Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
GENESA ENDAPAN BATUBARA
OLEH :
NAMA : HASNA
NIM : R1D116094
Penulis
Daftar Isi
i
Halaman Sampul ..................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama
dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini
adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Batubara
Dari ulasan atas pengertian batubara di atas dapat duikatakan bahwa pada
saat ini sudah dapat kita lihat bahwa tidak semua dalam aspek kehidupan masyrakat
tidak berorientasi terhadap lingkungan sehingga kita tidak pernah mencermati
akibat yang ditimbulkan di kemudian hari, Oleh karena itu kita perlu melakukan
sebuah tindakan pencegahan untuk mengurangi kerusakan lingkungann di
kemudian hari.
3
Dalam hal ini masyrakat Indonesia belum memlki kesadaram akan hal
mengenai masalah lingkungan dan tidak memiliki pengetahuan tentang masalah
lingkungan. Pada saat ini yang menjadi pandangan negatif mengenai pertambangan
batubara dimana pertambangan batubara pada umumnya hanya meguras semua
sumber material yang dimiliki di daerah itu sehingga pandangan masyrakat
terhadap pertambangn batubara perspektif masih negatif baik karena tidak berpihak
lingkungan sekitar masyrakat dan alam di sekitarnya.
Disisi lain juga dari hal ini akan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang
berpotensi mencemari lingkungan di sekitar area sekitar pertambangan. Air asam
tambang (Acid Mine Drainage) merupakan salah satu potensi pencemaran
lingkungan yang diakibatkan kegiatan pertambangan batubara.
4
Gambar 2.2. proses pembentukan batubara
5
cenderung terhidrolisa. Cellulose akan diubah menjadi glikose dengan cara
hidrolisis:
Jika suplai oksigen berlangsung terus, maka proses ini akan menuju pada
penguraian lengkap dari senyawa organik, yaitu:
6
2.3. Lingkungan Penendapan
Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi
dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini sendiri
dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
a. Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar
diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada
kondisi dan posisi geotektonik.
b. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat
cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan
pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran
rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat
dipengaruhi oleh proses geotektonik.
c. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau
tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh
kondisi topografi setempat.
Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi
au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-
rawa pantai. Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta
plain. Sedangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan
oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permulcaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau ,th.-
alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang are-
7
ander. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena membaii
ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
8
pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke
dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping.
Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen
dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan
baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang
membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna.
Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari
perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping.
Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi
halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya permukaan rawa dari
pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
9
2.4. Analisis Dan Uji Kualitas Batubara
2.4.1. Metode Analisis
10
1. Cara pengendapan
2. Cara Penguapan
3. Cara Elektrogravimetri
2.4.1.2. Analisis Titrimetri
Merupakan analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan yang
diketahui kepekatannya secara teliti dan direaksikan dengan larutan contoh yang
akan ditetapkan kadarnya. Penggolongan metode titrasi :
1. Spektofotometer
Merupakan analisis jumlah berdasarkan tua-mudanya warna larutan
yang tergantung pada kepekatannya itu sendiri dan didasari oleh
hukum Lambert-Beer, yakni Bila suatu cahaya monokromatis melalui
suatu media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas
cahaya yang dipancarkan sebanding dengan bertambah tebalnya dan
kepekatan media.
11
2.4.2. PROSEDUR ANALISIS
PREPARASI DAN PENENTUAN AIR BEBAS
Pengeringan dilakukan pada suhu kamar atau pada oven pengering dengan
suhu maksimal 40oC dan air bebas dapat ditentukan bersama-sama pada saat
pengeringan.
Prinsip : Kadar air bebas di dapat dari selisih bobot contoh batubara asal
dengan batubara yang telah dikeringkan pada suhu kamar.
a. pan pengering
b. neraca analitik
c. contoh batubara
Prosedur :
12
c. Di timbang sampai bobot tetap dengan selisih penimbangan
0,1% per jam.
d. Di gerus sampai dengan lolos saringan 8 mesh dan dibiarkan
pada suhu kamar sampai beratnya konstan (B).
e. Di timbang sampai selisih penimbangan 0,1% per jam.
Perhitungan :
B (100 A)
Kadar air bebas = +A%
100
PENGGERUSAN
13
menentukan lokasi endapan Batubara yang prospek untuk dikembangkan, dimana
selama pelaksanaan program akan dilakukan pengambilan contoh Batubara (Coal
Sampling) untuk dievaluasi dan dianalisis di laboratorium baik dengan pendekatan
analisis kimia maupun analisis fisika agar kualitas dan kuantitas Batubara tersebut
dapat diketahui dengan pasti
Pembuatan Sumur Uji (Test Pit)
Sumur Uji (Test Pit) adalah salah satu usaha untuk memperoleh
ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan test pit ini adalah dengan membuat
lubang penggalian (sumuran) secara vertikal dan memotong tegak lurus strike
atau searah dipping, berdimensi panjang x lebar = 1 m x 1 m, sedangkan
kedalaman disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Gambar 2. Sumur Uji
(Test Pit)
Pembuatan Parit Uji (Trenching)
Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metode lain untuk memperoleh
ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan trenching ini tidak jauh berbeda
dengan pembuatan test pit yaitu dengan cara membuat puritan
sepanjang/searah dengan down dip singkapan batubara (secara horizontal),
berdimensi lebar ± 50 cm dengan kedalaman parit tergantung dari posisi kontak
antara lapisan penutup (soil) dengan batubara, sedangkan panjang paritan
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara spesifik
mengenai penyebaran batubara baik ke arah down strike maupun down dip
dari masingmasing singkapan yang telah ditemukan. Hasil data pemboran
diharapkan dapat mengetahui mengenai bentukan batubara bawah permukaan
(coal modellling sub-surface) sehingga dapat diketahui sumberdaya
(resources) batubara yang ada. Proses pemboran dilakukan dengan 2 unit
mesin bor jenis portable yang sangat popular yakni “Tone” dan “Bell”. Dua
cara pemboran yang dilakukan selama pelaksanaan program ini adalah
pemboran putar (Rotary Drilling) lubang terbuka (Open Hole Drilling) dan
pemboran inti pemboran dengan bor besar di lokasi penyelidikan akan
14
dilakukan pemboran dengan sistim Touch Coring (TC) dengan total kedalam
800 meter dengan rincian 612,16 meter dilakukan dengan pemboran Open
Hole dan 187,84 meter dengan pemboran Coring.)
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini
16
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara#Pembentukan_batu_bara ((Diakses
minggu, 11 november 2018).
Prof .Dr. Ir. Irwandi Arif, M.Sc. 2014, Batubara Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama. Indonesian.
17