You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULAN

PADA LANSIA DENGAN REUMATIK

OLEH

ANDREI ROMARTHO PUNUF

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NURSE


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA, 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti
mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain
tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang
disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat (Kushariyadi, 2010).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh (Azizah, 2011).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan
usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban (Stanley, 2006).
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi
dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali
berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas,
stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Mubaraq, 2011).

B. Klasifikasi
Menurut Azizah (2011), reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan,
yaitu:
1. Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan
dan sendi besar yang menanggung beban ini.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.

C. Etiologi
Menurut Kushariyadi (2010), etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti.
Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
antara lain:
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan
saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan
pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa.
Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung
beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit)
yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering
menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih
tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat
(keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan
menjadi kronis yang progresif.

E. Patway
Umur Jenis kelamin Genetik Suku Kegemukan

Kerusakan Fokal Tulang Pembentukan tulang baru


Rawan Sendi Yang pada tulang rawan, sendi
Progresif dan tepi sendi

Perubahan Metabolisme
Tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak


makro molekul matriks tulang rawan sendi

Penurunan Kadar Proteoglikan

Berkurangnya Kadar Proteoglikan

Perubahan sifat-sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang


rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah


pecah dengan robekan

Timbul laserasi

Osteoartritis
F. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya
jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak mEnonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain:
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang
lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi
yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
umumnya tua (lansia).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
a. Sedimentasi eritrosit meningkat
b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
a. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

H. Penatalaksanaan
1. Pendidikan: meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab dan prognosis
penyakit ini
2. Istirahat: karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
3. Latihan: pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.
4. Termoterapi
5. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat, Pemberian Obat-obatan

I. Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Terjadi splenomegaly.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data
dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
c. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
d. Catat bila ada krepitasi
e. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
f. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
g. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
h. Ukur kekuatan otot
i. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
j. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-har
4. Aktivitas/istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda: Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
5. Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
6. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
7. Makanan/ cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
8. Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan\Kekeringan pada membran mukosa.
9. Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
10. Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Gejala: Pembengkakan sendi simetris
11. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
12. Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
13. Interaksi social
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.
14. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan: agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh atau perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan: agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
b. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
c. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas a. Membantu dalam menentukan kebutuhan
(skala 0-10). Catat faktor-faktor manajemen nyeri dan keefektifan
yangmempercepat dan tanda-tanda rasa program
sakit non verbal
b. Berikan matras atau kasur keras, bantal
kecil. Tinggikan linen tempat tidur b. Matras yang lembut atau empuk, bantal
sesuai kebutuhan yang besar akan mencegah pemeliharaan
c. Tempatkan atau pantau penggunaan kesejajaran tubuh yang tepat,
bantal, karung pasir, gulungan menempatkan stress pada sendi yang
trokhanter, bebat, brace. sakit. Peninggian linen tempat tidur
d. Dorong untuk sering mengubah posisi. menurunkan tekanan pada sendi yang
Bantu untuk bergerak di tempat tidur, terinflamasi atau nyeri
sokong sendi yang sakit di atas dan c. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit
bawah, hindari gerakan yang menyentak dan mempertahankan posisi netral.
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat Penggunaan brace dapat menurunkan
atau mandi pancuran pada waktu bangun nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
dan/atau pada waktu tidur. Sediakan pada sendi
waslap hangat untuk mengompres sendi- d. Mencegah terjadinya kelelahan umum
sendi yang sakit beberapa kali sehari. dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
Pantau suhu air kompres, air mandi, dan mengurangi gerakan atau rasa sakit pada
sebagainya. sendi
e. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan
dan luka dermal dapat disembuhkan

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,


ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya atau pembatasan
kontraktur.
b. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan atau
konpensasi bagian tubuh.
c. Mendemonstrasikan tehnik atau perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi Rasional
a. Evaluasi atau lanjutkan pemantauan a. Tingkat aktivitas atau latihan tergantung
tingkat inflamasi atau rasa sakit pada dari perkembangan atau resolusi dari
sendi peoses inflamasi
b. Pertahankan istirahat tirah baring b. Istirahat sistemik dianjurkan selama
atau duduk jika diperlukan jadwal eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
aktivitas untuk memberikan periode yang penting untuk mencegah kelelahan
istirahat yang terus menerus dan tidur mempertahankan kekuatan
malam hari yang tidak terganggu c. Mempertahankan atau meningkatkan
c. Bantu dengan rentang gerak aktif fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
atau pasif, demikiqan juga latihan umum. Catatan: latihan tidak adekuat
resistif dan isometris jika menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
memungkinkan aktivitas yang berlebihan dapat merusak
d. Ubah posisi dengan sering dengan sendi
jumlah personel cukup. d. Menghilangkan tekanan pada jaringan
e. Demonstrasikan atau bantu tehnik dan meningkatkan sirkulasi.
pemindahan dan penggunaan bantuan Memepermudah perawatan diri dan
mobilitas kemandirian pasien. Tehnik pemindahan
f. Posisikan dengan bantal, kantung yang tepat dapat mencegah robekan abrasi
pasir, gulungan trokanter, bebat, kulit
brace e. Meningkatkan stabilitas (mengurangi
resiko cidera) dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor

3. Gangguan citra tubuh atau perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil:
a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan
keterbatasan.
b. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi Rasional
a. Dorong pengungkapan mengenai a. Berikan kesempatan untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut atau
harapan masa depan kesalahan konsep dan menghadapinya
b. Diskusikan arti dari kehilangan atau secara langsung
perubahan pada pasien atau orang b. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
terdekat. Memastikan bagaimana mempengaruhi persepsi diri dan
pandangan pribadi pasien dalam interaksi dengan orang lain akan
memfungsikan gaya hidup sehari-hari, menentukan kebutuhan terhadap
termasuk aspek-aspek seksual. intervensi atau konseling lebih lanjut
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai c. Isyarat verbal atau non verbal orang
bagaimana orang terdekat menerima terdekat dapat mempunyai pengaruh
keterbatasan. mayor pada bagaimana pasien
d. Akui dan terima perasaan berduka, memandang dirinya sendiri
bermusuhan, ketergantungan d. Nyeri konstan akan melelahkan, dan
e. Perhatikan perilaku menarik diri, perasaan marah dan bermusuhan umum
penggunaan menyangkal atau terlalu terjadi
memperhatikan perubahan e. Dapat menunjukkan emosional ataupun
f. Susun batasan pada perilaku mal metode koping maladaptive,
adaptif. membutuhkan intervensi lebih lanjut
g. Bantu pasien untuk mengidentifikasi f. Membantu pasien untuk
perilaku positif yang dapat membantu mempertahankan kontrol diri, yang
koping. dapat meningkatkan perasaan harga diri

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil:
a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
b. Mendemonstrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi atau komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
a. Diskusikan tingkat fungsi umum a. Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum
(0-4) sebelum timbul awitan atau dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
eksaserbasi penyakit dan potensial pada keterbatasan saat ini
perubahan yang sekarang b. Mendukung kemandirian fisik atau emosional
diantisipasi c. Menyiapkan untuk meningkatkan
b. Pertahankan mobilitas, kontrol kemandirian, yang akan meningkatkan harga
terhadap nyeri dan program diri
latihan d. Berguna untuk menentukan alat bantu untuk
c. Kaji hambatan terhadap memenuhi kebutuhan individual. Misalnya:
partisipasi dalam perawatan diri. memasang kancing, menggunakan alat bantu
d. Identifikasi atau rencanakan untuk memakai sepatu, menggantungkan pegangan
modifikasi lingkungan untuk mandi pancuran
e. Kolaborasi: Konsul dengan ahli e. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
terapi okupasi. mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan
f. Kolaborasi: Atur evaluasi actual
kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta.


2011
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta.
2010.
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta. 2011.
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011

You might also like