You are on page 1of 17

SYARIAT DAN HUKUM ISLAM DI AFGANISTAN

Oleh: Muhamad Mas’ud

A. Pendahuluan
Afganistan merupakan Negara muslim yang berada di daerah timur tengah, Afganistan
dalam melaksanankan syariahnya senantiasa merujuk kepada Al-Qur-an dan As-sunah.
Afghanistan harfiah diterjemahkan menjadi tanah Afghan, tetapi kebanyakan dari nama-nama
lainnya telah diterapkan pada lokasi umum di masa lalu. Antara jatuhnya Taliban setelah invasi AS
ke Afghanistan dan Loya jirga 2003, Afghanistan disebut oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai
Negara Islam Transisi Afganistan. Di bawah konstitusi baru, Negara ini sekarang resmi bernama
Republik Islam Afghanistan.1
Republik Afghanistan mengikuti mazhab Hanafi, Konstitusi Pertama Afghanistan berlaku
pada tahun 1923 dan yang kedua pada tahun 1931, keduanya mengakui atas supremasi hukum
Islam dalam pemerintahan Negara. Sebagian besar dari hukum ini diambil dari legislasi paralel
yang disebarluaskan di Imperium Ottoman, Mesir, dan Sudan. Pada 1930-an sekelompok pakar
hukum Afghan mempublikasikan sebuah hukum yang tidak resmi yang diberi judul Tamassuk al-
Qada (Judicial Compendium) dan didasarkan prinsip-prinsip hukum Hanafi yang sudah diseleksi.
Fatawa-i AlamgiriIndia.2 yang dijadikan sandaran sebagai sebuah otoritas di Afghanistan, dan
Hukum Sipil Turki 1876 (Majallab) digunakan di negara ini sebagai sumber material mereka.
Pelaksanaan syariah dan qanun pada Negara ini senatiasa dikaitkan dengan Taliban
(berasal dari bahasa Arab thalib, penuntut/pencari ilmu) dalam pelaksanaan syariah tersebut
Taliban sangatlah berperan penting dalam upaya menegakan Syariah dan Qanun pada Negara
tersebut. Dalam qanun dan syariah di Afganistan yang akan menjadi sedikit pembahasan dalam
makalah yang singkat ini, penulis membatasi bahasan ini mengenai syariah dan hukum Islam
dalam hal pernikahan atau hukum keluarga, dan undang undang apa saja yang diberlakukan di
negara Afganistan serta bagaimana perkembangannya.

1
Untuk sejarah singkat Afganistan, lihat M. Nazif Shahrani, “Afghanistan,” The Oxford Encyclopedia of the Modern
Islamic Worl, vol. 1, hal. 27 ff.; “Afghanistan,” EI CD-Rom Edition; Louis Dupree, Afghanistan, (Princeton: Princeton
Univ. Press, 1980); George Arney, Afghanistan, (London: Mandarin, 1990); dll.
2
Fatawa-i Hindiyah in merupakan undang-undang dalam hukum Hanafi yang disiapkan di bawah otorias Kekaisaran
Aurangzeb (w. 1707M) lihat Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries( New Delhi: Academy of Law and
Religion, 1987), 184. Hal ini iuga menun.iukkan adanya dukungankekaisaran-kekaisaran Mongol terhadap mazhab
Hanafi, lihat Johannes den Heijer (editor),Islam, Negara, dan Hukun (Jakarta: INIS, 1993), 104.
1
B. Pembahasan
1) Negara Afganistan
Republik Islam Afganistan (Pashtun/Dari-Parsi: ‫افغانستان‬, Afğānistān) adalah sebuah negara
di Asia Tengah. Ia kadang-kadang digolongkan sebagai bagian dari Asia Selatan atau Timur Tengah
karena kedekatannya dengan Plato Iran. Afganistan berbatasan dengan Iran di sebelah barat,
Pakistan di selatan dan timur, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan di utara, dan Republik Rakyat
Cina di ujung timur. Afganistan juga berbatasan dengan Kashmir, wilayah yang dipersengketakan
oleh India dan Pakistan. Pada kurun waktu antara tergulingnya rezim pemerintahan Taliban pada
2001 dan Loya jirga (sidang majelis Musyawarah Tradisional) tahun 2004, dunia Barat menyebut
negara ini dengan nama Negara Islam Transisi Afganistan.
Afganistan adalah sebuah negara di persimpangan Asia. Umumnya dianggap sebagai
bagian dari Asia Tengah, kadang-kadang dianggap berasal dari sebuah blok regional baik di Asia
Selatan atau Timur Tengah, karena memiliki hubungan budaya, etnolinguistik, dan geografis
dengan sebagian besar tetangganya. Hal ini berbatasan dengan Iran di sebelah barat, Pakistan di
selatan dan timur, Turkmenistan, Uzbekistan dan Tajikistan di utara, dan Cina ke timur. Ini
memiliki penduduk 30 juta orang, meskipun ini tetap perkiraan, karena tidak ada sensus resmi
telah diambil selama beberapa dekade.
Ada pandangan banyak, tentang asal usul nama Afghanistan, sebagian besar dari mereka
yang murni spekulatif seperti Versi dari legenda Pashtun tempat Afghana, nenek moyang
eponymous mengaku dari Afghanistan atau Pushtuns, sebagai Muslim kontemporer Nabi
Muhammad. Setelah mendengar tentang iman baru Islam, Qais dari Aryana perjalanan ke
Madinah untuk melihat Nabi Muhammad muslim, dan kembali ke Aryana sebagai seorang Muslim.
Abdur Rasyid Qais konon memiliki banyak putra, salah satunya adalah Afghana. Afghana, pada
gilirannya, memiliki empat anak yang berangkat ke timur untuk mendirikan garis keturunan
masing-masing. Putra pertama pergi ke Swat, yang kedua ke Lahore dan India, yang ketiga untuk
Multan, dan yang terakhir ke Quetta. Legenda ini adalah salah satu dari cerita tradisional di
kalangan kaum Pashtun berkenaan dengan asal usul mereka yang berbeda. Sekali lagi, inilah
Afghana legendaris yang dinyatakan telah diberi nama Pushtuns mereka saat ini. Perlu dicatat
bahwa Afghanistan legenda ini dipisahkan dari Afghana kali Salomo oleh setidaknya 11 abad. 3

3
http://id.wikipedia.org/wiki/Afganistan
2
2) Taliban dan Penegakan Hukum Islam di Afganistan
Pada Desember 1979, Uni Soviet menginvasi Afganistan untuk mempertahankan
pemerintahan komunis yang tidak stabil di sana, Sebagai bagian dari perang dingin terhadap
komunisme, Amerika Serikat mengorganisasi perlawanan di Afganistan guna mengenyahkan
Soviet. Jutaan dolar dikeluarkan untuk membiayai perlawanan gerilya kelompok-kelompok
mujahidin, termasuk kelompok Usamah bin Ladin. Akhirnya, pada 1989, Soviet menarik diri dari
Afganistan dan membiarkan negeri tersebut pecah berantakan dilanda perang saudara antara
kelompok-kelompok mujahidin.4
Pada 1992, pejuang mujahidin pimpinan Ahmad Syah Massoud dan Rasyid Dostum
menduduki Kabul serta menggulingkan Najibullah. Mereka menegaskan pembebasan Afganistan,
dan membentuk negara Islam yang dikepalai oleh Dewan Jihad Islam dan Burhanuddin Rabbani.
Tetapi, sejumlah kelompok di Afganistan tidak mendukung rezim ini dan mulai membombardir
Kabul, yang merupakan prelude untuk konflik etnis di Afganistan. Dalam konteks inilah Taliban
muncul dan kemudian berkuasa sekitar enam tahun (1996-2001) di Afganistan.5 Kelompok Taliban
(berasal dari bahasa Arab thalib, penuntut/pencari ilmu) dibentuk Mullah Muhammad Umar pada
September 1994 di Qandahar, Afganistan Selatan, beranggotakan lulusan madrasah-madrasah
Pakistan, terutama dari Deoban, yang terdapat di perbatasan Pakistan-Afganistan, Kebanyakan
anggotanya berasal dari etnis.6
Pasytun Taliban memperjuangkan revolusi Islam, dan mendeklarasi misinya
mengembalikan perdamaian, melucuti persenjataan masyarakat, menerapkan syariat Islam, serta
mempertahankan integritas dan karakter Islam Afganistan.7 Milisi yang dibentuknya sebagian
besar berasal dari para veteran perang yang berjuang menentang Rusia. Sementara brigade elit
Taliban dilatih di kamp latihan Bin Ladin. Itulah sebabnya Taliban sangat tergantung dan loyal
kepada Bin Ladin. Pada November 1994, setelah tiga minggu bertempur, kelompok Taliban
berhasil menduduki Qandahar, kota terbesar kedua di Afganistan. Konflik terbuka antara
kelompok Taliban dan pemerintah Rabbani pun pecah, terlebih lagi setelah pemerintah menolak
tuntutan Taliban atas Islamisasi peraturan dan perundang-undangan, pengusiran para komunis
serta pemberantasan KKN. Penolakan pemerintah tersebut telah membuat berbagai kelompok

4
Lihat Jonathan Goodhand, “Peace-Making in the New World Disorder: A Study of the Afghan Conflict and Attempts
to Resolve it,” Peace Building and Complex Political Emergencies Working Paper Series, paper no. 7 (June, 2001), hal. 9
ff.
5
Ibid., hal. 13 ff.
6
Ahmad Mudzakar, Politik Syariat Islam (dari Indonesia hingga Nigeria), Jakarta, Gema Insan, 2002, hlm, 40.
7
Ahmed Rashid, Taliban: The Story of Afghan Warlords, (London: Pan Books, 2001), hal. 22. Karya Rashid ini mencakup
sejarah Taliban hingga 2000.
3
jihad bergabung dan memperkuat Taliban, Dalam tiga bulan setelah itu, Taliban telah menguasai
10 dari 31 provinsi di Afganistan dan pada 27 September 1996,8 berhasil menduduki ibukota
Afganistan, Kabul.
Setelah mengontrol hampir seluruh wilayah Afganistan secara de facto dan membangun
pemerintahan di Negeri ini, hanya tiga Negara yang mengakui keabsahan pemerintahan Taliban,
yakni Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Pakistan. Sehubungan dengan Pakistan, yang paling
bersahabat dengan Taliban, dapat dikemukakan bahwa Negara ini merupakan tutor serta
partisipan aktif yang memungkinkan Taliban mencapai kekuasaannya. Secara geopolitis, Pakistan
butuh mendominasi Afganistan untuk menyaingi Negara tetangga yang merupakan musuh
bebuyutannya, India, dan Taliban merupakan kendaraan untuk tujuan tersebut. Tetapi, dukungan
ketiga negara ini dicabut menjelang kejatuhan Taliban pada penghujung 2001 pada 6 Desember,
Taliban menyerahkan pusat kekuatan terakhirnya di Qandahar. Pemerintahan Taliban
ditumbangkan oleh Amerika Serikat dan pasukan koalisi Afganistan. Sebab kejatuhan Taliban ini
dapat disimpulkan dengan beberapa kata kunci, yaitu, akibat peperangan, bencana alam,
pengalaman politik yang cetek, dan pengembangan doktrin jihad yang terlalu berlebihan.9
Kemunculan Taliban sebagai penguasa Afganistan juga berada pada momen yang tepat dan
menguntungkannya. Ketika itu, struktur kekuasaan komunis telah luluh berantakan, sementara
para pemimpin perlawanan yang berkuasa setelah itu tercemar dengan KKN serta kehilangan
kepercayaan masyarakat. Ulama Afganistan, misalnya Syaikh Hakkani dan Syaikh Younis Khalis,
bahkan mengeluarkan fatwa bahwa membantu Taliban dengan jiwa dan harta adalah suatu
kewajiban. Fatwa ini disokong oleh Usamah bin Ladin.10 Demikian pula, kepemimpinan kesukuan
tradisional di Afganistan telah musnah, Dengan menjanjikan keamanan dan kedamaian serta
mengutuk para panglima perang yang korup, Taliban memperoleh dukungan yang luas dari
populasi Afganistan yang lelah berperang dalam ketidakpastian.
Pada Oktober 1997, Taliban merubah nama negerinya menjadi Emirat Islam Afganistan,
dengan Mullah Umar yang sebelumnya diangkat menjadi Amir al-Mu'minin sebagai kepala negara.
Terdapat suatu dewan pemerintahan di Kabul (Majelis Syura Kabul) yang dipilih para ulama
berdasarkan prestasi dan kebajikannya, dipimpinan Mullah.
Di samping itu, ada Majelis Syura Militer, yang dipimpin Mullah Umar. Namun, otoritas
terakhir untuk kekuasaan Taliban berada pada Majelis Syura Tertinggi Taliban yang berkedudukan

8
Ibid., hal. 27-30.
9
Ibid, hlm 41
10
The Islamic Taliban Movement and the Dangers of Regional
Assimilation,” http://Islam.org.au/articles/18/taliban1.htm. Diakses pada 10/27/2017, 11:50.
4
di Qandahar, dan di tangan Mullah Umar sendiri keanggotaan majelis ini didominasi oleh teman
dan kolega Mullah Umar yang kebanyakan berasal dari Durrani Pasytun. Anggotanya terdiri dari 10
orang, tetapi pertemuannya juga dihadiri oleh pemimpin militer, pemuka suku, dan ulama Majelis
syura,11 inilah yang pada 4 April 1996, mengumumkan jihad terhadap Burhanuddin Rabbani,
penguasa Afganistan sebelum Taliban.12 Setelah berkuasa, Taliban mulai menjalankan penegakan
syariat Islam yang ketat dan ekstrem. Salah satu departemen dibentuk Departemen Amar Makruf
Nahi Munkar, dipimpin Mullah Qalam al-Din untuk upaya penegakan tersebut, termasuk
pembentukan Polisi Keagamaan yang bertugas mengawasi penegakan syariat.13 Polisi keagamaan
Taliban merupakan organisasi paling ditakuti di dalam milisi. Mereka berpatroli di kota-kota besar
Afganistan dengan cambuk dan senapan otomatis di tangan, serta menjalankan tugasnya dengan
penuh semangat dan tak jarang secara brutal. Mereka merazia rumah-rumah untuk menemukan
bukti keterlibatan seseorang dengan rezim sebelumnya, atau mencari bukti pelanggaran terhadap
syariat Taliban. Suatu sistem peradilan dibangun di seluruh wilayah yang berada di bawah
pemerintahan Taliban yang terdiri dari 95 persen orang Afgan, pada Desember 2000, untuk
menegakkan syariat Taliban.14
Berbeda dari kebanyakan negara Muslim modern yang memberlakukan syariat lewat
proses legislasi, kebanyakan syariat Taliban hanya diumumkan lewat dekrit dari Mullah Umar
sendiri, atau melalui Mulllah Qalam al-Din (KepalaDepartemen Amar Makruf Nahi Munkar, Kepala
Polisi Keagamaan) yang disiarkan melalui Radio Syariat (sebelumnya bernama Radio Kabul).
Dekrit-dekrit ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.15 Bagi Taliban, orang yang
mempertanyakan dekrit-dekrit tersebut berarti memper-tanyakan Islam. Bahkan, sehubungan
dengan ketiadaan kon-stitusi, Jaksa Agung Mullah Jalilullah Maulvizada menjelaskan bahwa

11
Rashid, Afghanistan, hal. 98, dan hal. 220 untuk nama-nama anggota majelis ini.
12
AFP, “Ullema Declare Jihad against Rabbani,” The Nation, April 4, 1996.
13
Rashid, Afganistan, hal. 105.
14
Ibid hlm 47
15
Salah satu dekrit syariat Taliban yang paling terkenal adalah “Enam Belas Regulasi,” yang diumumkan Mullah Qalam
al-Din (Kepala Departemen Amar Makruf Nahi Munkar/Polisi Keagamaan) lewat Radio Syariat di Kabul pada Desember
1996. Dekrit ini berisi peraturan: (1) Larang fitnah dan wanita tanpa hijab; (2) larangan mendengar musik; (3) larangan
mencukur dan menggunting janggut; (4) Larangan memelihara burung dara dan bermain dengan burung; (5) larangan
bermain layang-layang dan penutupan toko layang-layang; (6) Larangan berhala, lukisan dan potret; (7) larangan
berjudi; (8) larangan menggunakan dan memperaturan daerahgangkan candu; (9) larangan model rambut gondrong
Amerika dan Inggris; (10) larangan bunga bank dan praktek riba; (11) larangan bagi wanita mencuci pakaian di tepi
sungai di kota; (12) Larangan memutar musik dan berdansa dalam pesta perkawinan; (13) larangan bermain drum
musik; (14) larangan bagi penjahit pria menjahitkan baju wanita dan mengukur badan wanita untuk pakaian yang akan
dijahit; (15) Larangan ramal-meramal; dan (16) larangan meninggalkan shalat dan perintah shalat berjamaah. Lihat
lebih jauh, Rashid, Afghan, hal. 218-219, untuk teks dekrit ini
5
konstitusi Afganistan adalah syariat Islam, dan dengan demikian konstitusi yang konvensional tidak
diperlukan.16
Ketika mulai berkuasa, Taliban melarang seluruh kelom-pok oposisi, partai politik dan
serikat-serikat dagang. Orang-orang yang berani mempertunjukkan ketidaksetujuan terhadap
Taliban ditangkap, dipukul dan ditahan, termasuk beberapa staf lokal yang bekerja pada badan-
badan yang memberikan bantuan kepada Afganistan dan organisasi-organisasi media. Universitas
Kabul ditutup dan seluruh staf pengadilan diberhentikan, mulai dari hakim sampai petugas
kebersihan.Penutupan sekolah-sekolah untuk kaum wanita dilakukan hingga sistem pendidikan
berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang sejati dibangun, yang bebas dari pengaruh-pengaruh kafir
Barat. Sementara anak sekolah kelas 1 hingga 6 diperintahkan mengenakan turban hitam dan
kelas di atas-nya mengenakan turban putih.17 Menurut Taliban, mengenakan turban adalah
sunnah Nabi Muhammad yang semestinya diikuti oleh kaum Muslimin. Sejak 21 Maret 2001, anak
sekolah yang tidak menaati aturan ini dikeluarkan dari kelasnya.18
Selama masa kekuasaan Taliban, lelaki Afgan diwajibkan memelihara janggut, dan yang
melanggarnya ditangkap, dipukuli serta dipenjara hingga janggutnya tumbuh lebat. Di Faryab, 83
laki-laki dihukum karena memangkas janggutnya. Radio Syariat yang melaporkan berita ini, tidak
menyebutkan jenis hukumannya, tetapi untuk pelanggaran semacam itu biasanya dihukum hingga
2 minggu penjara.19 Lelaki yang berambut panjang ditangkap dan dibawa ke kantor polisi
keagamaan, di mana rambut mereka akan dicukur dan mere-ka harus membayar
biayanya. Demikian pula, lelaki berambutgondrong model Amerika dan Inggris ditangkap dan
dibawa ke polisi keagamaan untuk dipotong rambutnya, dan ia juga haras membayar biayanya. 20
Para pezina dihukum rajam atau cambuk. Pada November 1996, Nurabi dan Turyalai
dirajam di depan publik lantaran tuduhan berzina. Turyalai meninggal setelah dirajam selama
sepuluh menit, tetapi tidak demikian dengan Nurabi. Wanita ini harus "dihabisi" dengan lemparan
batu besar di kepala-nya.21 Pada Mei 2001, Fazl Rahman dan Nadia dicambuk 100 kali atas
tuduhan berzina.22 Eksekusi terhadap pezina, demikian pula dengan hukuman lainnya, dipandang

16
Rashid, Afghanistan, hal. 107. Beberapa ilustrasi dekrit syariat Taliban, lihat ibid., apendiks 1, hal. 217-219
17
“Lives Still Restricted, Afghan Women see Hope,” The Christian Science Monitor, December 30, 1999.
18
Afghan Taliban orders Students to wear Turbans,” Reuters, March 28, 2001. AP, March 29, 2001.
19
AFP, May 12, 2001.
20
Khalid Hasan, The Taliban’s World, Dawn, March 19, 2001.
21
John F. Burns, “Taliban Rulers Decree Death by Stoning to Adulterers,”The Denver Post, November 3, 1996.
22
“Taliban Stage Lashing of Unwed Couple Accused of Having Sex,” AFP, May 22, 2001.
6
Taliban sebagai peristiwa keagamaan, dan dilakukan di depan publik. Stadion olah raga Kabul,
merupakan salah satu tempat eksekusi hukuman Taliban. 23
Kejahatan-kejahatan serius seperti pencurian atau fitnah dihukum dengan potong tangan
atau hukum mati Mohammed Afzal merupakan salah seorang yang menjalani hukum potong
tangan di depan ribuan orang, lantaran tuduhan mencuri yang tidak diakuinya, pada 1977. Para
pelaku homoseksual dihukum bakar hidup-hidup di bawah tumpukan batu, dan tembok
dirubuhkan di atas tubuh mere-ka oleh sebuah tank, seperti dilakukan terhadap 3 orang yang
dituduh melakukan sodomi di Qandahar.
Seluruh hukum pidana Islam diberlakukan, demikian pula hukum dagangnya. Adalah hal
yang ironis bahwa Taliban, yang pendapatan negaranya sebagian besar berasal dari perdagangan
narkoba, memenjarakan serta menghukum pecandu dan pedagang narkoba. Pemerintah Taliban,
dalam kasus candu ini, memungut 10 persen zakat dari para petani candu.24 Tetapi, inkonsistensi
ini hanya terlihat di awal pemer-intahan Taliban. Pada 2001, pemimpin teringgi Taliban, Mullah
Mohammad Umar, melarang secara total opium.
Bunga bank dan praktek riba diharamkan secara resmi, seperti halnya ramal-meramal.
Seluruh buku ramalan diperintah untuk dibakar dan para peramal dipenjara hingga bertobat.
25Upaya mengkonversi masyarakat Muslim Afghan ke agama lain diganjar dengan hukuman mati,
baik orang yang dituduh mengkonversikan atau yang dimurtadkan. Menjelang kejatuhannya,
Taliban menangkap enam wanita pekerja asing sebuah badan bantuan internasional dengan
tuduhan semacam ini. 26Tetapi, pengadilan terhadap keenam pekerja tersebut akhirnya
menjadikan Afganistan sebagai bulan-bulanan bom Amerika, yang diakhiri dengan kejatuhan
Taliban.
Di kota Kabul, tidak ada bioskop atau tempat hiburan. Musik tidak dapat diputar di toko,
hotel, kendaraan dan trans-portasi publik. Jika sebuah kaset musik ditemukan dalam sebuah toko,
pemiliknya akan dipenjara dan tokonya ditutup.Seseorang yang ditemukan mendengar musik
dalam ken-daraannya akan kehilangan baik kaset maupun kendaraannya, di samping akan
dipenjara Pada Mei 2001, Radio Syariat melaporkan dibakarnya alat-alat musik di kota Taloqan,
sedangkan pemiliknya dihukum untuk memberikan pelajaran kepada yang lain.

23
Rashid, Afghanistan, hal. 219.
24
Sayed Salahuddin, “Taliban flog woman, cutt of two men’s hands,” http://www.rawa.org/handcut.htm. diakses
27/10/2010.
25
Hasan, “Taliban’s World.”
26
Kate Clark, “Aid Workers Arrested by Taliban Face Death,” The Independent, August 5, 2001.
7
Taliban tampaknya tidak menyukai burung dara dan burung peliharaan lainnya. Ketentuan
yang dikeluarkan pada Desember 1996 berisi perintah untuk membunuh burung dara dan burung-
burung peliharaan lainnya. Bermain kartu adalah ilegal, seperti halnya dengan bermain layangan.27
Dan seluruh toko yang menjual layang-layang ditutup. Perayaan Naoruz (tahun baru orang Afgan)
biasanya diramaikan dengan permainan layang-layang. Dengan aturan ini, langit Af ganistan bersih
dari wama-warni layangan.28
Larangan penyembahan berhala yang dikeluarkan pada Desember 1996 menetapkan:
Lukisan/gambar yang ada di kendaraan, toko, hotel, ruangan dan tempat lainnya harus
dimusnahkan. Pada 1 Maret 2000, otoritas Taliban memerintahkan pemusnahan patung-patung di
seluruh negeri itu, yang difatwakan sebagai berhala. Dua patung Budha bersejarah di kota
Bamiyan, berasal dari abad ke-4 dan ke-5, dimusnahkan Taliban pada Maret 2001 dengan dinamit
dan tembakan meriam tank, yang menimbulkan badai protes internasional.29
Wanita dinyatakan bertanggung jawab mengurus rumah tangganya, dan suami, saudara
atau ayahnya harus mencukupi kebutuhan dasarnya. Kebiasaan para wanita Afghan mencuci
pakaian di tepi sungai dilarang oleh Taliban, yang melanggar akan dibawa ke rumahnya dan
suaminya dihukum. Pasien wanita diharuskan pergi ke dokter wanita. Jika wanita harus diperiksa
dokter lelaki, muhrim wanita itu harus menemaninya selama pemeriksaan dan baik pasien atau
dokternya harus dipisahkan tabir. Dokter lelaki tidak diperkenankan menyentuh atau melihat
bagian tubuh pasien wanitanya, kecuali bagian-bagian yang sakit. Dokter lelaki juga tidak
diperkenankan memasuki ruangan pasien wanita, kecuali keadaan mengharuskannya. Dokter
wanita dan lelaki tidak diperkenankan duduk bersama atau bercakap-cakap. Jika muncul
kebutuhan untuk berdiskusi, keduanya harus dipisahkan tabir.30
Afganistan merupakan negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Qisas adalah salah
satu hukuman yang mendapat perhatian dalam agama Islam. Qisas dijalankan di negeri itu
berdasarkan kriteria dan paradigma fikih yang terdapat dalam mazhab Hanafi. Berdasarkan
peraturan yang berlaku di negeri itu, seluruh hukum definitif pengadilan harus dijalankan; kecuali
hukum-hukum yang berkaitan dengan pembunuhan (qisas, gantung dan lain sebagainya) dimana
hukum pengadilan tidak bersifat definitif dan juga memerlukan kesepakatan presiden.

27
Hasan, “Taliban’s World.”
28
http://www.dakta.com/berita/internasional/2488/rakyat-afghanistan-inginkan-penerapan-syariah-islam.html/
29
Hasan, Taliban’s World.
30
Hasan, “Taliban’s World.”
8
Qisas adalah istilah dalam hukum Islam yang berarti pembalasan (memberi hukuman yang
setimpal),31mirip dengan istilah hutang nyawa dibayar nyawa. Dalam kasus pembunuhan, hukum
qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh.
Qisas hukuman pembunuhan, memotong anggota badan, memukul dan melakukan tindak pidana
secara sengaja yaitu apabila seseorang mati maka yang melakukannya mendapatkan hukuman
setimpal. Apabila memotong anggota badan maka anggota badannya juga harus dipotong dan
seterusnya.
Di kalangan Arab sebelum kedatangan Islam, qisas dilakukan tanpa adanya pakem dan
kriteria tertentu. Di hadapan satu orang yang terbunuh, mereka membunuh dua atau lebih orang
yang melakukan tindak jenayah dan kejahatan. Terkadang qisas model ini menjadi sumber
munculnya peperangan berdarah di antara kabilah dan suku-suku Arab. Namun dengan datangnya
syariat Islam, qisas dilaksanakan dan ditetapkan dengan pakem dan kriteria tertentu. Islam
memberikan batasan dan syarat-syarat tertentu untuk mencegah terjadinya pelanggaran, tindakan
anarkis dan pembunuhan yang tidak berdasar dengan menegakkan keadilan bagi masyarakat.32
Pelaksanaan qisas dalam Islam telah berhasil mengantisipasi pertumpahan darah dan
adanya kenekatan untuk membunuh orang lain yang dilakukan oleh orang-orang berbahaya. Dan
juga dengan pelaksanaan qisas, Islam memberikan ketenangan dan rasa aman kepada masyarakat
yang terluka dan berduka akibat terjadinya pembunuhan. Akan tetapi, Islam lebih menaruh
perhatian pada sisi khusus jenayah (kejahatan) ini dan menetapkan qisas sebagai hukum atas
dasar ingin menunaikan hak manusia (haq al-nâs) dan memberikan hak kepada para wali orang
yang terbunuh (maqtul) atau seseorang yang telah berlaku tindakan jenayah atasnya (dalam
masalah pelukaan secara umum) sehingga memberikan ketenangan mental bagi mereka yang
ditimpa musibah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa qisas adalah hak manusia (haq al-nâs). Dalam
penerapan qisas, para pemilik hak dapat menerapkan hukuman-hukuman ini. Namun harap
diperhatikan bahwa qisas bukan merupakan hukum yang harus dan wajib dilaksanakan. Para wali
tidak wajib secara pasti mengqisas orang yang melakukan tindak kejahatan dan tidak memiliki
pilihan lain. Sesuai dengan tabiat hukum ini, qisas merupakan hak manusia (haq al-nas), pelaku
kejahatan dapat dimaafkan atau diadakan perdamaian (mushâlaha) dengan pihak keluarga
korban. Artinya dengan persetujuan pembunuh (qâtil) diyat dapat diambil darinya atau

31
Muhammad Hasan Najafi, Jawâhir al-Kalâm, jil. 42, hal. 7.
32
Ibid, hal. 11. Abdullah bin Qudama (salah seorang ulama Sunni), Al-Mughni, jil. 9, hal. 356, Dar al-Kitab al-‘Arab,
Beirut.
9
melakukan mushâlaha dengan menerima seukuran diyat, kurang atau lebih dari pembunuh
tersebut. Islam dalam hal ini mendorong kepada para wali darah (auliya dam) untuk memaafkan
atau berdamai dengan orang yang melakukan tindak kejahatan atas salah satu anggota
keluarganya.33
Mengenai tata cara Pelaksanaan Qisas di Afganistan, Penulis menganilisis tentang qisas
khususnya adalah qisas nafs yaitu pembunuhan. Dalam hukum pidana Afganistan pada pasal
pertama dinyatakan, “Hukum ini yang mengatur kejahatan dan pidana ta’zir (dera). Orang-orang
yang melanggar hukum akan dikenakan hudud, qisas dan diyat yang sesuai dengan hukum fikih
Hanafi.” Karena itu, seluruh peraturan dan syarat-syarat yang berkenaan dengan penetapan
pembunuhan dengan sengaja akan menerima hukum qisas dan tata cara pelaksanaannya
dijalankan sesuai dengan hukum fikih mazhab Hanafi. Sebagaimana yang Anda perhatikan, dewasa
ini apabila terjadi tindak pidana kejahatan pembunuhan dengan sengaja maka para wali korban
(maqtul) akan menindaklanjuti perkara ini melalui pengadilan dan dalam tingkatan-tingkatan
peradilan pidana apabila pelapor dapat menetapkan pembunuhan dengan sengaja dengan dalil-
dalil dan bukti-bukti kuat maka terdakwa akan menerima hokum qisas (bunuh). Dan apabila jaksa
mahkamah mengeluarkan hukum qisas kepada pembunuh dalam ssitem peradilan Afganistan,
hukum jaksa tidak akan menjadi hukum final untuk diterapkannya qisas. Melainkan sesuai dengan
pasal 129 undang-undang dasar Afganistan, hukum qisas yang dikeluarkan jaksa penuntut harus
mendapatkan persetujuan presiden. Mahkamah memiliki tugas menyebutkan sebab-sebab
dikeluarkannya hukum pada keputusan pengadilan.”
Seluruh keputusan pasti hakim harus dilaksanakan kecuali eksekusi mati seseorang yang
bersyarat pada pendapat presiden. Karena itu, seluruh hukum-hukum pasti pengadilan harus
dilaksanakan kecuali hukum-hukum eksekusi pembunuhan (qisas, gantung dan lain sebagainya)
yang bukan merupakan hukum pengadilan pasti dan memerlukan persetujuan presiden.
Apabila qisas telah ditetapkan dan telah ada persetujuan presiden serta permintaan para wali dam
korban, dalam hukum pidana Afganistan dan prinsip peradilan pidana, tidak menentukan tata cara
tertentu dalam melaksanakan qisas dan harus merujuk kepada displin ilmu fikih; secara umum
dalam fikih Islam, penegakan hudud dan pelaksanaan hukum pidana merupakan tugas penguasa

33
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang
mendapatkan suatu pemaafan dari saudaranya[[iii]], hendaknya (yang memaafkan) mengikuti cara yang
baik,[[iii]] dan (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan-mu dan suatu rahmat. Barang siapa melampaui batas sesudah itu,
maka baginya siksa yang sangat pedih.” (Qs. Al-Baqarah [2]:178)

10
Islam, kecuali dalam masalah qisas nyawa dimana para wali korban dapat melakukan qisas atas
pembunuh (qâtil). Terkait dengan qisas nyawa terdapat kesepakatan bahwa para wali korban
(maqtul) setelah hukum jaksa mengeluarkan hukum pidana dan menentukan waktu
pelaksanaannya, setiap orang tidak memiliki hak untuk mengurungkan qisas dan tentu saja
pengurungan pelaksanan qisas ini harus dilakukan dengan izin dan pengawasan hakim syar’i
(marja taklid).34
Bagaimanapun inti pelaksanaan qisas (entah dengan pedang atau senapan dan lain
sebagainya) dilakukan oleh wali darah korban sendiri.
Ketika qisas dilaksanakan wali darah dan hakim syar’i harus berada di tempat yang telah
ditentukan dan pembunuh harus menjalankan adab-adab seperti mandi dan menyiapkan kain
kafan dan lain sebagainya sebelum dilaksanakannya hukum qisas. Dan sesuai dengan pandangan
mazhab Hanafi, “Qisas harus dilaksanakan dengan pedang atau memancung leher pembunuh
dengan pedang tajam.”35
Penulis tidak mengetahui secara pasti terkait dengan pelaksanaan qisas dewasa ini apakah
dapat dilakukan dengan cara seperti ini yaitu memancung leher dengan pedang atau dengan cara
lain. Terdapat juga kemungkinan pelaksanaan qisas adalah dapat dilakukan dengan digantung atau
ditembak dengan senapan.
Sebenarnya niat, tekad serta kesungguhan untuk menegakkan Syariah Islam oleh suatu
negara tergantung kepada beberapa faktor berikut :
1. Hukum dan Undang-Undang yang berlaku hanyalah Al-Quran dan Sunnah Rasulullah
Muhammad SAW dan diberlakukan atas seluruh aspek kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Tidak ada hukum dan peraturan yang dibuat manusia untuk aspek apapun.
2. Harus dilihat siapa yang secara nyata (de-facto) berkuasa di negara tersebut. Dalam hal
Afghanistan, sudah diketahui umum oleh masyarakat dunia bahwa Pergerakan Islam
Taliban menguasai sekitar 95% wilayah Afghanistan.
3. Hubungan dan kerjasama yang digalang dengan negara-negara lain di dunia adalah
berlandaskan kepada ajaran-ajaran Islam.

34
Abdurrahman Juzairi, al-Fiqh ‘ala Madzâhib al-Arba’ah, jil. 5, hal. 366, Dar al-Tsaqalain, Beirut, Cetakan Pertama
35
Ibid, hal. 499. Imam Khomeini, dalam kitab Tahrir al-Wasilah, jil. 2, hal. 487 menyatakan, “Qisas tidak dapat
dilakukan kecuali dengan pedang dan semisalnya. Dan mungkin saja (la yab’ud) qisas dapat dilakukan dengan media
yang lebih ringan dari pedang. Misalnya dengan menembak menggunakan senapan yang dibidikkan kepada otak atau
menyambungnya ke listrik; (namun) tidak dibenarkan menggunakan media yang lambat untuk mengeksekusi qisas
nyawa atau qisas anggota badan. Demikian juga tidak dibenarkan qisas dengan media yang melebihi pedang untuk
menyiksa dan mengazab seperti memotong dengan gergaji dan apabila ada seseorang yang melakukan hal ini maka ia
termasuk sebagai orang yang berdosa dan harus mendapatkan hukuman ta’zir (dera atau denda uang tunai).
11
Pemerintah Taliban Afghanistan adalah satu-satunya negara di dunia yang tidak
menggunakan undang-undang buatan manusia. Perundangannya adalah berdasarkan pada Syariah
yang diturunkan oleh Allah dan Sunnah pesuruh-Nya Muhammad SAW dalam seluruh aspek
kenegaraan, pemerintahan, kehidupan bermasyarakat dan lainnya.
Negara-negara Islam lainnya atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam selain Afghanistan, seluruh atau sebagian aspek kenegaraan pemerintahannya serta
kehidupan bermasyarakatnya menggunakan sistem perundangan yang dibuat manusia tetapi di
bawah label Syariah Islam/bernafaskan Islam/bernilai Islam. Kebanyakan negara-negara tersebut
menggunakan hukum Islam yang berdasarkan pada institusi hukum ciptaan manusia, yang pada
kenyataannya tidak berbeda dengan penggunaan hukum buatan manusia, kecuali pada namanya
saja yang diberi label hukum Islam.
Salah satu bukti yang menunjukkan Pemerintah Taliban merupakan Pemerintahan yang
menerapkan Hukum Syariah, adalah fakta bahwa negara-negara kafir yang merupakan musuh
Islam telah mengenakan sanksi dan boikot terhadap Afghanistan dengan alasan yang tidak jelas
serta memusuhi dan mendiskreditkan Afghanistan, hanya karena mereka berpegang teguh kepada
Hukum Syariah. Hal-hal yang menunjukkan validitas dan kualitas Pemerintah Taliban sebagai
Pemerintah Syariah di Afghanistan :
1. Pemerintah Taliban Afghanistan terus berusaha memberikan support kepada Mujahidin dan
melindungi mereka dari musuh-musuh mereka.
2. Pemerintah Taliban Afghanistan melarang seluruh bentuk media informasi yang tidak
dibenarkan dalam Syariah.
3. Pemerintah Taliban Afghanistan menunjukkan sikap mereka yang tidak berubah dan tidak mau
menyerah atas apa yang mereka yakini, sungguh-sungguh dan bersikap lurus dalam
menerapkan Syariah Islam mengenai hukum pidana (Huduud) serta meng-Islam-kan media dan
pendidikan.
4. Pemerintah Taliban Afghanistan adalah satu-satunya negara di dunia yang menegakkan hak-hak
wanita berdasarkan Syariah, bukan berdasarkan ajaran sekuler yang membolehkan wanita
untuk mempertontonkan kecantikan dan tubuh mereka, menanggalkan jilbab (tidak menutup
aurat), hidup bebas dengan lelaki (free sex), dan macam-macam lainnya.36
5.

36
Hamdun bin uqla asyulibi, 02 Ramdhan 1421 H (29 Nov 2000) Al-Qaseem, Jazirah Arab, Petikan : Al-Islam, Pusat
Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
12
2) Hukum Keluarga

Hukum keluarga yang berkembang di Negara Afganistan Tahir Mahmood membagi


penerapan hukum keluarga pada negara-negara (berpenduduk) muslim menjadi tiga bentuk :
Pertama negara yang menerapkan hukum keluarga secara tradisional yang banyak di jazirah Arab
dan beberapa negara Afrika yaitu Saudi Arabia, Yaman, Kuwait, Afganistan, Mali, Mauritania,
Nigeria, Sinegal, Somalia, dan lain-lain. Kedua Negara yang menerapkan hukum keluarga sekuler,
dalam kategori ini adalah Turki, Albania, Tanzania, minoritas muslim Philiphina dan Uni Sovyet.
Bagi negara berpenduduk mayoritas muslim, mengganti hukum keluarga dengan hukum yang
bersumber dari Eropa (Turki dari Swiss), atau negara dengan penduduk minoritas muslim tapi
harus tunduk pada aturan hukum negaranya. Ketiga adalah Negara yang menerapkan hukum
keluarga yang diperbarui seperti Indonesia, Jordania, Malaysia, Brunei, Singapore dll.
Setidaknya ada tiga belas permasalahan hukum keluarga dalam proses transformasi hukum
keluarga yaitu Pembatasan umur perkawinan, Kedudukan wali nikah, Pencatatan nikah, Aspek
biaya dalam pernikahan, seperti mahar dan biaya nafkah, Poligami dan hak istri, Pemeliharaan
terhadap istri dan keluarga selama pernikahan, Perceraian, Nafkah istri setelah cerai, Masa iddah,
Hak kedua orang tua terhadap pemeliharaan anak, Hak waris, Wasiat wajibah dan wakaf Dari
permasalahan hukum keluarga di atas, masing-masing negara mempunyai pandangan yang
berbeda dalam menetapkan hukumnya. Kondisi adat istiadat serta dominasi mazhab tertentu
seringkali menjadi latar belakang untuk menentukan suatu peraturan hukum. Berkenaan dengan
permasalahan di atas, makalah ini akan membahas mengenai kedudukan perempuan sebagai wali
nikah merupakan penelitian terhadap wali nikah dengan mengambil obyek penelitian pada hukum
keluarga di Afganistan, adapun Saudi Arabi, Maroko, Malaysia dan Indonesia. Pilihan ke lima
negara tersebut merupakan Negara yang berbeda juga dalam menunjukkan dominasi mazhab
yang digunakannya. Afganistan lebih menonjol mazhab Hanafi, Saudi Arabia mazhab Hanbali,
Maroko mazhab Maliki adapun Malaysia dan Indonesia lebih dominan mazhab Syafi’i.37
Di wilayah Afganistan sebenarnya sudah berlaku mengenai hukum keluarga sejak tahun
1917 yaitu berdasarkan mazhab Hanafi yang ditetapkan di Kerajaan Turki Usmani yang dikenal
denganThe Turkish Ottoman Law of Family Rigt 1917. Pada tahun 1951, pemerintah (lembaga
Legislatif) Afganistan mengganti undang-undang tersebut dengan hukum yang baru yang dikenal
dengan al Qanun al huquq al-‘Aila (the law of Family Rigt).

37
Tahir Mahmood, Family law Reform in the Muslim World (Bombay:N.M. TRIPATHI, PVT. LTD, 1972), hlm. 3-8.
13
Undang-Undang ini telah diamandemen pada tahun 1976 The Code of Personal Status
1976dan amandemennya UU Nomor 25 tahun 1977.38
Ketentuan wali dijelaskan pada Pasal 9 hingga Pasal 13. Wali dalam pernikahan adalah
urutan ashobah binafsihi dalam urutan waris menurut mazhab Hanafi.39 Seorang wali haruslah
berakal, baligh dan seorang muslim. Apabila kedudukan wali berada pada beberapa orang yang
sama derajatnya, kerelaan seorang wali diantara para wali akan menggugurkan hak lainnya. Jika
ternyata wali aqrob tidak ada, demi kemaslahatan urutan wali tersebut berpindah pada wali
berikutnya. Tidak dipersyaratkan adanya kesesuaian kehendak antara wali dengan janda yang
berusia 18 tahun atau lebih.
Hukum keluarga Afganistan juga membahas mengenai wali adlol pada pasal 6. Ketentuan
wali juga berhubungan dengan usia pernikahan. Wali adhol ditetapkan oleh hakim apabila
ternyata walinya enggan menikahkan anaknya. Dalam hal tidak ada wali ayah dan kakek,
penetapan wali adlol dapat dilakukan sampai batas usia 15 tahun, akan tetapi apabila ada wali
ayah atau kakek, wali adlol baru dapat dipertimbangkan apabila usia calon mempelai 18 tahun.
Kedudukan wali dalam pernikahan dapat saja diabaikan terhadap janda yang berusi 18 tahun atau
lebih.
Apabila diteliti pasal demi pasal yang berkaitan dengan wali, terdapat ambiguitas mengenai
kedudukan wali tersebut. Pasal 14 dan 16 hanya mengharuskan sahnya sebuah pernikahan dengan
adanya ijab qabul yang disertai dua orang saksi. Seorang wali nikah menjadi penting bagi
peremuan (gadis maupun janda) apabila berusia kurang dari 18 tahun, sehingga apabila
perempuan tersebut lebih dari usia 18 tahun ia dapat menikahkan dirinya sendiri. Hal ini dapat
dipahami dari bunyi Pasal 22 menyebutkan bahwa, ….seorang gadis atau janda yang berusia 18
tahun dan tidak ada walinya, kemudian ia menikahkan dirinya…. Dengan demikian, kedudukan
wali bukan menjadi suatu keharusan dalam akad nikah.
Meskipun wali bukan satu kewajiban dalam pernikahan, dalam beberapa hal, kedudukan wali
menjadi penting, yaitu :

38
Tahir Mahmood, Family law Reform in Islamic Countries History, Text and Comparative Analysis (New Delhi:Academy
of Law and Religion, 1987), hlm. 73-76 Oleh karena landasan walinya berdasarkan hukum ashobah, maka urutan wali
adalah anak laki-laki hingga derajat ke bawah, ayah sampai derajat ke atas, kemudian saudara sekandaung dan
saudara seayah. Apabila anak dari wali dan ayahnya ada, yang didahulukan menjadi wali adalah anaknya (saudara dari
perempuan/mempelai istri), lihat Abdul Wahhab Khalaf, Ahkamul Ahwal al Syakhsiyyah fii Syari’ati al Islamiyah,
Kuwait: Darul Qolam, 1990, hal. 60
39
Oleh karena landasan walinya berdasarkan hukum ashobah, maka urutan wali adalah anak laki-laki hingga derajat ke
bawah, ayah sampai derajat ke atas, kemudian saudara sekandaung dan saudara seayah. Apabila anak dari wali dan
ayahnya ada, yang didahulukan menjadi wali adalah anaknya (saudara dari perempuan/mempelai istri), lihat Abdul
Wahhab Khalaf, Ahkamul Ahwal al Syakhsiyyah fii Syari’ati al Islamiyah, Kuwait: Darul Qolam, 1990, hal. 60

14
1. Seorang wali (juga pihak istri) dapat mengajukan fasakh nikah, dalam hal seorang wali
menikahkan anaknya (gadis/janda) dengan seseorang yang telah diketahuinya dan
dipersyaratkan adanya sekufu dalam pernikahan, namun kemudian ternyata si suami tidak
sekufu (pasal 21). Sebaliknya apabila tidak dipersyaratkan sekufu dalam akad, maka ketidak
tahuan tidak sekufunya tersebut tidak memberikan hak bagi wali ataupun pihak istri untuk
mengajukan fasakh nikah.
2. Seorang wali dapat mengajukan pembatalan fasakh nikah, apabila ternyata anaknya (gadis
ataupun janda) yang menikahkan dirinya kepada seorang lelaki yang tidak sekufu.
Penilaiannya terletak pada kufu, bukan pada besarnya mahar, karena meskipun maharnya
bukan mahar mitsil akan tetapi masih sekufu, wali tidak dapat mengajukan fasakh nikah
(pasal 22). Hakim akan mengabulkan permohonan fasakh tersebut apabila si istri tidak
ternyata dalam keadaan hamil (Pasal 23). Penilaian kafaah dilihat pada saat akad nikah
yakni kemampuan untuk membayar mahar kontan serta kemampuan untuk membiayai
kehidupan bersama istrinya.
3. Kedudukan wali yang bukan haknya untuk menikahkan menyebabkan pernikahannya
menjadi fasid, yang menjadi wali nikah adalah ayah dan kakek serta laki-laki dalam garis
ashobah binafsihi. Seseorang dapat menjadi wali setelah diketahui bahwa dia adalah
mukallaf. Meskipun Jordan mayoritas bermazhab Hanafi, namun hukum keluarga
Afganistan menganggap penting posisi wali dalam pernikahan padahal dalam mazhab
Hanafi, wali bukan suatu kewajiban dalam melakukan pernikahan.40

Penulis memandang bahwa di Negara Afganistan merupakan sebuah Reformasi dalam


bidang Hukum Keluarga, hal ini penulis pahami dari beberapa point sebagai berikut:

1. Mahar
Dalam hukum Hanafi, jumlah mahar minimum ditetapkan sekitar satu dinar (atau 10
dirham), Hukum Sipil 1977 di antaranya berisi tentang ketentuan-ketentuan rinci mengenai mahar,
Ketentuan-ketentuan dalam hukum ini didasarkan pada hukum Hanafi. termasuk pembicaraan
masalah mahar yang berlebihan dan mahar yang tidak diterima. Hukum ini menentukan bagi isteri
untuk menerima mahar tertentu (mahr al-Musamma) dan jika tidak ada mahar yang ditentukan

40
Hukum keluarga dalam mazhab Hanafi tidak memasukan wali sebagai rukun pernikahan, karena ijab dapat
dilakukan mempelai istri atau wakilnya, atau oleh wali, lihat Abdu al Wahhab Khalaf (Kuwait: Dar al Qolam, 1990), hal.
22. Jumhur ulama berpendapat bahwa wali menjadi syarat dalam pernikahan, seorang perempuan tidak dapat
menikahkan dirinya kecuali mazhab Abu Hanifah dan Abu Yusuf, bahwa perempuan yang baligh dan berakal
menikahkan dirinya, lihat Sayyid Sabiq, Fiqh Al Sunnah, (Mesir: al Fath li al ‘llamil ‘Arab, tanpa tahun), hal. 84
15
dalam kontrak perkawinan, atau hal ini secara khusus dihalangi, maka sang isteri berhak
mendapatkan mahar mitsil,41 Mahar adakalanya dibayar segera dan ada kalanya ditunda
(Mu’ajjal), yang dibayar kemudian. Jika kontrak perkawinan bersifat diam-diam tentang jumlah
mahar atau metode pembayarannya, ditentukan sesuai dengan adat kebiasaan yang sudah
populer.42

2. Perkawinan Anak
Nizamnama 1927 dan Hukum Sipil 1977 menghapus perkawinan anak, hukum-hukum
mengenai perkawinan tahun 1960 dan 1971 mengadopsi perundang-undangan untuk membatasi
praktik perkawinan anak. Hukum Sipil 1977 menetapkan bahwa kompetensi untuk menikah adalah
ketika sudah mencapai urnur 18 untuk laki laki dan 17 untuk wanita, 43Wanita yang belum
mencapai umur ini hanya dapat dinikahkan oleh ayahnya atau oleh qadi, perkawinan tidak
diperkenankan bagi gadis di bawah umur 17 tahun bagaimanapun keadaannya.44 Wanita dewasa
dan berkompeten dimungkinkan menikah tanpa ijin wali.45

3. Poligami
Menurut UU Tahun 1971 dan Hukum Sipil 1977, poligami hanya dizinkan apabila bertujuan
menghindari bahaya yang lebih besar (dharar), Pertimbangan kemampuan finansial suami
dan karakter pribadinya menjadi sarat minimal bagi, ijin pengadilan. Di samping itu, ada alasan
hukum untuk poligami.

4. Perceraian
Sampai awal berlakunya Hukum Sipil 1977, perceraian di Afghanistan dikendalikan oleh
hukum Hanafi. Reformasi hukum keluarga di negara Timur Tengah di samping menaikkan hak-hak
wanita untuk mendapatkan dispensasi dari pengadilan, juga memasukkan pengawasan dari
pengadilan terhadap penggunaan yang tepat dari hak talak suami. Sayang, Hukum Sipil Afghan
tidak mengambil langkah-langkah yang signifikan tersebut.

41
Pasal 99
42
Pasal 101
43
Pasal 71
44
Pasal 80
45
Pasal 5 dan 6
16
C. Penutup

Afganistan salah satu negara yang menegakan syariat Islam dan qanun melalui talibannya,
disamping itu pula kita dapat melihat hukum keluarga yang berlaku pada negara tersebut yang
pada hakikatnya Penerapan hukum wali dalam hukum keluarga sangat dipengaruhi oleh mazhab
mayoritas yang dianut oleh masyarakat muslim di negara tersebut, kecuali di Maroko yang
mayoritas mengikuti mazhab Maliki, tetapi berkenaan dengan wali mengikuti mazhab Hanafi
seperti di afganistan merupakan negara yang berpenduduk muslim yang memberikan
penghargaan lebih kepada status perempuan dengan memberikan hak kepada perempuan yang
sudah dewasa untuk menikahkan dirinya dengan orang lain. Wallahu ‘alam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahhab Khalaf, Ahkamul Ahwal al Syakhsiyyah fii Syari’ati al Islamiyah, Kuwait: Darul
Qolam, 1990, hal. 60
Ahmad Mudzakar, Politik Syariat Islam (Dari Indonesia Hingga Nigeria), Jakarta, Gema Insane pres,
2002,

Ad-Dimasyqi, Muhammad bin Abdurrahman, Fiqih Empat Mazhab, Bandung: Hasyimi, 2013,

Ali, Muhammad Daud, Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Indonesia, dalam
Pembangunan no 2 Tahun ke XII, Maret 1982

Amrullah Ahmad SF dkk, Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Gema
Insani Press, 1999

Ad-Dimasyqi, Muhammad bin Abdurrahman, Fiqih Empat Mazhab, Bandung: Hasyimi, 2013.

Barkatullah, Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Hukum Islam – Menjawab Tantangan Zaman yang
Terus Berkembang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 1, 2006

John F. Burns, “Taliban Rulers Decree Death by Stoning to Adulterers,”The Denver Post, November
3, 1996.

Mahmood, Tahir, Family Law Reform in The Muslim World, N. M Tripathi PVT. LTD., Bombay, 1972

Mahmood, Tahir, Personal Law in Islamic Countries (History, Text, and Conparative
Analysis) Academy of Law and Religion, New Delhi, 1987.

Mudzhar, H.M. Atho, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, Ciputat Press, Jakarta, 2003

http://id.wikipedia.org/wiki/Afganistan

http://indonesia.faithfreedom.org/forum/taleban-dan-penegakan-syariat-di-afganistan-t10745/

http://www.dakta.com/berita/internasional/2488/rakyat-afghanistan-inginkan-penerapan-
syariah-Islam.html/

17

You might also like