Professional Documents
Culture Documents
Nomor : S.678/VI-BPHT/2008.
Nomor : S.726/VII-KP/2008.
Nomor : 276/P4TRANS/XII/2008.
Nomor : 1861/P2MKT/XII/2008.
TENTANG
PELAKSANAAN KEGIATAN TERPADU
PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI DENGAN HUTAN TANAMAN
RAKYAT (TRANS-HTR)
Ditetapkan di Jakarta.
Pada tanggal 09-12-2008.
ttd ttd
ttd tdd
Nomor : S.678/VI-BPHT/2008
Nomor : S.726/VII-KP/2008
Nomor : 276/P4TRANS/XII/2008
Nomor : 1861/P2MKT/XII/2008
TENTANG
PELAKSANAAN KEGIATAN TERPADU
PENYELENGGARAAN TRANSMIGASI DENGAN HUTAN TANAMAN
RAKYAT (TRANS-HTR)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
1. Peluang penyelenggaraan transmigrasi dapat dikaitkan dengan
pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi melalui Pembangunan Hutan
Tanaman Rakyat;
2. Lahan di luar kawasan hutan yang dapat dijadikan permukiman
transmigrasi dapat diarahkan pada areal yang berdekatan dengan areal
Hutan Tanaman Rakyat;
3. Masyarakat sekitar kawasan hutan yang perlu ditingkatkan
kesejahteraannya dengan fasilitasi penyelenggaraan pembangunan
program transmigrasi yang disinergikan dengan program Hutan
Tanaman Rakyat.
2. Tujuan :
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan bersama kegiatan
penyelenggaraan transmigrasi dan HTR melalui pengelolaan
hutan secara berkelanjutan.
b. Meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha, dan partisipasi masyarakat, serta dunia usaha dalam
penyelenggaraan trarnsmigrasi dan pembangunan HTR.
3. Sasaran :
a. Terwujudnya kelestarian sumber daya hutan dengan terbentuknya
hutan tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan ekologis pada
areal kawasan hutan produksi yang tidak produktif;
b. Terciptanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi warga
transmigran;
c. Terwujudnya pelaksanaan HTR dan permukiman transmigrasi
secara optimal
C. Pengertian.
1. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau
koperasi untuk meningkatkan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber
daya hutan;
2. Transmigrasi Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat
Trans-HTR adalah keterpaduan kegiatan dalam pelaksanaan program
transmigrasi dengan pembangunan HTR;
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman
Rakyat dalam Hutan Tanaman yang selanjutnya disingkat IUPHHK-
HTR adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil
hutan berupa kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi yang
dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam
rangka menjamin keletarian sumber daya hutan;
4. Penetapan areal HTR adalah pencadangan areal kawasan hutan oleh
Menteri Kehutanan untuk lokasi HTR;
5. Pengarahan dan perpindahan adalah rangkaian usaha dan kegiatan
sejak perencanaan, penerangan dan motivasi, pendaftaran dan seleksi,
penampungan, serta pemberangkatan transmigran di lokasi
permukiman;
6. Permukiman Transmigrasi hutan tanaman rakyat adalah bentuk
permukiman transmigrasi yang sejak awal dirancang berada di luar
kawasan hutan;
7. Lokasi Permukiman transmigrasi adalah lokasi potensial yang
ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat
pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang bekembang
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan berada di luar
kawasan hutan;
8. Transmigran peserta Trans-HTR adalah transmigran penduduk
setempat (TPS) dan transmigran penduduk dari daerah asal (TPA)
sebagai peserta Trans-HTR;
9. Permukiman Transmigrasi adalah satu kesatuan permukiman atau
bagian dari Satuan Permukiman yang diperuntukkan bagi tempat
tinggal dan tempat usaha transmigran;
10. Badan usaha adalah pihak yang menjalin kemitraan usaha tanaman
hutan dengan transmigran peserta Trans-HTR.
II. LINGKUP KEGIATAN.
Keterpaduan kegiatan Trans-HTR mengikuti ketentuan penyelenggaraan HTR
dan penyelenggaraan Transmigrasi dalam hal :
A. Persiapan.
B. Perencanaan.
C. Pencadangan awal.
D. Penetapan IUPHHK-HTR.
E. Pengembangan masyarakat.
F. Pelibatan Swasta Sebagai Mitra Dalam Penyelenggaraan Trans-HTR.
A. Persiapan.
1. Pemerintah daerah melakukan pencermatan calon areal HTR dan
calon lokasi permukiman transmigrasi;
2. Departemen Kehutanan dan Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dapat melakukan bimbingan terhadap pemerintah daerah
dalam pencermatan sebagaimana tersebut pada angka 1.
B. Perencanaan.
Perencanaan permukiman transmigrasi disusun sesuai ketentuan yang
diatur oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, meliputi lokasi
lahan, fasilitas rumah, fasilitas umum, serta sarana penunjang permukiman
lainnya dan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan usulan
pencadangan areal HTR.
C. Pencadangan areal.
Pencadangan areal untuk HTR yang akan disinergikan dengan program
transmigrasi, diusulkan oleh Bupati/Walikota kepada Menteri Kehutanan
sesuai mekanisme pencadangan areal HTR.
D. Penetapan IUPHHK-HTR.
Bupati/Walikota melakukan inventarisasi, seleksi dan penetapan IUPHHK-
HTR dari masyarakat setempat sekitar kawasan hutan termasuk transmigran
yang telah bermukim.
E. Pengembangan Masyarakat.
1. Pembinaan transmigrasi peserta HTR terdiri atas pembinaan yan
dilakukan melalui program transmigrasi dan pembinaan melalui
skema HTR.
2. Pembinaan di lokasi transmigrasi meliputi : pembentukan organisasi
UPT, pelayanan administrasi dan manajemen, bantuan jaminan hidup,
pembinaan sosial budaya, pembinaan ekonomi, pembinaan
kelembagaan, pembinaan sarana dan prasarana dan lingkungan
permukiman, serta pengakhiran status unit permukiman transmigrasi
(UPT).
3. Pembinaan teknis pembangunan HTR dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bina Produksi Kehutanan, sesuai standar yang ditetapkan.
B. Koordinasi.
Bentuk koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan terpadu program
transmigrasi dan pembangunan HTR yaitu Kelompok Kerja (POKJA), yang
dibentuk oleh Direktur Jenderal P4Trans dengan keanggotaan terdiri dari
unsur-unsur :
1. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan.
2. Badan Planologi Kehutanan.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
4. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
5. Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan
Penempatan Transmigrasi.
6. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan
Kawasan Transmigrasi.
7. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigasi.
8. Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
9. Instalasi Air, yang terkait.
IV. MONITORING.
Monitoring dan evaluasi dilakukan POKJA dan dilaporkan hasilnya kepada
Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan,
Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan
Transmigrasi dan Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat
dan Kawasan Transmigrasi sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) bulan.
V. PENUTUP.
Dengan diterbitkannya Petunjuk Pelaksanaan Bersama ini diharapkan para
pelaksana dan para pihak terkait mendapat acuan yang beguna dalam
pelaksanaan, sehingga pembangunan Trans-HTR terlaksana secara sistematis,
dan mendapatkan capaian kinerja yang optimal.
Ditetapkan di Jakarta.
Pada tanggal 09-12-2008.
ttd ttd
ttd ttd