You are on page 1of 5

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE PADA TN. K


DI IGD RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Nama Mahasiswa : Yenny Mayangsari Tanggal : 1 Agustus 2018


NIM : G3A016308 Tempat : IGD RSDK

1.) IDENTITAS KLIEN : Tn. K, 54 tahun


2.) Diagnosa Medis : CHF dan Edema Pulmo
3.) Dasar pemikiran
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung
darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal
sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti
tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi
baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang
sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang
serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik
menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi
dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama
(kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi
sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.
4.) Analisa Sintesa
kontraktilitas otot miokard mengalami penurunan

penurunan COP

mengakibatkan suplai darah ke jaringan tubuh mengalami penurunan

suplai darah menurun

Penurunan kemampuan absorbs makanan

Pemasangan NGT

5.) Tindakan Keperawatan Yang Dilakukan


Pemasangan Nasogastrictube
6.) Diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
7.) Data Fokus
Tn. K, 54 tahun datang ke RS di antar keluarga pada hari Rabu, 1 Agustus
pada jam 16.00 WIB dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri dan sesak,
tampak adanya nafas cuping dan klien memegang dada sebelah kiri.
8.) Prinsip tindakan keperawatan
a. Tahap Pra Interaksi
1) Mengecek program terapi.
2) Mencuci tangan.
3) Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar).
4) Menyiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien.
b. Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
3) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy.
2) Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika
tidak ada kontra indikasi).
3) Memasang pengalas di atas dada.
4) Memakai sarung tangan.
5) Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk
memasukkan NGT. Meminta pasien bernafas dengan menutup
salah satu hidung bergantian. Membersihkan lubang hidung
yang akan digunakan.
6) Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan
sampai selang menyentuh permukaan terkontaminasi).
7) Metode tradisional : ukur selang dari prosesus xifoideus di
sternum ke hidung dan belok ke daun telinga bawah.
8) Metode Hanson : mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda.
Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri
tanda. Selang yang dimasukkan pertengahan antara tanda
pertama dan tanda kedua.
9) Menutup pangkal selang dengan spuit/klem (mencegah
masuknya udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan
pasien menjadi kembung).
10) Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT
yang akan dipasang.
11) Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan
perlahan ujung NGT melalui hidung. Menganjurkan pasien
menekuk leher/fleksi kepala setelah NGT melewati nasofaring
(3-4 cm).
12) Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila
pasien sadar, kalau perlu berikan sedikit air minum untuk
merangsang pasien menelan.
13) Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara
mengaspirasi NGT dengan spuit (jika posisi tepat akan keluar
cairan/isi lambung). Jika masih ragu lakukan tes kedua dengan
memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region lambung
(tidak direkomendasikan untuk memasukkan ujung NGT ke
dalam gelas berisi air).
14) Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan
dengan tujuan pemasangan.
15) Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi.
d. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
2) Merapikan pasien dan lingkungan.
3) Mengajak pasien berdoa dan berserah kepada Allah.
4) Berpamitan dengan pasien.
5) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
6) Mencuci tangan.
7) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

9.) Tujuan
Memasukan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi), membantu
memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung,
persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia, serta menghisap
dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi
lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia) (Asmadi,
2008.)
10.) Bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara
pencegahannya
Pemasangan NGT yang kurang tepat dapat mengakibatkan terjadinya
aspirasi.
11.)Evaluasi (Hasil yang didapatkan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di atas, hasil yang dapat
dievaluasi sebatas NGT terpasang dengan benar pada lambung melalui
auskultasi. Klien belum diberikan makanan melalui NGT tersebut.

You might also like