You are on page 1of 9

Farmaka

Suplemen Volume 16 Nomor 1 222

REVIEW: TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI KARAKTERISTIK RADIOISOTOP


YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN RADIOFARMAKA

Risda Rahmi Islamiaty, Eli Halimah


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363
risdarahmi16.rri@gmail.com

ABSTRAK
Radiofarmaka merupakan suatu obat yang biasa digunakan untuk diagnosis ataupun terapi.
Perbedaan antara radiofarmaka dengan obat biasa adalah terkandungnya radioisotop.
Radioisotop merupakan isotop yang bersifat tidak stabil sehingga akan memancarkan suatu
energi radioaktif untuk mencapai bentuk yang stabilnya. Pancaran radioaktif yang
ditimbulkan pada setiap jenis radioisotop yang digunakan pada radiofarmaka memiliki
karakteristik yang berbeda. Perbedaan pada pancaran radioaktif mempengaruhi tujuan
pengaplikasian radiofarmaka. Radioisotop yang memiliki sifat pemancar sinar gamma umum
digunakan untuk diagnosis sedangkan yang memancarkan sinar beta umum digunakan untuk
terapi. Karakteristik lain yang dilihat, antara lain sifat metal dan non metal radioisotop yang
menyebabkan perbedaan metode pembuatan radiofarmaka.

Kata Kunci: Radiofarmaka, Radioisotop, Sinar Gamma, Sinar Beta

ABSTRACT
Radiopharmaceuticals are drugs commonly used for diagnosis or therapy.
Radiopharmaceutical and general of drugs are distinguished by radioisotopes contents.
Radioisotopes are unstable isotopes that will radiate a radioactive energy to achieve a stable
form. Radioactive emission generated on each type of radioisotope used in radiofarmaka has
different characteristics. Differences in radioactive emissions affect the purpose of applying
radiopharmaceuticals. Radioisotopes that have gamma ray transmitter properties common
used for diagnosis as well as those that emit beta rays common used for therapy. Other
characteristics seen is the nature of metal and non-metal radioisotopes that cause different
methods of making radiofarmaka.

Keywords: Radiopharmaceutical, Radioisotopes, Gamma Ray, Beta Ray

Diserahkan: 4 Juli 2018, Diterima 4 Agustus 2018

PENDAHULUAN seperti melalui oral, subkutan, disuntikan


Radiofarmaka merupakan obat melalui sendi atau bahkan inhalasi.
yang dibuat dengan formulasi unik yang Menurut World Nuclear
mengandung radioisotop yang digunakan Assosiation, penggunaan radioisotop di
dalam bidang kesehatan seperti untuk dunia semakin banyak digunakan yang
diagnosis dan terapi (WHO, 2008). dicirikan dengan hadirnya lebih dari
Penggunaan radiofarmaka sama halnya 10.000 rumah sakit yang menyediakan
dengan penggunaan obat biasa. Rute pengobatan melalui radioisotop (World
pemberian radiofarmaka yang umum Nuclear Assosiation, 2018).
adalah melalui jalur intravena, tetapi bisa Begitupun di Indonesia, penerapan
pula diberikan melalui rute pemberian lain pengobatan dengan menggunakan
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 223

radioaktif yang dibuat menjadi sediaan pada umumnya radiofarmaka diaplikasikan


radiofarmaka berkembang dengan cukup untuk :
pesat. Hal tersebut ditandai tersedianya 1. Diagnosis yang dilakukan pada tubuh
fasilitas penyedia pengobatan dengan memberikan sediaan
menggunakan nuklir yang jumlahnya radiofarmaka secara oral maupun
semakin meningkat. Selain itu juga, parenteral.
ditandai dengan berkembangnya jenis-jenis 2. Diagnosis yang dilakukan pada
radiofarmaka yang tersedia pada saat ini spesimen yang dihasilkan oleh tubuh
(Rosilawati, dkk., 2017). (feses, urin).
Adanya perkembangan penggunaan 3. Terapi penyakit melalui radiasi yang
radiofarmaka tidak membuat penggunaan dihasilkan.
radiofarmaka dilakukan secara bebas. Efek (Mashjur, 2000).
radiasi yang ditimbulkan dapat Mekanisme kerja radiofarmaka
membahayakan keamanan pasien maupun yang digunakan untuk diagnosis dilihat
pihak lain yang berhubungan dengan dari sebaran radiofarmaka tersebut di
penggunaan radiofarmaka. Bahaya dari dalam tubuh. Radiofarmaka yang telah
efek radiasi terjadi ketika dosis yang mencapai organ yang spesifik akan
radioisotop yang berikan dalam kadar yang mengeluarkan energi emisi. Energi emisi
tinggi. Efek radiasi tersebut menyebabkan yang dikeluarkan akan terdeteksi oleh
terbentuknya radikal bebas atau suatu alat diagnosis seperti kamera gamma,
terputusnya ikatan kimia yang Positron Emission Tomography (PET),
menyebabkan terjadinya kerusakan DNA atau Single Photon Emission Computed
atau jaringan dalam waktu singkat maupun Tomography (SPECT) (Levita dan
jangka panjang. Oleh karena itu, di Mutakin, 2015).
Indonesia pembuatan radiofarmaka Dalam membedakan cara
dilakukan di Badan Tenaga Nuklir mengaplikasikan radiofarmaka dilihat dari
Nasional (BATAN) dan diawasi oleh radioisotop yang digunakannya.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir Radioisotop adalah atom yang terdiri dari
(BAPETEN) (Levita dan Mutakin, 2015). kombinasi yang tidak stabil antara neutron
Pengaplikasian radiofarmaka juga hanya dan proton. Kombinasi yang tidak stabil
dilakukan di rumah sakit tertentu yang antara neutron dan proton bisa terjadi
memiliki fasilitas kedokteran nuklir secara alamiah ataupun mengubah atom
(Kartamiharja, 2012). secara buatan menggunakan reaktor yang
Setiap radiofarmaka yang dibuat disebut dengan siklotron (ANSTO, 2006).
memiliki kegunaan yang berbeda, namun Radioisotop yang terjadi secara alamiah
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 224

memiliki harga yang lebih mahal jurnal melalui internet dari web terpercaya
dikarenakan proses pemurnian yang cukup seperti http://www.ncbi.nlm.nih.gov/,
sulit (Senduk, dkk., 2015). Isotop yang https://www.semanticscholar.org/, serta
digunakan bersifat tidak stabil sehingga https://onlinelibrary.wiley.com. Dengan
isotop tersebut akan berusaha menuju kata kunci pencarian yaitu radiofarmaka
bentuk yang stabilnya dengan cara serta radioisotop baik dalam bahasa Inggris
memancarkan energi radioaktifnya atau maupun bahasan Indonesia. Digunakan 11
biasa yang dikenal dengan kata peluruhan. jurnal yang terdapat karakteristik dari
Proses peluruhan radioaktif dari setiap radioisotop yang biasa digunakan dalam
jenis radioisotop yang digunakan itu pengobatan.
memiliki perbedaan (ANSTO, 2006). Oleh Hasil peninjauan dari berbagai
karena itu, setiap jenis radioisotop yang literatur yang digunakan, terdapat beberapa
digunakan memiliki karakteristik yang radioisotop yang biasa digunakan dalam
unik yang menjadi pembeda dalam tujuan bidang medis, baik digunakan sebagai
aplikasi penggunakan radiofarmaka. tujuan diagnosis maupun terapi. Dari
masing-masing radioisotop yang
POKOK BAHASAN digunakan memiliki karakteristik-
Metode yang digunakan dalam karakteristik tertentu. Berikut merupakan
penulisan review artikel ini adalah karakteristik dari radioisotop yang
berdasarkan studi literatur. Sumber digunakan dalam radiofarmaka serta tujuan
literatur yang digunakan adalah berupa mengaplikasikannya:
Tabel 1. Karakteristik Radioisotop dan pengaplikasiannya

Radio- Karakteristik
Sinar yang Aplikasi Referensi
isotop t½ Energi Aspek lain
diemisikan
99m
Tc 6 jam 140 keV sinar gamma Generator mudah Untuk (Papagiann
dibawa, bisa dibuat kit diagnosis opoulou,
kering, memiliki bentuk 2017)
kompleks yang
beragam, spesifik
terhadap organ target
sesuai dengan
desainnya.
131
I 8,01 364 keV sinar gamma Harganya relatif tidak Untuk (Zhang, et
hari (γ) dan dan sinar mahal, sinar gamma diagnosis al., 2017)
0,608 beta yang dipancarkan dan terapi (Govindan
keV (β) menyebabkan radiasi &
yang berbahaya pada Goldenberg
keluarga pasien serta , 2010)
tenaga medis.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 225

Karakteristik
Radio-
Sinar yang Aplikasi Referensi
isotop t½ Energi Aspek lain
diemisikan
123
I 13 jam 159 keV sinar gamma Efek yang ditimbulkan Untuk (Alzahrani,
tidak terlalu diagnosis et al., 2001)
membahayakan
68
Ga 67,7 - Sinar gamma Harga lebih murah Untuk (Aslani, et
menit dibandingkan diagnosis al., 2014)
radioisotop lain,
memiliki sifat alami
trivalen.
111
In 67 jam 172, 274 sinar gamma harga yang mahal Untuk (Nurlaila,
keV diagnosis 2007)
18
Flour 109,6 - sinar gamma Radionuklida non metal, Untuk (Wurdiyant
menit diproduksi melalui diagnosis o, dkk.,
macam-macam type 2009)
reaksi menggunakan (Soenarjo,
partikel bermuatan 2014)
dalam siklotron atau (Suryanto,
generator de Graff dkk., 2002).
186
Rhe- 90 jam 137 keV sinar gamma Radionuklida metal, Untuk (Uccelli, et
nium (γ) dan dan sinar sifat reaktor yang diagnosis al., 2017).
1074 beta menghasilkan 186 Re dan terapi
keV (β) memiliki spesifitas yang
rendah yang banyak
185
menghasilkan
Rhenium.
188
Rhe- 0,71 0,778 Sinar beta Radionuklida metal Untuk terapi (Guo, et al.,
nium hari MeV 2014)
(Soenarjo,
2014).

Karakteristik dari radioisotop yang Iodium-123, Indium-111, Galium-68,


digunakan pada suatu radiofarmaka akan Flour-18 dan Rhenium-186 atau Rhenium-
mempengaruhi tujuan penggunaan 188 (Nurlaila, 2007).
radiofarmaka tersebut. Karakteristik yang Teknesium-99m merupakan
dilihat pada review ini meliputi waktu radioisotop yang paling banyak digunakan
paruh, gelombang emisi yang di dunia. Teknesium-99m mudah untuk
dipancarkannya, serta karakteristik khusus didapatkan karena generator yang
lainnya yang dimiliki pada masing-masing memproduksi radioisotop tersebut mudah
radioisotop. untuk dibawa kemana-mana.
Radioisotop yang banyak Radiofarmaka dengan radioisotop
digunakan dalam bidang pengobatan Teknesium-99m dapat dikembangkan
diantaranya Teknesium-99m, Iodium-131, dalam bentuk kit sehingga dapat
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 226

mempermudah dalam preparasi. complexes adalah Tc(I) hexakis isocyanide


Karakteristik yang menjadikan teknesium complexes pada penandaan 99mTc-
banyak digunakan untuk bidang Sestamibi untuk diagnosis myocardial dan
pengobatan karena memiliki waktu paruh 6 tumor (Jones, et al., 1984). Namun, untuk
jam dengan memancarkan emisi gamma contoh bentuk kimia teknesium VII
dengan energi 140 keV untuk mencapai complexes belum ada yang dikembangkan
kestabilannya. Emisi sinar gamma pada untuk pengobatan (Papagiannopoulou,
saat peluruhan merupakan sifat yang ideal 2017).
untuk dilakukan pencitraan menggunakan Untuk radioisotop Iodium terdapat
kamera gamma yang sederhana atau dalam 2 bentuk dengan massa atom yang
digunakan dalam scintigraphy planar serta berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena
dalam Single Photon Emission perbedaan proses pembuatan radioisotop
Tomography (SPECT) (Papagiannopoulou, Iodin. Iodium-123 dibuat menggunakan
2017). siklotron sedangkan Iodium-131 dibuat
Teknesium-99m memiliki beragam menggunakan reaktor melalui reaksi fisi
bentuk kompleks sehingga radiofarmaka 235U atau reaksi (n,γ) (Coenen, et al.,
dengan radioisotop ini banyak 2006).
dikembangkan. Alasan teknesium memiliki Karakteristik pada kedua bentuk
beragam bentuk kompleks karena radioisotop Iodin ini memiliki perbedaan.
teknesium termasuk ke dalam unsur pada Iodium-131 merupakan radioisotop yang
golongan VII dengan beragam bilangan dapat diaplikasikan untuk diagnosis dan
oksidasi dari -1 hingga 7. Bentuk terapi. Terapi dapat dilakukan dengan
kompleks dari teknesium diantaranya Iodium-131 dikarenakan mengemisikan
teknesium VII complexes, technesium V sinar beta. Emisi sinar beta pada Iodium-
complexes, technesium Hydrazinopyridine 131 dapat menghancurkan folikel sel
complexes, serta organometallic tiroid, sehingga digunakan untuk
technesium complexes (Papagiannopoulou, pengobatan pada penderita kanker tiroid.
2017). Diagnosis dapat ditegakkan melalui
Contoh bentuk kompleks Iodium-131 dikarenakan radioisotop ini
technesium V complexes adalah memancarkan sinar gamma. Namun, dalam
oxotechnesium complexes pada penandaan dosis yang tinggi bisa mengakibatkan efek
99mTc-mercaptoacetyltriglycine untuk yang membahayakan untuk jaringan.
diagnosis fungsi ginjal (Eshima and Untuk mengurangi pengaruh tersebut maka
Taylor, 1992). Selain itu, contoh bentuk dosis pemberiannya dikurangi yang
kimia organometallic technesium menyebabkan kurang sensitif dalam
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 227

diagnosisnya (Alzahrani, et al., 2001). radiasi yang lebih kecil. Memiliki sifat
Waktu paruh 8 hari menyebabkan radiasi alami trivalen yang membuat cocok untuk
yang lama sehingga bisa membahayakan dilakukan pelabelan protein dan peptida
keluarga pasien juga tenaga kesehatan. dengan komponen 1,4,7,10-
Oleh karena itu, pasien harus dalam ruang tetraazacyclododecane-1,4,7,10-tetraacetic
yang terisolasi (Govindan and Goldenberg, acid (DOTA) (Aslani, et al., 2014).
2010). Iodium-131 sudah biasa digunakan Radioisotop Indium-111 banyak
tanpa disertai dengan molekul pembawa digunakan untuk diagnosis. Hal tersebut
(Chung and Cheon, 2014). sesuai dengan karakteristiknya yang
Radioisotop Iodium–123 adalah memancarkan emisi gamma. Indium-111
radioisotop yang cocok untuk diagnosis, biasa digunakan untuk menandai suatu
dikarenakan memancar emisi gamma yang antibodi. Karakteristik yang dimiliki oleh
ideal untuk dideteksi menggunakan kamera Indium-111 mengharuskan dalam
gamma. Selain itu, memiliki waktu paruh penandaan antibodi menggunakan senyawa
yang lebih sebentar dibandingkan dengan khelat bifungsi. Khelat bifungsi yang
iodium-131 membuat radioisotop ini lebih digunakan harus mudah disintesis, stabil,
cepat untuk dikeluarkan dari tubuh. serta dapat digunakan dengan metode yang
Radioisotop Iodium-123 adalah agen sederhana (Nurlaila, 2007). Penggunaan
pendeteksi yang sangat baik pada pasien Indium-111 dalam radiofarmaka jarang
differentiated thyroid cancer (DTC) digunakan dikarenakan harganya yang
daripada penggunaan Iodium-131 relatif mahal, untuk mengatasi masalah
(Alzahrani, et al., 2001). Iodium-123 bisa tersebut dibuat radiofarmaka menggunakan
digunakan untuk penandaan pada protein radioisotop teknesium-99m (Decristoforo
atau peptida (Nurlaila, 2007). et al., 2007).
Radioisotop Galium-68 banyak Flour-18 merupakan radioisotop
digunakan dalam Positron Emission yang penggunaannya semakin populer
Tomography (PET) / pemeriksaan dengan adanya pengembangan emission
penggambaran medis di rumah sakit. tomography untuk tujuan diagnosis.
Galium-68 bisa diproduksi dalam Banyak reaksi nuklir untuk menghasilkan
generator basah yang kecil sehingga cepat Flour-18 sehingga radioisotop ini banyak
diproduksi dengan harga yang lebih murah tersedia. Di sisi lain, setiap cara untuk
dibandingkan dengan radioisotop yang memproduksi Flour-18 ini memiliki
lain. Galium-68 memiliki waktu paruh tingkat kesulitan yang berbeda. Dan
yang rendah sehingga cocok untuk pilihlah reaksi yang menghasilkan
digunakan pada manusia dengan efek radioisotop Flour-18 yang cukup besar
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 228

dengan energi yang tidak terlalu tinggi radioisotop pengemisi yang ideal. Rhenium
(Suryanto, dkk., 2002). Flour-18 bisa digunakan untuk deteksi dan terapi
merupakan radioisotop non metal yang pada tumor dengan hasil yang spesifik.
lebih mudah untuk diberikatan dengan Rhenium ini bahkan bisa mengobati
molekul target karena tidak membutuhkan glioma tepatnya pada sel U87-hNIS baik
suatu penghubung untuk mengikat secara invitro maupun invivo. Namun,
radionuklida dengan molekul substratnya. tidak digunakan untuk deteksi dan terapi
Flour-18 digunakan untuk mendiagnosis pada kelenjar tiroid karena Rhenium-188
karena memancarkan emisi gamma, contoh akan tertahan di kelenjar tiroid yang
radiofarmaka flour-18 yang telah tersedia menyebabkan organ tersebut tidak bisa
adalah 18F-Florbetapir untuk diagnosis terorganifikasi (Guo, et al., 2014).
penyakit alzeimer (Soenarjo, 2014). Rhenium-188 merupakan suatu metal yang
Selain Iodium, Rhenium juga sulit untuk berikatan dengan protein atau
memiliki 2 massa atom yang berbeda peptida sehingga membutuhkan sejenis
dengan emisi yang dipancarkan juga ligand yang memiliki gugus fungsi ganda
berbeda. Rhenium-186 memancarkan sebagai penghubungan radioisotop dengan
emisi gamma serta beta namun biasa substrat atau menggunakan metode khusus
digunakan untuk pencitraan (diagnosis). (Soenarjo, 2014).
Selain itu, Rhenium-186 sulit didapatkan
karena reator penghasil Rhenium-186 tidak SIMPULAN
spesifik menghasilkan Rhenium-186 saja Karakteristik dari jenis radioisotop
melainkan banyak dihasilkan pula mempengaruhi tujuan penggunakan
Rhenium-185, sedangkan pada radioisotop radiofarmaka. Radioisotop yang
Rhenium-188 dihasilkan dengan generator memancarkan emisi gamma secara umum
dengan sistem yang sama dengan generator bisa digunakan untuk diagnosis sedangkan
Teknesium-99m (Uccelli, et al., 2017). radioisotop yang memancarkan emisi beta
Rhenium-188 memancarkan emisi beta umum digunakan untuk terapi. Radioisotop
sehingga bisa diaplikasikan untuk terapi. dengan waktu paruh yang tidak terlalu
Rhenium-188 memiliki waktu paruh yang lama ideal untuk digunakan karena efek
lebih sebentar dibandingkan dengan radiasi yang ditimbulkan tidak terlalu
radioisotop Iodium-131 yang berfungsi besar. Sifat metal dan non metal pada
sama yaitu untuk diagnosis dan terapi. radioisotop mempengaruhi metode
Selain itu pula, Rhenium-188 memiliki penandaan pada protein atau peptida.
energi yang lebih kecil dibandingkan
Iodium-131 sehingga dijadikan sebagai
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 229

KONFLIK KEPENTINGAN Govindan, S.V. and Goldenberg, D.M.


2010. New antibody conjugates in
Penulis menyatakan tidak memilki cancer therapy. Sci. World Journal,
10: 2070–2089.
konflik kepentingan dengan penelitian, Guo, R., Zhang, M., Xu, Y., et al. 2014.
Theranostic studies of human sodium
kepenulisan (authorship) dan atau iodide symporter imaging and therapy
using 188Re : a human glioma study in
publikasi artikel ini. mice. Plos One, 9: 1–8.
Jones, A.G., Abrams, M.J., Davison, A., et
al. 1984. Biological studies of a new
class of technetium complexes: the
DAFTAR PUSTAKA hexakis(alkylisonitrile)technetium(I)
cations. Int J Nucl Med Biol, 11: 225–
Alzahrani, A.S., Bakheet, S., Mandil, 234.
M.A., et al. 2001. 123I isotope as a Kartamiharja, A.H.S. 2012. Permasalahan
diagnostic agent in the follow-up of Kedokteran Nuklir [online]. Available
patient with differentiated thyroid at http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
cancer comparation with post 131I content/uploads/2015/06/PERMASAL
therapy whole body scannning. J Clin AHAN-PELAYANAN-
Endocrinol Metab, 86: 5194–5300. KEDOKTERAN-NUKLIR-.pdf
ANSTO. 2006. Radioisotopes: their role in (verified 03 Jully 2018)
society today [online]. Available at Levita, J. dan Mutakin. 2015.
http://www.ansto.gov.au/ data/assets Radioiodinasi pada Pembuatan
/pdf_file/0018/3564/Radioisotopes.pdf Radiofarmaka. Yogyakarta:
(verified 13 June 2018) Deepublish. 4p.
Aslani, A., Snowdon G.M., Bailey, D.L., et Masjhur, J.S. 2000. Aplikasi teknik nuklir
al. 2014. Gallium-68 DODATE dalam kesehatan masa kini. Jurnal
production with automated PET Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia,
radiopharmaceutical synthesis system: 1: 29–42.
a three year experience. Asia Ocean Nurlaila. 2002. Radiofarmaka Peptida
Journal of Nuclear Medicine & untuk diagnosis dan terapi. Maj
Biology, 2: 75–86. Kedokt Indonesia, 57: 265–273.
Choenen Coenen, H. H., Mertens, J., and Papagiannopoulou, D. 2017. Technetium-
Maziere, B. 2006. Radioiodination 99m radiochemistry for
Reactions for Radiopharmaceuticals, pharmaceutical applications. J
Compendium for Effective Synthesis Labelled Comp. Radiopharm, 60: 502–
Strategies. Springer Dordrecht, The 520.
Netherlands. Rosilawati, N.E., Nasution, I., dan Murni,
Chung, J.K. and GJ Cheon. 2014. T.W. 2017. Penggunaan radiofarmaka
Radioiodine therapy in differentiated untuk diagnosa dan terapi di Indonesia
thyroid cancer: The first targeted dan asas keamanan penggunaan obat.
therapy in oncology. Endocrinol SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan, 3:
Metab, 29: 233–239. 60–73.
Decristoforo, C., Knopp, R., Guggenberg, Senduk, P., Danes, V.R., dan Rumampuk,
E.V., et al. 2007. Nucl Med Commun, R.F. 2015. Penggunaan radioisotop
28: 870–875. pada deteksi dini penyakit kanker.
Eshima, D. and Taylor, A.J. 1992. Jurnal e-biomedik, 3: 620–623.
Technetium-99m (99mTc) Soenarjo, S. 2014. Mekanisme lokalisasi
Mercaptoacetyltriglycine: update on sediaan radiofarmaka pada organ
the new 99mTc renal tubular function target. Jurnal Radioisotop dan
agent. Semin Nucl Med, 22: 61–73. Radiofarmaka, 17: 15–26.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 230

Suryanto, H., Heryanto, T., Sarongalo, Available at http://www.world-


S.A., dkk. 2002. Pengembangan nuclear.org/information-library/non-
fasilitas iradiasi siklotron-BATAN power-nuclear-
untuk produksi Flour-18. Jurnal applications/radioisotopes-
Radioisotop dan Radiofarmaka, 5: 53– research/radioisotopes-in-
66. medicine.aspx (verified 12 June 2018)
Uccelli, L., Martini, P., Pasquali, M., et al. Wurdiyanto, G., Hermawan C., dan
2017. Monoclonal antibodies Pujadi. 2009. Standardisasi F-18
radiolabeling with Rhenium-188 for Menggunakan Metode Spektrometri
radioimmunotherapy. Biomed Gamma. Prosiding Seminar Nasional
Research International: 1–7. Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR –
World Health Organization. 2008. BATAN : 227-231.
Radiopharmaceutical [online]. Zhang, Y., Zhang, Y., Yin, L., et al. 2017.
Available at Synthesis and bioevaluation of Iodine-
http://www.who.int/medicines/publica 131 directly labeled cyclic RGD-
tions/pharmacopoeia/Radgenmono.pdf PEGylated gold nanorods for tumor-
(verified 12 June 2018) targeted imaging. Contrast Media &
World Nuclear Assosiation. 2018. Molecular Imaging, 1: 1-10.
Radioisotopes in medicine [online].

You might also like