You are on page 1of 9

ANALISIS AIR (PENENTUAN KESADAHAN/ION Ca2+)

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu melakukan penentuan kesadahan pada sampel air dengan metoda titrasi
kompleks.

2. PERINCIAN KERJA
- Standardisasi larutan EDTA
- Penentuan kesadahan ( ion Ca2+)

3. ALAT –ALAT YANG DIGUNAKAN


- Labu ukur 250ml, 500 ml 2
- Erlenmeyer 250 ml 6
- Buret 50 ml 2
- Gelas kimia 100 ml 4
- Pipet ukur 25 ml 2
- Pipet volume25 ml 2
- Bola karet 2
- Pipet tetes 2
- Corong 2
- Kaca arloji 2
- Spatula 2

4. BAHAN YANG DIGUNAKAN


- CaCO3.pa
- Dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat
- MgCl2.6H2O
- HCl
- Indicator eriochrome black T
- Aquadest
- Larutan buffer pH 10

5. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)


6. DASAR TEORI
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh
Mn2+, Fe2+, dan semua kation bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya
terdapat paada air tanah di daerah yang bersifat kapur, di mana Ca2+ dan Mg2+ berasal.
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan
kimiawi antara ion kesadahan dengan dengan molekul sabun menyebabkan sifat
sabun/deterjen hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-(salah satu ion alkalinity)
mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan
kalsium karbonat CaCO3. Kerak ini akan mengurangi penampang basah dari pipa dan
menyulitkan pemanasan air dalam ketel.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan titran asam etilen
diamin tetra asetat (EDTA) dengan menggunakan indicator Eriochrome Black T atau
Calmagite. Sebelumnya EDTA distandardisasi dengan larutan standar kalsium, biasanya
standar primer yang digunakan adalah CaCO3.

Etilen Diamin Tetra Asetat:

EDTA merupakan suatu senyawa yang membentuk kompleks 1:1 dengan ion
logam, larut dalam air dan karenanya dapat digunakan sebagai titran logam EDTA juga
merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion
logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Misalnya dengan
ion kobalt,membentuk kompleks EDTA oktahidrat.
Pada titrasi ini indicator yang digunakan adalah indicator metalokromik yang
merupakan senyawa organic berwarna, yang membentuk kelat dengan ion logam.
Khelatnya mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator bebasnya.

Struktur Eriochrome Black T :


7. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembuatan larutan EDTA
- Menimbang 1 gram dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat dan 0,025 gram MgCl2.6H2O
- Memasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml,melarutkan dalam air
- Memindahkan ke dalam labu ukur 250 ml,menambahkan air sampai 250 ml.
Menghomogenkan.
2. Pembuatan larutan buffer
- Melarutkan 3,375 amonium klorida dalam 28,5 ml amonium hidroksida pekat
- Mengencerkan sampai 50 ml dalam gelas ukur 50 ml. pH larutan sedikit lebih besar
dari 10.
3. Pembuatan larutan baku CaCO3
- Menimbang dengan teliti 0,2 gram CaCO3murni yang telah dikeringkan
- Melarutkan dalam botol ukur 250 ml degan 50 ml aquadest
- Menambahkan setetes demi setetes HCl 1:1 sampai berhenti bergelegak dan larutan
menjadi jernih
- Mengencerkan sampai garis tanda, mengocok sampai homogen.
4. Standardisasi larutan natrium EDTA
- Memipet 25 ml larutan kalsium karbonat ke dalam erlenmeyer 250 ml
- Menambahkan 5 ml larutan buffer
- Menambahkan 5 tetes indiaktor eriochrom black T
- Menitrasi dengan larutan EDTA, hingga warna merah anggur berubah menjadi biru.
warna merah harus lenyap sama sekali
5. Penentuan kesadahan
- Memipet 25 ml air sampel dalam Erlenmeyer 250 ml
- Menambahkan 1 ml buffer
- Menambahkan 5 tetes indicator
- Menitrasikan dengan larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru

8. DATA PENGAMATAN
1. Standardisasi Larutan EDTA

No Percobaan
Volume titran (EDTA)

1 18,8 ml

2 18,4 ml

3 18,6 ml

2. Penentuan Kesadahan
No Percobaan Volume titran (EDTA)

1 0,7 ml

2 0,7 ml

3 0,7 ml

9. PERHITUNGAN
1) Standardisasi larutan EDTA
- Normalitas EDTA secara teori

= mek/ml

= 0,0214 mek/ml

- Normalitas EDTA secara prakek

= Volume EDTA x N.EDTA

= 18,6 ml x N EDTA
% Kesalahan = N.teori – N.praktek x 100%
N.teori

= 0,0214 N – 0,0214 N x 100%


0,0214 N
= 0%

2) Penentuan kesadahan

mg CaCO3 = V EDTA X N EDTA X BE CaCO3

= 0,7 ml X 0,0214 mek/ml X 50,045 mg/mek

= 0,749 miligram

mg CaCO3/ liter atau (ppm) = 1000ml/liter . mg contoh

ml contoh

= 14,98 mg / liter atau ppm

10. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud deengan kompleksometri?
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks.
Jadi membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri adalah salah satu
metode kuantutatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan
ion logam utamanya, yang umum adalah EDTA.

2. Jelaskan istilah-istilah berikut:

a. Kompleks inert
Suatu kompleks yang mengalami subtitusi ngugus ligan yang sangat lambat
disebut juga non labil.
b. Kelat logam
Cincicn heterositik yang terbentuk oleh interajsi suatu ion logam dengan dua
atau lebih gugus fungsional dalam logam
c. Penopengan
Pengguanaan suatu reagensia utnuk membentuk suatu kompleks stabil dengan
sebuah ion yang tanpa pembentukan itu ion akan menyangga reaksi yang
diingnkan.
d. Ligan heksidentat
Ligan yang mengadung enam buah atom donor pasangan elektro yang emlalui
kedua atom N dan empat atom O.
e. Bilangan koordinasi
Banyakanya ikatan yang dibentuk oleh suatu atom sentral dalam suatu
kompleks.

3. Sebuah contoh murni CaCO3 seberat 0,2428 gram dilariutkan dalam asam klorida
dan diencerkan menjadi 250 ml dalam suatu botolk ukur. Sebuah aliokot 50 ml
memerlukan 42,74 ml. larutan EDTA untuk titrasi, hitung molaritas larutan EDTA

Diketahui: gr sampel= 0,2428 gram


Volume sampel = 250 ml
Volume alikot = 50 ml
Volume EDTA =42,74 ml
Berat moilekul=100,09 gr/mol
Ditanya: Molekul EDTA =…?
Jawab:

Gr CaCO3 = gram alikot

V CaCO3 V alikot

0,2428 gram = gram alikot


250 ml 50 ml
Gram alikot = 0,04856 gram

Gram alikot = V EDTA X M EDTA


BM CaCO3

0,04856 gr = 0,04272 liter X M EDTA


100,09 gr/mol

M EDTA = 0,1135 mol/liter


11. ANALISIS DATA

Pada percobaan ini dapat dianalisis bahwa untuk menentukan kesadahan pada suatu
sampel perlu melakukan bebarapa tahapan. Awalnya kami melakukan standarisasi larutan
EDTA dengan larutan std primer CaCO3. Kemudian melakukan penentuan kesadahan.
Pada percobaan standarisasi, CaCO3 bertindak sebagai analit sedangkan larutan EDTA
sebagai titran. Pertama kita membuat larutan EDTA untuk sebagai titran, kita menimbang 2
gram EDTA dan MgCl2 6H2O 0,05 gr masukkan kedalam gelas kimia , setelah itu pindahkan
ke dalam labu ukur 500 ml. tambahkan air sampai tanda batas 500 ml serta homogenkan.
Setelah itu kita membuat larutan buffer dengan menimbang 6,75 gram ammonium kloria serta
menambahkan 57 ml ammonia pekat di lemari asam , kemudian masukkan ke dalam labu ukr
100 ml, setelah itu tambahkan aquadest smpai tanda batas. Setelah larutan EDTA dan Buffer
dibuat , kita membuat larutan baku CaCO 3 pertama kita menimbang CaCO3 sebanyak 0,2
gram yang murni telah dikeringkan didalam oven 100oC, kemudian masukkan ke dalam labu
ukur tambahkan 50 ml aquadest, tambahkan setetes demi tetes 1 : 1 sampai larutan menjadi
jernih. Kemudian encerkan sampai tanda batas serta homogenkan.
Setelah larutan diatas telah dibuat semua , kita menstandarisasi larutan CaCO 3. Larutan
CaCO3 dipipet sebanyak 25 ml kemudian menambahkan 2,5 ml larutan buffer dan
menambahkan 3 tetes indicator EBT. Kemudiam melakukan titrasi dari titran ke analit. Saat
proses titrasi, terjadi perubahan warna yang semula berwarna merah anggur menjadi biru.
Perubahan warna tersebut terjadi pada volume rata-rata 20,5 ml. Titrasi ini dilakukan
sebanyak 3 kali. Normalitas EDTA yang didapat dari hasil standardisasi yaitu 0,022 mek/ml
dengan persen kesalahan 2,8%. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :
- Alat yang digunakan kurang bersih
- Zat yang digunakan telah terkontaminasi
- Ketidaktepatan dalam pengukuran dan penimbangan
- Ketidaktepatan dalam pembuatan larutan
- Ketidaktelitian dalam menitrasi
Selanjutnya yaitu melakukan penentuan kesadahan. Pada penentuan kesadahan ini
terdapat 3 sampel berbeda yang diuji. Masing-masing sampel dipipet 25ml kedalam
erlenmeyer kemudian menambahkan 1ml larutan buffer dan 5 tetes indicator EBT, dilakukan
3 kali percobaan setiap sampel. Kemudian melakukan titrasi dari titrannya yaitu larutan
EDTA ke analitnya yaitu sampel yang diuji tersebut. Volume rata-rata yang didapat dari hasil
titrasi sampel 1 yaitu 1 ml, sehingga didapatkan Kesadahan pada sample 1 sebesar 44,0396
mg/liter atau ppm. Sedangkan sampel 2 didapat volume rata-rata sebesar 1,5 ml , sehingga
didapatkan Kesadahan pada sample 2 sebesar 66,0594 mg/liter atau ppm dan sampel 3
didapat volume rata-rata sebesar 1ml, sehingga didapatkan Kesadahan pada sample 3 sebesar
44,0396 mg/liter atau ppm.

XII. KESIMPULAN

 Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh
Mn2+, Fe2+, dan semua kation bermuatan dua.
 Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan titran asam etilen
diamin tetra asetat (EDTA) dengan menggunakan indicator Eriochrome Black T
 Adapun hasil dari percobaan didapat sebagai berikut :
Pada standardisasi larutan EDTA
- Volume titran = 17,5 ml
- Normalitas EDTA = 0,022 N dengan persen kesalahan 2,8 %
Penentuan kesadahan
- Sampel 1 , Volume titran = 1 ml
kesadahan = 44,0396 mg/liter atau ppm
- Sampel 2, Volume titran = 1,5 ml
kesadahan = 66,0594 mg/liter atau ppm
- Sampel 3, Volume titran = 1 ml
Kesadahan = 44,0396 mg/liter atau ppm

12. DAFTAR PUSTAKA


 Jobsheet Penuntun Praktikum Kimia Terapan. 2015. “Titrasi Asam Basa”.
Politeknik Negeri Sriwijaya
 Suci Ningsih, Aisyah, dkk. 2015. Modul Kimia Terapan. Politeknik Negeri
Sriwijaya
GAMBAR ALAT (LAMPIRAN)

Erlenmeyer Labu ukur


Buret

Corong Botol Aquades


Neraca Analitik

Spatula Pipet Tetes Pengaduk

Bola Karet
Pipet Ukur
Gelas kimia

Kaca Arloji

You might also like