Sindrom HELLP adalah kelainan multisistem yang merupakan komplikasi
kehamilan dengan pemeriksaan laboratorium hemolisis, disfungsi hepatik, dan trombositopenia. Kelainan ini pertama kali dijelaskan oleh Weinstein pada tahun 1982, dan kemudian disebut sindrom HELLP yang merupakan akronim dari hemolysis (H), elevated liver enzyme (EL), low platelets (LP).1,2 Sindrom HELLP terjadi pada kira-kira 0,5 sampai 0,9% dari semua kehamilan dan 10 sampai 20% pada kasus dengan PEB. Sekitar 70% kasus sindrom HELLP terjadi sebelum persalinan dengan frekuensi tertinggi pada usia kehamilan 27-37 minggu, 10% terjadi sebelum usia kehamilan 27 minggu, dan 20% setelah 37 minggu.. Gejala klinis yang biasanya muncul adalah nyeri perut kuadran kanan atas atau nyeri epigastrik, mual, dan muntah.. Gejala-gejala tersebut biasanya berlangsung terus menerus, dan intensitasnya dapat berubah dengan cepat. 1,2 Faktor risiko sindrom HELLP berbeda dengan preeklampsia. Pasien sindrom HELLP secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien preeklampsia-eklampsia tanpa sindrom HELLP (rata-rata umur 19 tahun). Insiden sindrom ini juga lebih tinggi pada populasi kulit puih dan multipara. Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ketiga. 3,4 Kehamilan yang dipersulit oleh sindrom HELLP mungkin terkait dengan komplikasi yang mengancam jiwa untuk ibu dan bayi. Wanita dengan riwayat sindrom HELLP mempunyai kemungkinan 19-27% untuk mendapatkan risiko sindrom ini pada kehamilan berikutnya dan berisiko sampai 43% untuk mengalami pre eklampsia pada kehamilan berikutnya.2,13