yang dimuat dalam Bab II meliputi:

a. Pernyataan Visi

Visi KPP Pratama Jakarta Palmerah identik dengan visi Direktorat Jenderal Pajak

yaitu “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas

dan profesionalisme yang tinggi.” Pernyataan visi tersebut merupakan gambaran

tentang keadaan masa depan yang sungguh-sungguh ingin ditransformasikan menjadi

realitas melalui komitmen dan tindakan oleh segenap jajaran Direktorat Jenderal

Pajak di lingkungan KPP Pratama Jakarta Palmerah.

b. Pernyataan Misi

Misi Direktorat Jenderal Pajak terlebih dahulu dijelaskan sebelum pernyataan misi

KPP Pratama Jakarta Palmerah. Misi DJP ini meliputi:

a. Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan undang-undang

perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

b. Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi

permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijaksanaan perpajakan yang

meminimalkan distorsi.

c. Politik, yaitu mendukung proses demokratisasi bangsa.

d. Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi

masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan muktahir.

KPP Pratama Jakarta Palmerah mempunyai misi sebagai berikut :


33

a. Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan

di lingkungan KPP Pratama Jakarta Palmerah.

b. Memberikan pelayanan prima di bidang perpajakan kepada masyarakat.

c. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Program Instansi

Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Program Instansi dalam LAKIP Tahun 2008 KPP

Pratama Jakarta Palmerah dimuat dalam satu subjudul saja. Pengungkapannya

dilakukan secara singkat karena hanya disebutkan tanpa diberi penjelasan lebih lanjut.

Selain itu, LAKIP ini juga tidak menjelaskan keterkaitan antara masing-masing

komponen tujuan, sasaran, kebijakan, dan program instansi.

KPP Pratama Jakarta Palmerah memiliki dua tujuan, dua sasaran, lima kebijakan,

dan 15 program sebagai berikut:

a. Tujuan
1) Mendukung tercapainya tax ratio 16%
2) Meningkatkan citra KPP Pratama Jakarta Palmerah
b. Sasaran
1) Mewujudkan tercapainya penerimaan Pajak Tahun 2008 sebesar Rp
482.005.000.000,-
2) Mewujudkan pelayanan yang baik.
c. Kebijakan
1) Meningkatkan kualitas pelayanan
2) Mencapai standar prestasi pemeriksaan
3) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pajak
4) Meningkatkan penerimaan PPh
5) Meningkatkan penerimaan PPN
d. Program
1) Peningkatan sarana;
2) Pembinaan dan Peningkatan kualitas SDM
3) Pengelolaan keuangan;
4) Percepatan penyelesaian pelayanan;
5) Peningkatan Penyuluhan;
6) Pengawasan administrasi PPh;
7) Pengawasan administrasi PPN dan PTLL;
8) Intensifikasi PBB dan BPHTB;
34

9) Penagihan PPh dan PPN;


10) Penagihan PBB dan BPHTB;
11) Pemeriksaan;
12) Ekstensifikasi PPh;
13) Ekstensifikasi PPN dan PTLL;
14) Ekstensifikasi PBB;
15) Pengamatan potensi perpajakan.

2. Rencana Kinerja

Menurut Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan

Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap

instansi yang diwajibkan untuk menyusun LAKIP harus menyampaikan rencana

kinerjanya kepada instansi vertikal di atasnya pada setiap awal tahun anggaran.

Penyampaian rencana kinerja ini ditujukan untuk mencipakan suatu sistem AKIP

yang baik. Dalam LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah, Rencana

Kinerja diungkapkan dalam Bab II bagian B. Pengungkapan Rencana Kinerja ini

hanya membutuhkan kurang lebih dua halaman. Penjelasan Rencana Kinerja dalam

bagian ini meliputi uraian program yang akan dijalankan KPP Pratama Jakarta

Palmerah pada tahun 2008, uraian kegiatan yang dilakukan untuk mendukung

program-program yang telah ditetapkan, serta indikator kinerja yang dipakai untuk

mengukur pelaksanaan kegiatan. Tidak ada penjelasan tentang target kinerja maupun

alokasi anggaran untuk tiap-tiap kegiatan.

3. Akuntabilitas Kinerja

a. Indikator Kinerja

Indikator-indikator kinerja untuk tiap kegiatan yang dicantumkan dalam LAKIP

tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah pada dasarnya sudah seragam untuk

semua KPP di Indonesia karena memang sudah ada standar LAKIP untuk instansi
35

vertikal di lingkungan DJP yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak melalui Surat Edaran

Nomor 328/PJ/2002. Indikator kinerja yang dimuat dalam LAKIP tersebut meliputi

indikator input, output, dan outcome. Target capaian untuk masing-masing indikator

kinerja juga sudah dimuat dalam formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)

terlepas dari objektif atau tidaknya target ini. Tetapi, cara perhitungan dan

interpretasi serta cara perolehan data untuk indikator-indikator tersebut tidak

dijelaskan.dalam LAKIP ini.

b. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja dalam LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah

disajikan dalam bagian lampiran dengan menggunakan satu formulir, yaitu

Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK). Semua program dan kegiatan yang

dilaksanakan pada tahun 2008 sudah dipertanggungjawabkan dalam LAKIP ini.

Penjelasan, evaluasi, serta analisis atas data pengukuran ini dilakukan dalam Bab III.

c. Evaluasi dan Analisis Kinerja

Evaluasi dan analisis kinerja dalam LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta

Palmerah disajikan dalam Bab III serta dirangkum dalam ringkasan eksekutif dan

bagian penutup. Evaluasi dan analisis kinerja ini dimuat dalam dua judul subbab,

yaitu evaluasi dan analisis kinerja kegiatan, serta evaluasi dan analisis pencapaian

sasaran. Evaluasi dan analisis kinerja kegiatan pada LAKIP tahun 2008 KPP Pratama

Jakarta Palmerah disajikan dalam tiga judul sub-subbab, yaitu evaluasi hasil-hasil dan

kinerja input, output, dan outcomes; hambatan yang dihadapi dan langkah-langkah

yang telah diambil dalam mengatasi hambatan; serta analisis kinerja program dan

pencapaian sasaran. Sementara itu, evaluasi dan analisis pencapaian sasaran pada
36

LAKIP ini disajikan dalam tiga judul sub-subbab, yaitu evaluasi pencapaian sasaran,

hambatan yang dihadapi dan langkah-langkah yang telah diambil dalam mengatasi

hambatan, serta analisis sasaran dalam kaitannya untuk mencapai tujuan.

Hal-hal yang dijelaskan dalam subbab evaluasi dan analisis kinerja kegiatan

adalah:

1). Beberapa kegiatan memiliki nilai capaian di atas 100%. Kegiatan-kegiatan

tersebut antara lain adalah kegiatan mengusulkan diklat, kegiatan memberikan

pelayanan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Pengusaha

Kena Pajak (NPPKP), kegiatan melaksanakan penyuluhan, serta kegiatan

melakukan pemeriksaan khusus. Tingkat capaian target atas output NPWP yang

dihasilkan saja mencapai 10.648%.

2). Faktor-faktor yang mendorong ataupun menghambat tercapainya target untuk

masing-masing kegiatan ini.

3). Kegiatan konfirmasi Surat Setoran Bea Perolahan Hak atas Tanah dan Bangunan

(SSB) yang masuk, pencairan tunggakan pajak, pemeriksaan sederhana

pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), serta pemutakhiran Nilai Indikasi

Rata-rata (NIR) dan Zona Nilai Tanah (ZNT) tidak dapat berjalan dengan lancar

disebabkan faktor-faktor teknis seperti WP pindah-pindah alamat tanpa

pemberitahuan, aset perusahaan sudah tidak ada, kekurangan sumber daya

manusia, serta faktor non teknis seperti kesadaran hukum masyarakat.

4). Langkah-langkah antisipatif yang telah dilakukan untuk menanggulangi hambatan

di atas antara lain mengintensifkan penyuluhan dan sosialisasi berbagai kebijakan


37

perpajakan baru kepada wajib pajak, memperbaiki database wajib pajak serta

memanfaatkan data-data yang tersedia

5). Analisis kinerja program dan pencapaian sasaran untuk program-program realisasi

penerimaan pajak, pembinaan dan peningkatan kualitas SDM serta pengelolaan

keuangan, percepatan penyelesaian pelayanan, peningkatan penyuluhan, serta

pemeriksaan.

Hal-hal yang dijelaskan dalam subbab evaluasi dan analisis pencapaian sasaran

adalah:

1). Dua sasaran dalam Renstra KPP Pratama Jakarta Palmerah memiliki nilai capaian

100% atau lebih.

2). Hal yang paling fundamental yang mendasari keberhasilan kebijakan

meningkatkan kualitas pelayanan adalah berhasilnya pelaksanaan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat di wilayah kerja unit KPP Pratama Jakarta Palmerah

untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak.

3). Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mencapai sasaran antara lain sumber

dana yang terbatas, kurangnya respon masyarakat, dan prosedur kerja yang kurang

efisien. Adapun langkah-langkah antisipatif yang telah dilakukan untuk

menanggulangi hambatan di atas antara lain meningkatkan kepedulian masyarakat

wajib pajak serta menyempurnakan berbagai prosedur kerja.

4). Dalam sub-subbab analisis sasaran dalam kaitannya untuk mencapai tujuan

dijelaskan tentang sebab-sebab tercapainya sasaran penerimaan dan sasaran

mewujudkan pelayanan yang baik


38

d. Data Akuntabilitas Kinerja

LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah menyajikan data akuntabilitas kinerjanya

dengan menggunakan tabel dalam formulir standar, yaitu formulir Pengukuran

Kinerja Kegiatan. Selain itu, dalam Bab III juga dibuat pula bentuk penyajian lain

yaitu dengan menggunakan narasi. Format formulir PKK tahun 2008 beserta isinya

dapat dilihat pada Lampiran V.

e. Akuntabilitas Keuangan

Aspek keuangan dalam LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah

disajikan dalam Bab III bagian C. Penyajian aspek keuangan dilakukan secara singkat

dan padat karena hanya terdiri dari tiga alinea. Pada alinea pertama disebutkan bahwa

selama tahun anggaran 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah menerima DIPA BA 015

No. 0169.0/015-04.0/XI/2008 tanggal 8 Januari 2008 sebesar Rp. 6.214.002.000 dan

DIPA BA 069 No. 0148.0/069-03.0/-/2008 tanggal 19 Februari 2008 sebesar Rp.

697.500.000. Dalam alinea kedua dan ketiga, disebutkan bahwa KPP Pratama Jakarta

Palmerah telah melaksanakan DIPA sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor

17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Keputusan Presiden Nomor 80 tahun

2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta tidak

pernah melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran beban anggaran belanja

negara jika dana untuk membiayai tindakan itu tidak tersedia atau tidak cukup tersedia

dalam anggaran belanja negara. Selama tahun 2008 tingkat realisasi penggunaan

anggaran oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah terhadap plafon anggaran adalah

sebesar 69,45%. Adapun rincian aspek keuangan KPP Pratama Jakarta Palmerah

tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel III.4.


39

Tabel III.4
Aspek Keuangan KPP Pratama Jakarta Palmerah Tahun 2008
No. Uraian Plafon Realisasi Prosentase Ket
1. DIPA BA 015 Rp6.214.002.000,- Rp4.506.248.387,- 72.52 % -
2. DIPA BA 069 Rp 697.500.000,- Rp 293.802.250,- 42.12 % -
Jumlah Rp6.911.502.000,- Rp4.800.050.637,- 69.45 % -
Sumber: LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah

C. Simpulan Hasil Evaluasi Keseluruhan

Simpulan hasil evaluasi keseluruhan sudah dimuat pada ringkasan eksekutif dan

bagian penutup dalam LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta Palmerah. Untuk

sasaran mewujudkan pelayanan yang baik, nilai capaiannya adalah 100%. Sementara

itu, sasaran mewujudkan tercapainya rencana penerimaan pajak tahun 2008 sebesar

Rp.482.005.000.000 milyar juga dapat terlaksana dengan baik yang ditandai dengan

nilai capaian sasaran di atas 100% (114,2%).

D. Pengungkapan Strategi Pemecahan Masalah


Strategi pemecahan masalah dalam LAKIP tahun 2008 KPP Pratama Jakarta

Palmerah diungkapkan dalam Bab III dan alinea terakhir ringkasan eksekutif.

Sebelum disebutkan tentang strategi pemecahan masalah yang akan dilakukan, dalam

LAKIP ini terlebih dahulu diungkapkan tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam

mencapai tujuan dan sasaran. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan

dan sasaran adalah masalah pencairan tunggakan pajak yang disebabkan faktor-faktor

teknis seperti WP pindah-pindah alamat tanpa pemberitahuan, aset perusahaan sudah

tidak ada, serta faktor non teknis seperti kesadaran hukum masyarakat. Adapun

strategi pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah dengan mengintensifkan

penyuluhan dan sosialisasi berbagai kebijakan perpajakan baru kepada wajib pajak
40

sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam

memenuhi kewajibannya.

E. Tujuan dan Format LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah

Tujuan penyusunan LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008

diungkapkan pada bagian Kata Pengantar yaitu disusun dalam rangka perwujudan

pertanggungjawaban atas keberhasilan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak yang

dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Palmerah, sesuai dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 serta

mengacu pada pedoman yang ditetapkan Kepala Lembaga Administrasi Negara dalam

Keputusannya Nomor 239/X/6/Y/2003, namun untuk beberapa hal disesuaikan

dengan kondisi yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Palmerah.

Format yang digunakan dalam pedoman penyusunan LAKIP di lingkungan

Direktorat Jenderal Pajak tidak berbeda dengan format dari LAN karena pada

hakikatnya format tersebut merupakan penerjemahan dari pedoman penyusunan

LAKIP dari LAN. Format LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008 sama

seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu minimal terdiri atas ikhtisar eksekutif,

pendahuluan, rencana stratejik, akuntabilitas kinerja, penutup, dan lampiran-lampiran.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kesesuaian LAKIP dengan Peraturan yang Berlaku

Pemenuhan terhadap aspek hukum tentunya akan semakin meningkatkan nilai

suatu laporan di mata para penggunanya. Karakterisik laporan yang dipengaruhi oleh

aspek hukum ini antara lain adalah relevansi. Jika aspek hukum dapat dipenuhi, maka

laporan akan menjadi relevan dengan tujuan penyusunannya sehingga dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

LAKIP termasuk dalam laporan rutin unit instansi pemerintah kepada unit

vertikal di atasnya yang wajib dilaporkan setiap tahun. Kewajiban penyusunan dan

pelaporan ini dituangkan ke dalam suatu dasar hukum sehingga instansi pemerintah

secara mandatory dapat mempertanggungjawabkan akuntabilitasnya dalam

melaksanakan rencana stratejik. Dengan kata lain, kelalaian dalam penyusunan

LAKIP oleh suatu instansi pemerintah yang diwajibkan secara formal untuk

menyusunnya dapat dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran hukum.

Pada dasarnya, LAKIP merupakan pertanggungjawaban atas pencapaian visi

dan misi instansi yang bersangkutan. Menurut Muindro Renyowijoyo (2008, 11)

pertanggungjawaban ini dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal,

41
42

yaitu kepada atasan dalam struktur organisasi dan kepada publik melalui perwakilan

di DPR atau DPRD. Untuk mencapai pertanggungjawaban seperti diuraikan di atas,

pelaksanaannya tentulah harus dilakukan secara berjenjang mulai dari pimpinan unit

instansi yang terendah.

Dasar hukum tertinggi tentang pertanggungjawaban berjenjang ini adalah

Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Dalam Inpres ini, Presiden menginstruksikan kepada setiap instansi

pemerintah sampai tingkat eselon II untuk menyusun rencana stratejik tentang

program utama yang akan dicapai selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan.

Selain itu, setiap instansi pemerintah sampai tingkat eselon II juga diwajibkan untuk

menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada

setiap akhir tahun anggaran.

Kewajiban pertanggungjawaban secara berjenjang yang dimulai dari unit eselon II

ini sangat sulit untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya unit-unit

operasional instansi pemerintah yang manajemennya bersifat mandiri. Untuk itu,

dalam perkembangan selanjutnya, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

mengeluarkan surat Nomor 203/M.PAN/7/2002 tanggal 24 Juli 2002. Berdasarkan

surat tersebut, kewajiban melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

diperluas sampai kepada unit/ kantor yang berdiri sendiri (memiliki DIPA sendiri).

Di lingkungan Direkorat Jenderal Pajak, kewajiban menyusun dan menyampaikan

LAKIP bagi unit-unit operasional eselon III sudah dimulai sejak tahun 2002 dengan

dikeluarkannya Surat Edaran Nomor 328/PJ/2002 tentang Standar Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pada Instansi Vertikal Di


43

Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Kewajiban menyampaikan LAKIP tahun 2008

diatur dalam SE Nomor 16/PJ./2009 tentang Penyusunan dan Penyampaian Laporan

Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2008, Rencana Kinerja

Tahunan (RKT) Tahun 2009, Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2009, dan Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2010. Berdasarkan SE tersebut, seluruh unit eselon III

wajib menyusun dan menyampaikan LAKIP kepada Kanwilnya secara lengkap paling

lambat tanggal 2 Maret 2009.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa dasar hukum formal atas penyusunan

LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah sudah ada sejak tahun 2008. Selain itu,

penyusunan LAKIP oleh unit operasional eselon III di lingkungan DJP pada dasarnya

sangat penting dilakukan mengingat unit eselon II di atasnya (Kanwil) sangat

bergantung kepada LAKIP dari unit operasional untuk bisa membuat LAKIPnya

sendiri.

Evaluasi atas LAKIP tentunya tidak akan lepas dari proses pembandingan, baik

dengan instansi sejenis, praktik terbaik, ataupun dengan tahun-tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, LAKIP harus berisi informasi minimal agar dapat menyampaikan

akuntabilitas dan memperoleh umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam

rangka peningkatan kinerja. Instansi yang membuat LAKIP dalam hal ini dituntut

untuk dapat menyajikan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi

standar minimal ini.

Karena berbagai alasan di atas, perlulah kiranya dibuat suatu penyeragaman atas

format dan outline LAKIP. Outline LAKIP perlu diseragamkan tanpa mengabaikan

keunikan masing-masing instansi pemerintah. Berbagai variasi dalam penyajian


44

LAKIP tetap harus dimungkinkan selama substansinya tetap sama dan tujuannya

adalah untuk menunjukkan keunikan instansi yang bersangkutan.

Dalam menyusun LAKIP tahun 2008, KPP Pratama Jakarta Palmerah berpedoman

pada dua outline, yaitu outline yang ada pada Keputusan Kepala LAN No. 239/

IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dan outline yang ada pada lampiran SE Nomor 16/PJ./2009

tentang Penyusunan dan Penyampaian Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) tahun 2008, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2009,

Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2009, dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

2010. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, format yang digunakan dalam

pedoman penyusunan LAKIP di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak tidak berbeda

dengan format dari LAN karena pada hakikatnya format tersebut merupakan

penerjemahan atas pedoman penyusunan LAKIP dari LAN.

Mengenai outline yang dipakai, hanya terdapat beberapa perbedaan yang sifatnya

tidak substansial antara implementasi dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah

dengan Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP dari LAN. Misalnya, penamaan untuk

ikhtisar eksekutif yang dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah disebut sebagai

ringkasan eksekutif. Perbedaan ini hanya sebatas perbedaan dalam pemberian istilah

saja. Tidak ada substansi yang berbeda meskipun penamaan yang dilakukan berbeda.

Istilah ikhtisar eksekutif adalah sama dengan ringkasan eksekutif yang digunakan

untuk menamai bagian awal laporan yang berisi ringkasan seluruh laporan dan

ditujukan untuk pimpinan instansi pelapor maupun pimpinan instansi penerima

laporan agar mereka dapat memahami seluruh isi laporan tanpa harus membaca
45

seluruh laporan. Secara umum, LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008

telah memenuhi format dan outline yang ada pada Pedoman Penyusunan Pelaporan

AKIP dari LAN.

B. Evaluasi atas Rencana Stratejik

1. Visi

Visi KPP Pratama Jakarta Palmerah yang dicantumkan dalam LAKIP sama

dengan visi DJP, yaitu “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem

administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat

dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.” Setelah pernyataan visi

organisasi, pengungkapan selanjutnya dalam LAKIP ini adalah tentang penjelasan

atas pernyataan visi tersebut. Pengungkapan semacam ini sudah jelas dan tegas

sehingga pembaca laporan akan dapat memahami visi yang telah dirumuskan dan

dioperasionalkan.

Seperti yang telah disebutkan pada Bab II (landasan teori), kriteria sebuah visi

yang baik menurut Modul LAN dan BPKP adalah imaginable, desirable,

memungkinkan untuk dicapai, terfokus, berwawasan jangka panjang, dan dapat

dikomunikasikan. Berdasarkan kriteria tersebut, penulis melakukan analisis terhadap

visi KPP Pratama Jakarta Palmerah.

Pertama, visi yang dimiliki oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah telah memenuhi

kriteria dapat dibayangkan oleh seluruh jajaran organisasi (imaginable). Hal ini dapat

dilihat dari kalimat pernyataan visi yang tidak mengandung kata yang bermakna

ganda sehingga menimbulkan salah penafsiran. Selain itu, visi tersebut dinyatakan

secara tegas, mudah dipahami, dan hanya dalam satu kalimat saja. Gambaran akan
46

menjadi apa KPP Pratama Jakarta Palmerah di masa mendatang dapat tercermin pada

visi tersebut.

Kedua, visi KPP Pratama Jakarta Palmerah telah memiliki nilai-nilai yang

memang diinginkan oleh anggota organisasi (desirable). Hal ini bisa dilihat pada kata-

kata ”...dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.”

Jadi, nilai-nilai yang ada pada pernyataan visi adalah terpercaya, integritas, dan

profesionalisme. Ketiga nilai ini tentu saja ingin diwujudkan oleh seluruh jajaran

organisasi karena dapat membawa dampak positif baik bagi instansi itu sendiri

maupun kepada pihak eksternal, yaitu masyarakat. Diharapkan seluruh jajaran

organisasi menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikannya dalam

pelaksanaan tugas sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan selanjutnya

untuk memudahkan organisasi mencapai visinya.

Ketiga, visi KPP Pratama Jakarta Palmerah pada hakikatnya menggambarkan

kondisi ideal di masa depan. Oleh karena itu, kerja keras dan kesabaran mutlak

diperlukan karena mencapai visi tersebut tidak semudah membalik telapak tangan dan

tidak bisa diperoleh secara instant. Harus ada langkah-langkah penyempurnaan,

proses berkesinambungan dan terkoordinasi sebagaimana ditetapkan dalam

perencanaan stratejik untuk mewujudkan visi tersebut.

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah dengan

ditunjang oleh sarana dan prasarana serta sumber daya informasi yang memadai

menjadi modal awal yang sangat berguna dalam pencapaian visi. Pada tahun 2008

KPP Pratama Jakarta Palmerah memiliki pegawai lulusan sarjana (Strata-1) sebesar

32,29% dan lulusan diploma sebesar 37,50%. Komposisi pegawai yang telah
47

mencapai golongan III adalah sebesar 57,29%. KPP Pratama Jakarta Palmerah yang

telah berdiri cukup lama dan memiliki banyak pengalaman di bidang perpajakan turut

menjadi faktor yang mendukung ke arah pencapaian visi. Apalagi perpajakan, selain

pajak daerah, merupakan sektor yang dikelola oleh pemerintah pusat tanpa adanya

kompetitor dari pihak lain yang dapat mengganggu pencapaian visi tersebut. Oleh

karena itu, visi yang telah ditetapkan bukan hal yang mustahil untuk dicapai.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis menganggap bahwa visi KPP Pratama Jakarta

Palmerah telah memenuhi kriteria memungkinkan untuk dicapai.

Keempat, permasalahan utama instansi pemerintahan umumnya adalah

ketidakefektifan dan ketidakefisienan akibat sistem birokrasi yang berbelit-belit. Hal

ini juga menjadi sorotan di lingkungan DJP sehingga visinya pun memfokuskan diri

pada permasalahan tersebut. Hal ini bisa dilihat pada kata-kata efektif dan efisien

yang ingin diciptakan pada pernyataan visi. Efektif dan efisien berarti KPP Pratama

Jakarta Palmerah melakukan pengukuran dan pertanggungjawaban terhadap sistem

administrasi perpajakan modern yang dijalankan. Dengan demikian, penulis

berpendapat bahwa visi tersebut memenuhi kriteria terfokus pada permasalahan utama

instansi agar dapat beroperasi secara 3E.

Kelima, visi KPP Pratama Jakarta Palmerah juga memenuhi kriteria berwawasan

jangka panjang dan tidak mengabaikan perkembangan jaman. KPP Pratama Jakarta

Palmerah memiliki visi untuk menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan

modern. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa instansi mengikuti perkembangan

jaman dengan cara memanfaatkan teknologi informasi yang dapat mengelola sumber

daya informasi dan memberikan kemudahan baik bagi pegawainya maupun bagi
48

masyarakat. Kata modern juga dapat diartikan bahwa instansi memiliki pikiran

panjang ke depan untuk mengubah pola pikir birokrasi lama yang dianggap rumit,

bertele-tele, tidak efektif dan efisien.

Keenam, visi tersebut memenuhi kriteria dapat dikomunikasikan dan dimengerti

oleh seluruh jajaran organisasi. Mengapa demikian? Karena visi dinyatakan secara

singkat dan padat sehingga dapat dibayangkan dan direnungkan oleh seluruh jajaran

organisasi. Apabila sudah masuk akal bagi mereka, maka visi dapat dikomunikasikan

dengan lancar dan meminimalisasi timbulnya resistensi dari pegawai.

2. Misi

Pernyataan misi KPP Pratama Jakarta Palmerah sudah diungkapkan secara jelas

dan tegas sehingga tidak akan menimbulkan penafsiran ganda. Kedua misi ini sudah

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi KPP Pratama Jakarta Palmerah. Sebagai

instansi vertikal di lingkungan DJP yang bertugas melaksanakan kegiatan kegiatan

penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung

Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, misi penerimaan jelas harus dimuat dalam pernyataan misi KPP

Pratama Jakarta Palmerah. Selain itu, sebagai organisasi publik, misi sosial juga tidak

boleh dilupakan oleh sebuah KPP. Dalam hal ini, misi sosial itu diwujudkan dengan

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat wajib pajak. Jika menilik pada

definisi misi menurut Modul LAN dan BPKP, maka misi penerimaan dan misi sosial
49

tersebut menjawab pertanyaan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya,

dan bagaimana melakukannya.

Sebelum menyebutkan pernyataan misi KPP Pratama Jakarta Palmerah, LAKIP

ini juga menyebutkan tentang misi DJP sebagai instansi vertikal di atas KPP.

Pengungkapan semacam ini akan semakin memperjelas keselarasan misi KPP

Pratama Jakarta Palmerah dengan visi dan misi DJP. Misi penerimaan milik KPP

Pratama Jakarta Palmerah tentunya sangat relevan dengan misi fiskal dan ekonomi

yang dijalankan oleh DJP. Selain itu, misi pelayanan prima KPP Pratama Jakarta

Palmerah juga sangat relevan dengan misi kelembagaan dan politik yang dijalankan

DJP. Kedua pernyataan misi KPP Pratama Jakarta Palmerah juga sangat relevan

dalam mendukung visi organisasi.

3. Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Program Instansi

Untuk mencapai visi dan melaksanakan misi organisasi maka ditetapkanlah suatu

tujuan. Tujuan yang ditetapkan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijaksanaan,

program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Rumusan tujuan dan sasaran yang

disajikan dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008 sudah dinyatakan

secara jelas dan tegas sesuai dengan definisi dan orientasinya. Kedua tujuan yang

ingin dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah, yaitu mendukung tercapainya tax

ratio 16% dan meningkatkan citra KPP Pratama Jakarta Palmerah, sulit dicapai dalam

jangka waktu pendek. Sesuai dengan definisinya, kedua tujuan tersebut baru dapat

dicapai dalam jangka waktu antara 1 (satu) hingga 5 (lima) tahun. Rumusan kedua

tujuan tersebut juga dijabarkan lebih lanjut ke dalam dua sasaran, yaitu mewujudkan

tercapainya penerimaan pajak tahun 2008 sebesar Rp482.005.000.000,00 dan


50

mewujudkan pelayanan yang baik. Kedua sasaran tersebut dapat dicapai dalam jangka

waktu yang lebih pendek.

Meskipun begitu, penulis berdasarkan kriteria menurut Modul LAN dan BPKP

menganalisis bahwa sasaran nomor dua KPP Pratama Jakarta Palmerah, yaitu

mewujudkan pelayanan yang baik, belum memenuhi beberapa kriteria sasaran yang

baik. Penulis berpendapat hal ini dapat menyebabkan tujuan meningkatkan citra KPP

Pratama Jakarta Palmerah tidak sepenuhnya tercapai.

Pertama, sasaran Mewujudkan Pelayanan yang Baik memang memenuhi kriteria

spesifik, yaitu penjabaran tujuan menjadi sasaran yang lebih rinci. Namun, sasaran

tersebut tidak mewakili sepenuhnya upaya-upaya untuk meningkatkan citra

organisasi. Tujuan meningkatkan citra KPP Pratama Jakarta Palmerah tidak hanya

dilihat dari perspektif eksternal, yaitu citra di mata masyarakat, melainkan juga dari

perspektif internal, yaitu citra di lingkungan kantor itu sendiri maupun lingkungan

DJP secara keseluruhan. Menurut penulis, salah satu sasaran yang dapat dipakai atau

ditambahkan untuk meningkatkan citra dari perspektif internal adalah mewujudkan

tingkat disiplin pegawai minimal 80%. Untuk sasaran nomor satu, yaitu mewujudkan

tercapainya penerimaan pajak, penulis berpendapat bahwa sasaran tersebut sudah

spesifik karena lebih rinci daripada tujuan Mendukung Tercapainya Tax Ratio 16%

dan memiliki angka yang tentu saja berbeda dengan instansi lainnya.

Kedua, sasaran nomor dua belum memenuhi kriteria dapat dinilai dan terukur

karena tidak dinyatakan secara kuantitatif dan tidak dicantumkan indikator

sasarannya. Sebaliknya, sasaran nomor satu sudah jelas memenuhi kriteria tersebut,

karena dinyatakan dengan angka sebesar Rp482.005.000.000,00 dan cara


51

penghitungan indikatornya adalah realisasi penerimaan dibandingkan dengan rencana

penerimaan.

Ketiga, sasaran nomor satu dan dua telah memenuhi kriteria menantang namun

dapat dicapai. Sasaran nomor satu menantang karena ada kecenderungan yang

menunjukkan bahwa rencana (target) penerimaan pajak selalu meningkat dari tahun

ke tahun menyusul kebijakan pemerintah untuk menjadikan sektor perpajakan sebagai

idola penerimaan negara, yaitu 70% dari sumber penerimaan APBN. Peningkatan

target ini tentu saja menjadi pemicu bagi seluruh jajaran organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya dari tahun ke tahun. Sasaran kedua juga disebut menantang

karena dewasa ini pelayanan yang baik sudah menjadi tuntutan masyarakat terhadap

instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Tantangannya

adalah bagaimana KPP Pratama Jakarta Palmerah dapat memberikan pelayanan yang

kualitasnya tidak kalah dengan pihak swasta atau BUMN. Kedua sasaran ini bukan

merupakan hal yang mustahil untuk dicapai. Selain didukung oleh sumber daya yang

dimiliki dan komitmen atasan yang kuat, kedua sasaran tersebut dapat dicapai dengan

adanya upaya koordinasi dengan pihak ketiga, misalnya lembaga keuangan, otoritas

moneter, dan penyedia jasa aplikasi.

Keempat, sasaran nomor satu dan dua telah memenuhi kriteria berorientasi pada

hasil. Pada dasarnya hasil yang ingin dicapai oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah

telah terangkum dalam kedua tujuannya. Sasaran ditetapkan untuk memperoleh hasil

yang ada pada tujuan tersebut. Jadi, kedua sasaran KPP Pratama Jakarta Palmerah

telah berorientasi pada hasil.


52

Kelima, sasaran nomor dua belum memenuhi kriteria dapat dicapai dalam waktu

satu tahun karena tidak adanya indikator sasaran secara kuantitatif. Ketiadaan

indikator ini dapat menyulitkan penentuan tingkat keberhasilan organisasi selama satu

tahun. Sasaran tersebut menjadi abstrak dan tidak jelas kapan akan tercapai,

bagaimana mengukurnya, atau berapa tingkat pencapaian yang diharapkan dalam

tahun yang bersangkutan. Masalah ini tidak terjadi pada sasaran nomor satu dimana

pada sasaran tersebut sudah disebutkan angka penerimaan yang akan dicapai selama

tahun 2008 dan ada indikatornya. Walaupun di kemudian hari angka ini

dimungkinkan untuk direvisi, indikator sasarannya tidak ikut berubah.

Untuk memberikan gambaran singkat mengenai pemenuhan kriteria sasaran,

penulis membuat Tabel IV.1.

Tabel IV.1
Pemenuhan Kriteria Sasaran yang Baik
Menurut Modul LAN dan BPKP

No. Sasaran Sasaran


Kriteria Pertama Kedua
1. Spesifik √ √
(perlu ditambah)
2. Dapat dinilai dan terukur √ -
3. Menantang namun dapat dicapai √ √
4. Berorientasi pada hasil √ √
5. Dapat dicapai dalam waktu satu tahun √ -

Tujuan, sasaran, kebijakan, dan program instansi dalam LAKIP KPP Pratama

Jakarta Palmerah tahun 2008 dimuat dalam satu sub-subbab saja. Pengungkapannya

dilakukan secara singkat karena hanya disebutkan tanpa diberi penjelasan lebih lanjut.

Selain itu, LAKIP ini juga tidak menjelaskan keterkaitan antara masing-masing

komponen tujuan, sasaran, kebijakan, dan program instansi karena keempat hal itu
53

hanya disebutkan satu per satu. Pengungkapan semacam ini menjadi tidak informatif.

Para pembaca laporan tidak dapat memahami kebijakan dan program apa saja yang

dijalankan oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah untuk mendukung suatu tujuan dan

sasaran tertentu. Pengungkapan tentang keterkaitan masing-masing komponen

Renstra tetap diperlukan agar laporan menjadi lebih informatif.

Sebagai contoh, pembaca dapat mengetahui bahwa KPP Pratama Jakarta

Palmerah memiliki lima kebijakan pada tahun 2008 karena disajikan di dalam LAKIP

tetapi tidak memahami kebijakan tersebut mendukung sasaran yang mana. Hal serupa

juga terjadi pada pengungkapan program dimana pembaca tidak memahami program

mana yang menjabarkan kebijakan mana. Kelemahan-kelemahan ini muncul akibat

tidak tersedianya penjelasan ataupun skema yang menunjukkan keterkaitan

antarkomponen Renstra, terutama kebijakan. Ketiadaan informasi yang memadai

mengenai kebijakan menyiratkan bahwa ada hubungan yang hilang (missing link) dan

akan membawa kendala dalam proses evaluasi. Hubungan antara sasaran dengan

kebijakan dan kebijakan dengan program tidak dapat ditemui baik pada narasi LAKIP

maupun pada formulir PKK. Akibatnya adalah penulis tidak bisa menganalisis apakah

kebijakan yang ditetapkan organisasi telah sejalan dengan sasarannya dan apakah

program-program yang dijalankan telah berpedoman pada kebijakan. Solusi yang

dapat digunakan terhadap hubungan yang hilang ini adalah menambahkan satu kolom

lagi dengan judul kebijakan pada formulir PKK yang dilampirkan.

C. Evaluasi atas Rencana Kinerja

Perencanaan kinerja pada dasarnya merupakan penetapan tingkat capaian kinerja

yang dinyatakan dengan indikator kinerja dalam rangka mencapai target yang telah
54

ditetapkan. Dengan adanya perencanaan kinerja, strategi dan langkah-langkah detil

kegiatan yang terkoordinasi dalam mencapai sasaran dapat dirumuskan dalam

perencanaan operasional jangka pendek yang lebih tajam.

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) KPP Pratama Jakarta Palmerah wajib

disampaikan kepada Kanwil di atasnya, yaitu Kanwil DJP Jakarta Barat bersamaan

dengan penyampaian LAKIP tahun 2007 dan Penetapan Kinerja (PK) tahun 2008

pada awal tahun 2008. Kewajiban penyampaian RKT ini pada awal tahun dapat

mencegah timbulnya penetapan kinerja di kemudian hari yang mungkin dilakukan

oleh instansi agar kinerjanya terlihat bagus di mata atasan. Di samping itu, Kanwil

juga membutuhkan informasi yang ada pada LAKIP unit-unit organisasi vertikal di

bawahnya untuk menelaah kesesuaiannya dengan RKT Kanwil yang kemudian akan

disampaikan kepada Kantor Pusat DJP.

Menurut penulis, rencana kinerja dalam LAKIP ini belum menunjukkan

keterkaitan antara tiap-tiap program dan kegiatan dengan sasaran yang hendak

dicapai. Dengan demikian, pembaca tidak dapat mengetahui program-program apa

saja yang dijalankan untuk mendukung tercapainya sasaran tertentu. Namun

keterkaitan antara sasaran, program, dan kegiatan ini baru disajikan pada formulir

Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) tahun 2008 yang terdapat pada bagian Lampiran

LAKIP, bukan pada Bab II tentang Rencana Stratejik dan Rencana Kinerja. Alangkah

baiknya jika pada Bab II juga dijelaskan secara singkat keterkaitan tersebut baik

dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk narasi sehingga pembaca dapat

memperoleh gambaran umum tanpa harus melihat bagian Lampiran.


55

Format formulir PKK yang digunakan oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah ini

sebenarnya merupakan gabungan antara formulir PKK dengan PPS (Pengukuran

Pencapaian Sasaran) standar yang didesain oleh LAN. Formulir PKK dan PPS yang

ada pada Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP tidak memuat tentang keterkaitan

tersebut karena fokus yang lebih ditonjolkan adalah pada pengukuran kinerjanya,

sedangkan formulir PKK pada LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah

menggabungkan kedua formulir tersebut sehingga informasi yang dihasilkan dapat

lebih menyeluruh. Hal ini dimungkinkan karena standar itu sifatnya tidak kaku dan

bisa menampung penambahan atau pengurangan jika diperlukan. Akibatnya, pada

bagian Lampiran LAKIP hanya dilampirkan formulir PKK serta formulir PK dan

tidak terdapat formulir PPS yang dibuat terpisah. Formulir PPS yang terpisah hanya

dijadikan dokumen intern kantor.

Dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah terdapat 47 kegiatan yang

dilaksanakan selama tahun 2008. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan tindakan

konkrit untuk menjalankan 15 program kerja instansi. Penulis melakukan evaluasi

terhadap masing-masing kegiatan dengan menggunakan kriteria SMART (specific,

measurable, agressive but attainable, result oriented, dan time bound).

Dari hasil evaluasi secara umum dapat disimpulkan bahwa KPP Pratama Jakarta

Palmerah telah menyusun kegiatannya sesuai dengan kriteria yang dimaksud oleh

LAN. Hanya ada beberapa kegiatan yang masih harus dicermati oleh organisasi,

yaitu:

1. Kegiatan Penataan Outlet Ruang belum memenuhi kriteria specific karena

penataan outlet ruang masih terlalu umum dan tidak menggambarkan hasil
56

spesifik yang diinginkan. Kegiatan ini bisa diganti menjadi Kegiatan Pengadaan

Outlet Ruang secara Ekonomis, Efektif, dan Efisien. Penamaan semacam ini

menunjukkan bahwa kegiatan terfokus pada aktivitas pengadaan barang atau jasa

dan memungkinkan penambahan kegiatan baru jika diperlukan seperti kegiatan

penghapusan barang kantor. Kriteria measurable sudah terpenuhi karena kegiatan

ini dapat diukur baik dengan melihat penggunaan dananya maupun output yang

dihasilkan. Kriteria aggressive but attainable sebenarnya juga terpenuhi dengan

catatan bahwa kegiatan ini kurang menantang dan sangat mudah dicapai karena

terkesan hanya berkaitan dengan penataan letak dan posisi perlengkapan kantor.

Kegiatan seperti ini sudah pasti memenuhi kriteria time bound. Kriteria result

oriented terpenuhi karena hasil yang ingin dicapai dapat dilihat pada indikator

kinerja outcome, yaitu tersedianya meja.

2. Kegiatan Melakukan Kerjasama dengan Instansi Lain tidak memenuhi kriteria

spesific karena kegiatan ini terlalu luas cakupannya. Kegiatan ini termasuk ke

dalam program Ekstensifikasi PPh, padahal kerjasama dengan instansi lain tidak

sekedar dilakukan untuk memperluas subjek pajak PPh saja, melainkan dapat juga

diterapkan pada jenis pajak lainnya. Segi pelayanan publik juga sangat

membutuhkan kerjasama dengan instansi atau lembaga lain, misalnya pelayanan

pembayaran dan pelaporan pajak secara online. Jika melihat pada cakupannya,

kegiatan ini dapat diusulkan menjadi program tersendiri yang kemudian dipecah

menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih rinci. Kriteria measurable juga tidak

terpenuhi karena selain terlalu luas, kegiatan ini juga memiliki ukuran

keberhasilan yang bersifat kualitatif. Pengukuran akan mungkin dilakukan jika


57

kegiatan ini dirinci lebih lanjut untuk mendapatkan ukuran-ukuran kinerja yang

bersifat kuantitatif. Kegiatan ini memenuhi kriteria berikutnya, yaitu aggressive

but attainable karena melakukan kerjasama dengan pihak lain itu tidak mudah.

Dibutuhkan kesepakatan dan kesepahaman antara kedua belah pihak agar

kerjasama dapat memberikan manfaat yang optimal dan sesuai dengan yang

diharapkan. Namun, hubungan yang terkoordinasi bukan merupakan hal yang

mustahil untuk dicapai dan jangka waktu pencapaiannya bisa dilakukan dalam

satu tahun. Dengan demikian kriteria time-bound juga terpenuhi. Hasil yang

diharapkan juga memenuhi kriteria result oriented dan dapat dilihat pada indikator

kinerja outcome, yaitu diperolehnya data dari pihak lain, walaupun sebenarnya

bukan itu saja hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan ini.

3. Kegiatan lain yang tidak memenuhi kriteria specific adalah Kegiatan

Pemeliharaan, Kegiatan Menerbitkan Surat Teguran, Kegiatan Menerbitkan Surat

Paksa, Kegiatan Melaksanakan Penyitaan, dan Kegiatan Membuat Pengumuman

Lelang. Khusus untuk empat kegiatan yang disebutkan terakhir, kegiatan-kegiatan

tersebut menggunakan nama yang sama untuk dua program yang berbeda, yaitu

Program Penagihan PPh dan PPN serta Program Penagihan PBB dan BPHTB.

Penamaan semacam ini dapat membingungkan pembaca yang tidak

memperhatikan keterkaitan antara kegiatan-kegiatan tersebut dengan programnya.

Kegiatan sebaiknya diberikan nama yang spesifik, misalnya Kegiatan

Menerbitkan Surat Teguran PBB dan BPHTB, sehingga fokus kegiatan tersebut

dapat dipahami oleh pembaca.


58

Alokasi anggaran untuk masing-masing kegiatan adalah hal yang tidak

diungkapkan dalam rencana kinerja LAKIP ini. Dalam formulir PKK sudah ada

beberapa kegiatan yang diungkapkan jumlah anggarannya, tetapi jumlah kegiatan

yang disebutkan tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah kegiatan

yang belum ada alokasi anggarannya selama tahun 2008. Penyebabnya mungkin

anggaran belanja yang ada pada DIPA belum diperoleh pada waktu rencana kinerja

disusun sehingga unit kerja dalam hal ini tidak bisa melakukan alokasi anggaran. Jika

hal ini terjadi, maka unit kerja yang bersangkutan tentu tidak bisa disalahkan. Tidak

adanya alokasi dana untuk masing-masing kegiatan menyebabkan kegiatan evaluasi

atas efisiensi penggunaan dana tidak bisa dilakukan. Evaluasi ini baru bisa dilakukan

jika pencataan data keuangan dan data kinerja sudah cukup baik sehingga tersedia

rincian biaya yang terjadi dan analisis biaya dapat dilakukan.

D. Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja

1. Indikator Kinerja

Kegiatan yang telah dirumuskan perlu dilengkapi dengan indikator kinerja yang

terdiri dari: input (masukan), output (keluaran), outcome (hasil), benefit (manfaat),

dan impact (dampak). Selain memuat indikator kinerja yang dipakai, sebuah LAKIP

juga perlu untuk menjelaskan tentang cara perhitungan dan interpretasi, cara

perolehan data, serta penetapan target capaian masing-masing indikator kinerja.

LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008 dalam hal ini sudah memuat

indikator-indikator kinerja yang dipakai untuk tiap kegiatan. Indikator kinerja yang

dimuat dalam LAKIP tersebut meliputi indikator input, output, dan outcome.

Indikator benefit dan impact tidak dimuat karena kedua indikator ini baru tampak
59

dalam jangka panjang dan memiliki dimensi eksternal. Target capaian untuk masing-

masing indikator kinerja juga sudah dimuat dalam formulir PKK. Kesimpulannya,

indikator kinerja dan target capaiannya sudah dicantumkan secara lengkap dalam

LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah.

Kekurangan yang tampak dalam LAKIP ini adalah tidak dijelaskannya cara

perhitungan dan interpretasi serta cara perolehan data untuk indikator-indikator

tersebut. Sebenarnya bentuk penjelasan seperti ini tidak diperlukan jika semua

indikator yang dipakai sudah terukur dan jelas wujudnya. Misalnya, indikator input

mengukur semua sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.

Indikator jenis ini sudah jelas wujud dan keterukurannya. Hal yang sama juga dapat

diamati pada indikator output. Indikator kinerja output adalah sesuatu yang

diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik maupun non

fisik. Meskipun kadangkala tidak berwujud karena berupa jasa, indikator jenis ini

masih dapat diukur dengan baik karena berdimensi internal. Data-data untuk

mengukurnya sudah tersedia dari sumber-sumber internal dan tidak perlu mencarinya

ke pihak-pihak di luar suatu unit/instansi.

Penjelasan tentang cara perhitungan dan interpretasi serta cara perolehan data

diperlukan ketika indikator kinerja yang dipakai tidak mudah untuk diukur. Indikator

kinerja outcome, benefit, dan impact kebanyakan bersifat kualitatif yang

dikuantitatifkan dengan satuan persentase (%). Ketiga indikator ini memiliki dimensi

eksternal. Untuk indikator outcome dan benefit, selain berdimensi eksternal, keduanya

juga memiliki dimensi internal. Bedanya, bobot indikator internal lebih dominan pada

indikator outcome sementara untuk indikator benefit bobot eksternalnya lebih


60

dominan. Karena bersifat kualitatif dan memiliki dimensi eksternal, agar tidak terjadi

kesalahan persepsi antara pembuat dan pembaca laporan, untuk ketiga jenis indikator

ini perlu diberikan penjelasan yang memuat maksud indikator kinerja yang

dipergunakan serta cara/ dasar penghitungan capaian. Penjelasan ini dapat disajikan

tersendiri pada bagian Lampiran ataupun dengan menambahkan kolom keterangan

pada Bab II dalam pengungkapan tentang Renja.

2. Pengukuran Kinerja

Setelah membuat rencana strategis dan rencana kinerja, maka suatu unit/instansi

harus melakukan pencataan atas data-data kinerja yang nantinya akan

diperbandingkan antara rencana dan realisasinya. Dengan adanya pencatatan ini unit/

instansi tersebut dapat melakukan pengukuran kinerja pada tahun yang bersangkutan

untuk kemudian dibandingkan dengan rencana kinerjanya. Menurut Pedoman

Penyusunan Pelaporan AKIP, pengukuran kinerja instansi pemerintah ini dilakukan

dengan menggunakan dua formulir, yaitu PKK dan PPS.

Pengukuran kinerja dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008

dalam hal ini disajikan dalam bagian lampiran dengan menggunakan satu formulir,

yaitu PKK. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, formulir PKK yang disajikan dalam

LAKIP ini pada dasarnya merupakan gabungan antara formulir standar PKK dan PPS

dari LAN, sehingga dapat menunjukkan keterkaitan antara program dan kegiatan

dengan sasaran yang ingin dicapai. Penjelasan/ evaluasi atas data pengukuran ini

dilakukan dalam Bab III. Penyajian pengukuran kinerja di tempat yang terpisah dari

penjelasannya tentunya menyebabkan laporan tersebut menjadi tidak mudah untuk


61

dipahami karena pembaca harus membuka bagian lampiran terlebih dahulu untuk

melihat data yang sebenarnya.

Menurut penulis, penggabungan formulir PKK dan PPS menjadi satu formulir

menjadikan informasi di dalamnya lebih sinergis. Namun, sebaiknya formulir PSS

yang terpisah tetap dilampirkan pada LAKIP sehingga dapat menampung kebutuhan

pembaca yang ingin memfokuskan perhatian pada pengukuran pencapaian sasaran

saja. Atau penggabungan formulir PKK dan PPS tersebut diberi nama baru sehingga

penyajian formulir PKK dan PPS yang terpisah dapat dilampirkan pada LAKIP.

Penambahan lampiran akan menambah kepadatan informasi tanpa mengurangi

kesederhanaan laporan.

3. Evaluasi dan Analisis Kinerja

Evaluasi dan analisis kinerja kegiatan dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta

Palmerah dituangkan dalam tiga sub-subbab, yaitu evaluasi hasil-hasil dan kinerja

input, output, dan outcomes; hambatan yang dihadapi dan langkah-langkah yang telah

diambil dalam mengatasi hambatan; serta analisis kinerja program dan pencapaian

sasaran. Selain capaian kinerja yang penting, dalam subbab evaluasi hasil-hasil dan

kinerja input, ouput dan outcome juga disebutkan tentang kondisi-kondisi yang dapat

mendukung hasil yang dimaksud.

Evaluasi dan analisis pencapaian sasaran pada LAKIP ini disajikan dalam tiga

sub-subbab, yaitu evaluasi pencapaian sasaran, hambatan yang dihadapi dan langkah-

langkah yang telah diambil dalam mengatasi hambatan, serta analisis sasaran dalam

kaitannya untuk mencapai tujuan.


62

Penulis berpendapat bahwa ada beberapa hal yang perlu dicermati dan diperbaiki

terkait dengan isi pengungkapan evaluasi dan analisis kinerja dalam LAKIP ini.

Pertama, terdapat beberapa ketidaksesuaian antara komponen Renstra di formulir

PKK dengan komponen Renstra di narasi LAKIP, yaitu:

a. Program nomor dua dan tiga pada Renja disebutkan secara terpisah,

sedangkan pada formulir PKK kedua program tersebut digabung menjadi

program Pembinaan dan Peningkatan Kualitas SDM serta Pengelolaan Keuangan.

Seharusnya pengungkapan program pada formulir PKK mengikuti apa yang ada

pada Renja karena Renja ditetapkan pada awal tahun dan baru diukur kemudian.

Menurut penulis, penyajian yang tidak konsisten ini disebabkan karena penyusun

LAKIP beranggapan bahwa kedua program tersebut memiliki karakteristik yang

sama, yaitu berkaitan dengan kegiatan tata usaha kantor yang semuanya

dilaksanakan oleh Subbag Umum, sehingga seiring berjalannya waktu dianggap

perlu untuk menggabungkannya ketika dilakukan pengukuran.

Jika memang ingin menggabungkan kedua program tersebut, KPP Pratama

Jakarta Palmerah sebaiknya baru mengakomodasinya pada penyampaian RKT

tahun berikutnya, sedangkan untuk tahun 2008 tetap mengacu pada Renja yang

bersangkutan. Jika memang mendesak untuk diubah, maka perubahan tersebut

harus diungkapkan dalam LAKIP. Ketidaksesuaian ini sebenarnya tidak

mengganggu pelaksanaan program dan kegiatan serta pengukurannya, tetapi

mengurangi unsur ketertiban dalam suatu laporan resmi.

Penulis mengusulkan agar program nomor dua dan tiga tetap dipisah karena

kedua program tersebut mengelola sumber daya yang berbeda. Program nomor
63

dua berkaitan dengan manusia yang selalu dinamis dan memerlukan keterampilan

dalam berinteraksi, sedangkan program nomor tiga mengurusi keuangan yang

sangat sensitif dan membutuhkan ketelitian. Apabila digabung, program ini akan

menjadi terlalu luas dan kurang spesifik.

b. Terdapat pengukuran kinerja kegiatan Menyelesaikan Seluruh Pengajuan

Permohonan WP BPHTB (Wajib Pajak Bea Perolehan atas Hak Tanah dan

Bangunan) pada formulir PKK tetapi kegiatan ini tidak tercantum pada Renja.

Penulis berpendapat bahwa hal ini terjadi karena timbulnya kegiatan baru yang

belum diperkirakan pada saat Renja disusun. Perkembangan/ perubahan atas

program dan kegiatan yang telah ditetapkan sangat mungkin terjadi karena pada

dasarnya Renstra merupakan rencana kinerja jangka panjang. Selama dapat

menjamin tercapainya visi dan misi organisasi, penambahan kegiatan yang baru

tidak dilarang asalkan ada pengungkapannya di dalam LAKIP.

Penulis menganalisis bahwa kegiatan baru ini dapat mendukung tercapainya

visi dan misi KPP Pratama Jakarta Palmerah sehingga layak ditambahkan pada

Renja. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pengajuan selama satu tahun yang cukup

banyak dan pencapaian kinerja input, output, dan outcome sebesar 100%.

Keberhasilan ini dapat meningkatkan citra KPP Pratama Jakarta Palmerah di mata

WP. Sayangnya penambahan kegiatan ini tidak diungkapkan atau dijelaskan

dalam LAKIP baik mengenai alasannya, termasuk program yang mana, maupun

penentuan indikatornya. Selain itu, pada indikator input terdapat 160 surat

pengajuan pengurangan BPHTB dan pada indikator output tidak ada Surat

Keputusan Pengurangan yang dihasilkan, tetapi tingkat pencapaian kinerja


64

outputnya sebesar 100%. Hal ini tentunya memerlukan penjelasan lebih lanjut

agar tidak menimbulkan berbagai dugaan dari para pembaca. Penjelasan yang

ingin pembaca ketahui misalnya kenapa tidak ada output yang dihasilkan dan

bagaimana menemukan angka 100% tersebut.

Apabila di masa-masa yang akan datang akan ada penambahan atau

pengurangan program dan kegiatan, penulis mengusulkan agar perubahan tersebut

diungkapkan di dalam LAKIP. Instansi juga perlu menganalisis dan

mengantisipasi dengan seksama kemungkinan program dan kegiatan baru yang

akan timbul di tahun-tahun berikutnya.

c. Pada sub-subbab evaluasi pencapaian sasaran dijelaskan bahwa sasaran KPP

Pratama Jakarta Palmerah memiliki nilai capaian di atas 100%. Di sini sekali lagi

sudah disebutkan dengan jelas bahwa sasaran KPP Pratama Jakarta Palmerah ada

dua yaitu mewujudkan tercapainya penerimaan pajak tahun 2008 sebesar Rp482

milyar dan mewujudkan pelayanan yang baik. Namun, pada formulir PKK hanya

terdapat satu sasaran yaitu sasaran peneriman pajak dan perbedaan ini tidak

dijelaskan di dalam LAKIP. Pembaca yang melihat hal ini bisa saja menduga

bahwa sasaran pelayanan tidak tercapai atau dihilangkan. Menurut penulis,

sasaran tersebut tidak tercantum dalam formulir PKK lebih karena kelalaian atau

kealpaan, bukan karena tidak tercapai atau sengaja dihilangkan. Yang mendasari

pendapat penulis adalah secara umum pada KPP Pratama Jakarta Palmerah tingkat

pencapaian kegiatannya, selain kegiatan penerimaan pajak, mencapai 100%.

Kelalaian ini menyebabkan informasi mengenai keterkaitan antara sasaran dengan

program dan kegiatan untuk mencapainya menjadi tidak lengkap.


65

Analisis penulis diperkuat dengan adanya nomor urut pada masing-masing

program yang menunjukkan bahwa sebenarnya ada lebih dari satu sasaran yang

diukur dalam formulir PKK. Misalnya, program Percepatan Penyelesaian

Pelayanan diberi nomor 1.3 berarti program tersebut merupakan program ketiga

yang mendukung pencapaian sasaran pertama. Namun, ternyata penomoran ini

baru berhenti pada angka 3 (tiga), misalnya nomor 3.1 untuk program

Ekstensifikasi PPh, yang berarti ada tiga sasaran pada tahun 2008. Kemudian

penulis membandingkannya dengan Formulir PPS yang merupakan dokumen

intern kantor. Ternyata memang terdapat tiga sasaran KPP Pratama Jakarta

Palmerah yang disajikan dalam formulir PPS. Sasaran kedua adalah sasaran

Tingkat Kepatuhan WP yang Tinggi dan sasaran ketiga adalah Mengoptimalkan

Pelaksanaan Ekstensifikasi. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi perubahan

dan penambahan sasaran yang dilakukan selama tahun 2008. Perubahan dan

penambahan ini tetap dimungkinkan jika memang dibutuhkan organisasi. Dalam

sub-subbab Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Program Instansi pada skripsi ini

penulis juga berpendapat bahwa KPP Pratama Jakarta Palmerah perlu menambah

jumlah sasarannya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada kelemahan-kelemahan dalam

evaluasi pencapaian sasaran. Tidak adanya pengungkapan bahwa telah terjadi

perubahan dan penambahan sasaran pada LAKIP menyebabkan informasi yang

dibaca membingungkan. Seharusnya ada penjelasan singkat mengenai perubahan

tersebut. Selain itu, tidak dilampirkannya formulir PPS yang terpisah menyebabkan

hilangnya informasi mengenai indikator sasaran. Informasi ini sangat penting bagi
66

pembaca untuk mengetahui dan mengevaluasi pengukuran pencapaian sasaran yang

telah dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah. Dengan demikian, sebaiknya

formulir PSS yang terpisah tetap dilampirkan pada LAKIP agar LAKIP dapat

menyediakan informasi yang lengkap dan utuh.

Uraian singkat mengenai ketidaksesuaian antara komponen Renstra di formulir

PKK dengan komponen Renstra di narasi LAKIP disajikan pada Tabel IV.2.

Tabel IV.2
Ketidaksesuaian antara Komponen Renstra di Formulir PKK dengan Komponen
Renstra di Narasi LAKIP

No. Keterangan Komponen Formulir Narasi


Renstra PKK LAKIP
1. • Pembinaan dan Peningkatan Kualitas Program Digabung Dipisah
SDM
• Pengelolaan Keuangan
2. Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Kegiatan Ada Tidak
Permohonan WP BPHTB Ada
3. Mewujudkan Pelayanan yang Baik Sasaran Tidak Ada
Ada

Kedua, sub-subbab evaluasi pencapaian sasaran didahului oleh kalimat: ”Kinerja

kegiatan yang nilai capaiannya di atas 100% sebagaimana terlampir dalam formulir

PPS....” Kalimat ini bertentangan dengan sistematika penyajian pada Bab I LAKIP

tentang Pendahuluan yang menyebutkan bahwa lampiran LAKIP KPP Pratama

Jakarta Palmerah terdiri dari formulir PKK tahun 2008 dan formulir PK tahun 2009.

Mungkin saja maksud penyusun LAKIP dalam kalimat tersebut adalah mengacu pada

formulir PKK yang didalamnya sudah termasuk unsur formulir PPS. Jika memang

demikian, sebaiknya kata-kata formulir PPS diganti dengan formulir PPK atau

formulir PPS tersebut benar-benar dilampirkan di dalam LAKIP.


67

Ketiga, terdapat ketidaksesuaian isi sub-subbab ketiga dengan isinya. Sub-subbab

yang digunakan dalam hal ini adalah analisis sasaran dalam kaitannya untuk mencapai

tujuan, sementara isinya justru memuat tentang kondisi-kondisi yang mendukung

pencapaian sasaran. Seharusnya dijelaskan bagaimana pencapaian sasaran dapat

mendukung pencapaian tujuan. Misalnya, isinya menguraikan kontribusi (dalam

persentase) KPP Pratama Jakarta Palmerah atas pencapaian keberhasilan terpenuhinya

penerimaan pajak sebesar 114,01% terhadap tax ratio.

Keempat, KPP Pratama Jakarta Palmerah tidak melakukan evaluasi terhadap

semua kegiatan sehingga sulit mengetahui akuntabilitas kegiatan secara keseluruhan.

Evaluasi hanya dilakukan pada delapan kegiatan yang terdiri dari empat kegiatan

dengan nilai capaian di atas 100% dan empat kegiatan yang mengalami hambatan.

Pengungkapan semacam ini sebenarnya sudah memenuhi baik prinsip pengecualian

maupun kriteria minimal pelaporan menurut LAN dimana LAKIP melaporkan tingkat

keberhasilan dan hambatan yang dihadapi beserta langkah-langkah penyelesaiannya.

Penulis mencoba membuat perbandingan sederhana mengenai kinerja seluruh

kegiatan untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan telah berhasil atau tidak. Pada

formulir PKK telah tersedia indikator kinerja yang terdiri dari indikator kinerja input,

output, dan outcome. Oleh karena tidak ada keterangan mengenai cara perhitungan

dan interprestasi terhadap masing-masing indikator, penulis menafsirkan bahwa

pengukuran tingkat capaian kinerja yang digunakan oleh KPP Pratama Jakarta

Palmerah dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan rencana

(target). Kemudian hasil pengukuran dinyatakan dalam bentuk persentase.


68

Jumlah seluruh kegiatan yang dibandingkan oleh penulis adalah 48 kegiatan.

Jumlah ini melebihi jumlah kegiatan yang diungkapkan di Renja yang berjumlah 47

kegiatan. Perbedaan jumlah ini disebabkan oleh adanya penambahan kegiatan

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel IV.2 nomor 2 (dua). Kondisi-kondisi

pengecualian yang dilakukan dalam membandingkan kinerja kegiatan-kegiatan

instansi antara lain:

a. Indikator kinerja yang tidak dapat diketahui data tentang target pencapaiannya

atau targetnya sama dengan nol tidak ikut diperhitungkan.

b. Indikator kinerja yang berupa dana atau anggaran atau dalam bentuk rupiah tidak

ikut diperhitungkan karena tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat

pencapaian mana yang dianggap baik, apakah pencapaian di bawah 100% atau

pencapaian sama dengan dan di atas 100%.

c. Perhitungan dan perbandingan kinerja dilakukan secara sederhana tanpa

menggunakan perhitungan secara statistik.

Berdasarkan kondisi-kondisi pengecualian yang telah disebutkan sebelumnya,

penulis memperoleh jumlah masing-masing indikator kinerja yang akan

dibandingkan. Dari 48 kegiatan yang ada, terdapat 121 indikator kinerja input, 79

indikator kinerja output, dan 38 indikator kinerja outcome. Kinerja input yang

memiliki tingkat capaian sama dengan atau lebih dari 100% berjumlah 86 input.

Dengan kata lain, input yang kinerjanya dianggap berhasil mencapai target adalah

sebesar 71,07%. Demikian pula halnya dengan output dan outcome. Kinerja output

dan outcome yang memiliki tingkat capaian sama dengan atau lebih dari 100%

masing-masing berjumlah 50 output dan 26 outcome. Jumlah ini menunjukkan bahwa


69

kinerja output dan outcome yang dianggap memuaskan adalah masing-masing sebesar

63,29% dan 68,42%. Perhitungan singkat mengenai perbandingan kinerja yang

dilakukan oleh penulis disajikan pada Tabel IV.3.

Tabel IV.3
Perbandingan Kinerja Kegiatan
Berdasarkan Pengukuran Kinerja pada Formulir PKK

Jumlah Frekuensi Tingkat Capaian Persentase


yang Dibandingkan < 100% ≥ 100% (c÷a)
(a) (b) (c)
Kegiatan : 48
Indikator Kinerja
Input : 121 35 86 71,07%
Output : 79 29 50 63,29%
Outcome : 38 12 26 68,42%

Berdasarkan hasil perbandingan yang telah diuraikan oleh penulis, secara kasat

mata dapat kita lihat bahwa semua kinerja yang berhasil memenuhi target capaian

menunjukkan persentase di atas 50% yang berarti terdapat lebih banyak kinerja yang

berhasil daripada kinerja yang gagal. Walaupun perbandingan ini dilakukan secara

sederhana dan tidak menjadi patokan satu-satunya dalam mengukur keberhasilan

suatu kegiatan, setidaknya kita mengetahui bahwa masih banyak kegiatan lain yang

sebenarnya berhasil dilaksanakan oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah tetapi tidak

diungkapkan dalam LAKIP tahun 2008.

4. Data Akuntabilitas Kinerja

Dalam menyusun LAKIP, suatu unit/ instansi perlu memilih metode-metode

penyajian yang cocok untuk menyampaikan suatu informasi tertentu. Metode yang

dapat digunakan antara lain adalah penyajian secara naratif, penyajian dalam bentuk
70

tabel, serta penyajian dalam bentuk grafik. Masing-masing metode ini memiliki

kelebihan dan kekurangan.

LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah menyajikan data akuntabilitas kinerjanya

dengan menggunakan tabel dalam formulir PKK. Selain itu, dalam Bab III juga dibuat

pula bentuk penyajian lain yaitu dengan menggunakan narasi. Metode penyajian

seperti ini sudah dipraktikkan selama beberapa tahun oleh KPP Pratama Jakarta

Palmerah sehingga para pengguna LAKIP ini , yaitu Kanwil Jakarta Barat maupun

Kantor Pusat DJP, sudah cukup terbiasa dan memahaminya. Dengan demikian,

penyajian seperti ini sudah cukup baik dan informatif. Dengan menggunakan tabel,

pembaca dapat membandingkan data capaian/ realisasi kinerja dengan rencananya. Di

lain pihak, penggunaan narasi memungkinkan ditariknya suatu kesimpulan dari data

yang disajikan dalam formulir PKK.

5. Aspek Keuangan

Akuntabilitas publik muncul sebagai akibat penggunaan dana yang bersumber dari

masyarakat. Instansi pemerintah memperoleh dana yang berasal dari alokasi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun dana yang berasal dari

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Perolehan dan penggunaannya tentu saja

harus dipertanggungjawabkan, apalagi aspek keuangan sangat bersifat sensitif dan

rentan dengan penyimpangan. Aspek keuangan merupakan salah satu aspek

pendukung yang perlu diungkapkan dalam LAKIP.

Aspek keuangan dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008

disajikan dalam Bab III bagian C. Penyajian semacam ini telah memenuhi format

standar pelaporan AKIP dari LAN yang menempatkan akuntabilitas keuangan pada
71

Bab III LAKIP dengan subbab tersendiri. Aspek keuangan disajikan dalam bentuk

tabel dan diberikan penjelasan singkat mengenai sumber perolehan dana. Di samping

itu, pada alinea kedua dan ketiga disebutkan bahwa KPP Pratama Jakarta Palmerah

telah melaksanakan DIPA sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak pernah

melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran beban anggaran negara.

Meskipun telah memenuhi format standar, isi penyajian akuntabilitas keuangan

masih belum memadai. Pengungkapan aspek keuangan juga harus menitikberatkan

pada penggunaan dana, artinya harus ada pengungkapan mengenai anggaran yang

diperoleh instansi digunakan untuk apa saja. Sebenarnya penyajian ini dapat

dilakukan secara naratif dengan merangkum data yang ada pada formulir PKK

dimana biasanya pada indikator input dan output terdapat alokasi anggaran dan

realisasi untuk tiap-tiap kegiatan. Namun, sangat disayangkan KPP Pratama Jakarta

Palmerah hanya menyajikan alokasi anggaran pada beberapa kegiatan saja sehingga

sulit untuk membuat suatu ikhtisar mengenai pertanggungjawaban penggunaan dana.

Penyebabnya mungkin saja pada saat penetapan Renja belum diperoleh informasi

mengenai anggaran belanja di dalam DIPA, tetapi seiring berjalannya waktu

informasi tersebut seharusnya sudah bisa dicantumkan di dalam formulir PKK dan

diungkapkan dalam LAKIP.

Kekurangan lain yang muncul pada aspek keuangan adalah tidak dilakukannya

analisis efisiensi biaya. Menurut Mardiasmo, analisis efisiensi dilakukan dengan

membandingkan antara input dan output. Penyebabnya adalah ketiadaan alokasi

anggaran pada input dan output masing-masing kegiatan sehingga KPP Pratama

Jakarta Palmerah kesulitan menganalisisnya. Dari uraian di atas dapat diketahui


72

bahwa penyajian data mengenai penggunaan dana anggaran menjadi sangat penting.

Tanpa analisis efisiensi, pembaca akan memiliki berbagai persepsi mengenai aspek

keuangan yang disajikan dalam LAKIP. Sebagai contoh, pada tahun 2008 tingkat

realisasi penggunaan DIPA pada KPP Pratama Jakarta Palmerah sebesar 69,45%.

Pembaca menjadi bingung apakah penggunaan anggaran yang di bawah plafonnya ini

disebabkan oleh efisiensi anggaran atau oleh tidak berjalannya kegiatan-kegiatan

tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas keuangan tidak

dapat dipisahkan dengan akuntabilitas kinerja.

E. Evaluasi atas Aspek Pendukung Lainnya

Selain aspek keuangan, aspek pendukung lainnya yang perlu diungkapkan dalam

LAKIP adalah aspek sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta metode kerja,

pengendalian manajemen, dan kebijaksanaan lain yang mendukung pelaksanaan tugas

utama instansi. Aspek sumber daya manusia telah diungkapkan di Bab I LAKIP

dengan cukup jelas dan rinci. Penulis menganggap bahwa penyajian tersebut sudah

memadai karena telah diungkapkan rincian SDM berdasarkan jabatan, tingkat

pendidikan, golongan, dan jenis kelamin. Pembaca dapat mengetahui bahwa sumber

daya manusia merupakan modal utama berupa brainware yang dapat diarahkan untuk

meningkatkan akuntabilitas kinerja dalam mencapai visi dan misi KPP Pratama

Jakarta Palmerah.

Aspek sarana dan prasarana serta aspek metode kerja, pengendalian manajemen,

dan kebijaksanaan lain tidak diungkapkan dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta

Palmerah, padahal kedua aspek ini turut memberikan andil dalam upaya instansi

untuk melaksanakan rencana stratejiknya. Pertanggungjawaban kedua aspek ini juga


73

diperlukan karena keduanya tidak lepas dari perhatian pengguna LAKIP terkait

apakah pengelolaannya memenuhi value for money. Pembaca ingin mengetahui

apakah sarana dan prasarana diperoleh secara ekonomis, dipelihara secara efisien, dan

dimanfaatkan secara efektif. Di samping itu, pembaca juga perlu mengetahui apakah

organisasi dijalankan secara efektif dan efisien sebagaimana diamanatkan di dalam

pernyataan visi instansi, misalnya KPP Pratama Jakarta Palmerah dapat melampirkan

bagan organisasi yang menggambarkan rentang jabatan dan sistem pengendalian

internal pada seluruh jajaran organisasi. Selain itu juga dapat ditambahkan penyajian

tentang kode etik pegawai secara singkat.

F. Evaluasi atas Pengungkapan Lingkungan Strategis Organisasi

Pengungkapan dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008 telah

menjelaskan secara ringkas mengenai lingkungan strategis baik internal maupun

eksternal. Peran dan tanggung jawab yang diamanatkan kepada KPP Pratama Jakarta

Palmerah dapat diketahui dengan jelas melalui pernyataan singkat mengenai tugas

pokok dan fungsi di bagian pendahuluan. Akan tetapi, meskipun judul subbab

menyebutkan adanya pengungkapan struktur organisasi, uraiannya sama sekali tidak

menyinggung struktur organisasi KPP Pratama Jakarta Palmerah baik dalam bentuk

narasi maupun bentuk gambar atau skema. Agar relevan dengan judulnya, subbab

tersebut sebaiknya menjelaskan struktur organisasi baik mengenai susunannya

maupun fungsi utama masing-masing bagian. Pengungkapan lingkungan internal

lainnya seperti sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan metode kerja telah

diuraikan sebelumnya pada subbab Aspek Pendukung Lainnya.


74

Dalam pengungkapan lingkungan eksternal, menurut penulis masih belum

mencerminkan kekuatan sesungguhnya atas lingkungan strategis instansi. Memang

telah dijelaskan bahwa wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Palmerah sangat strategis

bagi pelaku bisnis karena terletak di wilayah yang saat ini dikembangkan sebagai

kawasan bisnis terpadu yang meliputi sentra bisnis. Namun, ada beberapa hal yang

kiranya dapat ditambahkan secara singkat dalam pengungkapan lingkungan eksternal

tersebut. Pertama, perlu disebutkan lokasi tepatnya dimana sentra bisnis tersebut

berada dan alamat lengkap KPP Pratama Jakarta Palmerah itu sendiri. Kedua,

persentase sektor-sektor usaha yang memberikan kontribusi penerimaan pajak di

wilayah kerja instansi. Ketiga, tingkat kepatuhan dan kepuasan Wajib Pajak serta

tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat atas perpajakan. Keempat, tidak hanya

sektor usaha yang diungkapkan, melainkan juga sektor non usaha yang potensial,

misalnya kenaikan luas tanah dan bangunan yang akan berpengaruh pada penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan lingkungan strategis

organisasi pada LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008 sudah memadai

bila dilihat dari segi kelengkapan dan kepadatan. Artinya adalah pengungkapan

tersebut telah menyajikan lingkungan strategisnya baik secara internal maupun

eksternal meskipun perlu ada sedikit penambahan dan dijelaskan secara singkat

namun padat informasi.

G. Evaluasi atas Simpulan Hasil Evaluasi Keseluruhan

Simpulan hasil evaluasi keseluruhan dimuat pada ringkasan eksekutif dan bagian

penutup dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008. Simpulan yang
75

dibuat oleh instansi menyatakan bahwa secara umum kinerja organisasi menunjukkan

hasil yang memuaskan. Hal ini ditunjukkan oleh pencapaian kedua sasaran organisasi,

yaitu sasaran mewujudkan tercapainya penerimaan pajak tahun 2008 dan sasaran

mewujudkan pelayanan yang baik, dimana nilainya masing-masing mencapai 114,2%

dan 100%. Menurut penulis, pencapaian ini memang menunjukkan bahwa KPP

Pratama Jakarta Palmerah telah berusaha keras untuk melaksanakan setiap kegiatan

secara optimal dalam rangka mencapai sasarannya, terutama sasaran penerimaan.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada pada sasaran pelayanan, sebagian

besar kegiatan organisasi yang mengarah ke sana juga memiliki tingkat pencapaian

yang baik. Oleh karena itu, pada tahun 2008 akuntabilitas kinerja KPP Pratama

Jakarta Palmerah telah mendukung implementasi Renstranya.

H. Evaluasi atas Pengungkapan Strategi Pemecahan Masalah

Masalah atau kendala merupakan hal yang wajar ditemui dalam kehidupan

berorganisasi. Meskipun pada saat menyusun Renstra telah mengantisipasi faktor-

faktor penghambat yang mungkin terjadi, dalam praktiknya organisasi akan

menghadapi kendala dan hambatan baru yang dapat mengganggu proses pencapaian

misi dan tujuan. Masalah-masalah ini tentu tidak boleh diremehkan dan harus segera

ditanggulangi untuk meminimalisasi dampak yang dapat ditimbulkannya. Proses

identifikasi masalah dan pencarian solusi merupakan proses yang berulang di

sepanjang kehidupan organisasi sebagai salah satu bentuk pembaharuan diri.

KPP Pratama Jakarta Palmerah mengungkapkan strategi pemecahan masalah

dalam LAKIP tahun 2008 pada Bab III dan ringkasan eksekutif. Strategi tersebut

diformulasikan dengan memanfaatkan umpan balik dari identifikasi masalah yang


76

diungkapkan juga sebelumnya dalam LAKIP. Setiap kendala yang dihadapi oleh

organisasi disebutkan satu per satu dan kemudian disebutkan langkah-langkah

penanggulangan yang diambil untuk mengatasinya. Sebagai contoh, masalah surat

konfirmasi SSB (Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) yang

disebabkan oleh kurangnya respon dari bank tempat pembayaran diatasi oleh

organisasi dengan cara melakukan konfirmasi lisan via telepon kepada pihak bank

agar jawaban atas surat konfirmasi segera dikirim atau direspon. Strategi ini dan

strategi pemecahan masalah lainnya yang disajikan dalam LAKIP sudah tepat dan

konkrit. Dengan kata lain, KPP Pratama Jakarta Palmerah telah memberikan solusi

yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, penulis menarik simpulan sebagai berikut:

1. KPP Pratama Jakarta Palmerah telah menyusun LAKIP sesuai dengan format dan

outline menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP dari LAN walaupun ada

sedikit perbedaan menyangkut penamaan saja.

2. Visi KPP Pratama Jakarta Palmerah telah memenuhi kriteria visi yang baik.

Misinya juga relevan dalam mendukung visi organisasi serta telah menjawab

pertanyaan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan

bagaimanamelakukannya.

3. Rumusan tujuan dan sasaran yang disajikan dalam LAKIP KPP Pratama Jakarta

Palmerah tahun 2008 sudah dinyatakan secara jelas dan tegas sesuai dengan

definisi dan orientasinya. Namun berdasarkan hasil evaluasi, sasaran Mewujudkan

Pelayanan yang Baik tidak memenuhi dua kriteria sasaran yang baik.

4. Keterkaitan antara tujuan, sasaran, kebijakan, dan program tidak dijelaskan dalam

narasi LAKIP. Adanya keterbatasan informasi ini menyebabkan penulis tidak bisa

77
78

menganalisis apakah kebijakan yang ditetapkan organisasi telah sejalan dengan

sasarannya dan apakah program-program yang dijalankan telah berpedoman pada

kebijakan.

5. Rencana kinerja pada Bab II LAKIP ini belum menunjukkan keterkaitan antara

tiap-tiap program dan kegiatan dengan sasaran yang hendak dicapai. Keterkaitan

ini baru ditemukan pada formulir PKK di bagian Lampiran.

6. Dari hasil evaluasi secara umum dapat disimpulkan bahwa KPP Pratama Jakarta

Palmerah telah menyusun kegiatannya sesuai dengan kriteria yang dimaksud oleh

LAN. Hanya ada beberapa kegiatan yang masih harus dicermati oleh organisasi,

yaitu kegiatan Penataan Outlet Ruang belum memenuhi kriteria specific. Di

samping itu, kegiatan Melakukan Kerjasama dengan Instansi Lain tidak

memenuhi kriteria spesific dan measurable karena selain terlalu luas, kegiatan ini

juga memiliki ukuran keberhasilan yang bersifat kualitatif.

7. LAKIP KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2008 sudah memuat indikator-

indikator kinerja yang dipakai untuk tiap kegiatan beserta target capaiannya.

Kekurangan yang tampak dalam LAKIP ini adalah tidak dijelaskannya cara

perhitungan dan interpretasi serta cara perolehan data untuk indikator-indikator

tersebut.

8. Terdapat beberapa ketidaksesuaian antara komponen Renstra di formulir PKK

dengan komponen Renstra di narasi LAKIP.

9. Karena KPP Pratama Jakarta Palmerah tidak melakukan evaluasi terhadap semua

kegiatan, penulis mencoba membuat perbandingan sederhana mengenai kinerja

seluruh kegiatan untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan telah berhasil atau
79

tidak. Berdasarkan hasil perbandingan, dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak

kinerja organisasi yang berhasil daripada kinerja yang gagal.

10. Meskipun telah memenuhi format standar, isi penyajian akuntabilitas keuangan

masih belum memadai karena belum ada analisis efisiensi biaya. Penyebabnya

mungkin saja pada saat penetapan Renja belum diperoleh informasi mengenai

anggaran belanja di dalam DIPA.

11. Penjelasan lainnya yang tidak diungkapkan dalam LAKIP adalah uraian mengenai

struktur organisasi, aspek sarana dan prasarana, serta aspek metode kerja,

pengendalian manajemen, dan kebijaksanaan lain.

12. Simpulan hasil evaluasi keseluruhan yang menyatakan bahwa kinerja KPP

Pratama Jakarta Palmerah secara umum memuaskan telah sesuai dengan

akuntabilitas yang dilaporkan. Hal ini dibuktikan dengan realisasi kedua sasaran

yang memenuhi targetnya masing-masing. Di samping itu, KPP Pratama Jakarta

Palmerah telah memberikan solusi yang relevan dengan permasalahan-

permasalahan yang dihadapi. Setiap kendala yang dihadapi oleh organisasi

disebutkan satu per satu dan kemudian disebutkan langkah-langkah

penanggulangan yang diambil untuk mengatasinya.

B. Saran

Berdasarkan kondisi yang telah dibahas dan evaluasi yang telah dilakukan, maka

dapat diberikan saran-saran perbaikan sebagai berikut:


80

1. Sasaran Mewujudkan Pelayanan yang baik perlu dinyatakan secara kuantitaif dan

ditetapkan indikator sasarannya. Saran berikutnya adalah menambahkan sasaran

baru untuk memenuhi tujuan Meningkatkan Citra KPP Pratama Jakarta Palmerah.

2. KPP Pratama Jakarta Palmerah dapat menambahkan satu kolom lagi dengan judul

kebijakan pada formulir PKK yang dilampirkan agar pembaca dapat melihat

keterkaitan antara sasaran dengan kebijakan dan kebijakan dengan program.

3. Bab II juga perlu menjelaskan secara singkat keterkaitan tiap-tiap program dan

kegiatan dengan sasaran yang hendak dicapai baik dalam bentuk tabel maupun

dalam bentuk narasi.

4. Kegiatan Penataan Outlet Ruang sebaiknya diganti menjadi kegiatan Pengadaan

Outlet Ruang secara Ekonomis, Efektif, dan Efisien serta kegiatan Melakukan

Kerjasama dengan Instansi Lain diusulkan menjadi program tersendiri yang

kemudian dipecah menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih rinci.

5. LAKIP hendaknya menyajikan penjelasan tentang cara perhitungan dan

interpretasi serta cara perolehan data untuk indikator kinerja baik disajikan

tersendiri pada bagian Lampiran ataupun dengan menambahkan kolom keterangan

pada Bab II dalam pengungkapan tentang Renja.

6. Cara untuk mengatasi ketidaksesuaian antara komponen Renstra di formulir PKK

dengan komponen Renstra di narasi LAKIP adalah sebagai berikut:

a. Program Pembinaan dan Peningkatan Kualitas SDM serta program

Pengelolaan Keuangan tetap dipisah karena kedua program tersebut mengelola

sumber daya yang berbeda.


81

b. Apabila di masa-masa yang akan datang akan ada perubahan-perubahan yang

menyangkut praktik AKIP, sebaiknya perubahan tersebut diungkapkan di

dalam LAKIP.

7. Sebaiknya formulir PSS yang terpisah tetap dilampirkan pada LAKIP agar LAKIP

dapat menyediakan informasi yang lengkap dan utuh.

8. Alokasi anggaran harus segera dilakukan ketika informasi tentang DIPA telah

diperoleh agar KPP Pratama Jakarta Palmerah dapat melakukan analisis efisiensi

biaya.

9. Dalam LAKIP perlu ditambahkan pengungkapan mengenai struktur dan bagan

organisasi serta kode etik pegawai. Tambahan informasi juga diperlukan untuk

menjelaskan lingkungan eksterrnal yang bersifat strategis.


82

Lampiran I
Bagan Organisasi
KPP Pratama Jakarta Palmerah
Kepala
Kantor

Subbagian Staf
Umum

Kelompok Seksi Pengolahan Staf


Data dan
Pejabat
Informasi
Fungsional

Seksi Pelayanan Staf

Seksi Penagihan Staf

Seksi Staf
Pemeriksaan

Seksi Staf
Ekstensifikasi
Perpajakan

Seksi Account
Pengawasan dan Representative
Konsultasi I-IV dan Staf
83

Lampiran II

Rencana Kinerja
KPP Pratama Jakarta Palmerah
Tahun 2008
Rencana Kinerja
No Program Kegiatan Indikator Kinerja
1. Peningkatan sarana dan prasarana Penataan outlet ruang Tersedianya ruang kerja/pelayanan
Pemeliharaan Terpeliharanya gedung/peralatan
2. Pembinaan dan peningkatan Mengusulkan diklat Pegawai dapat mengikuti diklat
kualitas SDM Melaksanakan inhouse training Bertambahnya pegawai yang
memahami peraturan baru
Melaksanakan rotasi intern Terlaksananya rotasi intern
Melaksanakan administrasi Terpenuhinya hak dan kewajiban
kepegawaian pegawai
3. Pengelolaan keuangan Melaksanakan pengelolaan keuangan Terealisasinya anggaran kantor
4. Percepatan penyelesaian Memberikan pelayanan NPWP dan Dapat diselesaikannya NPWP dan NP
pelayanan NP PKP PKP sesuai dengan standar waktu
Dapat diselesaikannya restitusi sesuai
Memberikan pelayanan restitusi dengan standar waktu
Dapat diselesaikannya keberatan sesuai
Menyelesaikan permohonan keberatan dengan standar waktu
Menyelesaikan permohonan Dapat diselesaikannya permohonan
mengangsur atau menunda mengangsur atau menunda
pembayaran pajak pembayaran pajak sesuai dengan
standar waktu
Menyelesaikan seluruh pengajuan Dapat dipenuhinya pelayanan
permohonan WPPBB permohonan WPPBB secara tepat
waktu
Menyusun bahan konsep uraian Dapat dipenuhinya uraian banding
banding
5. Peningkatan penyuluhan Melaksanakan penyuluhan Dapat diinformasikannya hak dan
kewajiban masyarakat
6. Pengawasan administrasi PPh Mengawasi SPT Masa PPh OP Tercapainya kepatuhan WP OP
Mengawasi SPT Masa PPh Badan Tercapainya kepatuhan WP Badan
Mengawasi SPT Masa P2PPh Tercapainya kepatuhan WP P2PPh
Mengawasi SPT Tahunan PPh OP Tercapainya kepatuhan WP OP
Mengawasi SPT Tahunan PPh Badan Tercapainya kepatuhan WP Badan
Mengawasi SPT Tahunan P2PPh
Menyusun rekapitulasi penerimaan Tercapainya kepatuhan WP P2PPh
PPh Tercapainya realisasi penerimaan PPh
7. Pengawasan administrasi PPN dan Mengawasi SPT Masa PPN Rekapitulasi realisasi penerimaan PPN
84

PTLL
8. Intensifikasi PBB dan BPHTB Mengawasi SPPT PBB Tercapainya kepatuhan WP PBB
Menerbitkan ketetapan PBB Dapat diselesaikannya proses
penerbitan ketetapan PBB tepat waktu
Dapat direalisasikannya penerimaan
Menyampaikan ketetapan PBB, PBB
penyuluhan, sosialisasi dan
monitoring Dapat dikonfirmasikannya SSB yang
Melakukan konfirmasi SSB yang masuk
masuk
9. Penagihan PPh dan PPN Menerbitkan surat teguran Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Menerbitkan surat paksa Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Dapat diterimanya informasi lelang
Melaksanakan penyitaan oleh masyarakat
Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Membuat pengumuman lelang
10. Penagihan PBB dan BPHTB Menerbitkan surat teguran Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Menerbitkan surat paksa Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Dapat diterimanya informasi lelang
Melaksanakan penyitaan oleh masyarakat
Dapat dicairkannya tunggakan pajak
Membuat pengumuman lelang
11. Pemeriksaan Melakukan pemeriksaan rutin Tercapainya rasio pemeriksaan rutin
Tercapainya rasio pemeriksaan khusus
Melakukan pemeriksaan khusus Tercapainya rasio pemeriksaan tujuan
lain
Melakukan pemeriksaan tujuan lain Terealisasinya usulan penyidikan pajak
Melaksanakan pengusutan penyidikan
pajak
12. Ekstensifikasi PPh Melakukan penyisiran wilayah Terlaksananya penyisiran wilayah
Melakukan kerjasama dengan instansi Diperolehnya data dari instansi lain
lain
13. Ekstensifikasi PPN dan PTLL Melaksanakan pemeriksaan sederhana Peningkatan jumlah PKP
pengukuhan PKP
14. Ekstensifikasi PBB Melakukan pemutakhiran NIR dan Terbentuknya peta ZNT yang lebih
ZNT mendekati nilai pasar
Pemutakhiran DBKB (Daftar Biaya Terbentuknya DBKB yang lebih
Komponen Bangunan) mendekati nilai pasar
Penilaian individual non standard Terbentuknya nilai individual objek
PBB non standard
Melaksanakan perekaman data ZNT Terekamnya data ZNT baru dalam
dan DBKB baru SISMIOP
Terekamnya data DBKB baru dalam
85

SISMIOP
Mengusulkan SK Kakanwil tentang Ditetapkannya NJOP tahun 2008
klasifikasi NJOP
15. Pengamatan potensi perpajakan Membuat monografi wilayah Dapat dipetakannya potensi wilayah
86

Lampiran III

Format Standar Formulir PPS


Menurut Lampiran Keputusan Kepala LAN
No : 239/IX/6/8/2003
Tentang
Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP

Formulir PPS
Pengukuran Pencapaian Sasaran
Tahun…
Instansi :
Persentase
Sasaran Indikator Rencana Tingkat Realisasi Pencapaian Keterangan
Sasaran Capaian (Target) Rencana
Tingkat
Capaian
1 2 3 4 5 6
87

Lampiran IV

Format Standar Formulir PKK


Menurut Lampiran Keputusan Kepala LAN
No : 239/IX/6/8/2003
Tentang
Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP

Formulir PKK

Pengukuran Kinerja Kegiatan


Tahun...
Instansi:
Kegiatan Persentase
Pencapaian
Program Uraian Indikator Satuan Rencana Realisasi Rencana Keterangan
Kinerja Tingkat Tingkat
Capaian Capaian
(Target) (Target)
1 2 3 4 5 6 7 8
88

Lampiran V
89

Lampiran VI
90

Lampiran VII

Evaluasi Kegiatan Berdasarkan Kriteria SMART

No. Kegiatan Kriteria


S M A R T
1. Penataan Outlet Ruang - √ √ √ √
2. Pemeliharaan - √ √ √ √
3. Mengusulkan Diklat √ √ √ √ √
4. Melaksanakan Inhouse Training √ √ √ √ √
5. Melaksanakan Rotasi Intern √ √ √ √ √
6. Melaksanakan Administrasi Kepegawaian √ √ √ √ √
7. Melaksanakan Pengelolaan Keuangan √ √ √ √ √
8. Memberikan Pelayanan NPWP dan NP PKP. √ √ √ √ √
9. Memberikan Pelayanan Restitusi √ √ √ √ √
10. Menyelesaikan Permohonan Keberatan √ √ √ √ √
11. Menyelesaikan Permohonan Mengangsur atau √ √ √ √ √
Menunda Pembayaran Pajak
12. Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Permohonan √ √ √ √ √
WPPBB
13. Menyusun Bahan Konsep Uraian Banding √ √ √ √ √
14. Melaksanakan Penyuluhan √ √ √ √ √
15. Mengawasi SPT Masa PPh OP √ √ √ √ √
16. Mengawasi SPT Masa PPh Badan √ √ √ √ √
17. Mengawasi SPT Masa P2PPh √ √ √ √ √
18. Mengawasi SPT Tahunan PPh OP √ √ √ √ √
19. Mengawasi SPT Tahunan PPh Badan √ √ √ √ √
20. Mengawasi SPT Tahunan P2PPh √ √ √ √ √
21. Menyusun Rekapitulasi Penerimaan PPh √ √ √ √ √
22. Mengawasi SPT Masa PPN √ √ √ √ √
23. Mengawasi SPPT PBB √ √ √ √ √
24. Menerbitkan Ketetapan PBB √ √ √ √ √
25. Menyampaikan Ketetapan PBB, Penyuluhan, √ √ √ √ √
Sosialisasi, dan Monitoring
26. Melakukan Konfirmasi SSB yang Masuk √ √ √ √ √
27. Menerbitkan Surat Teguran - √ √ √ √
28. Menerbitkan Surat Paksa - √ √ √ √
29. Melaksanakan Penyitaan - √ √ √ √
30. Membuat Pengumuman Lelang - √ √ √ √
31. Menerbitkan Surat Teguran - √ √ √ √
32. Menerbitkan Surat Paksa - √ √ √ √
33. Melaksanakan Penyitaan - √ √ √ √
34. Membuat Pengumuman Lelang - √ √ √ √
91

35. Melakukan Pemeriksaan Rutin √ √ √ √ √


36. Melakukan Pemeriksaan Khusus √ √ √ √ √
37. Melakukan Pemeriksaan Tujuan Lain √ √ √ √ √
38. Melakukan Pengusutan Penyidikan Pajak √ √ √ √ √
39. Melakukan Penyisiran Wilayah √ √ √ √ √
40. Melakukan Kerjasama dengan Instansi Lain - - √ √ √
41. Melakukan Pemeriksaan Sederhana Pengukuhan √ √ √ √ √
PKP
42. Melakukan Pemutakhiran NIR dan ZNT √ √ √ √ √
43. Pemutakhiran DBKB (Daftar Biaya Komponen √ √ √ √ √
Bangunan)
44. Penilaian Individual Non Standar √ √ √ √ √
45. Melaksanakan Perekaman Data ZNT dan DBKB √ √ √ √ √
Baru
46. Mengusulkan SK Kakanwil tentang Klasifikasi √ √ √ √ √
NJOP
47. Membuat Monografi Wilayah √ √ √ √ √

Keterangan:

S = Specific

M = Measurable

A = Aggressive but Attainable

R = Result Oriented

T = Time Bound
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N. Dan Vijay Govindarajan. Sistem Pengendalian Manajemen.


Penerjemah F. X. Kurniawan Tjakrawala. Jakarta: Salemba Empat, 2002.

David, Fred R. Manajemen Strategis : Konsep. Edisi ke-10. Penerjemah Ichsan Setiyo
Budi. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tanggal 15 Juni 1999.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta, 1999.

Lampiran Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia


(LAN) Nomor: 239/IX/6/8/2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 2003.

LAN dan BPKP. Akuntabilitas dan Good Governance. Modul 1. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara, 2000.

. Perencanaan Strategik Instansi Pemerintah. Modul 2. Jakarta: Lembaga


Administrasi Negara, 2000.

LAN dan Depdagri. Good Governance dan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah. Modul 1. Jakarta, 2007.

. Manajemen Stratejik dalam Proses Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah. Modul 2. Jakarta, 2007.

. Manajemen Stratejik: Pengukuran dan Evaluasi Kinerja. Modul 3. Jakarta,


2007.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Yogyakarta: Andi, 2002


.
Poister, Theodore H. Measuring Performance in Public and Nonprofit Organizations.
San Fransisco: Jossey-Bass, 2003.

Renyowijoyo, Muindro. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2008.

Tim Studi Pengembangan SAKIP. Pengantar dan Perencanaan Evaluasi LAKIP.


Jakarta, 2005.
104

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 tentang Perubahan Kedua atas


Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata


Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ/2009 tentang Penyusunan dan
Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Tahun 2008, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2009, Penetapan Kinerja
(PK) Tahun 2009 dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2010.
105

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : K. M. Rizka Ardhi

Tempat/Tanggal Lahir : Palembang/18 Desember 1984

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Orang Tua : K. Abubakar Z. A.

Asiah

Alamat : Jl. D. I. Panjaitan Lrg. Sekawan III No. 257

RT 07 RW II, Seberang Ulu II

Palembang

Riwayat Pendidikan : SD Negeri 32 Palembang, lulus tahun 1996.

SLTP Negeri 16 Palembang, lulus tahun 1999.

SMU Negeri 4 Palembang, lulus tahun 2002.

STAN Jakarta Program Diploma III Spesialisasi

Akuntansi, lulus tahun 2005.

STAN Jakarta Program Diploma IV, sampai saat

penyusunan skripsi ini.

You might also like