You are on page 1of 17

SISTEM MUSKULOSKELETAL

“AMPUTATUM”

Di Susun Oleh:

1. Angga Herlambang 13320006


2. Dita Resi Andrianti 15320007
3. Neni Afrika Sani 15320027
4. Renda Wulandasari 15320032
5. Sekardhyta A. 15320043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….4
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………...4
C. Tujuan …………………………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..5
A. Definisi Amputasi ………………………………………………………………………...5
B. Etiologi Amputasi ………………………………………………………………………...5
C. Klasifikasi Amputasi ……………………………………………………………………..6
D. Tingkat Amputasi ………………………………………………………………………...7
E. Manifestasi Klinis Amputasi ……………………………………………………………..7
F. Patofisiologi Amputasi ……………………………………………………………………8
G. Pathway Amputasi ………………………………………………………………………..8
H. Komplikasi ………………………………………………………………………………..8
I. Pemeriksaan Diagnostik ………………………………………………………………….8
J. Pengkajian Fisik …………………………………………………………………………..9
K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul ………………………………………….10
L. Rencana Keperawatan …………………………………………………………………...11
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………....14
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………...14
B. Saran …………………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amputasi berasal dari kata latin amputare yang berarti “pancung”. Dalam ilmu
kedokteran diartikan sebagai “membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu
yang menonjol atau tonjolan alat (organ tubuh) (Reksoprodjo, 2002).
Amputasi pada ektremitas bawah sering diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler
perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus), gangren, trauma (cedera
remuk, luka bakar, luka bakar dingin, luka bakar listrik), deformitas kongenital, atau
tumor ganas (Brunner & Suddarth, 2002).
Lima puluh hingga 75 % amputasi ekstremitas bawah dilakukan pada pasien pasien yang
menderita Diabetes Melitus (DM).Sebanyak 50% dari kasus amputasi ini diperkirakan
dapat dicegah bila pasien dia jarakan tindakan preventif untuk merawat kaki dan
mempraktikkannya setiap hari (Brunner & Suddarth, 2002).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis merumuskan bagaimana gambaran
pemberian asuhan keperawatan medikal bedah khususnya pada klien DM post amputasi
pedis sisnistra

C. Tujuan
Menjelaskan tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, jenis-jenis amputasi,
tingkatanamputasi, penatalaksanaan amputasi, managemen amputasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Amputasi adalah operasi tertua pada laki-laki yang ada sebelum tercatat dalam sejarah.
Amputasi saat ini dilakukan untuk mengobati luka cedera, kanker, gangrene tungkai yang
meluas, dan penyakit pembuluh darah yang mengancam nyawa atau nyeri saat intirahat.
(M. Black, 2014)
Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota
gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomilitis, dan
kanker. (PSIK FKUI, 2009)
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada diluar tubuh (misal paha) dan embel-
embel tubuh sebagian atau keseuruhan. (Kedaruratan Medik, 2000)

B. Etiologi
a) Faktor yang mempengaruhi amputasi, antara lain:
1. Trauma Saraf
Terbentuknya ulcer tropic pada tungkai yang anestesi terkena infeksi
menghasilkan kerusakan jaringan yang lebih hebat.Menyebabkan tungkai menjadi
tidak berguna sehingga amputasi dan pemakaian protesis menjadi pilihan.
2. Osteomeilitis
Infeksi yang terjadi pada tulang. Amputasi mungkin dilakukan jika pengobatan
tidak efektif dan infeksi semakin menyebar.
3. Gangren
Kondisi serius yang muncul ketika banyak jaringan tubuh mengalami nekrosis
atau mati. Kondisi ini terjadi setelah seseorang mengalami luka, infeksi, atau
masalah kesehatan kronis yang memengaruhi sirkulasi darah.
4. Fraktur multiple
Organ tubuh bagian luar yang mungkin tidak bias di perbaiki
5. Infeksi Jaringan Lunak
Seperti necrotizing fasciitis, yaitu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri.
Infeksi ini menyebar dengan cepat dan mematikan jaringan lunak dalam tubuh.
6. Frosbite
Cedera pada bagian tubuh akibat paparan suhu dingin, yang dapat membuat
bagian tubuh membeku dan mengalami kematian jaringan.
7. Penyakit Diabetes Militus
Dapat mengakibatkan komplikasi yang disebut neuropati diabetik. Neuropati
diabetik dapat membuat kaki penderita mati rasa, sehingga bila ada luka pada kaki
cenderung terabaikan dan menjadi terinfeksi. Selain itu, aliran darah pada kaki
penderita diabetes berkurang, sehingga memperlambat penyembuhan luka dan
infeksi, serta menyebabkan gangrene
b) Indikasi Utama bedah amputasi, yaitu:
1. Iskemia
Karena penyakit reskulasisasi perifer biasanya pada orang tua seperti klien dengan
artherosklerosis, diabetes mellitus. (Smeltzer, 2002)
2. Trauma amputasi
Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar,
tumor, infeksi, gangguan metabolism seperti pagets disease dan kelainan
congenital. (Dorlan, 2006)

C. Klasifikasi Amputasi
 Berdasarkan pelaksanaan Amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak di rencanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
 Jenis Amputasi yang dikenal adalah :
1. Amputasi terbuka
Dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan tulang dan jaringan otot.
Amputasi terbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka peran atau infeksi berat
antara lain gangrene.
2. Amputasi tertutup
Menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira 2 inci
lebih pendek dari pada kulit dan otot.

D. Tingkat Amputasi
a) Estremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal
ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan
aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan. Ekstremitas atas, terdiri dari :
1. Telapak
2. Pergelangan tangan
3. Lengan bawah
4. Siku
5. Lengan atas.
b) Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan penurunan seminimal mungkin kemampuannya. Ekstremitas bawah
terdiri dari : jari kaki dan kaki, proksimal sendi pergelangan kaki, tungkai bawah,
tungkai atas, sendi panggul, lutut, hemipeivektomi. Adapun amputasi yang sering
terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :
1. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada 2 metode pada amputasi jenis
ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.
2. Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada
pasien dengan penyakit vaskuler perifer.
c) Nekrosis
Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil
dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.
d) Kontraktur
Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan
latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama
diistirahatkan atau tidak di gerakkan.
e) Neuroma
Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehinggamelengket dengan
kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari
stump sehingga tertanam di dalam otot.
f) Phantom sensation.
Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut
disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap
saraf dan juga dengan cara kombinasi.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi
antara lain ;
1. Nyeri akut
2. Keterbatasan fisik
3. Pantom snydrom e
4. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
5. Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung
berdiam diri

F. Patofisiologi
Insiden amputasi paling tinggi terjadi pada laki-laki usia muda. Biasanya amputasi di
indikasikan karena kecelakaan kendaraan terutama motor, atau kecelakaan penggunaan
mesin saat bekerja. Kejadian ini juga dapat terjadi pada orang dewasa namun
presentasinya lebih sedikit dibanding dengan kalangan muda. Amputasi di indikasikan
bagi klien dengan gangguan aliran darah baik akut maupun kronis. Pada situasi trauma
akut, dimana anggota tubuhnya terputus sebagian atau seluruhnya akan mengalami
kematian jaringan. Walaupun replantasi jari, bagian tubuh yang kecil, atau seluruh
anggota tubuh sukses. Pada proses penyakit kronik,sirkulasi mengalami gangguan
sehingga terjadi kebocoran protein pada intersisium sehingga terjadi edema. Edema
menambah resiko terjadinya cedera dan penurunan sirkulasi. Ulkus yang ada menjadi
berkembang karena terinfeksi yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan yang
membuat bakteri mudah berkembangbiak. Infeksi yang terus bertumbuh membahayakan
sirkulasi selanjutnya dan akhirnya memicu gangren, dan dibutuhkan tindakan amputasi.
(LeMone, 2011)

G. Pathway
Non patologis

Patologis
Tumor Trauma
DM, Anteroskierosis
Diskontinuitas
Rusaknya organ
jaringan
Iskemia jaringan pd
waktu yang lama
Bermetatase ke Infeksi berat
organ lain
Nekrotik Jaringan
Bermetastase ke
jaringan

Suplai O2 menurun

Jaringan nekrosis

Amputasi Bedah

Post op Tindakan Operasi Luka operasi Kehilangan Kehilangan salah


anggota tubuh satu anggota
H. Komplikasi tubuh
Komplikasi amputasi Terputusnya
meliputi, antara lain:
Proses Resiko tinggi
kontinuitas Kecacatan
penyembuhan
1. Pendarahan infeksi jaringan Kesulitan utk
2. Infeksi melakukan
Tirah baring yg aktivitas sehari
3. Kerusakan Jaringan Timbulnya rasa
lama Nyeri akut
malu , depresi, - hari
stress
Kerusakan
Ggn. Mobilitas
integritas kulit Ggn. Body fisik
image
Karena adanya pembuluh darah besar yang di potong, dapat terjadi pendarahan masif.
Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan, dengan peredaran darah buruk atau
kontaminasi luka setelah amputasi traumatik, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan
luka yang buruk dan iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
(Smeltzer, 2002)

I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi dan digunakan untuk
menentukan tingkat yang tepat untuk amputasi.
1. Foto Rontgen : Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
2. CT Scan : Mengidentifikasi lesi neopalstik, osteomelitis, pembentukan
hematoma
3. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah : Mengevaluasi perubahan sirkulasi perfusi
jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah
amputasi.
4. Ultrasond Doppler, flowmetri Doppler : Dilakukan untuk mengkaji dan menukur
aliran darah.
5. Tekanan O2 transkutaneus : Memberi peta pada arean perkusi paling besar dan
paling kecil dalam keterlibatan ekstermitas.
6. Termografi : Mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi dari
jaringan, kutaneus ke tengah tulang perbedaan yang rendah antara dua pembacaan
makin besar untuk sembuh.
7. Pietismografi : Mengukur tekanan darah segimental bawah terhadap ekstermitas
bawah mengevaluasi aliran darah arterial.

8. Kultur luka : Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab


9. Biopsy : Mengkonfirmasi diagnosa benigna maligna
10. Led: Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
11. Hitung darah lengkap/diferensial : Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses
infeksi
J. Pengkajian Fisik
a) Keadaan umum : Kaji tigkat kesadaran GCS
b) Kesadaran : Bisa composmetis sampai mengalami penurunan
kesadaran
c) Vital sign : Untuk mengetahui tanda-tanda vital misalnya suhu,
tekanan darah, nadi, dan pernapasan
d) Kepala : Kesimetrisan bentuk wajah dan tengkorak, warna dan
distibusi rambut pada kulit kepala, keadaan rambut, adanya kelainan pada kepala atau
tidak
e) Mata : Kesimetrisan bola mata, reaksi pupil terhadap cahaya,
konjungtiva anemis, gerakan bola mata, lapang pandang, adanya gangguan pada mata
atau tidak
f) Telinga : Kesimetrisan bentuk telingan antara kanan dan kiri, ada
gangguan pada pendengaran atau tidak, menggunakan alat bantu pendengarana atau
tidak
g) Hidung : Bentuk hidung, kesimetrisan pada lubang hidung, adanya
kelaian pada penciuman atau tidak
h) Mulut : Kesimetrisan bentuk bibir, kebersihan mulut
i) Leher : Adanya kelejar tiroid dan kelenjar limfe
j) Sistem Kardiovaskuler : Adanya ket Ketidaknormalan denyut atau dorongan.
Meraba area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
k) Pengkajian abdomen : Bentuk abdomen, kontur permukaan abdomen,
kesimetrisan abdomen, ada atau tidak retraksi penonjolan
l) Sistem Muskuluskeletal :
 Otot : Bentuk dan ukuran, amati otot dan tendon apakah ada kelemahan
pada tonus otot
 Tulang : Amati susunan tulang dan deformitas, apakah adanya edema atau
nyeri tulang
 Persendian : Amati apakah ada gangguan persendian, adanya nyeri dan
bengkak
m) Sistem Persarafan
 Nevrus I Olfaktori (Penciuman) : Ada / tidak gangguan pada penciuman
 Nevrus II Optic (Penglihatan) : Ada / tidak gangguan pada penglihatan
 Nevrus III Okulomotor : Bisa / tidak menggerakkan bola mata
 Nevrus IV Trokhlear : Bisa / tidak menggerakkan kelopak mata
 Nevrus V Trigeminal
1. Nevrus Optalmikus : Bisa / tidak menggerakkan kelopak mata
2. Nevrus Makslaris : Bisa / tidak menggerakkan rahang atas
3. Nevrus Mandibularis : Bisa / tidak mengerakkan rahang bawah
 Nevrus VI Abdusen
 Nevrus VII Fasial
 Nevrus VIII Oditori
 Nevrus IX Glosovaringeal
 Nevrus X Vagus
 Nevrus XI Asesori
 Nevrus XII Hipoglosal

K. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik/jaringan trauma saraf.
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Pain): awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingati individu akan adanya bahaya dan
kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

Post Operasi
1. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh.
Definisi: Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas
secara mandiri dan terarah
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Definisi: Perubahan atau gangguan atau epidermis dan atau dermis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi.
Definisi: Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
(Nanda NIC NOC, 2015)

L. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Nyeri (akut) Setelah dilakukan -Lakukan pengkajian -Membantu dalam
berhubungan dengan tindakan keperawatan nyeri secara evaluasi kebutuhan
cedera fisik/jaringan selama 2 x 24 jam komprehensif termasuk dan keefektifan
trauma saraf. diharapkan klien: lokasi, karakterstik, intervensi
-Mampu mengontrol durasi, frekuensi, -Untuk mengetahui
nyeri kualitas dan faktor tingkat luka yang
-Mampu mengenali presipitasi menyebabkan nyeri.
nyeri -Observasi keadaan -Untuk mengurangi
-Menyatakan rasa luka rasa nyeri
nyaman setelah nyeri -Ajarkan tentang teknik -Analgetik dapat
berkurang non farmakologi mengurangi nyeri
-Berikan analgetik
-Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan1-Jelaskan semua -Meningkatkan atau
dengan kurang tindakan keperawatan prosedur dan apa yang memperbaiki
pengetahuan tentang selama 2 x 24 jam dirasakan selama pengetahuan, persepsi
kegiatan perioperatif. diharapkan klien: prsedur. klien
-Klien mampu -Identifikasi tingkat -Untuk meningkatkan
mengdentifikasi dan kecemasan rasa aman klien
mengungkapkan -Bantu klien mengenal -Membantu klien
gejala cemas situasi yang dalam mengontrol
-Vital sign dalam menimbulkan kecemasan
batas normal kecemasan -Untuk memberikan
-Klien tampak rileks -Intruksikan klien ketenangan kepada
menggunkan teknik klien
relaksasi
-Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1 Hambatan mobilisasi Setelah dilakukan -Monitor vital sign -Untuk mengetahui
fisik berhubungan tindakan sebelum atau sesudah tanda-tanda vital klien
dengan kehilangan keperawatan selama latihan dalam keadaan normal
anggota tubuh 2 x 24 jam -Bantu klien untuk -Untuk mecegah
diharapkan klien: menggunakan tongkat terhadap cidera dan
-Aktifitas fisik klien saat berjalan membantu aktifitas
meningkat -Kaji kemampuan klien -Mengetahui adanya
-Mengerti tujuan dalam mobilisasi peningkatan dalam
dari peningkatan -Latih klien dalam mobilitas fisik
mobilitas pemenuhan kebutuhan -Untuk meningkatkan
-Meningkatkan ADLs secara mandiri kemampuan klien
kemampuan dan sesuai kemampuan dalam memenuhi
kekuatan dalam kebutuhan secara
berpindah mandiri
-Memperagakan
penggunaan alat
bantu
2 Resiko kerusakan Setelah dilakukan -Observasi tanda – -Untuk mengetahui
integritas kulit tindakan tanda vital klien adanya indikasi nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama -Anjurkan klien untuk atau infeksi
tirah baring yang lama 2 x 24 jam mengubah posisi setiap -Untuk menjaga kulit
diharapkan klien: 2 jam sekali agar tidak ada luka
-Integritas kulit yang -Monitor aktifitas dan atau lesi
baik bisa di mobilisasi klien -Untuk menghindari
pertahankan - terjadinya kerusakan
-Tidak ada luka atau pada kulit
lesi pada kulit -
-Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami

3 Gangguan konsep diri Setelah dilakukan -Jelaskan tentang -Agar klien dapat
berhubungan dengan tindakan pengobatan, perawatan, memahami tentang
perubahan citra tubuh keperawatan selama kemajuan dan penyakitnya
sekunder terhadap 2 x 24 jam prognosis penyakit -Untuk mengetahui
amputasi diharapkan klien: -Dorong klien apa yang dirasakan
-Body image positif mengungkapkan klien
-Mempertahankan perasaannya -Agar klien dapat
interaksi social -Identifikasi arti menerima kekurangan
-Menyatakan pengurangan melalui pada dirinya
penerimaan terhadap pemakaian alat bantu
situasi diri,
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Amputasi adalah operasi tertua pada laki-laki yang ada sebelum tercatat dalam
sejarah. Amputasi saat ini dilakukan untuk mengobati luka cedera, kanker, gangrene
tungkai yang meluas, dan penyakit pembuluh darah yang mengancam nyawa atau nyeri
saat intirahat.
(M. Black, 2014)
Hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan ketdakmampuan seseorang
dalam derajat yang bervariasi (tergantung dari luas hilangnya alat gerak, usia pasien,
ketepatan operasi dan manajemen paska operasi). (Turck SL)

B. Saran

You might also like