Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Nama: Ida Bagus Gde Dharma Dhyaksa
NIM: 1004405013
General Manager
Eko Santoso
Project Manager
Herbert CM
OM Manager
Zahedi Piliang
Offc GS
Ketut Dadi
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
sebuah tower telekomunikasi tersebut berdasarkan kondisi existing, yang meliputi
near end site, far end site, antena sectoral, antena microwave, dan juga Line of
Sight (LOS) serta menganalisa besarnya nilai Received Signal Level (RSL)
sehingga tower telekomunikasi tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik
dan bermanfaat bagi pengguna jasa provider pada tower telekomunikasi yang
bersangkutan.
3. Antena Microwave
Microwave system adalah sebuah sistem pemancaran dan penerimaan
gelombang mikro yang berfrekuensi sangat tinggi. Microwave system
digunakan untuk komunikasi antar BTS atau BTS-BSC.
Pada antena Microwave yang berbentuk seperti rebana genderang itu
termasuk jenis high performance antenna. Biasanya ada 2 brand, yaitu
Andrew and RFS. Ciri khas dari antena high performance ini adalah
bentuknya yang seperti gendang dan terdapat penutupnya, yang disebut
radome. Fungsi radome antara lain untuk melindungi komponen antena
tersebut dari perubahan cuaca sekitarnya.
4. Penangkal Petir
Penangkal petir itu semacam rangkaian jalur yang difungsikan sebagai
jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang
dilewatinya.
5. Lampu
Lampu digunakan untuk penerangan di sekitar lingkungan BTS.
6. Shelter
Shelter BTS adalah suatu tempat dimana terdapat perangkat-perangkat
telekomunikasi. Untuk letaknya, biasanya juga tidak akan jauh dari suatu
tower atau menara karena adanya ketergantungan sebuah fungsi diantara
keduanya, yakni shelter dan BTS.
7. Grounding
Grounding berfungsi untuk mengurangi atau menghindari bahaya yang
disebabkan oleh tegangan tinggi.misalnya bahaya petir dengan tegangan
tinggi.
Penangkal petir
Antena sectoral
Antena microwave
tower
Dapat dilihat dari gambar 2.7 terdapat perbedaan beberapa derajat antara
azimuth true (yang lurus dengan kutub bumi) dan azimuth magnetik (yang
mengikuti medan magnet bumi).
4. Model Longley-Rice
Model Longley-Rice ini cocok untuk diterapkan pada system komunikasi
titik ke titik didalam frekuensi dari 400 MHz sampai 100 GHz. Model
Longley-Rice juga dapat digunakana dengan menggunakan program komputer
untuk menghitung redaman media transmisi dibandingkan terhadap redaman
ruang bebas (free space loss) pada daerah permukaan tidak teratur untuk
selang frekuensi antara 20 MHz sampai 10 GHz. Parameter-parameter sebagai
masukan dari program komputer tersebut adalah frekuensi operasi, panjang
lintasan, polarisasi, tinggi antenna, refraksi permukaan, radius effektif bumi,
konduktivitas tanah, konstanta dielektrik bumi, dan cuaca. Program juga dapat
dioperasikan pada parameter khusus seperti jarak horizon antenna, sudut
elevasi horizon, jarak angular antar horizon, ketidakteraturan permukann
bumi, dan parameter-parameter khusus lainnya.
5. Model Durkin
Model Durkin merupakan salah satu model propagasi klasik yang hampir
memiliki kesamaan dalam penggunaannya dengan model Longley-Rice.
Model yang pertama kali diterbitkan dalam paper oleh Edwards dan Durkin ini
Tingkat ketepatan dari model empiris ini sangat tinggi karena, pada daerah
perkotaan perambatan yang terjadi melalui atap gedung (multiple diffraction)
merupakan faktor yang sangatlah dominan dan paling berpengaruh. Hanya saja
efek akibat refleksi yang berulang-ulang (Multiple reflection) tidak
diperhitungkan.
Model ini bisa digunakan secara akurat pada parameter frekuensi 800-2000
MHz, ketinggian pemancar 4-50 m, ketinggian penerima 1-3 m, dan jarak antara
pemancar dan penerima 20-5000 m. Model ini memiliki 2 jenis perhitungan, yaitu
dalam kondisi Line of Sight dan Non Line of Sight yang memiliki rumus
perhitungan yang berbeda juga.
Gambar 2.9 Kondisi non line of sight berdasar model Walfisch Ikegami
BAB III
PEMBAHASAN
Tower tersebut berdiri diatas rumah dengan tinggi 7 meter, dengan ketinggian
tower pole sendiri adalah 9 meter, sehingga ketinggian tower menjadi 16 meter
dari permukaan tanah.
Seperti yang telah ditampilkan pada gambar 3.2 bahwa penunjuk sebelah
kanan merupakan near end site yaitu site Noja Saraswati sedangkan penunjuk
sebelah kiri merupakan far end site yaitu Nindya Indah. Jarak antara kedua tempat
tersebut cukup jauh jika ditempuh melalui jalur darat, namun hanya 600 meter jika
ditarik dengan garis lurus.
270 o 90o
Sesuai pada gambar 3.5 dan gambar 3.6 dapat terlihat jika masing-masing
antena tersebut berhadapan. Azimuth yang digunakan adalah azimuth magnetik
(azimuth yang terlihat pada kompas) dan tidak menggunakan azimuth true, karena
penggunaan azimuth true tersebut hanya dipergunakan dalam penentuan
penempatan antena yang menggunakan satelit geostasioner sebagai patokannya.
3.1.5 Minimum Line of Sight (Min LOS)
Min LOS dimaksudkan sebagai tinggi minimum dari Line of Sight suatu
antena agar terhindar dari obstacle-obstacle disekitar site baik itu berupa gedung
tinggi, pepohonan, bukit, gunung, dan sebagainya.
Dari data yang didapat, min LOS NE/FE adalah bernilai 16/20 meter. Ini
berarti pada Near End site, minimum tinggi dari antena haruslah berada pada
ketinggian 16 meter. Sedangkan pada Far End site, minimum tinggi untuk
antenanya harus berada pada ketinggian 20 meter.
Penentuan angka 16 meter dan juga 20 meter tersebut didapat berdasarkan
hasil LOS survey. Sebelum perencanaan link, antenna dan seterusnya kita harus
melakukan aktivitas ini untuk memprediksi bagaimana kita dapat menempatkan
ketinggian antenna dari hambatan yang terlihat. Sebelum melakukan aktivitas ini
dan untuk meminimalisir kesalahan biasanya team survey berangkat ke lokasi
akan diberikan data berupa koordinat titik nominal untuk Near End site dan juga
Far End site-nya dari provider yang memesan BTS tersebut.
Apabila salah satu site tersebut ada yang melanggar ketinggian min LOS yang
telah ditentukan tersebut, maka kinerja dari antena microwave tersebut tidak akan
sempurna, karena cakupan yang seharusnya bisa lebih lebar tersebut terhalang
oleh obstacle tadi.
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilihat jika path loss lebih besar
daripada free space loss karena dalam free space loss adanya loss hanya
disebabkan faktor jarak dimana semakin lama maka kekuatan sinyal akan
menurun. Sedangkan nilai path loss dengan berdasarkan teori bisa saja lebih kecil
atau lebih besar namun cenderung lebih kecil dari kenyataan di lapangan jika
dilakukan perhitungan dengan menggunakan alat yang disebabkan oleh adanya
perambatan dari gedung dan pepohonan yang ada disekitarnya.
Besarnya perbandingan antara path loss dan free space loss adalah bernilai
sebesar 8,293 dB.
Dimana,
G = Gain (penguatan)
π = 3,14
D = Diameter (meter), sebesar 0.4 meter
F = Fokus (meter)
λ = Panjang gelombang (meter)
Untuk menghitung panjang gelombang digunakan persamaan sebagai berikut:
300
λ=
f
Dimana,
λ = panjang gelombang (meter)
f = frekuensi (MHz)
300
Jadi, λ = 1800 = 0.17
Untuk menentukan jarak titik fokus yaitu dari titik nol ke F (dimana driven
antena diletakkan) ditentukan oleh persamaan berikut:
QD²
F=√
16
Dimana,
F = jarak titik F dari titik nol (meter)
Q = faktor kualitas berkisar antara 2-4 (ambil 2,6)
D = diameter (meter)
(2.6)(0.14)
Jadi, F = √ = √0.026 = 0.16
16
Dimana,
PTX = daya pancar (dBm) telah ditentukan sebesar 27 dBm
GTX = penguatan antena pemancar (dB) sebesar 14.580 dB
LTX = rugi-rugi pada pemancar / feeder loss (dB) sebesar 0 dBm karena
feederless
Dimana,
EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm)
Lpropagasi = rugi-rugi gelombang saat berpropagasi (dB)
GRX = penguatan antena penerima (dB)
LRX = rugi-rugi saluran penerima/feeder loss (dB)
4.1 Simpulan
Simpulan yang didapat dari penulisan laporan ini diantaranya adalah:
1. Sebelum perencanaan pembuatan BTS, kegiatan survey sangatlah penting
untuk dilakukan karena hasil survey tersebut sangat mempengaruhi kinerja
dari BTS itu sendiri nantinya.
2. Antena sectoral yang terdapat pada Site Noja Saraswati tersebut mengarah
ke beberapa sudut daerah tertentu untuk menanggulangi masalah capacity.
3. Antena microwave pada masing-masing site dipasang berdasarkan azimuth
magnetik (yang ditunjukkan pada kompas), tidak berdasarkan azimuth true
karena azimuth true hanya digunakan untuk antenna yang berpatokan pada
satelit geostasioner.
4. Pencarian site yang bisa digunakan sebagai Far End site dilakukan dengan
mencari site terdekat yang masih dapat dianggap memungkinkan.
5. Line of Sight (LOS) memiliki peran yang sangat penting, apabila pancaran
dari antena microwave terhalang obstacle maka otomatis kinerjanya tidak
akan maksimal.
6. Perhitungan path loss sangat menentukan dalam perhitungan Link Budget,
ukuran cell, ataupun perencanaan frekuensi.
7. Beberapa faktor yang mempengaruhi besar nilai RSL antara lain Gain
pemancar, rugi-rugi kabel, rugi-rugi medium rambat, faktor kelengkungan
bumi, rugi-rugi kabel sisi penerima, dan gain sisi penerima.
4.2 Saran
Saran dari penulis adalah pada saat melakukan kegiatan survey untuk
perencanaan pembangunan BTS haruslah sangat teliti dan dengan hati-hati.
Karena ketinggian min LOS, azimuth antena sectoral, azimuth antena
microwave, ketinggian antena, dan semuanya yang berhubungan dengan BTS
tersebut berawal dari survey. Agar apa yang diharapkan bisa berjalan dengan
maksimal, dan provider yang menyewa puas maka hal tersebut harus
dijalankan dengan baik.
Selain Line of Sight (LOS), path loss juga sangatlah penting untuk
diperhatikan karena redaman-redaman yang timbul akibat obstacle seperti
gedung, bukit, dan pepohonan sangat berpengaruh terhadap kekuatan sinyal.
Jadi link budget nantinya akan dibuat berdasarkan perhitungan path loss agar
antena pada tower yang dibangun dapat bekerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA