You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326894302

Sepsis and Treatment Based on the Newest Guideline

Article · January 2018

CITATIONS READS

0 203

2 authors, including:

Febyan Febyan
Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
13 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Video Assisted Thoracoscopy Surgery View project

Percutaneous Endoscopic Gastrostomy View project

All content following this page was uploaded by Febyan Febyan on 08 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

SEPSIS DAN TATALAKSANA BERDASAR GUIDELINE TERBARU

SEPSIS AND TREATMENT BASED ON THE NEWEST GUIDELINE


Irvan*, Febyan*, Suparto*
*Departemen Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,
Jakarta, Indonesia
*
Correspondence/ Korespondensi : email.irvan2@gmail.com

ABSTRACT
Sepsis term based on newest guideline is life threatening organ dysfunction caused by
a dysregulated host respone to infection. The usage of SIRS criteria to identify sepsis
was considered to be unhelpful. Organ dysfunction is defined as an increase of SOFA
score ≥ 2. And severe sepsis is not used anymore. Septic shock is defined as a subset
of sepsis in which umderlying circulatory and metabolic abnormalities are profound
enough to substantially increase mortality. In 2016 guidelines, EGDT resuscitation
target has been removed, and recommended treatment with at least 30 mL/kg of
intravenous crystalloid given in 3 hours or less.

Keywords: Sepsis, SIRS, Septic shock

ABSTRAK
Istilah Sepsis menurut konsensus terbaru adalah keadaan disfungsi organ yang
mengancam jiwa yang disebabkan karena disregulasi respon tubuh terhadap infeksi.
Penggunaan kriteria SIRS untuk mengidentifikasi sepsis dianggap tidak membantu
lagi. Kriteria SIRS tidak menggambarkan adanya respon disregulasi yang mengancam
jiwa. Disfungsi organ didiagnosis apabila peningkatan skor SOFA ≥ 2. Dan istilah
sepsis berat sudah tidak digunakan. Septik syok didefinisikan sebagai keadaan sepsis
dimana abnormalitas sirkulasi dan metabolik yang terjadi dapat menyebabkan
kematian secara signifikan. Dalam protokol yang dikeluarkan pada tahun 2016, target
resusitasi EGDT dihilangkan, dan merekomendasikan terapi cairan kristaloid minimal
sebesar 30 ml/kgBB dalam 3 jam atau kurang.

Kata kunci: Sepsis, SIRS, Septik syok

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


97
Terakreditasi DIKTI dengan masa berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENDAHULUAN tersebut. Dan pada suatu penelitian


Berdasarkan buletin yang diterbitkan yang diadakan pada tahun 2008, angka
oleh WHO (World Health kejadian sepsis pada pasien yang masuk
Organization) pada tahun 2010, sepsis ke ICU di RS Mongolia didapatkan dua
adalah penyebab kematian utama di kali lebih besar dibandingkan dengan
ruang perawatan intensif pada negara angka di negara maju.1
maju, dan insidensinya mengalami
kenaikan. Setiap tahunnya terjadi ISI
750.000 kasus sepsis di Amerika Istilah sepsis berasal dari bahasa
Serikat. Hal seperti ini juga terjadi di Yunani “sepo” yang artinya membusuk
negara berkembang, dimana sebagian dan pertama kali dituliskan dalam suatu
besar populasi dunia bermukim. puisi yang dibuat oleh Homer (abad 18
Kondisi seperti standar hidup dan SM). Kemudian pada tahun 1914 Hugo
higienis yang rendah, malnutrisi, Schottmuller secara formal
infeksi kuman akan meningkatkan mendefinisikan “septicaemia” sebagai
angka kejadian sepsis.1 Sepsis dan syok penyakit yang disebabkan oleh invasi
septik adalah salah satu penyebab mikroba ke dalam aliran darah.
utama mortalitas pada pasien dengan Walaupun dengan adanya penjelasan
2
kondisi kritis. Pada tahun 2004, WHO tersebut, istilah seperti “septicaemia:,
menerbitkan laporan mengenai beban sepsis, toksemia dan bakteremia sering
penyakit global, dan didapatkan bahwa digunakan saling tumpang tindih.2 Oleh
penyakit infeksi merupakan penyebab karena itu dibutuhkan suatu standar
tersering dari kematian pada negara untuk istilah tersebut dan pada tahun
1
berpendapatan rendah. Berdasarkan 1991, American College of Chest
hasil dari Riskesdas 2013 yang Physicians (ACCP) dan Society of
diterbitkan oleh Kemenkes, penyakit Critical Care Medicine (SCCM)
infeksi utama yang ada di Indonesia mengeluarkan suatu konsensus
meliputi ISPA, pneumonia, mengenai Systemic Inflammatory
tuberkulosis, hepatitis, diare, malaria.3 Response Syndrome (SIRS), sepsis, dan
Dimana infeksi saluran pernafasan dan sepsis berat. Sindrom ini merupakan
tuberkulosis termasuk 5 besar penyebab suatu kelanjutan dari inflamasi yang
4
kematian di Indonesia. Kondisi serupa memburuk dimulai dari SIRS menjadi
juga terjadi di negara Mongolia, dimana sepsis, sepsis berat dan septik syok.5
penyakit infeksi merupakan 10 Dan pada bulan Oktober tahun 1994
penyebab kematian tertinggi di negara European Society of Intensive Care

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 98


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Medicine mengeluarkan suatu pertama kali dibentuk pada tahun 1991


konsensus yang dinamakan sepsis- oleh American College of Chest
related organ failure assessment Physician and Society of Critical Care
(SOFA) score untuk menggambarkan Medicine Consensus (Tabel 1).5
secara kuantitatif dan seobjektif Pada tahun 2001, SCCM, ACCP dan
mungkin tingkat dari disfungsi organ. 2 European Society of Critical Care
hal penting dari aplikasi dari skor Medicine (ESICM) merevisi definisi
SOFA ini adalah:6 sepsis dan menambahkan tingkat dari
Meningkatkan pengertian mengenai sepsis dengan akronim PIRO
perjalanan alamiah disfungsi organ dan (Predisposition, Infection, Response to
hubungan antara kegagalan berbagai the infectious challenge, and Organ
organ. dysfunction). Kemudian pada tahun
Mengevaluasi efek terapi baru pada 2016, SCCM dan ESCIM
perkembangan disfungsi organ. mengeluarkan konsensus internasional
Sepsis adalah adanya respon sistemik yang ketiga yang bertujuan untuk
terhadap infeksi di dalam tubuh yang mengidentifikasi pasien dengan waktu
dapat berkembang menjadi sepsis berat perawatan di ICU dan risiko kematian
dan syok septik.5 Sepsis berat dan syok yang meningkat. Konsensus ini
septik adalah masalah kesehatan utama menggunakan skor SOFA (Sequential
dan menyebabkan kematian terhadap Organ Failure Assesment) dengan
jutaan orang setiap tahunnya.7 Sepsis peningkatan angka sebesar 2, dan
Berat adalah sepsis disertai dengan menambahkan kriteria baru seperti
kondisi disfungsi organ, yang adanya peningkatan kadar laktat
disebabkan karena inflamasi sistemik walaupun telah diberikan cairan
dan respon prokoagulan terhadap resusitasi dan penggunaan vasopressor
infeksi.8 Syok Septik didefinisikan pada keadaan hipotensi.2 Istilah Sepsis
sebagai kondisi sepsis dengan hipotensi menurut konsensus terbaru adalah
refrakter (tekanan darah sistolik <90 keadaan disfungsi organ yang
mmHg, mean arterial pressure < 65 mengancam jiwa yang disebabkan
mmHg, atau penurunan > 40 mmHg karena disregulasi respon tubuh
dari ambang dasar tekanan darah terhadap infeksi. Penggunaan kriteria
sistolik yang tidak responsif setelah SIRS untuk mengidentifikasi sepsis
diberikan cairan kristaloid sebesar 20 dianggap sudah tidak membantu lagi.
sampai 40 mL/kg).9 Kriteria untuk Kriteria SIRS seperti perubahan dari
diagnosis sepsis dan sepsis berat kadar sel darah putih, temperatur, dan

99 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

laju nadi menggambarkan adanya mengidentifikasi septik syok adalah


inflamasi (respon tubuh terhadap adanya sepsis dengan hipotensi
infeksi atau hal lainnya). Kriteria SIRS persisten yang membutuhkan
tidak menggambarkan adanya respon vasopressor untuk menjaga mean
disregulasi yang mengancam jiwa. arterial pressure (MAP) ≥ 65 mmHg,
Keadaan SIRS sendiri dapat ditemukan dengan kadar laktat ≥ 2 mmol/L
pada pasien yang dirawat inap tanpa walaupun telah diberikan resusitasi
ditemukan adanya infeksi.10 cairan yang adekuat.2
Disfungsi organ didiagnosis apabila Walaupun penggunaan qSOFA kurang
peningkatan skor SOFA ≥ 2. Dan lengkap dibandingkan penggunaan skor
istilah sepsis berat sudah tidak SOFA di ICU, qSOFA tidak
digunakan kembali. Implikasi dari membutuhkan pemeriksaan
definisi baru ini adalah pengenalan dari laboratorium dan dapat dilakukan
respon tubuh yang berlebihan dalam secara cepat dan berulang. Penggunaan
patogenesis dari sepsis dan syok septik, qSOFA diharapkan dapat membantu
peningkatan skor SOFA ≥ 2 untuk klinisi dalam mengenali kondisi
identifikasi keadaan sepsis dan disfungsi organ dan dapat segera
penggunaan quick SOFA (qSOFA) memulai atau mengeskalasi terapi.10
untuk mengidentifikasi pasien sepsis di Patofisiologi
2
luar ICU. Walaupun penggunaan Sepsis sekarang dipahami sebagai
qSOFA kurang lengkap dibandingkan keadaan yang melibatkan aktivasi awal
penggunaan skor SOFA di ICU, dari respon pro-inflamasi dan anti-
qSOFA tidak membutuhkan inflamasi tubuh.10 Bersamaan dengan
pemeriksaan laboratorium dan dapat kondisi ini, abnormalitas sirkular
dilakukan secara cepat dan berulang. seperti penurunan volume
Penggunaan qSOFA diharapkan dapat intravaskular, vasodilatasi pembuluh
membantu klinisi dalam mengenali darah perifer, depresi miokardial, dan
kondisi disfungsi organ dan dapat peningkatan metabolisme akan
segera memulai atau mengeskalasi menyebabkan ketidakseimbangan
terapi.10 Dan septik syok didefinisikan antara penghantaran oksigen sistemik
sebagai keadaan sepsis dimana dengan kebutuhan oksigen yang akan
abnormalitas sirkulasi dan selular/ menyebabkan hipoksia jaringan
metabolik yang terjadi dapat sistemik atau syok.11 Presentasi pasien
menyebabkan kematian secara dengan syok dapat berupa penurunan
signifikan. Kriteria klinis untuk kesadaran, takikardia, penurunan

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 100


Jurnal Anestesiologi Indonesia

kesadaran, anuria. Syok merupakan koagulasi akan turut memperkuat


manifestasi awal dari keadaan patologis proses tersebut. Endotelium vaskular
yang mendasari. Tingkat kewaspadaan merupakan tempat interaksi yang paling
dan pemeriksaan klinis yang cermat dominan terjadi dan sebagai hasilnya
dibutuhkan untuk mengidentifikasi akan terjadi cedera mikrovaskular,
tanda awal syok dan memulai trombosis, dan kebocoran kapiler.
12
penanganan awal. Semua hal ini akan menyebabkan
Patofisiologi keadaan ini dimulai dari terjadinya iskemia jaringan. Gangguan
adanya reaksi terhadap infeksi. Hal ini endotelial ini memegang peranan dalam
akan memicu respon neurohumoral terjadinya disfungsi organ dan hipoksia
dengan adanya respon proinflamasi dan jaringan global.9
antiinflamasi, dimulai dengan aktivasi Penanganan
selular monosit, makrofag dan neutrofil Tata laksana dari sepsis menggunakan
yang berinteraksi dengan sel endotelial. protokol yang dikeluarkan oleh SCCM
Respon tubuh selanjutnya meliputi dan ESICM yaitu “Surviving Sepsis
mobilisasi dari isi plasma sebagai hasil Guidelines”. Surviving Sepsis
dari aktivasi selular dan disrupsi Guidelines pertama kali dipublikasi
endotelial. Isi Plasma ini meliputi pada tahun 2004, dengan revisi pada
sitokin-sitokin seperti tumor nekrosis tahun 2008 dan 2012. Pada bulan
faktor, interleukin, caspase, protease, Januari 2017, revisi keempat dari
leukotrien, kinin, reactive oxygen Surviving Sepsis Guidelines
species, nitrit oksida, asam arakidonat, dipresentasikan pada pertemuan
platelet activating factor, dan tahunan SCCM dan dipublikasikan di
9
eikosanoid. Sitokin proinflamasi Critical Care Medicine dan Intensive
seperti tumor nekrosis faktor α, Care Medicine dimana didapatkan
interleukin-1β, dan interleukin-6 akan banyak perkembangan baru pada revisi
mengaktifkan rantai koagulasi dan yang terbaru.13 Komponen dasar dari
menghambat fibrinolisis. Sedangkan penanganan sepsis dan syok septik
Protein C yang teraktivasi (APC), adalah resusitasi awal, vasopressor/
adalah modulator penting dari rantai inotropik, dukungan hemodinamik,
koagulasi dan inflamasi, akan pemberian antibiotik awal, kontrol
meningkatkan proses fibrinolisis dan sumber infeksi, diagnosis (kultur dan
menghambat proses trombosis dan pemeriksaan radiologi), tata laksana
inflamasi.8 suportif (ventilasi, dialisis, transfusi)
Aktivasi komplemen dan rantai dan pencegahan infeksi.2

101 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Early Goal-Directed Therapy (EGDT) mengubah rangkaian 6 jam dalam


yang dikembangkan oleh Rivers et al Surviving Sepsis Guideline dimana
pada tahun 2001 merupakan komponen pengukuran tekanan vena sentral dan
penting dalam protokol sebelumnya.13 saturasi oksigen vena sentral tidak
Rivers et al mengevaluasi efikasi dari dilakukan lagi.2 Dalam protokol yang
EGDT pada 263 pasien dengan infeksi dikeluarkan pada tahun 2016, target
dan hipotensi atau kadar serum laktat ≥ resusitasi EGDT telah dihilangkan, dan
4 mmol/L yang dilakukan randomisasi merekomendasikan keadaan sepsis
dan diberikan resusitasi standar atau diberikan terapi cairan kristaloid
EGDT (133 kontrol dengan 130 EGDT) minimal sebesar 30 ml/kgBB dalam 3
di ruang IGD sebelum dipindahkan ke jam atau kurang. Dengan
ruang ICU. Selama 6 jam di ruang IGD, dihilangkannya target EGDT yang
pasien dengan terapi EGDT statik (tekanan vena sentral), protokol
mendapatkan terapi cairan, transfusi ini menekankan pemeriksaan ulang
darah, dan inotropik lebih banyak klinis sesering mungkin dan
dibandingkan grup kontrol. Kemudian, pemeriksaan kecukupan cairan secara
selama 6 – 72 jam di ruang ICU setelah dinamis (variasi tekanan nadi
mendapatkan terapi EGDT, kelompok arterial).14
pasien ini memiliki tingkat ScvO2 dan Hal ini merupakan perubahan yang
pH yang lebih tinggi dengan kadar signifikan, karena pada protokol
laktat dan defisit basa yang lebih sebelumnya merekomendasikan bahwa
rendah. Skor disfungsi organ lebih baik klinisi harus menentukan angka tekanan
secara signifikan pada kelompok pasien vena sentral secara spesifik dan
EGDT. Hal ini juga berhubungan ternyata tekanan vena sentral memiliki
dengan masa inap rumah sakit yang manfaat terbatas untuk menentukan
lebih singkat dan penurunan komplikasi respon tubuh terhadap pemberian
kardiovaskular seperti henti jantung, cairan. Protokol ini menekankan bahwa
hipotensi, dan gagal nafas akut. 9
klinisi harus melakukan teknik “fluid
Pada tahun 2014, protokol EGDT ini challenge” untuk mengevaluasi
dibandingkan dengan 3 protokol lain efektivitas dan keamanan dari
seperti ARISE (Australasian pemberian cairan. Ketika status
Resuscitation in Sepsis Evaluation), hemodinamik membaik dengan
ProMISe (Protocolized Management in pemberian cairan, pemberian cairan
Sepsis), dan ProCESS (Protocolized lebih lanjut dapat dipertimbangkan.
Care for Early Septic Shock) dan hal ini Namun pemberian carian harus

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 102


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dihentikan apabila respon terhadap untuk mencapai target MAP ≥ 65


pemberian cairan tidak memberikan mmHg. Penggunaan cairan yang
efek lebih lanjut. Maka dari itu, direkomendasikan adalah cairan
protokol ini telah berubah dari strategi kristaloid dengan dosis 30 ml/kgBB
resusitasi kuantitatif ke arah terapi dan diberikan dengan melakukan fluid
resusitasi yang fokus terhadap kondisi challenge selama didapatkan
pasien tersebut dengan dipandu peningkatan status hemodinamik
pemeriksaan dinamis untuk berdasarkan variabel dinamis
mengevaluasi respon dari terapi (perubahan tekanan nadi, variasi volum
tersebut.13 Pemeriksaan lain yang dapat sekuncup) atau statik (tekanan nadi,
digunakan seperti carotid doppler peak laju nadi).7 Pada suatu penelitian yang
velocity, passive leg raising, dilakukan oleh Bernard et al ,
ekokardiografi.2 penggunaan drotrecogin α (Human
Karena infeksi menyebabkan sepsis, Activated Protein C) menurunkan
penanganan infeksi merupakan tingkat kematian pada pasien dengan
komponen penting dalam penanganan sepsis. Protein C yang teraktivasi akan
sepsis. Tingkat kematian akan menghambat pembentukan thrombin
meningkat dengan adanya penundaan dengan menginaktifasi factor Va, VIIIa
penggunaan antimikroba. Untuk dan akan menurunkan respon
meningkatkan keefektifitas penggunaan inflamasi.8
antibiotik, penggunaan antibiotik
berspektrum luas sebaiknya disertai KESIMPULAN
dengan kultur dan identifikasi sumber Sepsis adalah keadaan disfungsi organ
14
penularan kuman. Dan hal ini yang mengancam jiwa dikarenakan
dilakukan sesegera mungkin. Protokol respon tubuh terhadap infeksi yang
terbaru merekomendasikan bahwa mengalami disregulasi. Sepsis adalah
penggunaan antibiotik harus diberikan masalah kesehatan utama di dunia
maksimal dalam waktu 1 jam. yang menyerang jutaan orang di dunia
Rekomendasi ini berdasarkan berbagai setiap tahunnya dan menyebabkan
penelitian yang meunjukkan bahwa kematian pada 1 dari 4 orang.7
penundaan dalam penggunaan Pengenalan dan penanganan awal untuk
antibiotik berhubungan dengan sepsis dan septik syok akan
peningkatan resiko kematian.13 meningkatkan prognosis yang baik.
Penggunaan vasopressor yang Pengawasan terus menerus terhadap
direkomendasikan adalah norepinefrin tanda vital, saturasi oksigen, dan

103 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

jumlah urin yang dihasilkan termasuk


pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaaan akan adanya laktat
asidosis, disfungsi ginjal dan hepar,
abnormalitas koagulasi, gagal nafas
akut harus dilakukan sesegera mungkin
pada pasien yang dicurigai menderita
sepsis. Pengenalan tanda dan sumber
infeksi harus dilakukan secara
bersamaan. Dan pemberian antibiotik
harus diberikan sesegera mungkin.9
Perkembangan dalam dunia kedokteran
menawarkan berbagai hal baru dalam
penanganan sepsis. Berbagai
penelinitian klinis menunjukkan
hubungan tidak langsung antara
keseimbangan cairan positif dengan
angka kematian yang meningkat pada
pasien dengan sepsis. Konsep
pemberian cairan dengan pengawasan
kecukupan cairan dengan penggunaan
alat-alat seperti carotid doppler peak
velocity, passive leg raising, dan
ekokardiografi makin diterima.
Perkembangan metode molekular untuk
deteksi infeksi dan target pengobatan
(angiopentin 1, Slit2-N, sphingosine 1
phosphate, histones) mungkin
menghasilkan suatu perubahan di masa
depan.2

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 104


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 1 Kriteria untuk SIRS, Sepsis, Sepsis Berat, Syok septik berdasarkan
Konsensus Konfrensi ACCP/SCCM 1991.

Istilah Kriteria
2 dari 4 kriteria:

Temperatur > 38 0C atau < 36 0C


Laju Nadi > 90x/ menit
SIRS
Hiperventilasi dengan laju nafas > 20x/ menit atau CO2
arterial kurang dari 32 mmHg

Sel darah putih > 12.000 sel/uL atau < 4000 sel/ uL

Sepsis SIRS dengan adanya infeksi (diduga atau sudah terbukti)

Sepsis Berat Sepsis dengan disfungsi organ

Syok septik Sepsis dengan hipotensi walaupun sudah diberikan resusitasi


yang adekuat

105 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 2 Skor SOFA

Sistem 0 1 2 3 4
Respirasi
< 100 (13.3)
PaO2/FIO2, mmHg ≥400 <400 <200 (26.7) dengan
<300 (40) dengan bantuan
(kPa) (53.3) (53.3) bantuan pernafasan
pernafasan

Koagulasi
Platelet, x103/ ul ≥ 150 <150 <100 <50 <20

Liver
Bilirubin, mg/ dl <1.2 1.2-1.9 2.0-5.9 6.0-11.9 >12.0
(umol/L) (20) (20-32) (33-101) (102-204) (204)

Dopamin < Dopamin 5.1-15 / Dopamin >15 /


MAP MAP
5/ epinefrin ≤ 0,1 / epinefrin > 0,1 /
Kardiovaskular ≥70 <70
dobutamine norepinefrin ≤ 0,1 norepinefrin >
mmHg mmHg
(ug/kg/min) (ug/kg/min) 0,1 (ug/kg/min)

Sistem Saraf Pusat


Glasgow Coma 15 13-14 10-12 9-Jun <6

Ginjal
1,2-1.9
Kreatinin, mg/ dl <1.2 2.0-3.4 (171-
(110- 3.5-4.9 (300-440) >5.0 (440)
(umol/L) (110) 299)
170)

Tabel 3 kriteria qSOFA

Laju Nafas ≥ 22x/mnt


Perubahan Status Mental
Tekanan Darah Sistolik ≤ 100 mmHg

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 106


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 1 Gambar Rantai Koagulasi dengan dimulainya respon inflamasi,


trombosis, dan fibrinolisis terhadap infeksi.8

107 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Respon tubuh terhadap infeksi yaitu inflamasi dan prokoagulan


merupakan hal yang saling terkait. Agen penginfeksi dan
sitokin inflamasi seperti tumor nekrosis faktor α (TNF- α) dan
interleukin-1 akan mengaktifasi rantai koagulasi dengan
menstimulasi pelepasan tissue factor dari monosit dan
endotelium yang akan memicu pembentukan trombin dan fibrin
clot

Sitokin inflamasi dan thrombin dapat Protein C yang teraktifasi dapat mengambil peran
menganggu proses fibrinolisis dengan pada berbagai jalur pada respon sistemik terhadap
menstimulasi pelepasan plasminogen- infeksi dengan menghasilkan efek antitrombotik
melalui penghambatan faktor Va dan VIIIa yang
activator inhibitor 1 (PAI-1) dari platelet
akan membatasi produksi dari thrombin.
dan endotelium. PAI-1 merupakan inhibitor
poten dari tissue plasminogen activator yang
berperan untuk menghancurkan fibrin clot.

Prokoagulan thrombin juga Akibatnya, proses inflamasi, prokoagulan, dan respon


dapat menstimulasi berbagi antifibrinolitik yang diinduksi oleh trombin akan
menurun. Protein C yang teraktifasi akan
macam jalur inflamasi dan
menghasilkan efek antiinflamasi dengan menghambat
menekan sistem fibrinolitik produksi dari sitokin proinflamasi (TNF-α, interleukin
endogen dengan mengaktifkan -1, interleukin-6) oleh monosit dan menghambat
thrombin- activatable pengikatan monosit dan neutrofil dengan selectins.
fibrinolysis inhibitor (TAFI).

Hasil akhir dari respon tubuh terhadap infeksi adalah terjadinya


kerusakan endotelial menyeluruh, trombosis mikrovaskular, iskemia
organ, disfungsi multiorgan, dan kematian

Gambar 2 Gambar Rantai Koagulasi dengan dimulainya respon inflamasi,


trombosis, dan fibrinolisis terhadap infeksi.8

Volume X, Nomor 2, Tahun 2018 108


Jurnal Anestesiologi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA Bauer M, et al. The third


international concensus definitions
1. Bataar O, Lundeg G, Tsenddorj G, for sepsis and septic shock (sepsis-
Jochberger S, Grander W, Baelan I, 3). JAMA. 2016: 315 (8): 801-10.
et al. Nationwide survey on resource 11. Rivers, E, Nguyent B, Havstad S,
availability for implementing Ressler J, Muzzin A, Knoblich B, et
current sepsis guidelines in al. Early goal directed therapy in the
Mongolia. [Internet]. 2010 . [cited treatmenr of severe sepsis and septic
2018 Jan 5]. Available from: URL: shock. N Eng J Med. 2001; 345
http://www.who.int/bulletin/ (19): 1368-77.
volumes/88/11/10-077073/en/. 12. Dries JD, editors. Fundamental
2. Mehta Y, Kochar G. Sepsis and Critical Care Support. 5nd ed.
septic shock. Journal of Cardiac Mount Prospect: Third Printing;
Critical Care TSS. 2017; 1(1): 3-5. 2014.
3. Badan Penelitian dan 13. Backer D, Dorman T. Surviving
Pengembangan Kesehatan sepsis guidelines: a continuous
Kementrian Kesehatan RI. Riset move toward better care of patients
kesehatan dasar 2013. 2013. Hal. 65 with sepsis. JAMA. 2017; 317(8):
4. World Health Organization. 807-8.
Indonesia: WHO statistical profile. 14. Howell MD, Davis AM.
[Internet]. 2015. [cited 2018 Jan 6]. Management of sepsis and septic
Available from: URL: http:// shock. JAMA. 2017; 317(8): 847-8.
www.who.int/gho/countries/
idn.pdf?ua=1
5. Mayr FB, Yende S, Angus DC.
Epidemiology of severe sepsis.
Virulence. 2013; 5(1): 4-11
6. Vincent JL, Moreno R, Takala J,
Willatts S, De Mendonca A,
Bruining H, et al.The SOFA (sepsis-
related organ failure assessment)
score to describe organ dysfunction/
failure. Intensive Care Med. 1996;
22: 707-10.
7. Surviving sepsis campaign 2016
8. Bernard GR, Vincent JL, Laterre
PF, LaRosa S, Dhainaut JP,
Rodriguez AL, et al. Efficacy and
safety of recombinant human
activated protein c for severe sepsis.
N Eng J Med. 2001; 344 (10): 699-
709.
9. Nguyen BH, Rivers EP,
Abrahamian FM, Moran GJ,
Abraham E, Trzeciak S, et al.
Severe sepsis and septic shock:
review of the literature and
emergeny department management
guidelines. Annals of Emergency
Medicine. 2006; 48(1): 28-50.
10. Singer M, Deutschman CS,
Seymour CW, Hari MS, Annane D,

109 Volume X, Nomor 2, Tahun 2018

View publication stats

You might also like