You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh

Negara berkembang termasuk Negara Indonesia. Negara Indonesia mempunyai masalah

yang komplek, salah satunya kependudukan. Secara garis besar masalah kependudukan

yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan

penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas

penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

Pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB) untuk

menekan laju pertumbuhan penduduk. Tujuan dari program KB era baru adalah

“Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang

sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,

bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin,

2006).

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang

bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan

kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang

maksimal pada anak. Macam-macam alat kontrasepsi yaitu suntik, pil, implant, IUD

(Intra Uterine Devices), kondom, Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria

(MOP) (Hartanto, 2004). MOW merupakan metode kontrasepsi yang dijalankan dengan

melakukan operasi kecil pada organ reproduksi sehingga proses reproduksi dan

kehamilan tidak akan terjadi. Metode kontrasepsi ini tidak mengganggu gairah seksual,

karena saluran rahim telah dipotong atau dihalangi tidak akan membuat tubuh menjadi

1
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
2

sakit atau terganggu karena sel-sel yang diproduksi tersebut akan langsung diserap

kembali oleh tubuh (BKKBN, 2006).

Di Indonesia tahun 2012 tercatat peserta KB baru sebanyak 9.388.374 orang

dengan jumlah akseptor KB suntik 4.406.898 orang (148.41%), pil 2.543.648 orang

(87.68%), IUD 706.142 orang (131.36%), implant 806.532 orang (133.87%), MOP

27.680 orang (100.87%), MOW 131.053 orang (222.99%), kondom 766.461 orang

(263.48%) (BKKBN, 2012). Propinsi Jawa Tengah tahun 2012 tercatat peserta KB baru

sebanyak 81.822 orang dengan jumlah akseptor KB suntik 43.222 orang (52.82%), pil

14.280 orang (17.45%), IUD 7.285 orang (8.90%), implant 10.487 orang (12.82%), MOP

242 orang (0.30%), MOW 2.245 orang (2.74%), kondom 4.061 orang (4.96%). Di

Propinsi Jawa Tengah MOW menduduki peringkat keenam sebanyak 2.74 %. Dari data

diatas menginformasikan bahwa jumlah pengguna kontrasepsi MOW cenderung

menurun dan prosentasenya masih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi yang

lainnya. MOW mempunyai keuntungan yang lebih banyak daripada kontrasepsi yang

lain diantaranya, lebih aman (keluhan lebih sedikit), lebih efektif (tingkat kegagalannya

sangat kecil) dan lebih ekonomis (hanya memerlukan satu kali tindakan). Namun, di

Kecamatan Jatilawang khususnya Desa Tinggarjaya jumlah pengguna MOW cenderung

mengalami peningkatan. Dari hasil wawancara 10 responden yang tidak menggunakan

kontrasepsi MOW yaitu 7 mengatakan karena umur mereka masih muda, jumlah anak

yang mereka miliki masih belum sesuai dengan keinginan pasangan suami istri, tidak

mengetahui tentang alat kontrasepsi MOW, sikap ibu yang kurang baik dalam

menanggapi MOW, kurangnya dukungan dari suami serta budaya (kepercayaan) yang

mengatakan tidak baik menolak rejeki dari Yang Maha Kuasa 3 responden mengatakan

MOW tidak diperbolehkan oleh agama.

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


3

Dampak dari 10 responden tersebut yaitu akan memiliki jumlah anak >2,

sehingga mengakibatkan anak-anak tersebut kurang mendapatkan perhatian dan tidak

mendapatkan pendidikan yang layak. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan,

peneliti menemukan fenomena adanya konseling dari petugas kesehatan, dengan

melakukan konseling berarti petugas membantu akseptor KB dalam memilih dan

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling

yang baik juga akan membantu akseptor KB dalam menggunakan kontrasepsinya lebih

lama dan meningkatkan keberhasilan KB, selain itu bantuan dari pemerintah dengan

biaya yang gratis juga dapat meningkatkan pengguna metode kontrasepsi MOW.

Dalam pemilihan metode kontrasepsi MOW semua akseptor KB memiliki

beberapa faktor pertimbangan antara lain faktor karakteristik, tingkat pengetahuan, sikap,

larangan agama, persepsi tentang anak, keikutsertaan jampersal, konseling dari petugas

kesehatan dan peran suami. Dari hasil uraian di atas peneliti ingin mengetahui “Apakah

faktor predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, persepsi tentang anak, agama), faktor

pendukung (keikutsertaan jampersal), faktor pendorong (konseling petugas kesehatan,

peran suami) mempengaruhi akseptor KB memilih Metode Operasi Wanita (MOW) dan

faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi akseptor KB memilih Metode

Operasi Wanita (MOW)”

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, persepsi tentang anak,

agama), faktor pendukung (keikutsertaan jampersal), faktor pendorong (konseling

petugas kesehatan, peran suami) mempengaruhi akseptor KB memilih Metode

Operasi Wanita (MOW).

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


4

2. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi akseptor KB memilih Metode

Operasi Wanita (MOW) di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Banyumas.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang

mempengaruhi akseptor KB memilih metode operasi wanita (MOW) di Desa

Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik (umur, tingkat pendidikan, status

pekerjaan, paritas), faktor predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, persepsi

tentang anak, agama), faktor pendukung (keikutsertaan jampersal), dan faktor

pendorong (konseling petugas kesehatan, peran suami).

b. Mengetahui pengaruh faktor predisposisi tingkat pengetahuan terhadap pemilihan

kontrasepsi MOW.

c. Mengetahui pengaruh faktor predisposisi sikap terhadap pemilihan kontrasepsi

MOW.

d. Mengetahui pengaruh faktor predisposisi persepsi tentang anak terhadap pemilihan

kontrasepsi MOW.

e. Mengetahui pengaruh faktor predisposisi agama terhadap pemilihan kontrasepsi

MOW.

f. Mengetahui pengaruh faktor pendukung keikutsertaan jampersal terhadap

pemilihan kontrasepsi MOW.

g. Mengetahui pengaruh faktor pendorong konseling terhadap pemilihan kontrasepsi

MOW.

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


5

h. Mengetahui pengaruh faktor pendorong peran suami terhadap pemilihan

kontrasepsi MOW.

i. Membuktikan faktor pendukung keikutsertaan jampersal merupakan faktor yang

paling dominan berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai

faktor–faktor yang mempengaruhi akseptor KB memilih metode operasi wanita

(MOW) sebagai upaya pengembangan dalam peningkatan ilmu pengetahuan dibidang

keperawatan maternitas.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Sebagai pengalaman mengenai cara dan proses berpikir ilmiah, khususnya

mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

b. Bagi BKKBN

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk BKKBN dalam

meningkatan pengguna kontrasepsi MOW.

c. Bagi pembaca dan masyarakat

− Agar lebih menyadari manfaat penggunaan kontrasepsi sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

− Dari hasil penelitian ini diharapkan akseptor mampu memilih metode KB yang

sesuai dengan kondisi akseptor sendiri.

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


6

E. Penelitian Terkait

1. Dhini Hariyo Seto, Saryono, Ning Iswati (2011) dengan judul faktor-faktor yang

mempengaruhi minat wanita usia subur memilih metode kontrasepsi MOW di Desa

Butuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kepentingan perempuan dalam memilih metode kontrasepsi tubektomi di Desa Butuh

Kabupaten Purworejo. Terdapat 31 responden yang diambil sebagai sampel dengan

menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner desain yang digunakan adalah metode cross sectional study. Penelitian

menunjukkan bahwa dengan menggunakan statistik korelasi chi square terdapat

korelasi antara faktor jumlah anak (p = 0,010), faktor ekonomi (p = 0,002), dan faktor

sosial budaya (p = 0,035) dengan kepentingan perempuan subur dan tidak ada korelasi

antara faktor pengetahuan (p = 0,778) dengan kepentingan perempuan subur dalam

memilih metode kontrasepsi tubektomi. Ada korelasi antara jumlah anak, ekonomi,

sosial dan budaya dengan dan tidak ada hubungan antara pengetahuan faktor dengan

kepentingan perempuan subur dalam memilih metode kontrasepsi tubektomi

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, desain penelitian, teknik pengambilan sampel dan variabel yang diteliti.

Desain penelitian yaitu cross sectional. teknik pengambilan sampel dengan purposive

sampling. sedangkan variabel bebas yang digunakan yaitu jumlah anak, ekonomi,

sosial dan budaya, pengetahuan, dan kepentingan perempuan subur dalam memilih

metode kontrasepsi tubektomi dan variabel terikat yaitu minat wanita usia subur

memilih metode kontrasepsi MOW.

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

2. Elia Mayasari (2011) dengan judul faktor perilaku yang berhubungan dengan

pemilihan metode kontrasepsi medis operatif wanita (MOW) di Kelurahan Mangli

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


7

Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan

menganalisis faktor perilaku yang berhubungan dengan tindakan pemilihan metode

kontrasepsi MOW pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Mangli Kecamatan

Kaliwates Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan

cross sectional. Sampel penelitian ini adalah PUS yang menggunakan metode

kontrasepsi MOW dan non MOW (IUD dan implant). Jumlah sampel sebesar 88

orang, yang diambil berdasarkan teknik simple random sampling. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden tentang metode

kontrasepsi MOW dengan pemilihan metode kontrasepsi MOW, dengan p value =

0,001. Ada hubungan antara sikap responden terhadap metode kontrasepsi MOW

dengan pemilihan metode kontrasepsi MOW, dengan p value = 0,001. Ada hubungan

antara peran suami responden dengan pemilihan metode kontrasepsi MOW, dengan p

value = 0,002 dan ada hubungan antara peran PPKBD dengan pemilihan metode

kontrasepsi MOW, dengan p value = 0,002.

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, desain penelitian, variabel yang diteliti, sampel yang diteliti dan teknik

pengambilan sampel. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross

sectional. Sampel penelitian adalah PUS yang menggunakan metode kontrasepsi

MOW dan Non MOW (IUD dan Implant) teknik pengambilan sampel dengan simple

random sampling. sedangkan variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, peran suami,

peran PPKBD dan variabel terikat yaitu minat wanita usia subur.

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

3. Herlinawati, Maya Fitria, Heru Santosa (2012) dengan judul faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemakai kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur

di RSUD Dr Pirngadi Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


8

faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi pada

wanita pasangan usia subur. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Pengukuran atau pengamatan subjek

dilakukan dalam pengamatan tunggal. Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 86 responden dengan total populasi 255 responden. Data dikumpulkan

melalui wawancara berdasarkan daftar pertanyaan. Analisis data menggunakan uji chi

square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 58,1% responden menggunakan

kontrasepsi tubektomi Tidak ada hubungan antara umur (p = 0,152), pendidikan (p =

0,498), pekerjaan (p = 0,103), pengetahuan (p = 0,397), budaya / keyakinan (p =

0,714) dan penggunaan kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur. Ada

hubungan antara paritas (p = 0,001), sikap (p = 0,016), dukungan teman sebaya (p =

0,001) dan penggunaan kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, desain penelitian dan variabel yang diteliti. Desain penelitian yaitu

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional sedangkan variabel bebas yaitu

umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, budaya atau keyakinan, paritas, sikap,

dukungan teman sebaya dan variabel terikat yaitu penggunaan kontrasepsi tubektomi

pada wanita pasangan usia subur.

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

4. Faliq Ahda Mahardika (2012) dengan judul analisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan keputusan wanita usia subur (WUS) memilih kontrasepsi MOW di RS

Hidayah Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan

antara faktor umur, jumlah anak, tingkat pengetahuan, pendidikan, dan dukungan

suami terhadap keputusan WUS memilih kontrasepsi MOW. Desain penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


9

berjumlah 62 responden di RS Hidayah Banyumas bulan September yang diobservasi

menggunakan kuesioner yang sebelumnya diuji validitas dan reabilitasnya. Hasil:

didapatkan responden dengan keputusan memilih kontrasepsi MOW dan 36

responden (58,1%). Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor umur, jumlah

anak, pendidikan, dan dukungan suami dengan nilai p adalah 0,008; 0.018; 0.020;

0,025 secara berurutan, sedangkan faktor tingkat pengetahuan menunjukkan tidak ada

hubungan dengan nilai p adalah 0,560. Faktor yang paling berpengaruh adalah

pendidikan dengan nilai p=0,006.

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, metode penelitian dan variabel yang diteliti. Desain penelitian yaitu

deskriptif dengan pendekatan cross sectional sedangkan variabel bebas yaitu umur,

jumlah anak, pendidikan, dukungan suami, pengetahuan dan variabel terikat yaitu

keputusan WUS memilih kontrasepsi MOW.

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

5. Ismiyatin (2012) dengan judul tingkat pengetahuan ibu post partum tentang KB

MOW tubektomi di RSU Assalam Gemolong Sragen. Tujuan penelitian mengetahui

tingkat pengetahuan ibu post partum tentang KB MOW tubektomi di RSU Assalam

Gemolong Sragen. Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif

kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di RSU Gemolong Sragen pada 8 Juni 2012.

Populasi dalam penelitian sebanyak 36 responden dan sampel dalam penelitian ini

adalah 36 responden menggunakan teknik sampling jenuh. Instrumen penelitian ini

adalah kuesioner dan penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu

pengetahuan ibu post partum tentang KB MOW. Analisa menggunakan analisa

univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu post partum tentang

KB MOW tubektomi di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat dikategorikan

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


10

pengetahuan baik sebanyak 3 responden (8,3%), pengetahuan cukup sebanyak 28

responden (77,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (13,9%).

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, desain penelitian, teknik pengambilan sampel dan variabel yang diteliti.

Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Teknik

pengambilan sampel yaitu sampling jenuh sedangkan penelitian ini hanya

menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu post partum tentang KB MOW.

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

6. Rina Febriyanti (2011) dengan judul pengaruh dukungan sosial terhadap self efficacy

Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menjadi peserta KB baru metode kontrasepsi

Medis Operatif Wanita (MOW) (Studi di Desa Sukogidri Kecamatan Ledokombo

Kabupaten Jember). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

dukungan sosial arah self-efficacy subur pasangan usia untuk bergabung dalam

metode KB baru tubektomi di Sukogidri, Ledokombo Jember dengan menggunakan

metode analitik dengan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara kepada 87 responden yang pasangan usia subur di Desa Sukogidri,

Ledokombo, Kabupaten Jember. Hasil menunjukkan bahwa dukungan suami

memiliki nilai p = 0,0001, dukungan masyarakat memiliki p value = 0,157 dan

dukungan dari Sub PPKBD kader memiliki nilai p = 0,0001.

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, desain penelitian dan variabel yang diteliti. Desain penelitian yang

digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional sedangkan

variabel bebas yaitu dukungan sosial (dukungan suami, dukungan masyarakat,

dukungan sub PPKBD kader) dan variabel terikat yaitu self efficacy PUS untuk

menjadi peserta KB baru metode kontrasepsi MOW.

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


11

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

7. Kumar J (2013) dengan judul Praktek Keluarga Berencana Sebelum Penerimaan

Tubektomi: Sebuah Studi antara Perempuan Menghadiri Rumah Bersalin di

Bangalore, India. Tujuan penelitian: untuk mempelajari praktek perencanaan keluarga

yang diadopsi oleh wanita yang menjalani tubektomi sebelum penerimaan tubektomi

Bahan dan metode: penelitian cross-sectional akseptor tubektomi yang menghadiri

sebuah perusahaan rujukan Rumah Bersalin di Bangalore, India dengan metode

wawancara menggunakan pra-desain terstruktur kuesioner pra-diuji. Hasil: mayoritas

295 (73,9%) dari subyek penelitian tidak berlatih setiap metode kontrasepsi sebelum

mereka menjalani sterilisasi. Peningkatan tingkat pendidikan subyek penelitian

dikaitkan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi (metode sementara) sebelum

mereka menerima tubektomi, asosiasi ini ditemukan menjadi signifikan secara

statistik (p <0,0001).

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, desain penelitian dan variabel yang diteliti. Metode penelitian ini yaitu

cross sectional dengan wawancara menggunakan pra-desain terstruktur kuesioner.

Hasil: Mayoritas 295 (73,9%) dari subyek penelitian tidak berlatih setiap metode

kontrasepsi sebelum mereka menjalani sterilisasi. Peningkatan tingkat pendidikan

subyek penelitian dikaitkan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi (metode

sementara) sebelum mereka menerima tubektomi, asosiasi ini ditemukan menjadi

signifikan secara statistik (p <0,0001).

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

8. Rohul Jabeen Shah, Zahoor Hamdani (2011) dengan judul Tubektomi sebagai metode

keluarga berencana, faktor yang mempengaruhi keputusan untuk menjalani tubektomi

dan pasca tubektomi morbiditas pada perempuan di daerah pedesaan Kashmir. Tujuan

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017


12

penelitian: untuk mengetahui dampak dari berbagai faktor sosio demografi pada

pemanfaatan tubektomi sebagai metode permanen keluarga berencana dan pasca

tubektomi morbiditas dan penyesalan pada wanita. Peserta: perempuan dalam

kelompok usia reproduksi menjalani tubektomi Metodologi penelitian longitudinal

dilakukan di daerah pedesaan Kashmir. Analisis data dengan metode statistik

sederhana. Hasil: usia rata-rata tubektomi ditemukan menjadi 27,5 tahun yang sudah

sesuai dengan data NFHS III. Rata-rata ukuran keluarga adalah 3,5 dan 80% dari

perempuan yang dari rendah status sosial ekonomi dengan 80% dari mereka yang buta

huruf. 74% memiliki 1-2 anak laki-laki hidup. Dalam 60% itu paksaan sosial ekonomi

untuk menjalani tubektomi diikuti oleh keinginan untuk mengasuh dan mendidik

anak-anak yang baik di 20%. Mayoritas perempuan sukarela untuk tubektomi

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, dan variabel yang diteliti. Analisis data dengan metode statistik sederhana

sedangkan variabel bebas yang digunakan yaitu usia, sosial ekonomi, jumlah anak

laki-laki hidup dan variabel terikat yang digunakan yaitu keputusan untuk menjalani

tubektomi dan pasca tubektomi morbiditas diperempuan.

Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017

You might also like