You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN UMUM
Hidrologi merupakan salah satu cabang dari ilmu penegetahuan bumi (earth science),
yang mempelajari secara mendalam mengenai air bumi.Apabila diperhatikan susunan
katanya, hidrologi terbentuk dari 2 (dua) suku kata, yaitu hidro mempunyai arti air (water)
dan logi mempunyai arti ilmu (science).Oleh karena itu hidrologi dapat di artikan sebagai
ilmu pengetahuan yang membahas secara mendalam tentang air di bumi. Pembahasan itu
meliputi terjadinya (occurance), peredaran atau sirkulasinya (circulation) dan penyebarannya
(distribution) air di bumi, di samping itu, juga membahas sifat fisik dan kimia air serta
reaksinya terhadap lingkungan termasuk reaksi terhadap benda-banda hidup.Sebagai salah
satu cabang dari ilmu pengetahuan bumi, maka hidrologi mempunyai hubungan erat dengan
ilmu pengetahun bumi yang lain, seperti meteorology (ilmu cuaca), klimatologi (ilmu kimia),
geografi, geologi, geomorfologi, sedimenteologi dan oceanografi.

Mempelajari hidrologi berarti mempelajari unsur air di bumi, antara lain:

1. Unsur presipitasi, misalnya curah hujan


2. Unsur cuaca seperti temperature, kelembapan, kecepatan dan arah angina, penyinaran
matahari, intensitas penyinaran matahari
3. Unsur penguapan
4. Unsur air permukaan seperti: tinggi muka air dan debit sungai, angkutan sedimen
5. Unsur air bawah permukaan, missal infiltrasi dan parkolasi
6. Unsur air tanah

Dalam mempelajari hidrologi umumnya dititikberatkan pada hidrologi air permukaan


(surface water hydrology), dan hidrologi air tanah (ground water hydrology).Karena luasnya
unsur air di bumi yang harus di pelajari, maka dalam pelaksanaan aplikasi hidrologi
diperlukan ilmu penunjang,antara lain:rekayasa teknik,rekayasa pertanian, geografi, rekayasa
penyehatan, kehutanan, ilmu tanah, kimia, biologi, statistic, matematik dan computer serta
teknologi informasi.Untuk memudahkan pembahasan umumnya hidrologi di bagi 2 (dua)
bagian yaitu:

1. Hidrologi operasional (operational hydrology)


2. Hidrologi aplikasi (applied hydrology)

Dengan mempelajari hidrologi kita dapat mengetahui potensi, waktu dan tempat
tersedianya sumber daya air dari suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau dari Satuan
Wilayah Sungai (SWS).Dengan mempelajari hidrologi kita dapat lebih mengetahui bahwa
kenyataanya air itu distribusinya tidak merata baik menurut waktu dan tempat.Apabila kita
perhatikan di musim hujan umumnya terjadi banjir di mana-mana, sedangkan di musim

HIDROLOGI TERAPAN 1
kemarau terjadi kekeringan.Mengingat kondisi alam yang demikian itu, maka air di bumi ini
harus dikelola dengan baik, agar air dapat tersedia pada waktu dan tempat yang di perlukan.

Pada hidrologi aplikasi di pelajari tentang pengunaan ilmu hidrologi untuk masalah-
masalah pembangunan sehingga pemanfaatan air di bumi ini harus diusahakan sekecil
mungkin mempunyai dampak negatif bagi kehidupan menurut tempat dan waktu.Misalnya
dalam merencanakan suatu waduk serbaguna dari suatu DPS, maka diperlukan analisis
hidrologi minimal tentang besarnya:

1. Volume dan luas genangan waduk


2. Volume aliran yang masuk dan keluar waduk
3. Volume sedimen yang masuk dan keluar waduk
4. Volume air waduk yang dapat di manfaatkan
5. Debit banjir dan penelusuran banji didalam waduk
6. Debit minimum, pola operasi waduk
7. Kehilangan air, karena penguapan, infiltrasi

Disamping itu perlu dikaji tentang penggerusan alur sampai di sebelah hilir waduk
tersebut.Data yang di gunakan untuk analisis itu merupakan sebagian yang dipelajari dalam
hidrologi operasional

B. HIDROLOGI DI INDONESIA

Dalam pelaksanaan pembangunan, semakin disadari dan semakin di butuhkan perlunya


informasi, hidrologi dari hasil analis hidrologi.Beberapa masalah pembangunan nesional
yang memerlukan informasi hidrologi dari suatu DPS atau SWS antaralain pada kegiatan:

1. Invetarisasi potensi data sumber air


2. Pemanfaatan sumber air
3. Rehabilitasi sumber alam berupa hutan, tanah dan air telah rusak.

Informasi hidrologi tesebut dapat di himpun dari data hidrologi, berupa angka-angka,
table, diagram, grafik, peta tematik hidrologi dan sebagainya yang dapat di simpan pada file
computer dan disajikan pada buku publikasi hidrologi

Pengetahuan tentang aliran sungai di Indonesia, kalau kita perhatikan sebelumnya telah
lama banyak di gunakan untuk keperluan perhubungan, perdagangan, tata ruang bahkan
untuk pertahanan Negara, hal ini terbukti pusat-pusat kerajaan di Indonesia umumnya di tepi
atau di dekat sungai, seperti kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, Demak dan
sebagainya.Bahkan menurut catatan sejarah pada zaman Raja Erlangga pada abat ke-11 telah
dibuat tanggul Kali Brantas di Wringin Pitu untuk melindungi daerah pertanian dari
genangan banjir.

HIDROLOGI TERAPAN 2
Penelitian hidrologi yang sifatnya masih aplikatif masih perlu lebih di tingkatkan dalam
rangka mendapatkan metode atau tatacara perhitungan/analisis data hidrologi atau dalam
rangka menentukan spesifikasi pos pengukuran atau peralatan pendataan yang khas di
Indonesia, sehingga hidrologi dapat lebih bermanfaat dalam pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air

C. SIKLUS HIDROLOGI

Secara alamiah sumber air merupakan salah satu sumber alam yang dapat diperbaharui
(renewable), serta akan mempunyai gaya regenerasi yang selalu berada di dalam sirkulasinya
dari suatu siklus.Siklus tersebut umumnya disebut dengan daur atau siklus hidrologi
(hidrologic cycle).Sebagaimana telah kita ketahui, energy matahari, akan mengakibatkan
penguapan dari muka bumi.

Terdapat 5 proses dalam siklus hidrologi yang harus di teliti oleh para hidrologiwan
yaitu:

1. Hujan
2. Punguapan dan evapotranspirasi
3. Infiltirasi
4. Aliran permukaan/aliran sungai termasuk angkutan sedimen
5. Aliran air tanah

Untuk mendukung penelitian itu diperlukan metode atau pedoman teknis dalam
pengukuran, perhitungan dan analisis mengenai data hidrologi, disamping spesifikasi
peralatan yang digunakan dalam pendataan hidrologi yang khas di Indonesia, agar data
tersebut dapat di analisis sesuai dengan kondisi khas Indonesia.Untuk melaksanakan
penelitian itu sudah tentu masih memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.Hidrologi
operasional membahas tentang pengukuran dan pengolahan ke-5 data tersebut.

D. VOLUME AIR DI BUMI

Volume air yang terdapat di atmosfer bumi, dipermukaan bumi dan di bawah permukaan
diperkirakan sebesar 1,4 miliar 𝑘𝑚3 atau 1.400 x 106 𝑘𝑚3 .Dari volume tersebut sebagian
besar merupakan air laut yaitu sebesar kurang lebih 97,25 %, Sedang sisanya sebesar 2,75 %
berupa air tawar, yang terdapat diatsmofer, air permukaan, air tanah dan salju atau es.

Volume air tawar sebesar 2,75 % itu apabila dirinci menurut bentuknya sebagai berikut:

- Salju atau es = 2,063 %


- Air tanah = 0,659 %
- Air permukaan = 0,017 %
- Air atmosfer = 0,001 %

HIDROLOGI TERAPAN 3
Dari besarnya volume tersebut, kelihatan bahwa sebetulnya volume air tawar yang dapat
di manfaatkan untuk mendukung kehidupan di darat persentasinya sangat kecil, oleh karena
itu volume air di darat harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan sekecil mungkin
mempunyai dampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia

E. WILAYAH SUNGAI DAN DAERAH PENGALIRAN SUNGAI

Ditinjau dari segi hidrologi sungai mempunyai fungsi utama menampung cura hujan
setelah menjadi aliran permukiman (surface runoff) dan mengalirkan sampai ke laut.Oleh
karena itu sungai dapat diartikan sebagai wadah atau penampang dan penyalur alamiah aliran
air dengan segala benda yang terbawah dari Daerah Pengaliran Sungai (DPS) ke tempat yang
lebih rendah dan bermuara di laut/lautan.Menurut peraturan Mentri PU No.39/PRT/1989
yang di maksud dengan:

1. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil pengembangan satu
atau lebih daerah pengaliran sungai.
2. Tata air, adalah susunan dan letak air, yaitu semua air yang terdapat di dalam dan atau
berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun dibawah permukaan
tanah (tidak termasuk dalam pengertian ini air yang ada di laut).
3. Daerah pengaliran sungai (DPS), adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk
secara alamiah di mata air meresap dan atau mengalir melalui sungai dan anak-anak
sungai yang bersangkutan.
4. Tata pengairan adalah susunan dan letak sumber-sumber air dan atau bangunan-bangunan
pengairan menurut ketentuan-ketentuan teknik pembinaannya berada di suatu wilayah
pengairan tertentu.

Daerah Pengaliran Sungai (DPS), dapat di pandang sebagai bagian dari permukaan bumi
tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai
menuju ke sustu titik di sebelah hilir (Down stream point) sebagai titik pengeluaran
(catcment oulet).Setiap DPS besar yang bermuara ke laut merupakan gabungan dari beberapa
DPS sedang atau sering di sebut sub.DPS dan sub DPS adalah gabungan dari sub DPS kecil-
kecil.

F. NERACA AIR

Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip bahwa selama priode waktu
tertentu masukan air total sama dengan keluaran air total di tambah dengan perubahan air
cadangan (change in storage), Nilai perubahan air cadangan dapat bertanda positif atau
negatif.

1. Neraca Air Daerah Pengaliran Sungai

HIDROLOGI TERAPAN 4
a. Apabila perhitungan neraca air suatu DPS, dilaksanakan dengan mempertimbangkan
air permukaan dan air tanah, maka perubahan air cadangan dari suatu DPS dapat di
perkirakan dengan rumus:
Pa = H – (E + T + Q𝑔 + 𝑄)
(1.1)
Keterangan:
Pa = perubahan air cadangan
H = curah hujan
E = Evaporasi
T = evapotranspirasi
Q𝑔 = aliran air tanah keluar DPS
Q = aliran permukaan ke luar DPS
b. Persamaan neraca air DPS yang hanya memperhatikan air permukaan (surface water)
saja tanpa memperhatikan air tanah, maka secara sederhana diperoleh hubungan:
Pa = H – (E + T + I + Q) (1.2)
Nilai L, adalah besarnya infiltrasi dan apabila untuk priode waktu tertentu dianggap
tidak terjadi perubahan air cadangan (Pa = 0), maka persamaan (1.2), dapat ditulis
sebagai:
Q=H–L (1.3)
Nilai L, adalah besarnya kehilangan air yang besarnya merupakan penjumlahan dari
nilai E, T dan l.Persamaan 1.3, menyatakan bahwa aliran permukaan sama dengan
besarnya curah hujan dikurangi nilai kehilangan air.Konsep inilah sebagi dasar
perhitungan aliran permukaan secara umum.
2. Neraca Air DPS Suatu Kawasan
Apabila diperhatikan rumus 1.1, maka persamaan umum untuk neraca air dapat ditulis
sebagai berikut:
Pa = A𝑚 − A𝑘 (1.4)

Keterangan:
Pa = perubahan air cadangan
Am = masukan air
Ak = keluaran air
3. Neraca Air Waduk
Neraca air untuk sebuah danau atau waduk, dapat ditulis sebagai berikut:
Pa = (Qi + Qg + H) – (Qo + Eo + Ig) (1.5)
Ketarangan:
Qi = debit air masukan
Qo = debit air keluaran
Qg = debit air tanah
H = curah hujan yang langsung jatuh di dalam waduk

HIDROLOGI TERAPAN 5
Pa = perubahan air cadangan
Ig = rembesan
Eo = evaporasi dari permukaan danau atau waduk

HIDROLOGI TERAPAN 6
BAB II

JARINGAN HIDROLOGI dan APLIKASI TEKNOSABO

A. PENGERTIAN UMUM

Jaringan hidrologi dapat di artikan sebagai suatu rangkaian pos pengamatan data
hidrologi yang dapat menggambarkan karakteristik hidrologi dari suatu DPS atau SWS
dalam rangka menentukan potensi sumber air seluruh pulau di Indonesia.Pos pengamatan
hidrologi, antara lain meliputi jenis:

1. Pos duga air sungai; pos tesebut untuk menentukan potensi aliran sungai dan volume
sedimen dengan cara mengukur tinggi muka air; debit dan pengambilan contoh sedimen
(umumnya disebut pos hidrometri);
2. Pos duga air danau; waduk; rawa untuk menentukan potensi sumber airnya;
3. Pos hujan (pos klimatologi tidak lengkap) untuk menentukan tebal dan intensitas serta
sebaran hujan;
4. Pos klimatologi, untuk mengukur cuaca suatu DPS, misal kelembapan udara, temparatur
udara, durasi penyinaran matahari, intensitas penyinaran matahari, kecepatan angin,
penguapan dan cura hujan;
5. Pos duga air tanah, untuk menentukan tinggi muka air tanah dan potensi air tanah

B. MASALAH

Data yang diukur dari setiap pos pengamatan hidrologi tersebut kemudian diolah untuk
menjadikan data dasar hidrologi, yang umumnya diterbitkkan setiap bulan kelender (1
januari – 31 desember), berupa buku publikasi debit, publikasi sedimen, publikasi hujan,
publikasi klimatologi, publikasi air tanah.Dalam melaksanakan analisis hidrologi kadang-
kadang dapat ditemui beberapa hal yang dapat menjadi masalah, antara lain adalah:

1. Berapa jumlah dan kerapatan optimum pos pengamatan hidrologi suatu DPS, yang
diperlukan untuk analisis
2. Bagaimana sebaran pos hidrologi tersebut dalam suatu DPS, apakah sudah dapat
mewakili fenomena hidrologi DPS
3. Seberapa besar ketelitian dari pos pengamatan hidrologi yang telah terpasang dapat
mewakili fenomena hidrologi DPS yang di teliti
4. Belum semua DPS telah terpasang pos hidrologi secara lengkap,baik pos hidrometri
ataupun pos klimatologi
5. Bila DPS yang diteliti belum terpasang pos hidrologi bagaimana menentukan metode
analisis hidrologi yang khas dan cocok diaplikasikan di Indonesia

Disamping itu masih sering di jumpai beberapa masalah dari pos hidrologi yang telah
dibangun, antara lain:

HIDROLOGI TERAPAN 7
- Kualitas data yang kurang memadai/meragukan kebenarannya
- Kontinuitas rekaman data sering terputus
- Peralatan untuk mengukur data lapangan jenisnya berbeda-beda
- Metode pengukuran berbeda-beda
- Metode perhitungan data lapangan berbeda-beda

Kondisi itu dapat menjadi salah satu kendala untuk memperoleh kesimpulan analisis
hidrologi yang mantap.Untuk meningkatkan kualitas data lapangan dan kontinuitas lapangan
agar tidak terdapat priode kosong tampaknya masih memerlukan peningkatan kualitas
sumber daya manusia terutama teknisi dan pengamat lapangan.Usaha untuk menyeragamkan
jenis peralatan untuk mengukur data dan metode pengukuran dan perhitungan tampaknya
juga bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah

Mengingat mahalnya biaya untuk pembangunan, pengoperasian dan pegolahan data


lapangan maka pos hidrologi di Indonesia sampai saat ini masih dilakukan oleh instansi
pemerintah, seperti Kementrian Pekerjaan Umum (Ditjen Sumber Daya Air dan Pusat
Litbang Sumber Daya Air), badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG),
Kementrian energi dan Sumber Daya Mineral, Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan
dan PLN.

C. JUMLAH DAN KERAPATAN POS HIDROLOGI

Membangun pos hidrologi di Indonesia umumnya berdasarkan pada 2 (dua) pendekatan


yaitu:

1. Pendekatan Hidrologis
Pembangunan pos hidrologi dimaksudkan terutama untuk mendapatkan data dasar dalam
menyusun buku publikasi hidrologi (debit, sedimen, curah hujan, iklim, dan air tanah)
2. Pendekatan Teknis
Pembangunan pos hidrologi dimaksudkan untuk analisis hidrologi secara khusus dalam
pelaksanaan pengelolaan sumber daya air (SDA), seperti pembangunan waduk,
pengendalian banjir, konserfasi tanah dan air, penyediaan air irigasi, air minum dan
sebagainya.

Kerapatan pos hidrologi dari setiap daerah akan dapat berbeda-beda.Suatu hal yang
tampaknya tidak mungkin dilaksanakan adalah menentukan kriteria umum kerapatan pos
hidrologi yang baku yang dapat berlaku untuk semua Negara.

Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan kerapatan pos hidrologi
dan jenis pos hidrologi di Indonesia, antara lain:

1. Luas daratan setiap pulau


2. Kondisi geografi dan geologi

HIDROLOGI TERAPAN 8
3. Kondisi hidrologi, missal fariasi curah hujan, aliran sungai, tipe sungai
4. Kerapatan penduduk
5. Kebutuhan dalam pengelolaan SDA
6. Komunikasi
7. Biaya yang tersedia
8. Kebutuhan untuk memperoleh data historis untuk dapat dipakai dikemudian hari
9. Penelitian dan perekayasaan hidrologi

Tidak mudah tampaknya untuk menentukan kerapatan dan sebaran pos hidrologi yang
optimum di Indonesia.Meskipun dapat dimengerti semakin tinggi kerapatan pos akan
semakin teliti kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian hidrologi, namun juga harus
diperhatikan biaya yang tidak sedikit untuk pembangunan, pengoperasian, perawatan,
pengukuran, pengolahan dan publikasi data serta pengadaan peralatannya

1. Jaringan pos hidrometri

Pos duga air sungai (gauging station), sering juga disebut sebagai pos
hidrometri.Pengumpulan data secara langsung dari pos duga air disebut dengan pengukuran
aliran sungai (stream-gauging), antara lain meliputi kegiatan:

a. Pengukuran tinggi muka air


b. Pengukuran debit
c. Pengukuran sedimen

Kadang-kadang masih dapat dilakukan kegiatan tambahan seperti pengukuran temperatur


air dan kualitas air.Secara umum penerapatan pos hidrometri perlu mempertimbangkan alur
sungai yang di pandang perubahan debitnya cukup besar, misalnya di lokasi:

a. Sebelah hilir pertemuan anak sungai


b. Keluaran (outlet) dan masukan (inlet) danau, rawa
c. Pengambilan air missal intake irigasi, PLTA
d. Pergantian fisiografi (missal perubahan dari daerah pegunungan ke daerah pedataran)

Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam menentukan rencana lokasi pos hidrometri:

a. Mempelajari jaringan pos hidrometri (apabila telah ada)


b. Mempelajari fisiografi dan tataguna lahan DPS
c. Mempelajari kondisi distribusi curah hujan
d. Kemungkinan pembangunan penampang kendali buatan (artificial control)
e. Kemungkinan pemasangan peralatan telemetri
f. Kemungkinan pembangunan sarana pengukuran debit (jembatan ukur debit, kereta
gantung)
g. Rencana anggaran biaya

HIDROLOGI TERAPAN 9
h. Latar belakang budaya masyarakat

Di lapangan lokasi pos hidrometri dipilih dengan mempertimbangkan ketentuan, antara lain:

a. Ditemukan penampang kendali alam (natural control) yang stabil, untuk memudahkan
pembuatan dan analisis lengkung debit (discharge rating curve)
b. Lokasi mudah dicapai dalam segala kondisi
c. Alur sungai lurus, bagian yang lurus minimal 4 kali lebar sungai
d. Aliran mendekati seragam
e. Aliran tidak terpengaruh arus balik (back water)
f. Aliran tidak melimpah saat banjir
g. Kecepatan aliran berkisar 0,1 – 0,3 ≤ V ≤ 3,0 – 5,0 m/det
h. Mudah ditemui pengamat yang jujur dan bertanggung jawab
i. Sungai yang berbatu-batu harus di hindari
j. Kemungkinan untuk membangun penampang kendali buatan untuk sungai yang kurang
atau tidak stabil
k. Alur sungai yang bervegetasi air harus dihindari

Lokasi yang ideal memang sulit dijumpai di lapangan, oleh karena itu pengalaman dalam
survey lokasi pos hidrometri sangat menentukan ketelitian data yang akan di
peroleh.Pelaksanaan survey harus dilakukan pada musim kemarau, dimaksudkan agar
konfigurasi dasar alur sungai dapat teramati dengan mudah dan jelas, sehingga posisi dan
stabilitas penampang kendali dapat teridentifikasi dengan baik.

2. Jaringan pos hujan

Merencanakan jaringan pos hujan merupakan, pekerjaan yang utama dalam hidrologi
operasional, karena cura hujan merupakan input untuk aliran sungai dari suatu DPS. Volume
curah hujan menjadi aliran sungai mempunyai distribusi yang tidak merata baik menurut
tempat dan waktu dari setiap DPS

Banyak factor yang berpengaruh dalam menentukan jaringan pos hujan diantaranya:

a. Kondisi iklim DPS, homogen atau tidak


b. Topografi daerah, daerah pegunungan umumnya mempunyai sifat hujan yang cepat
berubah walaupun jaraknya relative dekat
c. Ketersediaan tenaga sebagai pengamat pos hujan
d. Dana yang tersedia
e. Tujuan dari penelitian atau perekayasaan hidrologi

3. Jaringan pos klimatologi

HIDROLOGI TERAPAN 10
Pos klimatologi di perlukan sebagi tempat pengamatan unsur cuaca seperti temperature,
kelembapan, radiasi matahari, kecepatan angina, evaporasi, curah hujan.Data itu sangat
diperlukan dalam analisis hidrologi, unsur hujan sebagai input air didalam DPS, sedangkan
unsur evaporasi sebagai salah satu kehilangan air di DPS.

Setidaknya sampai tahun 2014, di Indonesia belum ada Standar Nasional Indonesia (SNI)
tentang: Metode Menentukan Jaringan Pos Klimatologi.Unsur cuaca sangat di pengaruhi oleh
factor ketinggian, lokasi geografis dan kondisi fisiografi DPS.

4. Jarinagn pos air tanah

Tujuan utama melaksanakan penelitian air tanah adalah untuk identifikasi potensi sumber
air tanah dari suatu akuifer, menetukan sifat hidrolis akuifer dan monitoring fluktuasi muka
air tanah

Perbedaan kondisi akuifer sudah tentu akan menentukan jumlah pos pengamatan air
tanah.Sebagai contoh di Inggris untuk akuifer yang permeabilitasnya sangat berfariasi akan
lebih padat pos pengmatannya, missal untuk batuan yang heterogen setiap 5 km2 terdapat
satu pos pengamatan sedangkan untuk akuifer dari batuan pasir yang homogennya cukup
setiap 250 km2 sebuah pos pengamatan air tanah.

5. Jaringan hidrologi pulau kecil

Indonesia memiliki kurang lebih 12,667 buah pulau, dengan pulau yang terbesar antara
lain adalah Kalimantan, Sumatera, Irian, Sulawesi dan jawa, di samping pulau-pulau Bali,
Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor Timur.Kriteria ukuran luas besar kecilnya pulau
penulis belum mendapatkannya.Hidrologi pulau kecil dapat berorientasi pada pemanfaatan
sumber air untuk industry, pariwisata dan pertanian, dengan luas DPS umumnya kurang dari
2000 km2 .

D. PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR – JARINGAN HIDROLOGI –


TEKNOSABO

Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, perlu adanya system informasi
hidrologi.Kedekatan antara ilmu hidrologi dengan sumber daya air dapat diibaratkan dengan
pribahasa, seperti selembar daun sirih, meskipun agak berbeda warna kedua sisinya namun
bila digigit rasanya sama, artinya kedua bidang ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.Pernyataan pada pribahasa tersebut mengingatkan kita, bahwa pengelolaan sumber
daya air butuh data dan informasi hidrologi yang di peroleh dari jaringan hidrologi dari suatu
daerah aliran sungai.

Data hidrologi seperti data curah hujan, unsur iklim, debit dan sedimen harus diukur dan
diolah dengan prosedur yang benar.

HIDROLOGI TERAPAN 11
1. Daerah aliran sungai

Istilah DPS pada hakekatnya adalah sama dengan istilah DAS, yang merupakan singkatan
dari daerah aliran sungai.Undang-Undang RI No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
memberikan ketentuan bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau kelaut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas dilaut sampai dengan perairan yang
masih terpengaruh oleh aktifitas daratan.

2. Pengelolaan sumber daya air

Tidak dapat di pungkiri bahwa curah hujan disamping banyak bermanfaat bagi
kehidupan, sebagai sumber air, tetapi tidak jarang menimbulkan bencana.Curah hujan yang
terjadi pada musim penghujan besarnya lebih dari 80 – 90 % total hujan tahunan.Dalam
rangka pengelolaan sumber daya air maka cura hujan harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan bencana.Salah satu cara mengurangi bencana tersebut adalah dengan
menurunkan besarnya koefisien aliran.

Air dalam siklus hidrologi dapat berupa curah hujan, air permukaan di sungai, saluran,
waduk, danau, rawa dan air tanah, meskipun ketersediaan air melimpah tetapi harus dikelola
sebaik baiknya untuk kemakmuran rakyat.Undang-Undang RI No.7 tahun 2004 tentang SDA
memberikan defenisi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, antara lain:

1. SDA adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya
2. Air adalah semua air yang terdapat pada di atas ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada
di darat
3. Konserfasi SDA adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat
dan fungsi SDA agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik sekarang maupun yang akan datang
4. Pendayagunaan SDA adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan,
pengembangan dan pengusahaan SDA secara optimal agar berhasil guna dan berdaya
guna
5. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, mengulangi dan memulihkan
kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air
6. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat
memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta
lingkungannya
7. Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan

Berbagai permasalahan dalam pengelolaan SDA saat ini, antara lain:

HIDROLOGI TERAPAN 12
1. Kapasitas waduk semakin cepat berkurang akibat dari laju sedimentasi waduk yang
semakin bertambah.
2. Kebanjiran pada musim hujan sudah menjadi fenomena alam yang rutin terjadi setiap
tahun
3. Perubahan tata guna lahan dalam DAS semakin tidak terkendali.Luas hutan semakin
berkurang, lahan pertanian lebih banyak yang berubah menjadi daerah perluasan
pemukiman, perkotaan dan konserfasi hingga mencapai 1,6 juta hektar per tahun,
menambah kerusakan DAS akibat dari sediman dan erosi
4. Semakin luasnya lahan kritis menyebabkan kemampuan suatu DAS untuk menyimpan air
di musim hujan dan melepaskannya di musim kemarau sebagai base flow akan menerus,
mengakibatkan keterbatasan dan kekurangan air karena terjadi kekeringan

3. Teknosabo dalam Pengelolaan Sumber Daya Air


3.1 Teknosabo
Teknosabo adalah salah satu teknik untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan
mempertahankan daerah hulu terhadap kerusakan lahan, dengan prinsip mengurangi,
menghambat dan mencegah gerakan masa debris, aliran lahan atau angkutan sedimen sungai
agar tidak membahayakan dan tidak menimbulkan kerugian baik jiwa maupun harta benda
Bencana sedimen merupakan bencana alam yang fenomena dan kejadiaannya terkait
dengan proses sedimentasi.Bencana sedimen umumnya disebabkan oleh gerakan masa tanah
dalam volume yang besar dan diluar kendali manusia, dengan pemicu curah hujan.Bencana
sedimen sewaktu waktu dapat terjadi, seperti tanah longsor, aliran debris, aliran lahar
(bencana sekunder gunung api), aliran lumpur.Volume sedimen dari bencana sedimen
tersebut akan berdampek banyak, di antaranya mempercepat pendangkalan alur sungai dan
laju sedimentasi waduk, danau, situ dengan berbasis data hidrologi yang diukur dari jaringan
hidrologi yang ada di daerah bencana.
3.2 Prototipe Sabodam untuk mengendalikan laju sedimentasi waduk dan danau
Penerapan teknosabo untuk pengelolaan SDA harus selalu berinovasi sesuai hasil
penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan dan dilaksanakan secara professional
dalam satu kesatuan DAS berbasis data dari jaringan hidrologi
Prototype sabodam dengan inovasi struktur di Kali Lumajang untuk mengurangi laju
sedimentasi waduk mrica.Balai sabo tahun 2007 telah mengembangkan prototype sabodam
tipe tertutup di DAS waduk mrica tepatnya di kali Lumajang.Dibangun dengan inovasi
struktur, yaitu tubuh bending utama dibuat dari campuran batu kali dengan pasir dan batu
kali dengan kapur dibungkus dengan selimut beton tanpa tulangan.

HIDROLOGI TERAPAN 13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hidrologi merupakan salah satu cabang dari ilmu penegetahuan bumi (earth science), yang
mempelajari secara mendalam mengenai air bumi.Apabila diperhatikan susunan katanya,
hidrologi terbentuk dari 2 (dua) suku kata, yaitu hidro mempunyai arti air (water) dan logi
mempunyai arti ilmu (science).Oleh karena itu hidrologi dapat di artikan sebagai ilmu
pengetahuan yang membahas secara mendalam tentang air di bumi. Pembahasan itu meliputi
terjadinya (occurance), peredaran atau sirkulasinya (circulation) dan penyebarannya
(distribution) air di bumi, di samping itu, juga membahas sifat fisik dan kimia air serta reaksinya
terhadap lingkungan termasuk reaksi terhadap benda-banda hidup

Terdapat 5 proses dalam siklus hidrologi yang harus di teliti oleh para hidrologiwan yaitu:

1. Hujan
2. Punguapan dan evapotranspirasi
3. Infiltirasi
4. Aliran permukaan/aliran sungai termasuk angkutan sedimen
5. Aliran air tanah

HIDROLOGI TERAPAN 14

You might also like