Dua Polisi di Polda NTB Dipecat Karena Tidak Disiplin
Senin (19/3/2018) di Lapangan Gajah Mada, Polda NTB terpaksa melakukan
tidakan tegas terhadap dua orang personelnya yang terbukti melanggar kode etik kepolisian dengan memberikan sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) alias pemecatan dari institusi. Dua anggota tersebut ialah AKP Windy Tjahyadi, SE dan Briptu Randi Purawana. Upacara PTDH dipimpin Wakapolda NTB Kombes Pol Drs Tajuddin M.H dengan disaksikan seluruh jajaran di Polda NTB. Menurut Kabid Propam Polda NTB, AKBP Nurodin melalui Kasubid Wabprof Bid Propam Polda NTB, AKP Beni Hidayat, kedua personel tersebut sudah berulang kali melakukan pelanggaran sehingga Polda NTB akhirnya menjatuhkan sanksi berupa pemecatan. “Untuk AKP Windy Tjahyadi, dia sudah berulang kali melakukan pelanggaran disersi atau tidak masuk kantor. Pada tahun 2016, yang bersangkutan juga dilaporkan istrinya dalam kasus KDRT dan sudah ada vonis dari pengadilan negeri,” jelasnya. Menurutnya, Subid Profesi sudah menyidangkan mengenai permasalahan ini dan dia dikenakan dengan pasal etika anggota Polri sesuai PP No 1 Tahun 2003, pasal 12 mengenai anggota polri yang dapat diberhentikan jika terlibat dalam tindak pidana. “Dari hasil sidang yang digelar Komisi Kode Etik, yang bersangkutan direkomendasikan untuk PTDH yang kemudian mendasari Keputusan Kapolri No Kep 113/I/2018,” jabarnya. Sedangkan untuk Briptu Rendi Purwana, dia dikenakan pasal 13 pada PP No 2 tahun 2003. Dijelaskan juga bahwa yang bersangkutan sudah menerima lima kali Surat Keputusan Hukuman Disiplin (SKHD). “Kasusnya disersi juga. Bahkan sudah disidangkan berulang kali,” ujar AKP Beni Hidayat. Ditegaskan dia, Polda NTB tidak akan mentoleransi pelanggaran yang dilakukan anggota kepolisian terutama untuk kepentingan organisasi dan masyarakat.
ANALISIS:
Kedisiplinan merupakan amanat yang sangat penting untuk dilaksanakan bagi
mereka yang mengemban tugas dan tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan sehari- hari. Sebagai seorang polisi tentu harus bersikap disiplin, tidak boleh menyepelekan pengabdiannya kepada masyarakat. Pelanggaran atas kedisplinan oknum polisi memang layak mendapat teguran, sanksi, atau bahkan pencopotan jabatan. Disiplin bisa disebut sebagai etika yang menghargai waktu, menghargai tugas/pekerjaan dan menghargai orang lain. Melanggar kedisiplinan anggap saja juga melanggar suatu etika. Kepolisian Negara Republik Indonesia tentunya memiliki Kode Etik dan berbagai peraturan yang mengikat bagi aparatur penegak hukum, yakni Polisi. Mengenai masalah pelanggaran kedisiplinan diatas, di dalam Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2003 dijelaskan bahwa anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib menaati ketentuan jam kerja (Pasal 4 huruf M). Terlebih polisi tersebut sudah melanggar kedisiplinan berulang kali, dan sudah disidang disiplin berulang kali oleh Ankum tetap saja tidak ada perubahan. Pada pasal 13 disebutkan bahwa Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali dan dianggap tidak patut lagi dipertahankan statusnya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui Sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu pelanggaran kedua polisi tersebut berimbas pada jabatan mereka, yang pada akhirnya harus diberhentikan dari jabatannya tersebut.