You are on page 1of 16

TEKNIK DASAR KEDOKTERAN NUKLIR

GAMMA CAMERA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kedokteran Nuklir
Dosen Pengampu : Ibu Yeti Kartikasari, ST, M.Kes

Disusun oleh:

Ikhlasul Amal (P1337430215046)


Pasha Adyka Primasari (P1337430215004)
Utpadita Chris Kohan R. (P1337430215039)
Yulia Bintari Astuti (P1337430215012)

Kelas : 2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rakhmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Gama Camera dengan baik meski banyak kekurangan didalamnya,
dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Yeti Kartikasari, ST, M.Kes selaku
Dosen mata kuliah Kedokteran Nuklir Dasar yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah pengetahuan tentang mata kuliah Kedokteran Nuklir Dasar . Kami juga
menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Semarang, 13 Maret 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar dan Sejarah Gamma Camera .......................... 4
B. Komponen Dasar Gamma Camera ........................................ 5
C. Prinsip Pembentukkan Gambar Gamma Kamera ................. 9

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ............................................................................... 12
B. Saran ...................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kedokteran nuklir berbanding lurus dengan
perkembangan dan penerimaan dgamma camera, yang merupakan salah
satu instrument yang menghasilkan image dari radiasi isotop . Kedokteran
nuklir didefinisikan sebagai suatu praktik yang menjadikan pasien
mengandung radioaktif untuk keperluan diagnosis dan terapi. Bahan
radioaktif yang biasa digunakan untuk pemeriksaan kedokteran nuklir
disebut dengan radionuklida atau radiofarmaka. Radiofarmaka atau
radionuklida ini diinjeksikan kedalam tubuh pasien (secara internal), atau
dicampurkan ke cairan organ tubuh yang diambil keluar tubuh (secara
eksternal). Kedua cara tersebut dinamakan teknik in vivo. Dalamm
pemeriksaan kedokterann nuklir, radioisotop yang masuk kedalam tubuh,
atau cairan tadi dimonitor dari luar dengan peralatan yang disebut
instrumentasi kedokteran nuklir. Ada dua jenis instrumentasi nukir yakni
keperluan diagnosis dan keperluan terapi. Pada kasus ini, salah satu
instrumentasi nuklir yaitu gamma kamera dapat di golongkan sebagai
instrumentasi nuklir jenis diagnostik.
Untuk kepentingan diagnosis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu
1. Foton ( gelombang elektromagnetik) muncul dari elektron energi tinggi
dengan positron yang kemudian menimbulkan peristiwa annihilasi dan
menghasilkann sinar gamma yang dapat dideteksi menggunakan alat
dari luar. Pada radionuklida tertentu, pancaran yang di deteksi adalah
sinar-x dalam energi antara 50-300 keV
2. Umur paruh bahan radionuklida yang digunakan berkisar antara
beberapa menit hingga mingguan. Pada umumnya diinginkan untuk
tinggal sebesar 5 rad pada organ target setelah proses diagnosis.

1
3. Perangkat instrumentasi nuklir haruslah bisa melakukan diskriminasi
dan memilih informasi yang hanya berasal dari radiasi gamma primer,
selain itu harus digunakan detector yang memliki respon tinggi pulsa
yang berbanding lurus terhadap energi radionuklida yang dideteksi.
4. Sistem instrumentasi yang digunakan haruslah memiliki unjuk kerja
yang bagus meliputi low price, linear, akurasi tinggi, respon energi
linear, sensivitas yang tinggi, bandwidth lebar. ( BATAN, 2009)

Sejak gamma camera ditemukan pertama kali oleh Anger, sejumlah


papers yang mendipskripsikan tentang gamma camera dipublikasikan.
Gamma kamera dalam berbagai diskusi dianggap sebagai parameter dari
convrntional scanner, dan perhatian khusus diberikan pada gamma camera
karena karakteristiknya yang unik. tentu saja, gamma camera perlu
dibandingkan dengan alat scanner yang lain untuk menaksir keunggulanya.
Akhirnya banyak penelitian yang membahas tentang sensitivitas dan
resolusi yang terbatas dari gamma camera.

Komponen utama gamma camera adalah single crystal dari scintilator


yang merupakan kristal sodium iodida yang berkombinasi dengan
photomultiplir tubes dan jaringan elektronik untuk mendeteksi letak dari
sinar gamma. Gamma camera yang ada sekarang bisa menghasilkan resolusi
sampai 4.0mm atau lebih. Gamma camera yang berkembang saat ini sudah
ada yang menggunakan deektor gas, dan detektor semikonduktor (
zimmerman RE,1979)

Intraoperative imaging sangat sering digunakan dalam dunia kesehatan.


Dan penggunaan gamma camera berpotensi untuk meningkatkan hasil dari
operasi. sebagai contoh, dalam sentinel lymph node biopsy, penggunaan
modalitas gamma cameras membantu untuk mengidentifikasi lymph node
yang lengkap untuk pembedahan (Koops et al. 1999, Salvador et al. 2007).
Dan dalam kasus tertentu bisa menegakkan kemana saja sel tumor menyebar
dari tumor primer.(Alan c. Prenkins, John E. Lees, 2016)

B. Rumusan Masalah

2
1. Apa yang dimaksud dengan gamma camera?
2. Bagaimana mekanisme kerja gamma camera ?
3. Apa radiofarmaka yang digunakan pada gamma camera?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang modalitas gama camera.
2. Untuk mengetahui cara kerja dari gamma camera.
3. Untuk mengetahui radiofarmaka yang digunakan pada gamma camera.

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui tentang modalitas gama camera.
2. Untuk mengetahui cara kerja dari gamma camera.
3. Untuk mengetahui radiofarmaka yang digunakan pada gamma camera.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar dan Sejarah Gamma Camera

Gamma camera adalah camera yang di gunakan pada medical


diagnostic imaging,yang digunakan untuk melacak radiofarmaka yang telah
disuntikan kedalam tubuh manusia. (medical dictionary. Farflex, 2012).
Gamma camera adalah alat kedokteran nuklir yang menggunakan
teknik scintigraphy. Yaitu teknik yang menggunakan scintillation counter
atau detector sejenis untuk menditeksi tracer radioactive guna menghasilkan
citra suatu organ atau fungus organ tersebut.
Gamma camera ditemukan oleh Hal Anger di Barkeley pada tahun
1957. Oleh sebab itu, gamma camera juga disebut anger camera. Sebelum
itu sistem pencacahan konvesional mulai dikembangkan oleh Copeland dan
Benjamin tahun 1949.Gamma camera adalah alat elektonik yang bisa
mendeteksi siar gamma yang di pancarkan oleh radio pharmaceautical yang
biasanya adalah technetium 99m (Tc-99m) yang di suntikan ke tubuh
pasien. Posisi dari radiofarmaka bisa terekam dan di tampilkan dalam
monitor atau film fotografi.
Gamma camera digunakan untuk melakukan scanning pada otak,
tiroid, paru-paru, hati, ginjal, empedu, dan kerangka tulang. Image yang
tampak pada gamma camera dihasilkan oleh pancaran radiofarmaka yang di
injeksikan ke dalam tubuh pasien. Radiofarmaka yang sering digunakan
adalah technetium 99m, alasan digunakanya radiofarmaka ini karena Tc-
99m memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 6 jam. Berikut adalah
beberapa radiofarmaka yang digunakan pada kedokteran nuklir:
1. I-125 memiliki waktu paruh 60,1 hari dengan energi pancaran 0,035
MeV
2. I-135 memiliki waktu paruh 8 hari dengan energi pancaran Radiasi beta
0,61 MeV Dan energi Radiasi gamma 0,08-0,7 MeV
3. P-32 memiliki waktu paruh 14,3 hari dengan energi pancaran 1,7 MeV

4
B. Komponen Dasar Gamma Camera

Gamma camera memiliki komponen dasar yang terdiri dari :


1. Kolimator
Dalam kedokteran nuklir juga diperlukan sarana untuk
memfokuskan sinar gamma ke detektor. Untuk itu diperlukan
kolimator yang terbuat dari timbal yang berisikan pipa-pipa kecil
yang disebut dengan septa, dimana arah dari pipa-pipa ini
tergantung dari jenis kolimator. Ada 4 jenis kolimator :
a. Paralel Hole kolimator
Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-
lubang parallel dengan detektor. Alat ini menekan hampir
semua sinar gamma yang tidak paralel dengan lubang detector
yang tidak mempunyai sistem focusing. Resolusi yang terbaik
adalah meletakan objek sedekat mungkin dengan detektor. Alat
ini digunakan untuk objek berukuran besar.
b. Konverging Kolimator
Terdiri dari selubung timah yang mempunyai lubang-lubang
yang memusat dari detektor ke objek. Pancaran sinar gamma
dari objek tidak paralel. Kolimator ini dapat digunakan untuk
objek yang terletak pada bagian dalam tubuh. Sensitifitas
kolimator akan bertambah jika jarak kolimator ke objek di
perbesar. Dua objek yang sama mempunyai kedalaman yang
berbeda dan akan diproyeksikan secara berbeda.
c. Diverging Kolimator
Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-
lubang yang memusat dari objek ke detektor. Sensitifitas
kolimator akan berkurang bila jarak kolimator ke objek
diperbesar. Objek yang lebih besar dari ukuran kolimator dapat
dideteksi tanpa terpotong.

d. Pin Hole Kolimator

5
Mempunyai bentuk kerucut. Mempunyai sebuah lubang
dengan jarak yang tetap dari objek ke detektor. Proyeksi
kolimator ini mirip dengan kamera konvensional sinar gamma
setelah melewati pin hole kolimator akan diterima detektor
dengan terbalik. Kolimator ini biasa digunakan untuk objek
yang sangat kecil, misal kelenjar tyroid.

Gambar 1. Jenis-jenis Kolimator

Dengan kolimator, hanya sinar gamma yang searah dengan pipa-


pipa dapat melalui kolimator dan menumbuk detektor. Sedangkan
sinar gamma yang arahnya miring akan menumbuk pipa-pipa dan
akan diabsorbsi sehingga tidak sampai detektor (kristal skintilasi),
hanya menerima signal dari radionuklida terbatas pada sebagian
tertentu didalam tubuh pasien. Karenanya kolimator dalam
menjalankan fungsinya adalah dengan mengabsorbsi dan
menghalangi radiasi photon yang datang diluar bidang tertentu
yang berhadapan dengan permukaan detektor. Sehingga radiasi
yang diterima oleh kolimator dengan posisi oblique tidak dapat
mempengaruhi pembentukan citra.

2. Detektor

6
Detektor terdiri dari scintilasi kristal yang diletakkan di belakang
kolimator, terbuat dari Natrium Iodida (NaI) kristal ditambah
Thalium. NaI (Tl) ini akan mengeluarkan cahaya apabila
tertumbuk sinar gamma. Fungsi utama kristal ini ialah untuk
mengubah sinar gamma menjadi photon.
Interaksi photon gamma dengan kristal detektor akan
menyebabkan terjadinya efek penyerapan photoelektrik, sehingga
menghasilkan cahaya fluorosensi yang intensitasnya proposional
dengan kandungan energi dari photon gamma yang bersangkutan.
Semakin luas ukuran bidang kristal semakin luas pula bidang
pencitraan yang dimiliki kamera gamma.

Gambar 2. Detector

3. Photo Multiplier Tube (PMT)


PMT berfungsi untuk merubah signal cahaya menjadi signal
elektrik secara terukur. Gamma camera terdiri atas 37 – 91 PMT.
PMT ditempatkan dibagian belakang kristal NaI(Tl) dan berjumlah
banyak serta tersusun dalam suatu konfigurasi. Dengan elektroda
pertama yaitu photo katoda, merubah cahaya menjadi elektron,
elektroda selanjutnya yaitu dynoda, melipat gandakan elektron-
elektron dan dynoda terakhir yaitu anoda, menghasilkan pulsa out
put. PMT dihubungkan dengan kristal secara optis dengan bahan
silicon-like materials. Signal skintilasi yang dihasilkan dari kristal
akan diterima/dicatat oleh satu atau lebih PMT.

7
Gambar 3. Photo Multiplier Tube (PMT)

4. Cathode Ray Tube (CRT)


Signal-signal yang dapat dari PMT akan diproses menjadi 3 (tiga)
signal X, Y, Z. spatial coordinates X dan Y sebagai sumbu , dan
komponen Z sebagai parameter besarnya energi yang masuk dalam
kristal detektor dan diproses oleh PHA. Koordinat X dan Y dapat
langsung diamati pada layar display (CRT) atau didalam komputer.
Sedang signal Z (intensitas) akan diproses lebih lanjut oleh
komponen berikutnya, yaitu PHA.

5. Pulse Height Analyzer (PHA)


PHA pada prinsipnya memiliki fungsi membuang signal-signal
radiasi yang berasal dari sinar hambur atau radiasi lain dari hasil
interferensi isotop, sehingga hanya foton yang berasal dari
photopeak yang dikehendaki yang dicatat. PHA akan melakukan
pemilahan terhadap signal-signal tersebut, selanjutnya meneruskan
signal yang sesuai untuk diteruskan ke sistem komputer, sedang
yang tidak sesuai ditolak. PHA mampu melakukan fungsi tersebut
karena energi yang diterima oleh detektor akan diubah menjadi
signal skintilasi yang memiliki korelasi linier dengan voltage signal
yang dikeluarkan oleh PMT.
C. Prinsip Pembentukkan Gambar Gamma Kamera

8
Pada prinsipnya alat/ pesawat kedokteran nuklir hanya digunakan
sebagai detector, yaitu menangkap radiasi yang dipancarkan oleh bahan
radioaktif dalam tubuh dan merubahnya menjadi data yang dapat dilihat
sebagai angka angka, warna ataupun grafik. Pemeriksaan pencitraan
kedokteran nuklir memerlukan gamma kamera yang mempunyai
detector dalam jumlah banyak. Satu gamma kamera terdiri dari
kolimator, detector, Photo Multiplier Tube (PMT), Catode Ray Tube
(CRT), Pulse Height Analizer (PHA) (Bailey,2014)

Gambar 4. Skema kerja Gamma Kamera

Sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien ditangkap oleh


kristal- kristal sintilasi (NaI/Tl) setelah melalui suatu kolimator. Kolimator

9
melakukan penajaman pada citra dengan hanya melewatkan sinar gamma
yang searah dengan timbal yang berisikan pipa- pipa kecil yang akan
menumbuk detector. Sinar gamma yang arahya miring akan menumbuk
pipa-pipa dan akan diabsorbsi sehingga tidak sampai ke detector (kristal
sintilasi). Jadi radiasi yang diterima oleh kolimator dengan posisi oblique
tidak dapat mempengaruhi pembentukan citra.

Gambar 5. Gambar sisi sebelah kiri ilustrasi gambaran dari dua titik
sumber radiasi tanpa menggunakan kolimator. Gambar sisi sebelah
kanan ilustrasi gambaran dari dua titik sumber radisi menggunakan
kolimator.

Sinar gamma yang telah melewati kolimator akan menumbuk


detector yang terbuat dari Natrium Iodida (NaI) kristal plus Thalium. NaI
(Tl). Tumbukan antara sinar gamma dan detector akan menyebabkan
terjadinya efek photo elektrik, sehingga menghasilkan pulsa cahaya
flourosensi yang intensitasnya proporsional dengan kandungan energy
gamma yang bersangkutan.
Pulsa pancaran cahaya yang dihasilkan pada detector kemudian
dideteksi dan dikuatkan oleh setiap PMT di sepanjang permukaan belakang
kristal, PMT mengubah pulsa cahaya menjadi suatu sinyal listrik dengan
bearan suatu pulsa cahaya dengan besaran yang dapat diukur. Sinyal hasil
konversi dari pulsa cahaya menjadi sinyal listrik tersebut mempunyai tiga
komponen yaitu koordinat spasial sumbu X dan sumbu Y serta suatu sinyal
(Z) yang berhubungan dengan intensitas yang amplitudanya sebanding

10
dengan jumlah total energy yang diterima dari kristal. Sinyal analog
koordinat X an Y dapat langsung dikirim ke peralatan penampil gambar atau
direkam oleh computer, sedangkan sinyal Z diolah oleh PHA. PHA
menyeleksi dan memisahkan signal- signal radiasi yang berasal dari sinar
hamburan dan yang berasal dari photopeak. Signal- signal yang sesuai akan
diteruskan ke system computer sedangkan yang tidak sesuai akan ditolak.
Sinyal sinyal analog (X,Y dan Z (PHA) yang telah dihasilkan pada
proses sebelumnya akan diproses oleh kartu antarmuka agar dapat diolah
lebihh lanjut oleh computer. Sinyal- sinyal analog X dan Y akan diubah
menjadi angka- angka digtal oleh Digital to Analog Converter (DAC).
Kemudian kombinasi kedua angka tersebut digunakan sebagai penunjuk
memori computer yang berfungsi sebagai pencacah kejadian. Sinyal dari
PHA digunkan entuk memvalidasi yaitu memberi informasi pada
computer apakah kejadian dapat diproses atau tidak. Jika dapat diterima,
maka akan terbentuk citra organ pada monitor computer dengan intensitas
dari titik-titik gambar (piksel) yang sebanding dengan hasil pencacahan
(Ardisasmita, 1993).

BAB III
PENUTUP

11
A. Simpulan
Dari pemaparan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Pesawat gamma kamera adalah salah satu modalitas diagnostic imaging
yang digunakan untuk menangkap radiasi radiofarmak yang telah
ditanam pada tubuh pasien.
2. Mekanisme kerja gamma kamera adalah dengan mendeteksi radiasi dari
radiofarmaka lalu mengubahnya menjadi cahaya tampak yang bersifat
analog dan diubah lagi menjadi sinyal listrik bersifat digital yang dapat
diolah oleh computer.
3. Radiofarmaka yang sering digunkan pada modalitas ini adalah Tc-99
dengan waktu paruh 6 hari.

B. Saran
1. Perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pasien yang baru saja
dilakukan diagnostic pada modalitas ini, karena pasien tertanam
radiofarmaka yang memancarkan radiasi gamma yang dapat
membahayakan bagi orang disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

12
Ardisasmita, M. Syamsa. 1993. Peningkatan Kemampuan Kamera Gamma Analog
Menggunakan Sistem Berbasis Komputer PC dan Pengembangan Perangkat
Lunak Pengolahan Citra. Pusat Pengenbangan Teknologi Informasi dan
Komputasi: BATAN.

Bailey, D,L, J.L Humm, A. Todd-Pokropek, dan A. Van Aswegen. 2014. Nuclear
Medicine Physics. Vienna, Austria: International Atomic Agency (IAEA)
Vienna International Center.

13

You might also like