You are on page 1of 7

Bentukan Test Foraminifera Benthic dan Manfaatnya dalam

Paleontologi, Studi Kasus Eosen Pazin Basin


(Coastal Dinarides, Kroatia)
Disusun oleh
Christophorus Galih Gaharu-111150079
galihgaharu@gmail.com
Mikropaleontologi kelas B

Abstrak
Foraminifera merupakan sebuah fossil yang memiliki kelebihan dalam
bidang geologi. Daiantarnya karna mempunya track record yang sangat melimpah
dan juga luas. Terutama foram bentik, dimana tercatat umur fosil foram bentik
tertua berumur Cambrian. Foram bentik dibagi benjadi foram bentik besar dan
foram bentik kecil, dimana umumnya bentik kecil terdapat di pesisir pantai. Foram
bentik memiliki beberapa klasifikasi bentuk test dan juga komposisi test. Perbedaan
komposisi test dan bentuk test didasarkan pada umur serta keadaan ekologi sekitar.
Sehingga foram bentik dapat dijadikan acuan untuk menentukan umur serta
keadaan paleoekologi. Foram bentik juga hidup di dasar permukaan, sehingga dapat
dijadikan indikator valid untuk menentukan kedalaman suatu lapisan, berbeda
dengan fosil foram planktonic. Dalam studi kasus penentuan paleoceanographic di
cekungan pazini yang berumur eosin di coastal dinarides, kroatia. Menggunakan
foram bentik kecil. Dengan analisa microskopis, dan menggunakan metode
principal component analyses, didapatkan lingkungan pengendapan batial tengah
hingga atas. Sedangkan ekologinya berupa kadar oksigen dengan tingkat sedang.
Dengan kondisi oligotrophic hingga mesotrhopic.
Kata kunci: Foraminifera bentik, Ekologi
Pendahuluan
Foraminifera merupakan salah satu fossil yang sangat menarik untuk
dipelajari. Karna Foraminifera memiliki sejarah geologi yang sangat panjang,
dibandingkan dengan fosil lain. Terekam dalam catatan, Alcide d’Orbigny (1846)
menemukan 68 genus foraminifera modern, dengan lebih dari 1000 spesies.
Kemudian dikembangkan lagi oleh Alfred R.Loeblich dan Helen Tappan (1987)
mendiskribsi 878 mideren genus foraminifera, diperkirakan spesies yang sudah
tercatat sekitar 10.000 spesies di seluru dunia (Vickerman, 1992).
Foraminifera dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu foraminifera planktonic
dan foraminifera bentonik. Dimana perbedaan antara ke dua jenis ini terletak pada
struktur dalamnya. Perbedaan antara plantonik dan bentonik secara biologi dapat
dilihat dari sitoplasma dan organel sel nya (Anderson and Be, 1978 dalam Moderen
Plantonik Foraminifera, Ch. Hemleben at al, 1989). Perbedaan yang cukup
signifikan terdapat juga dengan cara hidupnya. Foraminifera plantonik cenderung
hidup mengambang di laut, sedangkan untuk foraminifera bentonik sendiri hidup
di dasar permukaan. Sehingga foraminifera bentonik sangat cocok untuk dijadikan
indikator kedalaman.
Foraminifera bentonik memiliki sejarah yang lebih panjang dibandingkan
dengan foraminifera planktonic. Fossil foram bentonik yang paling tua ditemukan
pada umur kambrium, sedangkan untuk foram plankton sendiri paling tua
ditemukan umur jurasic. Kelimpahan foram bentos in juga lebih dominan
dibandingkan dengan foram planktonic. Untuk foraminifera bentonik dibagi
menjadi 2 bagian besar, yaitu bentik kecil dan bentik besar. Biasanya untuk foram
bentik kecil terdapat pada tepi-tepi pantai, sedangkan bentik besar terdapat pada
kedalaman neritic bawah hingga abysal (laporte, 1972).
Foraminifera bentic merupakan sebuah makhluk hidup, sehingga bentukan
test nya dipengaruhi oleh berbagai macam hal, seperti ekologinya dan juga nutrisi.
Sehingga pada ilmu paleontology ini mempelajari bentuk-bentuk test pada fosil
foram bentik untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi ekologi fossil tersebut saat
masih hidup. Susunan komposisi test pada foram bentik sangat bermacam-macam
(Chusman 1948), dibagi menjadi 4 komposisi. Empat komposisi itu adalah,
membrane, aglutin, calcareous imperforate, dan calcareous perforate. Tidak hanya
itu, tiap komposisi test, mempunyai bentukkan test yang berbeda-beda. Terdapat
dua pembagian besar, yaoti monothalamus dan polythalamus. Dua bagian tersebut
akan dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian.

Bentukan Test dan Komposisinya


Berdasarkan klasifikasi Chusman 1948, foraminifera bentik dibagi menjadi
beberapa bentukan test. Bentukan test yang pertama adalah monothalamus. Kamar
monothalamus adalah susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminifera yang
terdiri dari satu kamar. Beberapa diantaranya ada a. Globular ; b. Tabular ; c.
Flaskshaped (botol) ; d. Kombinasi tabung dan botol ; e. Planispiral kemudian lurus
(uncoiling) ; d. Planispiral kemudian terputar tak teratur ; f. Zig-zag ; g. Radiate ;
h. Cabang ; i. Irregular ; k. Palmate ; l. Pyriform ; m. Semicircular ; n. Arburescent
; o. Hemisphiral ; p. Fusiform ; q. Conical. Dimana bentukan Monothalamus
biasanya meruapakan organisme yang susunan kamarnya simple. (gambar 1.)
Kemudian yang ke-dua adalah polythalamus. Dimana polythalamus
merupakan bentukan kamar foram bentik yang kamar terakhirnya tersusun atas
lebih dari 1 kamar. Polythalamus dibagi lagi menjadi uniformed, biformed,
triformed, dan multiformed. Susunan kamar pada uniformed masih dibagi menjadi
3 bagian, yaitu uniserial, biserial, dan triserial. Susunan kamar ini dipengaruhi oleh
ecology dari fosil bentos tersebut.
uniformed merupakan bentukan kamar pada foram bentik yang hanya terdiri
dari 1 susunan jenis kamar. Uniformed masih dibagi menjadi uniserial, biserial dan
triserial. Uniserial merupakan susunan kamar pada foram bentik yang tersusun atas
1 jenis dan 1 kamar dari awal hinga akhir. Kemudian biserial,dimana foram bentik
memiliki 1 jenis susuan kamar tetapi memiliki 2 kamar dari awal hingga akhir.
Kemudia triserial merupakan susunan kamar yang dari awal hingga akhir memiliki
3 kamar (gambar 2.)
gambar 1. bentukan monothalamus (diambil dari atlas foram bentic from china seas, Yani Lie,
Springer, 2016.)

gambar 2. contoh fosil bentik yang polythalamus uniformed, uniserial, biserial, dan triserial.
(diambil dari atlas foram bentic from china seas, Yani Lie, Springer, 2016.)
kemudian ada juga suusnan kamar biformed, triformed, dan multiformed.
Susunan kamar biformed merupakan susunan kamar yang memiliki 2 jenis susunan
kamar pada 1 foram bentik. Semisal, kamar pertama uniserial, kamar ke dua
biserial. Kemudian triformed, sama seperti biformed, tetapi memiliki 2 bentukan,
semisal kamar pertama uniserial, kamar tengah triserial, dan kamar terakhir biserial.
Kemudian multiserial merupakan gabungan dari berbagai macam kamar yang ada
dalam satu tubuh foram bentik.
Komposisi cangkang atau test pada foram bentik ini memiliki beberapa
komposisi. Menurut Chusman 1948, dibagi menjadi 4 komposisi. Komposisi
pertama adalah membrane, dimana hanya terdiri dari membrane saja atau dinding
organic. Kemudian berikutnya adalah dengan komposisi aglitined. Dibagi menjadi
2 yaitu yang terdiri dari matrix atau yang terdiri dari semennya. Calcareous atau
karbonat CaCo3, merupakan jenis komposisi test pada foram bentik, dibagi menjadi
2 yaitu karbonat kalsit dan aragonite. Yang terakhir adalah dengan komposisi silica.
Komposisi tersebut dipengaruhi oleh ekologi dan juga oleh batimetri. Semakin
dalam biasanya materi semakin aglutin atau silica (gambar 3.)

gambar 3. gambar foram bentik yang memiliki komposisi cangkang tertentu. (diambil dari atlas
foram bentic from china seas, Yani Lie, Springer, 2016.)
Studi Kasus Forminifera Benthic
Penelitian terletak pada cekungan pazin di daerah pesisir kroasia (gambar
4.). Daerah ini merupakan lingkungan karbonat. Dimana telah terkena rentetan
pristiwa tektonik yang cukup banyak. Terdapat tiga lapisan utama yaitu carbonates,
hemipelagic mudstones, dan flysch. Lapisan yang akan diamati adalah globigerina
marl, dimana termasuk dalam unit ke 3 yaitu flysch.

gambar 4. lokasi daerah telitian

Metode
Metode yang digunakan dalam penilitan kali ini adalah menggunakan
metode langsung, yaitu membuat Measuring Section, dimana tiap jarak tertentu
diambil contoh sampelnya kemudian akan dilakukan analisa sampel. Terdapat 16
sampel pada seluruh daerah telitian. Sampel kemudian di bersihkan dan dianalisa,
sampel yang dipakai berukuran 65µm dan 125 µm. kemudian semua foraminifera
planktonic dan bentonik semua di analisa menggunakan metode ratio plankton
bentos dengan rumus %P=P/(P+B) x 100 (Van Der Zwan 1982).
Kemudian khusus untuk bentik foraminifera dilakukan anlisa jenis bentik
dan penyusunnya. Didapatkan lebih dari 300 bentik foraminifera dan telah dianalisa
sebagai table dibawah berikut. ; dimana P adalah jumlah
plantonik foraminifera. Rumus tersebut berdasarkan Van Der Zwan 1982.
Table 1. jenis foraminifera bentik

Hasil dan Kesimpulan


Dari data diatas didapatkan beberapa fosil bentik dan plankton. Dimana
telah dilakukan analisa dan perhitungan terhadap semua jenis bentik dan plankton.
Menggunakan rumus dari Van Der Zwan 1982, dapat menentukan ratio plankton
dan bentos, sehingga didapatkan lingkungan batimetri, atau kedalaman sebagai
berikut (gambar 5.) bentukan dari berbagai foram bentik juga dapat menunjukan
lingkungan umur dimana bentik tersebut hidup. Dimana tempat tersebut
oligothropic hingga mesotrhopic dimana kondisi oksigen dibawah oksigen dalam
air. Dan batimetri pada lingkungan ini merupakan bathyal tengah hingga atas.

gambar 5. grafik bentos dengan kedalaman


Daftar Pustaka
Sanja Zivkovic and Ljubomir Babi6, Zagreb. 2003. Paleoceanographic Implications
of Smaller Benthic and Planktonic Foraminifera from the Eocene Pazin
Basin (Coastal Dinarides, Croatia). Springer: Canada.
Yanli Lei dan Tiegang Li. 2016. Atlas of Benthic Foraminifera from China.
Springer Geology: Beijing.

You might also like