You are on page 1of 9

PETUNJUK PELAKSANAAN BERSAMA

DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN


DAN
KEPALA BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN
DENGAN
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENYIAPAN PERMUKIMAN
DAN PENEMPATAN TRANSMIGRASI
DAN
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DAN KAWASAN TRANSMIGRASI

Nomor : S.678/VI-BPHT/2008.
Nomor : S.726/VII-KP/2008.
Nomor : 276/P4TRANS/XII/2008.
Nomor : 1861/P2MKT/XII/2008.

TENTANG
PELAKSANAAN KEGIATAN TERPADU
PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI DENGAN HUTAN TANAMAN
RAKYAT (TRANS-HTR)

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 11 ayat


(2) Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Menteri Kehutanan Nomor
PER.23/MEN/XI/2007 dan Nomor 52/MENHUT-
II/2007 tentang Pelepasan Kawasan Hutan Dalam
Rangka Penyelenggaraan Transmigrasi, maka perlu
dibuat Petunjuk Pelaksanaan Bersama tentang
Pelaksanaan Kegiatan Terpadu Penyelenggaraan
Transmigrasi dengan Hutan Tanaman Rakyat (Trans-
HTR).
b. Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.23/MENHUT-II/2007, telah ditetapkan tata
cara dan mekanisme permohonan IUPHHK-HTR
yang pemegang ijinnya dapat berupa perorangan;
c. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan transmigrasi
yang terpadu dengan hutan tanaman rakyat untuk
mewujudkan hutan lestari dan kesejahteraan rakyat;
d. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan
huruf c, perlu menetapkan dengan Petunjuk
Pelaksanaan Bersama Direktur Jenderal Bina
Produksi Kehutanan dan Kepala Badan Planologi
Kehutanan dengan Direktur Jenderal Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Penempatan
Transmigrasi dan Direktur Jenderal Pembinaan
Pengembangan Masyarakat dan Kawasan
Transmigasi tentang Pelaksanaan Kegiatan Terpadu
Penyelenggaraan Transmigrasi dengan Hutan
Tanaman Rakyat (Trans-HTR).
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 ((Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Transmigrasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3800);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4814);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
10 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);
11. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Pengangkatan Menteri Dalam Kabinet
Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah, terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun
2007;
. 12 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah yang terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
13. Keputusan Menteri Transmigrasi Nomor KEP-
32/MEN/1985 tentang Hak, Bantuan dan Kewajiban
Transmigran;
14. Keputusan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman
Perambah Hutan Nomor KEP-64/MEN/1993 tentang
Pemberian Bantuan Peralatan dan Jaminan Hidup
Bagi Transmigran sebagaimana telah beberapa kali
diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor :
KEP-11/MEN/II/2004.
15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor KEP-208/MEN/X/2004 tentang Syarat dan
Tata Cara Penetapan Sebagai Transmigran;
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.23/MENHUT-II/2007 tentang Tata Cara Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman dalam Hutan Tanaman sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P-5/MENHUT-II/2008;
17. Peraturan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Menteri Kehutanan Nomor PER-
23/MEN/XI/2007 dan Nomor P-52/MENHUT-
II/2007 tentang Pelepasan Kawasan Hutan dalam
rangka Penyelenggaraan Transmigrasi;
18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER-15/MEN/VI/2007 tentang Penyiapan
Permukiman Transmigasi;
19. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor PER-
9/MENHUT-II/2008 tentang Persyaratan Kelompok
Tani Untuk Mendapatkan Pinjaman Dana Bergulir
Pembangunan Hutan Rakyat;
20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER-09/MEN/III/2008 tentang Pelaksanaan
Transmigrasi Swakarsa Mandiri.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

KESATU : Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Terpadu


Penyelenggaraan Program Transmigrasi dengan
Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Trans-HTR)
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Petunjuk
Pelaksanaan Bersama ini.

KEDUA : Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada


Diktum KESATU menjadi landasan dan pedoman
kerja bagi aparat Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Departemen Kehutanan, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat
dan badan usaha dalam melaksanakan kegiatan
terpadu pembangunan Trans-HTR.

Petunjuk Pelaksanaan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta.
Pada tanggal 09-12-2008.

DIREKTUR JENDERAL DIREKTUR JENDERAL


PEMBINAAN PENYIAPAN BINA PRODUKSI KEHUTANAN
PERMUKIMAN DAN PENEMPATAN
TRANSMIGRASI

ttd ttd

Ir. HARRY HERIAWAN SALEH,MSc Dr. Ir HADI S PASARIBU, MSc

DIREKTUR JENDERAL KEPALA BADAN PLANOLOGI


PEMBINAAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
MASYARAKAT DAN KAWASAN
TRANSMIGRASI

ttd tdd

Drs. DJOKO SIDIK PRAMONO, MM Dr. Ir. YETTI RUSLI, MSc


LAMPIRAN

PETUNJUK PELAKSANAAN BERSAMA

DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN


DAN
KEPALA BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN
DENGAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENYIAPAN
PERMUKIMAN DAN PENEMPATAN TRANSMIGRASI
DAN
DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DAN KAWASAN TRANSMIGRASI

Nomor : S.678/VI-BPHT/2008
Nomor : S.726/VII-KP/2008
Nomor : 276/P4TRANS/XII/2008
Nomor : 1861/P2MKT/XII/2008

TENTANG
PELAKSANAAN KEGIATAN TERPADU
PENYELENGGARAAN TRANSMIGASI DENGAN HUTAN TANAMAN
RAKYAT (TRANS-HTR)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
1. Peluang penyelenggaraan transmigrasi dapat dikaitkan dengan
pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi melalui Pembangunan Hutan
Tanaman Rakyat;
2. Lahan di luar kawasan hutan yang dapat dijadikan permukiman
transmigrasi dapat diarahkan pada areal yang berdekatan dengan areal
Hutan Tanaman Rakyat;
3. Masyarakat sekitar kawasan hutan yang perlu ditingkatkan
kesejahteraannya dengan fasilitasi penyelenggaraan pembangunan
program transmigrasi yang disinergikan dengan program Hutan
Tanaman Rakyat.

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran.


1. Maksud :
Maksud ditetapkannya petunjuk pelaksanaan bersama ini adalah
sebagai acuan bagi aparat Departemen Kehutanan dan Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota untuk menyelaraskan program dan pelaksanaan
kegiatan pembangunan transmigrasi dan HTR.

2. Tujuan :
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan bersama kegiatan
penyelenggaraan transmigrasi dan HTR melalui pengelolaan
hutan secara berkelanjutan.
b. Meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha, dan partisipasi masyarakat, serta dunia usaha dalam
penyelenggaraan trarnsmigrasi dan pembangunan HTR.

3. Sasaran :
a. Terwujudnya kelestarian sumber daya hutan dengan terbentuknya
hutan tanaman yang memiliki nilai ekonomi dan ekologis pada
areal kawasan hutan produksi yang tidak produktif;
b. Terciptanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi warga
transmigran;
c. Terwujudnya pelaksanaan HTR dan permukiman transmigrasi
secara optimal

C. Pengertian.
1. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau
koperasi untuk meningkatkan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber
daya hutan;
2. Transmigrasi Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat
Trans-HTR adalah keterpaduan kegiatan dalam pelaksanaan program
transmigrasi dengan pembangunan HTR;
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman
Rakyat dalam Hutan Tanaman yang selanjutnya disingkat IUPHHK-
HTR adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil
hutan berupa kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi yang
dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam
rangka menjamin keletarian sumber daya hutan;
4. Penetapan areal HTR adalah pencadangan areal kawasan hutan oleh
Menteri Kehutanan untuk lokasi HTR;
5. Pengarahan dan perpindahan adalah rangkaian usaha dan kegiatan
sejak perencanaan, penerangan dan motivasi, pendaftaran dan seleksi,
penampungan, serta pemberangkatan transmigran di lokasi
permukiman;
6. Permukiman Transmigrasi hutan tanaman rakyat adalah bentuk
permukiman transmigrasi yang sejak awal dirancang berada di luar
kawasan hutan;
7. Lokasi Permukiman transmigrasi adalah lokasi potensial yang
ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat
pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang bekembang
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan berada di luar
kawasan hutan;
8. Transmigran peserta Trans-HTR adalah transmigran penduduk
setempat (TPS) dan transmigran penduduk dari daerah asal (TPA)
sebagai peserta Trans-HTR;
9. Permukiman Transmigrasi adalah satu kesatuan permukiman atau
bagian dari Satuan Permukiman yang diperuntukkan bagi tempat
tinggal dan tempat usaha transmigran;
10. Badan usaha adalah pihak yang menjalin kemitraan usaha tanaman
hutan dengan transmigran peserta Trans-HTR.
II. LINGKUP KEGIATAN.
Keterpaduan kegiatan Trans-HTR mengikuti ketentuan penyelenggaraan HTR
dan penyelenggaraan Transmigrasi dalam hal :

A. Persiapan.
B. Perencanaan.
C. Pencadangan awal.
D. Penetapan IUPHHK-HTR.
E. Pengembangan masyarakat.
F. Pelibatan Swasta Sebagai Mitra Dalam Penyelenggaraan Trans-HTR.

A. Persiapan.
1. Pemerintah daerah melakukan pencermatan calon areal HTR dan
calon lokasi permukiman transmigrasi;
2. Departemen Kehutanan dan Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dapat melakukan bimbingan terhadap pemerintah daerah
dalam pencermatan sebagaimana tersebut pada angka 1.

B. Perencanaan.
Perencanaan permukiman transmigrasi disusun sesuai ketentuan yang
diatur oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, meliputi lokasi
lahan, fasilitas rumah, fasilitas umum, serta sarana penunjang permukiman
lainnya dan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan usulan
pencadangan areal HTR.

C. Pencadangan areal.
Pencadangan areal untuk HTR yang akan disinergikan dengan program
transmigrasi, diusulkan oleh Bupati/Walikota kepada Menteri Kehutanan
sesuai mekanisme pencadangan areal HTR.

D. Penetapan IUPHHK-HTR.
Bupati/Walikota melakukan inventarisasi, seleksi dan penetapan IUPHHK-
HTR dari masyarakat setempat sekitar kawasan hutan termasuk transmigran
yang telah bermukim.

E. Pengembangan Masyarakat.
1. Pembinaan transmigrasi peserta HTR terdiri atas pembinaan yan
dilakukan melalui program transmigrasi dan pembinaan melalui
skema HTR.
2. Pembinaan di lokasi transmigrasi meliputi : pembentukan organisasi
UPT, pelayanan administrasi dan manajemen, bantuan jaminan hidup,
pembinaan sosial budaya, pembinaan ekonomi, pembinaan
kelembagaan, pembinaan sarana dan prasarana dan lingkungan
permukiman, serta pengakhiran status unit permukiman transmigrasi
(UPT).
3. Pembinaan teknis pembangunan HTR dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bina Produksi Kehutanan, sesuai standar yang ditetapkan.

F. Pelibatan Swasta Sebagai Mitra dalam Penyelenggaraan Trans-HTR.


Dalam penyelenggaraan Trans-HTR dimungkinkan keterlibatan pihak
swasta sesuai ketentuan yang berlaku.
III. TUGAS DAN WEWENANG.

A. Tugas dan wewenang bersama meliputi :


1. Melakukan koordinasi;
2. Menyusun rencana program transmigrasi yang dipadukan dengan
pembangunan HTR.
3. Melakukan verifikasi teknis lokasi permukiman dan calon HTR.
4. Menyiapkan perangkat regulasi yang dibutuhkan.
5. Membina kelancaran pelaksanaan program transmigrasi dan
pembangunan HTR.
6. Mengadakan pengawasan dan pengendalian program transmigrasi dan
pembangunan HTR.

B. Koordinasi.
Bentuk koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan terpadu program
transmigrasi dan pembangunan HTR yaitu Kelompok Kerja (POKJA), yang
dibentuk oleh Direktur Jenderal P4Trans dengan keanggotaan terdiri dari
unsur-unsur :
1. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan.
2. Badan Planologi Kehutanan.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
4. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
5. Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan
Penempatan Transmigrasi.
6. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan
Kawasan Transmigrasi.
7. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigasi.
8. Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
9. Instalasi Air, yang terkait.

IV. MONITORING.
Monitoring dan evaluasi dilakukan POKJA dan dilaporkan hasilnya kepada
Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan,
Direktorat Jenderal Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan
Transmigrasi dan Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat
dan Kawasan Transmigrasi sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) bulan.

V. PENUTUP.
Dengan diterbitkannya Petunjuk Pelaksanaan Bersama ini diharapkan para
pelaksana dan para pihak terkait mendapat acuan yang beguna dalam
pelaksanaan, sehingga pembangunan Trans-HTR terlaksana secara sistematis,
dan mendapatkan capaian kinerja yang optimal.
Ditetapkan di Jakarta.
Pada tanggal 09-12-2008.

DIREKTUR JENDERAL DIREKTUR JENDERAL


PEMBINAAN PENYIAPAN BINA PRODUKSI KEHUTANAN
PERMUKIMAN DAN PENEMPATAN
TRANSMIGRASI

ttd ttd

Ir. HARRY HERIAWAN SALEH, MSc Dr. Ir HADI S PASARIBU, MSc

DIREKTUR JENDERAL KEPALA BADAN PLANOLOGI


PEMBINAAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
MASYARAKAT DAN KAWASAN
TRANSMIGRASI

ttd ttd

Drs. DJOKO SIDIK PRAMONO, MM Dr. Ir. YETTI RUSLI, MSc

You might also like