You are on page 1of 2

SURAT GEMBALA USKUP SINTANG

Pesan Natal 2017

“DAMAI SEJAHTERA KRISTUS KIRANYA BESERTA KITA”

Para Pastor, Bruder, Suster, Frater, Ibu, Bapa, Saudara-Saudari serta Anak-anak
sekalian.
Pada bulan November yang lalu (tgl 6-16), para Uskup dari seluruh pelosok tanah
air mengadakan rapat pleno di Jakarta. Tema rapat adalah “Menjadi Gereja yang
relevan dan signifikan: Panggilan gereja menyucikan dunia.”
Tema ini diangkat dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara masyarakat kita
dewasa ini. Ada kecemasan dan kedukaan yang sedang kita alami bersama
berhadapan dengan kelompok-kelompok yang mengusung ideologi tertentu dan
menjadi ancaman bagi kesatuan Negara Republik Indonesia yang berlandaskan
Pancasila.
Perjuangan demi keutuhan bangsa dan negara dengan ideloginya, ternyata bisa
menumbuhkan kebencian dan antipati dari kelompok-kelompok ekstremis. Dalam
situasi dan kondisi demikian, Gereja diharapkan selalu siap berjeri payah dan
bekerja keras bersama semua orang yang berkehendak baik, dengan
memanfaatkan kemampuannya secara optimal, sebagaimana telah terbukti dalam
sejarah, di mana Gereja memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan negara.
Kehadiran Gereja, yaitu kita semua, semakin relevan, dalam keadaan berbangsa
dan bernegara yang demikian, sehingga kendati harus “memar, terluka dan kotor
karena telah keluar ke jalan-jalan, bukan menutup diri dalam kenyamanannya”
[Evangelii Gaudium 49], Gereja berani meretas jalan-jalan baru menuju
perwujudan Kerajaan Allah. Beginilah cara dan panggilan Gereja menyucikan
dunia ditantang dan dimurnikan.
Sejalan dengan itu, pada bagian akhir sidang, para Uskup mengeluarkan pesan:
“Panggilan Gereja Membangun Tata Dunia.” Dalam kondisi dan situasi hidup
berbangsa dan bernegara, Gereja diajak untuk menyadari panggilannya, agar ikut
serta membangun tata dunia dengan memanfaatkan segala kemampuannya
secara optimal, menjadikan harapan itu sebagai sebuah kenyataan. Gereja diminta
untuk ikut merawat dan terlibat dalam menentukan masa depan negara dan
bangsa ini dalam kebhinekaannya, khususnya berangkat dari kenyataan yang
sedang kita hadapi saat ini, dengan menghayati dan menghidupi semangat dan
ideologi Pancasila.
Hanya dengan upaya tulus mewujudkan panggilan tersebut, kita akan mengalami
“damai sejahtera Kristus” dalam diri kita masing-masing [bdk. Pesan Natal KWI-
PGI]. Perayaan kelahiran Kristus menjadi saat yang tepat untuk membarui diri
sendiri dan membarui bersama, sejalan dengan cita-cita membangun
kebersamaan dalam semangat kebhinekaan, berlandaskan ideologi Pancasila
serta dalam terang iman dan moral Katolik.

1
Kita tidak henti-hentinya ditantang untuk mengupayakan damai sejahtera,
kerukunan dan persaudaraan dengan semua orang, bahkan dengan sekalian
makhluk ciptaan Tuhan. Hanya dengan cara demikian, kita dapat memberi
kesaksian bahwa “damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita” (Kol 3:15).
Saudara-Saudari terkasih,
Sebentar lagi kita akan melaksanakan pilkada, pemilihan kepala daerah. Seluruh
negeri dan masyarakat Indonesia akan mengalami hiruk pikuknya pesta
demokrasi itu, tidak terkecuali umat Keuskupan Sintang. Sebagai umat dan
masyarakat, kita dipanggil untuk memanfaatkan kesempatan ini agar memberikan
pilihan seturut suara hati yang murni, tidak terjebak ke dalam bahaya dan tidak
terseret arus penyesatan, yang membayakan kebersamaan dan semangat
persaudaraan yang sudah diperjuangkan dengan susah payah dalam negeri yang
pluralis ini dan dalam puralitas pilihan nanti.
Hendaklah kita memanfaatkan secara baik dan benar serta maksimal, seluruh
talenta, kebijaksanaan, akal budi yang sehat, suara hati yang bersih, perasaan yang
terasah, serta keberanian yang tertimbang, agar penentuan pilihan jatuh pada
yang tepat. Secara demikian, kita ikut membangun kesejahteraan yang utuh
menyeluruh bagi negeri dan masyarakat yang kita cintai bersama ini.
Supaya pesan Natal sungguh-sungguh hidup, pengalaman akan “damai sejahtera
Kristus” itu diharapkan mampu mewarnai secara khusus dan kuat atas seluruh
keberadaan, karya, relasi, serta segenap sepak terjang kita sebagai umat yang
mengimani bahwa Sang Putera yang lahir dari Perawan Maria itu sungguh-
sungguh Juru Selamat bagi sekalian makhluk ciptaan.
Pengalaman itu tentu saja mengandaikan bahwa orang rela bekerja keras untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera secara jasmaniah dan rohaniah,
mengupayakan secara serius terbangunnya kerukunan di antara anak bangsa
yang pluralis dalam segala dimensi, bahkan termasuk harmoni dengan segala
makhluk ciptaan lainnya, sehingga kehidupan di bumi ini sungguh menampilkan
suasana firdaus, yang memang kita rindukan dan dikehendaki oleh Sang Pencipta.
Maka, perayaan Natal, kenangan akan kelahiran Yesus Kristus Tuhan kita, menjadi
bermakna, manakala dirayakan dalam kesadaran akan panggilan tersebut, yakni
sambil mengupayakan pembangunan manusia secara menyeluruh dan utuh,
dalam semangat kebersamaan sebagai Saudara-Saudari bagi satu sama lain, dan
dengan tekad tulus untuk memelihara solidaritas kebangsaan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berazaskan Pancasila dan berlandaskan
Undang-Undang Dasar 1945 ini.

Tuhan memberkati. Amin.

Uskup Sintang

You might also like