Professional Documents
Culture Documents
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, maka komposisi aset untuk tahun 2014 dapat dikatakan lebih
baik karena perbedaan yang sangat tipis bisa terlihat dari total presentase masing-masing tahun
yaitu, 2014 (99,8%) dan 2013 (99,1%). Hal itu dapat dilihat adanya upaya pemerintah menjaga
likuiditas pada posisi yang lebih aman, peningkatan aset lancar, peningkatan investasi jangka
panjang dan aset tetap yang tidak dikurangi berarti tetap dari tahun ke tahun. Sementara itu aset
lainnya proporsinya menurun yaitu tahun 2014 (0,4%) dari tahun sebelumnya 2013 (2,9%)
perbedaanya yang cukup jauh. Selain itu, pemerintah daerah tidak menaruh dana cadangan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan aset.
= Rp 221.924.853.239,98 – Rp 8.104.291.367,71
= Rp 213.820.561.872,27
Hal itu berarti pada akhir tahun 2014 atau awal tahun 2015 modal kerja pemerintah daerah adalah
sebesar Rp 213.820.561.872,27. Artinya modal keja tersebut sudah cukup besar jika dibandingkan
dengan utang lancar yang hanya sebesar Rp 8.104.291.367,71
1. Rasio Likuiditas
Rasio Lancar = Aktiva Lancar
Utang Lancar
Rp 8.104.291.367,71
Dari perhitungan tersebut bisa disimpulkan bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin
dengan Rp 27,38 aktiva lancar. Semakin tinggi rasio lancar semakin besar kemampuan
pemerintah daerah untuk melunasi hutang-hutangnya.
Utang Lancar
Kas didapat dari total kas keseluruhan. Dari perhitungan tersebut bisa disimpulkan bahwa
setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 17,79 uang kas dan yang segera menjadi kas.
Utang Lancar
Rp 8.104.291.367,71
Dari perhitungan tersebut bisa disimpulkan bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin
dengan Rp 19,92 aktiva lancar yang paling lancar.
Total Aktiva
Rp 2.745.266.615.288,85
Dapat disimpulkan total aktiva dengan posisi modal kerja neto likuid. Artinya baik
2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas = Total Aktiva
Total Utang