Professional Documents
Culture Documents
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu melakukan penentuan kesadahan pada sampel air dengan metoda titrasi
kompleks.
2. PERINCIAN KERJA
- Standardisasi larutan EDTA
- Penentuan kesadahan ( ion Ca2+)
EDTA merupakan suatu senyawa yang membentuk kompleks 1:1 dengan ion
logam, larut dalam air dan karenanya dapat digunakan sebagai titran logam EDTA juga
merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion
logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Misalnya dengan
ion kobalt,membentuk kompleks EDTA oktahidrat.
Pada titrasi ini indicator yang digunakan adalah indicator metalokromik yang
merupakan senyawa organic berwarna, yang membentuk kelat dengan ion logam.
Khelatnya mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator bebasnya.
8. DATA PENGAMATAN
1. Standardisasi Larutan EDTA
No Percobaan
Volume titran (EDTA)
1 18,8 ml
2 18,4 ml
3 18,6 ml
2. Penentuan Kesadahan
No Percobaan Volume titran (EDTA)
1 0,7 ml
2 0,7 ml
3 0,7 ml
9. PERHITUNGAN
1) Standardisasi larutan EDTA
- Normalitas EDTA secara teori
= mek/ml
= 0,0214 mek/ml
= 18,6 ml x N EDTA
% Kesalahan = N.teori – N.praktek x 100%
N.teori
2) Penentuan kesadahan
= 0,749 miligram
ml contoh
10. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud deengan kompleksometri?
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks.
Jadi membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri adalah salah satu
metode kuantutatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan
ion logam utamanya, yang umum adalah EDTA.
a. Kompleks inert
Suatu kompleks yang mengalami subtitusi ngugus ligan yang sangat lambat
disebut juga non labil.
b. Kelat logam
Cincicn heterositik yang terbentuk oleh interajsi suatu ion logam dengan dua
atau lebih gugus fungsional dalam logam
c. Penopengan
Pengguanaan suatu reagensia utnuk membentuk suatu kompleks stabil dengan
sebuah ion yang tanpa pembentukan itu ion akan menyangga reaksi yang
diingnkan.
d. Ligan heksidentat
Ligan yang mengadung enam buah atom donor pasangan elektro yang emlalui
kedua atom N dan empat atom O.
e. Bilangan koordinasi
Banyakanya ikatan yang dibentuk oleh suatu atom sentral dalam suatu
kompleks.
3. Sebuah contoh murni CaCO3 seberat 0,2428 gram dilariutkan dalam asam klorida
dan diencerkan menjadi 250 ml dalam suatu botolk ukur. Sebuah aliokot 50 ml
memerlukan 42,74 ml. larutan EDTA untuk titrasi, hitung molaritas larutan EDTA
V CaCO3 V alikot
Pada percobaan ini dapat dianalisis bahwa untuk menentukan kesadahan pada suatu
sampel perlu melakukan bebarapa tahapan. Awalnya kami melakukan standarisasi larutan
EDTA dengan larutan std primer CaCO3. Kemudian melakukan penentuan kesadahan.
Pada percobaan standarisasi, CaCO3 bertindak sebagai analit sedangkan larutan EDTA
sebagai titran. Pertama kita membuat larutan EDTA untuk sebagai titran, kita menimbang 2
gram EDTA dan MgCl2 6H2O 0,05 gr masukkan kedalam gelas kimia , setelah itu pindahkan
ke dalam labu ukur 500 ml. tambahkan air sampai tanda batas 500 ml serta homogenkan.
Setelah itu kita membuat larutan buffer dengan menimbang 6,75 gram ammonium kloria serta
menambahkan 57 ml ammonia pekat di lemari asam , kemudian masukkan ke dalam labu ukr
100 ml, setelah itu tambahkan aquadest smpai tanda batas. Setelah larutan EDTA dan Buffer
dibuat , kita membuat larutan baku CaCO 3 pertama kita menimbang CaCO3 sebanyak 0,2
gram yang murni telah dikeringkan didalam oven 100oC, kemudian masukkan ke dalam labu
ukur tambahkan 50 ml aquadest, tambahkan setetes demi tetes 1 : 1 sampai larutan menjadi
jernih. Kemudian encerkan sampai tanda batas serta homogenkan.
Setelah larutan diatas telah dibuat semua , kita menstandarisasi larutan CaCO 3. Larutan
CaCO3 dipipet sebanyak 25 ml kemudian menambahkan 2,5 ml larutan buffer dan
menambahkan 3 tetes indicator EBT. Kemudiam melakukan titrasi dari titran ke analit. Saat
proses titrasi, terjadi perubahan warna yang semula berwarna merah anggur menjadi biru.
Perubahan warna tersebut terjadi pada volume rata-rata 20,5 ml. Titrasi ini dilakukan
sebanyak 3 kali. Normalitas EDTA yang didapat dari hasil standardisasi yaitu 0,022 mek/ml
dengan persen kesalahan 2,8%. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :
- Alat yang digunakan kurang bersih
- Zat yang digunakan telah terkontaminasi
- Ketidaktepatan dalam pengukuran dan penimbangan
- Ketidaktepatan dalam pembuatan larutan
- Ketidaktelitian dalam menitrasi
Selanjutnya yaitu melakukan penentuan kesadahan. Pada penentuan kesadahan ini
terdapat 3 sampel berbeda yang diuji. Masing-masing sampel dipipet 25ml kedalam
erlenmeyer kemudian menambahkan 1ml larutan buffer dan 5 tetes indicator EBT, dilakukan
3 kali percobaan setiap sampel. Kemudian melakukan titrasi dari titrannya yaitu larutan
EDTA ke analitnya yaitu sampel yang diuji tersebut. Volume rata-rata yang didapat dari hasil
titrasi sampel 1 yaitu 1 ml, sehingga didapatkan Kesadahan pada sample 1 sebesar 44,0396
mg/liter atau ppm. Sedangkan sampel 2 didapat volume rata-rata sebesar 1,5 ml , sehingga
didapatkan Kesadahan pada sample 2 sebesar 66,0594 mg/liter atau ppm dan sampel 3
didapat volume rata-rata sebesar 1ml, sehingga didapatkan Kesadahan pada sample 3 sebesar
44,0396 mg/liter atau ppm.
XII. KESIMPULAN
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh
Mn2+, Fe2+, dan semua kation bermuatan dua.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan titran asam etilen
diamin tetra asetat (EDTA) dengan menggunakan indicator Eriochrome Black T
Adapun hasil dari percobaan didapat sebagai berikut :
Pada standardisasi larutan EDTA
- Volume titran = 17,5 ml
- Normalitas EDTA = 0,022 N dengan persen kesalahan 2,8 %
Penentuan kesadahan
- Sampel 1 , Volume titran = 1 ml
kesadahan = 44,0396 mg/liter atau ppm
- Sampel 2, Volume titran = 1,5 ml
kesadahan = 66,0594 mg/liter atau ppm
- Sampel 3, Volume titran = 1 ml
Kesadahan = 44,0396 mg/liter atau ppm
Bola Karet
Pipet Ukur
Gelas kimia
Kaca Arloji