Professional Documents
Culture Documents
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
Suripin
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275
E-mail: suripin.ar@gmail.com
Abstract
Kedungombo reservoir has provided a substantial contribution in improving the welfare of society, so that its
existence should be preserved. As time goes there are some issues Kedungombo. The problems are
concerning with the condition of reservoirs, dams and problems in the surrounding area. To preserve the
reservoirs, conservation efforts by reviewing the management of the reservoir area. The study results showed
that there was no master plan to utilize the management of Kedungombo catchment. For this reason, it is
proposed the development of Kedungombo area is directed to recover the potential and cultivitation areas, to
empower community and to strengthen the protected and cultivitation areas in order to concerved Reservoir.
Kedungombo area is directed as a center of tourism services, housing, aquaculture and local protected
areas. Reservoir area is specified to 500 meters from the boundary of the highest reservoir water level, so
hopefully all the activities in this area follows specified to the regulations. It is recommended to develop an
institution to manage Kedungombo Area. The institution should be able to implementation the principle of
management i.e. transparency, open to various parties; can be accounted for; clarity the limits of authority,
territory under the following management roles and responsibilities and apply the principles and legal norms
in the management of the Area Kedungombo. The model is expected to be implemented and become a model
for Reservoir Management in Indonesia.
Abstrak
Waduk Kedungombo telah memberikan konstribusi yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga keberadaannya perlu dilestarikan. Seiring dengan berjalannya waktu muncul
permasalahan di Waduk Kedungombo. Permasalahan tersebut menyangkut kondisi waduk, bendungan dan
permasalahan kawasan di sekitarnya. Untuk menjaga kelestarian waduk, dilakukan upaya pelestarian
dengan mengkaji pengelolaan kawasan waduk. Hasil kajian menunjukkan dalam pengelolaan kawasan
Waduk Kedungombo ini ternyata belum ada rencana induk pemanfaatan kawasan. Untuk itu diusulkan
pengembangan Kawasan Waduk Kedungombo diarahkan untuk pencapaian kondisi pemulihan kawasan
lindung dan budidaya dan pemberdayaan masyarakat serta pemantapan kawasan lindung dan kawasan
budidaya dalam upaya pelestarian waduk. Kawasan Waduk Kedungombo diarahkan sebagai pusat
pelayanan pariwisata, pemukiman, budidaya perikanan dan kawasan perlindungan setempat. Batas kawasan
waduk ditetapkan adalah 500 meter dari batas genangan air waduk tertinggi, sehingga diharapkan semua
aktifitas dalam kawasan ini mengikuti peraturan yang berlaku. Direkomendasikan pembentukan
kelembagaan untuk mengelola Waduk Kedungombo perlu dibentuk kelembagaan yang menerapkan prinsip-
prinsip keterbukaan / transparansi; terbuka bagi berbagai pihak; dapat dipertanggungjawabkan; kejelasan
batas kewenangan, wilayah kewenangan pengelolaan berikut peran dan tanggung jawabnya serta
109
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
penerapkan prinsip-prinsip dan norma hukum dalam rangka pengelolaan Kawasan Waduk Kedungombo.
Model ini diharapkan dapat diimplementasikan dan menjadi model untuk pengelolaan waduk di Indonesia.
Kata-kata kunci: Waduk Kedungombo, Pemanfaatan kawasan waduk dan Model DAM
Permasalahan yang terjadi adalah tingginya Penelitian ini adalah menggunakan metode survai.
sedimentasi waduk sehingga mengurangi kapasitas Melalui metode ini diadakan pengamatan dan
(Pusat Studi Ilmu Teknik Universitas Gadjah pengukuran secara langsung di lapangan terhadap
Mada, 2003), penurunan jumlah air yang masuk parameter-parameter yang dibutuhkan. Dalam
ke dalam waduk, semakin besarnya kisaran penelitian ini data primer diperoleh dengan
debit maksimum dan minimum, yang juga melakukan observasi lapangan yang berupa: jenis
mengindikasikan semakin rusaknya Daerah Aliran tanah, kualitas air, lahan kritis, tata guna lahan
Sungai (DAS) Kedungombo dan banyaknya dan lain-lain. Data sekunder yang digunakan
bangunan liar yang dibangun di kawasan waduk, yaitu: data DAS, penggunaan lahan, rencana
di daerah pasang-surut maupun sabuk hijau/green pemanfaatan lahan dan data sosial kependudukan.
belt. Di samping itu, masalah lingkungan; Analisis data secara diskriptif kualitatif
menurunnya kualitas air waduk, kekurangan air menggunakan analisis citra LANDSAT 5 (1998),
bersih bagi masyarakat, sanitasi, penyaluran air dan LANDSAT 7 (2002). Analisis keruangan yang
buangan limbah ke waduk dan konservasi DAS. dilakukan dengan mengunakan bantuan Sistem
Informasi Geografis (SIG).
Kondisi lingkungan sekitar waduk yang tidak
terkendali memperparah kondisi waduk yang Gambaran Wilayah Studi
mengancam kelestarian waduk jika tidak
mendapatkan penanganan yang semestinya. Waduk Kedungombo mulai beroperasi tahun 1991,
Walaupun telah banyak kegiatan yang sudah berada di Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa
dilakukan oleh berbagai instansi pengelola Waduk Tengah. Daerah genangannya menyebar di tiga
Kedungombo, namun dari hasil penanganan yang Kabupaten yaitu Kabupaten Grobogan, Kabupaten
dilakukan tampaknya belum memberikan hasil Boyolali, dan Kabupaten Sragen (Anonim, 1994).
yang memuaskan. Peta Jawa Tengah disajikan dalam Gambar 1,
sedang peta situasi Waduk Kedungombo disajikan
Maksud kajian ini adalah salah satu upaya untuk Gambar 2.
menanggulangi permasalahan kawasan Waduk
Kedungombo sehingga kerusakan lingkungan Kondisi iklim di kawasan Waduk Kedungombo
dapat dihindari dan kelestarian sumber air dapat relatif panas dan sedikit lembab dengan suhu
dijaga. Hasil kajian diharapkan dapat dipakai antara 26°C – 28°C. Curah hujan antara 1.500
paling tidak 5 sampai 10 tahun kedepan. hingga 4.500 mm pertahun dengan rata-rata hujan
2.500 mm pertahun. Rata-rata evaporasi tahunan
Tujuan adalah menata kembali tata guna lahan pada tampungan waduk sekitar 1.790 mm
sesuai dengan daya dukung lahan dan jenis (Jratunseluna, 2003).
peruntukan yang sesuai dengan kemampuan lahan,
sekaligus untuk memberikan kepastian
110
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Hari Nugroho, Suripin
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
Lokasi Studi
.
Gambar 1. Peta lokasi studi
Kabupaten Grobogan:
1. Kecamatan Geyer
- Desa Sobo
- Desa Kalang Bancar
- Desa Juworo
-
Kabupaten Sragen:
1. Kecamatan Miri
- Desa Gilirejo
- Desa Bagor
- Desa Soko
Kabupaten Boyolali: 2. Kecamatan Sumberlawang
1. Kecamatan Kemusu - Desa Pendem
- Desa Watugede - Desa Ngandul
- Desa Sarimulyo - Desa Ngargotirto
- Desa Genengsari - Desa Ngargosari
- Desa Kedungrejo
- Desa Kedungmulyo
- Desa Wonoharjo
2. Kecamatan Juwangi
- Desa Ngleses
111
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
Permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) waduk tidak optimal karena tidak bisa memenuhi
kebutuhannya. Dimasa mendatang jika hal ini
Permasalahan DAS meliputi pengolahan tanah berlangsung terus-menerus mengakibatkan waduk
yang kurang baik menyebabkan peningkatan erosi kosong dan tidak dapat memenuhi kebutuhan air.
yang secara langsung menurunkan produktivitas
tanah yang pada akhirnya menyebabkan penurunan Permasalahan lahan kritis
hasil pertanian. Di samping itu sedimentasi akibat
erosi mengakibatkan penurunan kapasitas waduk, Dari hasil analisis citra LANDSAT 5 (1998),
menyebabkan perubahan hidromorfologi, sehingga ditemukan bahwa tingkat vegetasi terutama hutan
meningkatkan aliran permukaan saat banjir masih tampak luas dan tersebar merata di seluruh
dan menurunkan “base flow” sehingga dapat bagian kawasan Waduk Kedungombo.
menimbulkan kekeringan di musim kemarau. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Kedungombo
Lahan kritis yang terjadi di kawasan Kedungombo sudah tampak di beberapa bagian Waduk
disebabkan oleh peningkatan besarnya penduduk Kedungombo yang berupa tegalan, namun
dan besarnya aktivitas penduduk yang berada intensitas kerusakan lahan belum memasuki tahap
di sekitar kawasan Kedungombo. (Lembaga kritis dikarenakan indeks vegetasinya masih cukup
Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana, tinggi. Sedangkan dari citra LANDSAT 7 (2002)
1993). terlihat telah terjadi degradasi kualitas lahan
disekitar Waduk Kedungombo yang ditunjukkan
Permasalahan kualitas dan kuantitas air intensitas warna coklat menjadi lebih tinggi
dengan sebaran yang merata di seluruh tepian
Sampai saat ini kualitas air waduk masih genangan waduk ditambah lagi perluasan kantong-
memenuhi syarat atau berada di bawah baku mutu kantong pemukiman yang semakin mendekati arah
yang disyaratkan sehingga dapat dikatakan tubuh genangan Waduk Kedungombo (lihat
kualitasnya masih baik (Doktor Teknik Sipil Gambar 3).
Universitas Diponegoro, 2006). Namun seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk di Berdasarkan perbandingan kualitas indeks vegetasi
kawasan sekitar Waduk Kedungombo, secara tidak di sekitar kawasan Waduk Kedungombo
langsung akan memberikan dampak kepada diperkirakan prosentase lahan kritis meningkat
lingkungan yang semakin berat. Dalam hal kualitas menjadi sekitar 60-70% dari total luasan area
air waduk dapat diasumsikan kualitasnya akan kawasan Waduk Kedungombo.
semakin menurun seiring dengan banyaknya
limbah yang dibuang ke waduk akibat aktivitas Permasalahan alih fungsi lahan
pertanian dan atau industri.
Alih fungsi lahan yang tidak terkontrol merupakan
Dalam hal kuantitas air juga mengalami masalah yang sangat komplek yang dijumpai di
penurunan. Sebagaimana diuraikan diatas, telah kawasan Waduk Kedungombo. Hal ini disebabkan
terjadi penurunan inflow waduk dari 739,58 juta oleh kebutuhan penduduk akan ruang hunian dan
m3/tahun selama tahun (1989-1996) menjadi pekerjaan. Alih fungsi yang tidak diikuti dengan
sekitar 715,78 juta m3/tahun (Pusat Studi penataan ruang yang baik membuat kondisi
Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada, 2003). hidrologi berubah, terutama terhadap masalah
Penurunan inflow mengakibatkan pengelolaan konservasi.
Gambar 3. Perubahan pola penggunaan lahan kawasan Kedungombo berdasarkan Citra LANDSAT 5
(1998) dan LANDSAT TM 7 (2002)
112
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Hari Nugroho, Suripin
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
2. Tidak terjadinya mekanisme yang jelas yang 1. Kondisi pemanfaatan ruang catchment area dan
mewadahi proses pengelolaan melalui jalur kawasan Waduk Kedungombo
formal (pemerintah) dan jalur informal
(masyarakat lokal) sehingga seringkali malah Berdasarkan analisis yang dilakukan, terlihat
terjadi benturan antara keduanya; bahwa terdapat kecenderungan konversi tutupan
lahan untuk fungsi lindung maupun fungsi
3. Belum adanya koordinasi antara instansi pemanfaatan terbatas berubah menjadi tegalan dan
pemerintah, baik vertikal maupun horisontal, permukiman, hal ini terlihat jelas dari kondisi
sehingga program-program yang pemanfaatan lahan di catchment area dan
diimplementasikan cenderung sektoral dan kawasan Waduk Kedungombo (lihat Tabel 1 dan
parsial; Tabel 2).
.
4. Kecenderungan model pengembangan dan Berdasarkan pada data tersebut, maka terlihat arah
pengelolaan yang cenderung sentralistik kecenderungan pemanfaatan ruang pada daerah
formalistik sehingga kurang mengakomodasi tangkapan Waduk Kedungombo berubah dari
kepentingan dan ide-ide masyarakat lokal dan kawasan dengan fungsi lindung menjadi kawasan
pihak swasta (dalam arti belum banyak budidaya walaupun dalam persentase yang kecil.
melibatkan pihak swasta); Jenis penggunaan lahan yang mempunyai
perubahan yang signifikan adalah penggunaan
5. Belum adanya lembaga koordinasi atau dewan lahan untuk kegiatan permukiman dan untuk
air atau forum yang menangani permasalahan kegiatan tegalan yang jumlahnya dari tahun ke
di kawasan Waduk Kedungombo. tahun bertambah secara positif. Pola perubahan
lahan di kawasan Waduk Kedungombo dapat
dilihat pada perbandingan pola penggunaan lahan
pada tahun 1998 dan tahun 2002.
113
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
Tabel 1. Pemanfaatan lahan di catchment area Waduk Kedungombo tahun 1998 dan 2002
Tahun 1998 Tahun 2002 Perubahan
No Penggunaan Lahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
1. Hutan lindung 1.483,67 1,61 1.469,55 1,59 -14,12 -0,95
2. Hutan produksi 18.364,03 19,91 17.703,14 19,19 -660,89 -3,60
3. Perkebunan 7.581,74 8,22 6.768,27 7,34 -813,47 -10,73
4. Kompleks PLTA 64,71 0,07 64,71 0,07 0,00 0,00
5. Permukiman 11.874,96 12,87 14.845,25 16,09 2.970,29 25,01
6. Sawah 32.927,93 35,69 29.417,38 31,89 -3.510,55 -10,66
7. Tegalan 16.936,31 18,36 18.999,15 20,60 2.062,84 12,18
8. Tubuh air 3.015,81 3,27 2.981,71 3,23 -34,10 -1,13
Jumlah 92.249,16 100,00 92.249,16 100,00
Tabel 2. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Kedungombo tahun 1998 dan 2002
Tahun 1998 Tahun 2002 Perubahan
No Penggunaan Lahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
1. Hutan 260,12 3,46 260,12 3,46 0,00 0,00
2. Hutan produksi 582,37 7,74 509,17 6,77 -73,20 -12,57
3. Kompleks PLTA 64,71 0,86 64,71 0,86 0,00 0,00
4. Makam 4,12 0,05 4,12 0,05 0,00 0,00
5. Permukiman 138,95 1,85 534,63 7,11 395,68 284,76
6. Tegalan 238,71 3,17 440,97 5,86 202,26 84,73
7. Sawah 2.880,29 8,28 2.186,40 29,06 -693,89 -24,09
8. Tubuh air 3.015,81 0,08 2.981,72 39,63 -34,09 -1,13
9. Lain-lain 339,13 4,51 542,37 7,21 203,24 59,93
Jumlah 7.524,21 100,00 7.524,21 100,00
114
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Hari Nugroho, Suripin
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
Maka konsep perencanaan kawasan diupayakan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan darat,
semaksimal mungkin mengedepankan aspek namun sampai sejauh ini pengembangan kegiatan
perlindungan lingkungan, baik lingkungan daratan ekonomi di kawasan sekitar Waduk Kedungombo
maupun lingkungan perairan waduk. diindikasikan belum mampu memberdayakan
potensi sumber daya lokal terutama dari sektor
Konsep yang bisa dikembangkan untuk menjawab perikanan darat. Pengembangan kegiatan ekonomi
kebutuhan perlindungan kawasan tanpa di kawasan Waduk Kedungombo juga belum
mengesampingkan sistem aktivitas yang sudah ada mengoptimalkan potensi pariwisata yang bertumpu
pada wilayah daratan, adalah dengan konsep eco kondisi alam yang indah dan menantang.
development, dalam bentuk ekowisata dan eco
village dan kegiatan pertanian tanaman tahunan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
Sedangkan pada wilayah perairan konsep pengembangan sistem aktivitas di kawasan Waduk
pengembangan yang akan dikembangkan adalah Kedungombo dilakukan dengan pemanfaatan
budidaya perikanan dan ekowisata sumber daya alam secara terkendali dengan
intervensi pemerintah secara ketat, terutama untuk
1. Skenario pengembangan kawasan Waduk pengendalian pemanfaatan ruang dan penegakan
Kedungombo hukum atas pelanggaran terhadap fungsi yang telah
ditetapkan.
a. Skenario kependudukan
Sistem aktivitas yang dapat dikembangkan antara
Penduduk di kawasan Waduk Kedungombo selalu lain kegiatan perikanan darat (aqua culture),
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. pariwisata alam (eco tourism) dan permukiman
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di ramah lingkungan (eco village). Kegiatan
kawasan Waduk Kedungombo disebabkan karena pertanian yang selama ini menopang kehidupan
pertumbuhan penduduk alami, dengan tingkat masyarakat sekitar perlu dibatasi, terutama
pertumbuhan rata-rata diasumsikan sebesar 1% per kegiatan pertanian yang memanfaatkan lahan pada
tahun, dan cenderung untuk meningkat, karena sabuk hijau untuk menjaga kestabilan ekosistem di
faktor kemiskinan yang cukup dominan di kawasan Waduk Kedungombo.
kawasan Waduk Kedungombo.
c. Skenario pemanfaatan ruang
Skenario perkembangan penduduk kawasan
Waduk Kedungombo dirumuskan menjadi dua Kawasan Waduk Kedungombo merupakan suatu
skenario, yaitu skenario pertama adalah dengan kawasan yang diperuntukkan untuk dapat
menggunakan trend oriented, dimana tingkat memberikan perlindungan bagi kawasan
pertumbuhan penduduknya dimasa yang akan bawahnya, dalam hal ini untuk pengendalian banjir
datang didasarkan pada tingkat pertumbuhan pada wilayah pantura timur Jawa Tengah, sejak
penduduk pada tahun-tahun sebelumnya dan tidak tahun 1989, belum diimbangi dengan upaya
ada intervensi dari pemerintah untuk pengembangan kawasan secara menyeluruh. Hal
mengendalikan pertumbuhan penduduk, sedangkan ini tidak terlepas dari resistensi (sebagian)
skenario kedua adalah dengan menggunakan target masyarakat pada kawasan Waduk Kedungombo
oriented, dimana pertumbuhan penduduk yang yang menolak keberadaan Waduk Kedungombo
akan terjadi dimasa yang akan datang dikendalikan karena masalah ganti rugi yang belum selesai
agar tidak terjadi ledakan penduduk. hingga saat ini, sebagaimana diungkap pada
berbagai media masa, beberapa waktu yang lalu.
Mengingat sebagian besar kawasan perencanaan Sehingga terkesan bahwa pengembangan kawasan
adalah kawasan lindung, untuk konservasi Waduk
Waduk Kedungombo hanya mewakili kepentingan
Kedungombo, maka penyusun cenderung memilih
pengelola dan lebih terkonsentrasi pada
skenario kedua untuk perencanaan pengembangan
pengelolaan wilayah perairan (waduk).
kawasan Waduk Kedungombo, dengan harapan
tidak akan terjadi kerusakan lahan yang makin Oleh karena itu, dibutuhkan suatu skenario
parah, karena keterbatasan lahan budidaya jika pemanfaatan ruang yang dapat mewujudkan
tidak diimbangi dengan kebijakan pengendalian
konsep dan strategi pengembangan kawasan
penduduk akan menyebabkan penduduk mencari
Waduk Kedungombo yang berkelanjutan. Adapun
lahan lain di luar kawasan budidaya untuk
skenario pemanfaatan ruang dalam pengembangan
mempertahankan eksistensinya. kawasan Waduk Kedungombo tersebut antara lain
b. Skenario pengembangan sistem aktivitas sebagai berikut :
115
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
1). Pemulihan kawasan lindung dan budidaya dan tangkapan airnya. Upaya konservasi ditujukan
pemberdayaan masyarakat untuk mencegah berbagai kerusakan yang dapat
mempengaruhi kondisi kawasan Waduk
Skenario yang dikembangkan dalam tahap ini Kedungombo, terutama keberadaan air baik di
adalah pemulihan fungsi kawasan lindung dan daerah tangkapan air maupun di kawasan perairan.
budidaya di kawasan Waduk Kedungombo. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kelerengan
Pentingnya skenario ini dikarenakan indikasi tanah dan pemanfaatan lahan atau aktifitas
degradasi lingkungan pada kawasan perencanaan masyarakat di kawasan. Upaya konservasi dapat
terutama pada bagian hulu, dan bagian sabuk hijau dipadukan dengan pemanfaatan lahan oleh para
(wilayah daratan) dan indikasi ekploitasi secara pemangku kepentingan (stakeholder) dalam hal ini
berlebih pemanfaatan tubuh air untuk kegiatan petani di pinggiran kawasan perairan bila tidak
budidaya ikan melalui karamba. Upaya dapat dihindarkan sesuai dengan Undang –
pemantapan kawasan lindung harus diikuti dengan Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
upaya untuk pelibatan masyarakat secara aktif maka tetap harus memperhatikan kaidah
dalam pengembangan kawasan Waduk konservasi.
Kedungombo. Pentingnya hal ini ditujukan untuk
menciptakan kesadaran masyarakat mengenai arti Kerusakan tanah yang utama yang terjadi karena
penting kawasan Waduk Kedungombo. Periode ini tidak memperhatikan kaidah konservasi ialah
dapat dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun karena terjadinya erosi yang mempengaruhi
pertama (2010-2015). kondisi tanah, cara pengelolaan atau kondisi tanah
yang disebabkan oleh alasan sebagai berikut:
2). Pemantapan kawasan lindung dan kawasan
budidaya 1). Kedalaman tanah yang cukup harus dipelihara
agar didapat produksi tanaman yang sedang
Skenario ini ditujukan untuk mempertahankan sampai tinggi;
kualitas lingkungan hidup serta peningkatan 2). Kehilangan tanah oleh erosi mengurangi hasil
kesejahteraan masyarakat. Skenario ini dapat tanaman;
dicapai melalui pemantapan sistem aktivitas pada 3). Kehilangan unsur hara oleh erosi sangat
kawasan budidaya, pemantapan peran masyarakat penting diperhatikan. Karena akan tidak saja
dan pemantapan kelembagaan pengelolaan berpengaruh pada hasil tanaman, akan tetapi
kawasan Waduk Kedungombo yang lintas wilayah juga karena diperlukan biaya penggantian
dan lintas kewenangan. unsur hara untuk dapat memelihara hasil
tanaman;
Pemantapan kawasan budidaya diarahkan untuk
4). Kehilangan lapisan atas tanah (top soil) akan
mampu mewadahi aktivitas perikanan darat dan
menyingkap lapisan bawah yang untuk
pariwisata alam di kawasan Waduk Kedungombo,
memulihkannya memerlukan waktu cukup
dengan melibatkan secara aktif masyarakat di
lama. Apalagi bila lapisan yang tersingkap
sekitar kawasan Waduk Kedungombo. Selain itu tersebut adalah tanah berkapur seperti di
dalam rangka upaya pemantapan kawasan lindung kawasan Waduk Kedungombo, maka ini akan
perlu dikembangkan sistem kerjasama pengelolaan
semakin sulit memperbaikinya;
antar pemerintah kabupaten dalam kawasan
5). Ancaman sedimentasi akibat erosi di daerah
Waduk Kedungombo, melalui suatu forum
tangkapan air kawasan Waduk Kedungombo
kerjasama antar daerah yang difasilitasi oleh
akan mengancam kelangsungan umur rencana
pengelola Waduk Kedungombo dan Pemerintah waduk.
Provinsi.
Dengan adanya pemantapan kawasan budidaya, Berdasarkan kondisi kelerengan dan pemanfaatan
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan lahan wilayah kawasan Waduk Kedungombo,
masyarakat pada kawasan Waduk Kedungombo. maka dilakukan upaya konservasi tanah yang
Skenario ini dapat dijalankan apabila fungsi tujuan utamanya ialah agar struktur tanah tidak
kawasan lindung sudah dikembalikan. Tahap ini terdispersi, mengatur kekuatan gerak dan jumlah
dapat dilaksanakan pada paruh kedua jangka waktu aliran permukaan. Sehingga upaya pendekatan
perencanaan yaitu tahun 2015-2020. kegiatan konservasi dapat dilakukan dengan:
2. Strategi penatagunaan kawasan Waduk 1). Menutup tanah dengan tumbuh – tumbuhan
Kedungombo. atau tanaman atau sisa – sisa tanaman /
tumbuhan agar terlindung dari daya perusak
a. Konservasi lingkungan butir – butir hujan yang jatuh.
2). Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar
Konservasi lingkungan di kawasan Waduk resisten terhadap penghancuran agregat dan
Kedungombo dikaitkan dengan kondisi daerah
116
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Hari Nugroho, Suripin
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
terhadap pengangkutan, sehingga dapat sesuai dengan arahan dari peneliti terdahulu
memperbesar daya serap air di permukaan (Universitas Gadjah Mada, 1993).
tanah.
3). Mengatur aliran air di permukaan tanah agar c. Pemanfaatan sumber daya air di kawasan
mengalir dengan kecepatan yang tidak Waduk Kedungombo
merusak sehingga dapat memperbesar jumlah
air yang terinfiltrasi ke dalam tanah. Pemanfaatan sumber air dengan menggunakan rule
curve menunjukkan kekurangan air sehingga pola
Kegiatan masyarakat di kawasan Waduk pemanfaatan sumber air waduk Kedungombo
Kedungombo dapat disinkronkan dengan upaya harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Dalam hal
konservasi. Kegiatan penanaman lahan di sekitar ini diusahakan agar kelebihan air pada musim
kawasan perairan merupakan salah satu upaya penghujan tidak terbuang percuma ke laut / tidak
metode konservasi dengan metode vegetatif, yaitu termanfaatkan (Universitas Gadjah Mada, 2003).
penggunaan tanaman atau tumbuhan untuk Untuk itu diusulkan adanya pengembangan waduk
mengurangi daya rusak air terhadap tanah. Hanya baru di DAS Lusi untuk menampung air yang
perlu dibuat suatu aturan/regulasi yang mengatur berlebih tersebut dan memanfaatkannya di musim
komposisi penggunaan metode vegetatif dalam kemarau.
konservasi, karena konservasi lahan / tanah yang
terbaik ialah berupa hutan dengan menggunakan Disamping itu dalam rangka pengendalian erosi
tanaman keras atau kebun tanaman tahunan. maka diperlukan tindakan penyelamatan daerah
resapan di hulu waduk termasuk perlindungan
Apabila benturan dengan kepentingan petani di mata air waduk (dari Sungai Serang dan Sungai
kawasan perairan tidak bisa dihindari maka perlu Uter) maupun pengendalian erosi lahan yang
dilakukan upaya-upaya konservasi dengan metode serius.
mekanik disamping metode vegetatif. Metode
mekanik ini berupa perlakuan fisik mekanis yang 3. Rencana kependudukan
diberikan terhadap tanah untuk mengurangi laju
aliran permukaan dan erosi. Cara ini dapat Rencana kependudukan di kawasan Waduk
dilakukan dengan: Kedungombo akan mencakup rencana jumlah,
a. Pengolahan tanah menurut garis kontur rencana kepadatan dan rencana distribusi
b. Pembuatan guludan / guludan bersaluran penduduk. Dasar pertimbangan utama dalam
c. Parit pengelak penyusunan rencana kependudukan adalah dengan
d. Terasering melihat pada kecenderungan pertumbuhan
penduduk di kawasan Waduk Kedungombo, serta
b. Mitigasi bencana indeks pertambahan penduduk di kawasan Waduk
Kedungombo dan pembatasan terhadap
Salah satu bencana alam yang sering terjadi di pertambahan penduduk melalui skenario
daerah perbukitan adalah jenis gerakan tanah atau pembatasan laju pertumbuhan.
sering disebut tanah longsor. Di samping itu,
penyebab utama terjadinya gerakan tanah ini Dengan memperhatikan pada pola kecenderungan
antara lain adalah kemiringan lereng yang relatif pertambahan penduduk pada kawasan Waduk
curam, curah hujan yang cukup tinggi, serta Kedungombo dan sesuai dengan skenario awal
kondisi fisik tanah dan batuan penyusun atau penatagunaan kawasan Waduk Kedungombo,
litologi. maka rencana kependudukan pada kawasan Waduk
Kedungombo akan dibatasi pada kisaran angka
Dari hasil analisis studi wilayah Waduk pertumbuhan 0,16. Asumsi-asumsi yang mendasari
Kedungombo, khususnya di sepanjang jalur sabuk penetapan angka pertumbuhan penduduk pada
hijau seluas lebih kurang 865.516 ha, kawasan Waduk Kedungombo adalah adanya
menunjukkan kelerengan berkisar dari 1,1% kecenderungan indeks pertumbuhan penduduk
hingga 20,50% pada ketinggian 85-140 (mdpl), pada tahun 2001-2005 yang berkisar antara 1 - 1,1.
jenis tanah terutama berasal hasil pelapukan dari
litologi Formasi Kerek (Tmk), yaitu tipe tanah Berdasarkan pada skenario tersebut maka rencana
regosol yang memperhatikan sifat fisik relatif jumlah penduduk pada kawasan Waduk
stabil. Kedungombo diharapkan hanya bertambah
menjadi 57.548 jiwa pada tahun 2016. Diharapkan
Kenampakan di lapangan memperlihatkan dengan adanya laju pertumbuhan yang dibatasi
pengaruh dari air permukaan selama musim hujan, akan dapat mempertahankan rasio lahan dan
yaitu terjadinya proses erosi permukaan tanah. tenaga kerja (sektor pertanian) di kawasan
Mitigasi dari proses erosi ini telah dilaksanakan Waduk Kedungombo. Selain itu dengan adanya
117
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
pembatasan pertumbuhan penduduk ini diharapkan Rencana sistem pusat pelayanan sesuai dengan
aspek keberlanjutan lingkungan bisa terjaga, skenario awal pengembangan kawasan yaitu aqua
dengan asumsi tidak ada pertambahan yang culture, eco tourism dan eco village akan
signifikan terhadap pola konsumsi air untuk dikembangkan sebagai berikut:
kegiatan pertanian, kegiatan rumah tangga dan
aktivitas kehidupan lainnya. a. Pusat pelayanan pariwisata
Dengan adanya pembatasan pertumbuhan Aktivitas ini akan dikembangkan pada Kabupaten
penduduk diharapkan aktivitas perambahan Sragen (Desa Ngargosari, Dusun Boyolayar,
kawasan lindung bisa dikendalikan sehingga Kecamatan Sumber Lawang) dan Kabupaten
kemampuan alam untuk memperbaiki kondisi Boyolali (Desa Wonoharjo dan Kedungrejo,
lingkungannya bisa pulih. Hal ini penting Kecamatan Kemusu). Bentuk aktivitas pariwisata
mengingat ketersediaan sumber daya alam berupa yang dikembangkan adalah pariwisata alam, wana
lahan sangat terbatas, mengingat sebagian besar wisata, adventurir, camping ground, dan kegiatan
adalah kawasan lindung setempat, serta pada wisata hiburan yang ramah lingkungan. Aktivitas
bagian hulu merupakan kawasan lindung bagi ini adalah pengembangan dari aktivitas wisata
daerah bawahnya yang tentu saja akan sangat yang sudah dan akan dikembangkan pada masing-
mempengaruhi pasokan air bagi Waduk masing Kabupaten. (Doktor Teknik Sipil
Kedungombo. Universitas Diponegoro, 2006)
118
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Hari Nugroho, Suripin
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
119
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
- mengembalikan kondisi ekosistem pada mete, kayu putih, dll.). Sehingga sabuk hijau selain
wilayah daratan yang telah mengalami memberikan fungsi ekologis dan estetis juga
kerusakan; mampu memberikan fungsi ekonomis kepada
- mengoptimalkan potensi sumberdaya perikanan masyarakat.
darat;
- melibatkan dan mendidik masyarakat; Rencana konservasi
- meningkatkan kinerja kegiatan-kegiatan yang
secara ekonomis menguntungkan; 1. Konservasi lahan
- menciptakan keberlanjutan dari pemanfaatan/
pengelolaan sumber daya air melalui Tataguna lahan sekitar kawasan Waduk
mekanisme pengawasan, pengendalian dan Kedungombo meliputi hutan, belukar/padang
evaluasi pemanfaatan sumber daya air dan rumput, sawah dan tegalan. Penggunaan lahan
ruang sekitarnya. sawah dapat dipertahankan karena umumnya
mempunyai system konservasi lahan yang baik
Berdasarkan kriteria tersebut diatas dan Mengacu dengan adanya sistem terasering yang sudah
Peraturan Daerah Propinsi Jateng No. 11 Tahun mantap. Hanya saja sistem sawah bukan sistem
2004, maka rencana kawasan perlindungan konservasi air karena adanya lapisan olah yang
Kawasan Waduk Kedungombo adalah sebagai kedap dan pola aliran air dalam sistem irigasi.
berikut: Dengan demikian yang perlu mendapat perhatian
adalah penggunaan pupuk dan pestisida yang
- Rencana Zona Lindung setempat, berupa mungkin apabila berlebihan akan mencemari
kawasan sabuk hijau Waduk Kedungombo genangan waduk.
pada elevasi 90-95 m dpl.
- Rencana Zonasi lindung dan penyangga pada Hutan yang ada harus dipelihara dan dipertahankan
kawasan hutan (zona preservasi dan zona karena mempunyai fungsi lindung yang baik
pemanfaatan terbatas). terhadap konservasi tanah dan air. Belukar dan
- Rencana kawasan lindung sempadan sungai. padang rumput sebenarnya mempunyai fungsi
konservasi tanah yang baik, walaupun tingkat
2. Rencana kawasan perlindungan setempat aliran permukaan cukup tinggi tetapi tingkat erosi
rendah. Belukar dan padang rumput dapat
Sesuai dengan Perda Propinsi Jawa Tengah No. 21 dibiarkan tidak terganggu sehingga terjadi proses
Tahun 2003 Kawasan Lindung setempat berupa suksesi ekologis secara alami menjadi hutan.
sabuk hijau kawasan yang mempunyai manfaat Penggunaan lahan tegalan adalah paling kritis
yang penting dalam rangka menjaga kelestarian terhadap erosi karena pola tanaman semusim
waduk. Untuk Kawasan Waduk Kedungombo, menyebabkan tanah sering dalam kondisi terbuka,
kawasan perlindungan lokal meliputi kawasan sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih besar
disekitar waduk dengan elevasi +90,00 - +95,00 m
dpl. Pada lahan tegalan perlu dilakukan tindakan teknik
konservasi baik secara vegetatif maupun secara
Kawasan Perlindungan Lokal diperuntukkan teknik sipil.
sebagai kawasan hijau. Pada kawasan ini selain
untuk fungsi konservasi juga dapat digunakan 2. Konservasi Lingkungan Perairan
untuk kegiatan pariwisata alam yang
tidak merubah fungsi kawasan. Kegiatan yang Pemanfaatan potensi wilayah perairan Waduk
diperbolehkan adalah tidak membutuhkan ruang Kedungombo yang dapat dikembangkan untuk
untuk pendirian fasilitas, misalnya untuk kegiatan budidaya perikanan adalah seluas 2.830 ha. Saat
outbond dan camping ground serta untuk wisata ini, potensi tersebut yang sudah diusahakan oleh
petualangan. masyarakat baru seluas 5 ha dapat dikembangkan
sampai 30 ha atau 10% dari luas perairan untuk
Berdasarkan analisa, rencana alokasi luasan untuk budidaya ikan nila merah, karper, gurami dan
kawasan sabuk hijau adalah minimal 30% dari patin.
total luas kawasan atau sekitar 2.500 ha, namun
dengan menggunakan kriteria elevasi banjir maka Pembatasan luas budidaya perikanan perlu
total alokasi ruang untuk sabuk hijau adalah 33% dilakukan guna mencegah terjadinya pencemaran
atau rincian pada Table 4. dan penyuburan perairan yang justru menyebabkan
pertumbuhan berlebihan gulma air seperti eceng
Jenis tanaman yang dapat dikembangkan pada gondok. Lokasi karamba/jala apung dipertahankan
kawasan sabuk hijau adalah tanaman keras berada di daerah Ngargotirto, Ngargosari,
musiman, misalnya tanaman buah-buahan (jambu Kecamatan Sumberlawang.
120
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Hari Nugroho, Suripin
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
Rencana investasi untuk investor dan usaha lembaga terkait yang akan melaksanakan program,
masyarakat jangka waktu pelaksanaan program serta sumber
biaya untuk melaksanakan program tersebut.
Rencana investasi untuk investor dan usaha
masyarakat berupa rincian program pembangunan Indikasi program disini merupakan penjabaran dari
kawasan Waduk Kedungombo dalam jangka rencana penatagunaan kawasan Kedungombo.
menengah (5 – 10 tahun). Penyusunan indikasi program ini berdasarkan
tingkat prioritas pengembangan dan jumlah dana
Indikasi program disini merupakan penjabaran dari yang tesedia serta tidak terlepas dari kebijaksanaan
rencana penatagunaan kawasan Kedungombo. pembangunan yang telah digariskan dalam RPJM
Penyusunan indikasi program ini berdasarkan Nasional, Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten
tingkat prioritas pengembangan dan jumlah dana Sragen, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
yang tesedia serta tidak terlepas dari kebijaksanaan Grobogan. Jangka waktu pelaksanaan program-
pembangunan yang telah digariskan dalam RPJM program ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu jangka
Nasional, Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten pendek (tahun 2007-2011) dan jangka menengah
Sragen, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten (tahun 2012 -2016).
Grobogan. Jangka waktu pelaksanaan program-
program ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu jangka Usulan Kelembagaan
pendek (tahun 2010-2015) dan jangka menengah
(tahun 2016 - 2020). Struktur Organisasi Pengelolaan disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan sosial, ekonomi
Indikasi program pembangunan ini dibagi menjadi dan lingkungan sebagaimana dalam Gambar 5.
dua rencana pengembangan, yaitu rencana Pengelolaan akan melibatkan Pemerintah Pusat,
pengembangan ruang dan rencana pengembangan Provinsi, dan Kabupaten, dunia usaha serta
sektoral (pengembangan aspasial). Dalam indikasi masyarakat. Prinsip-prinsip pengelolaan:
program ini akan diuraikan mengenai langkah- keterbukaan, akuntabilitas, kejelasan batas
langkah yang harus dilaksanakan untuk kewenangan dan penerapan norma hukum dan
mewujudkan program pembangunan yang telah peraturan
digariskan, beserta indikator keberhasilan program,
121
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
Gubernur
Jawa Tengah
Bupati Sragen,
Boyolali &
Grobogan
Pelaksana Teknis
Dinas
Masyarakat LSM Swasta
Teknis
122
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Hari Nugroho, Suripin
Penatagunaan Kawasan Sekitar Waduk dalam Upaya Menjaga Kelestariannya (Model DAM)
123
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 19, NO 2, DESEMBER 2013
124
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL