You are on page 1of 26

TUGAS METEDOLOGI PENELITIAN

“ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA


KUPANG”.

Oleh :

Nama : Emy A. Tung Sely

NIM : 1523754184

Kelas : VE

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan adanya tuntutan akan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan
munculnya pengaturan baru dari masyarakat kearah yang lebih baik (new public
management), dengan tiga prinsip utamanya yaitu profesional, transparansi dan
akuntabilitas. Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah merupakan alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan penilaian
sampai dimana keberhasilan dan tingkat kemajuan dari sebuah sistema kerja
pemerintahan akan terlihat berhasil atau tidak dan telah sesuai dengan visi dan misi
pemerintah atau belum.

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pelimpahan


sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan
urusan rumah tangga sendiri dalam pemerintah daerah diharapkan mampu
memberikan motivasi untuk lebih mengembangkan potensi-potensi yang ada untuk
melaksanakan pemerintahan secara terpadu agar setiap pembangunan yang ada sesuai
dengan prioritas dan mampu meningkatkan kemampuan masyarakat.

Dalam Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Daerah, Instansi pemerintah


adalah sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi, Kementrian koordinator,
kementrian lembaga/Departement/Lembaga pemerintah non departement, Pemerintah
provinsi, pemerintah kota, Pemerintah kabupaten serta Lembaga-lembaga
pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan Anggran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).

2
Anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka
pendek yang efektif dalam organisasi.Suatu anggaran operasi biasanya meliputi
waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk
tahun itu.Dengan anggaran manajemen dapat menentukan efektifitas dan efisiensi
suatu operasi dengan membandingkan antara anggaran dengan hasil aktual (realisasi
terkini) yang dicapai.

APBD dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan pemerintah
daerah.Dalam rangka pertanggungjawabkan publik, Pemerintah daerah harus
melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
dimaksudkan untuk optimalisasi anggaran.Dalam hal ini semua aspek dari struktur
otonomi daerah yang harus disusun harus berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja
secara ekonomi, efisiensi dan dan efektivitas (value for money).

Untuk menilai tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan anggaran yang
dilakukan oleh pemerintah tidak dapat langsung dinyatakan dalam bentuk baik atau
tidaknya, karena penilaian kinerja yang ada pada pemerintahan tidaklah sama dengan
penilaian kinerja pada perusahaan atau bentuk lainnya dari perusahaan-perusahaan
yang memperoleh laba dalam pelaksanaan teknisnya.

Bappeda Kota Kupang merupakan lembaga teknis yang berperan dalam proses
perencanaan pembangunan dalam aspek terbentuknya. Dalam hal ini sangatlah
penting bagi Bappeda dalam melalukan berbagai penetapan analisis dalam
penggunaan anggaran dan juga belanja yang ada pada instansinya. Dalam hal ini
kesemua aspek yang ada dalam proses pengambilan keputusan dalam proses dan
pedoman pembentukan penyusunan anggaran dan belanja daerah agar terlaksana
keefisienan dan keefektifan penggunaan anggaran yang ada yang telah dianggarkan.
Dalam penilaian kinerja anggaran dapat dilihat dari seberapa jauh anggaran yang ada
dan berapa realisasi yang akan disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan
belanja pada instansi selama masa tahun anggaran satu tahun tersebut. Anggaran
digunakan sebagai alat untuk merancang program kerja atau langkah-langkah yang
akan dilakukan setiap aktivitas dapat terarah dan terkontrol dengan baik.

3
Tabel 1.1

Anggran dan Realisasi Belanja Selama Periode 2012-2016

Tahun Anggran Realisasi %

2012 17.460.043.040 15.403.353.083 88%

2013 16.226.856.287,97 6.959.649.140 42%

2014 11.253.242.795 8.242.949.983 73%

2015 15.820.245.925,68 11.316.975.562 71%

2016 2.481.947.000 2.138.078.006 86%

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dalam tiap tahun penggunaan anggaran pada instansi
khususnya Bappeda Kota Kupang selalu mengalami pasang surut atau dapat dikatakan tidak
tetap. Selalu ada perubahan yang menarik ketika kita melakukan analisis. Dalam hal ini
perubahan dan pertumbuhan dari penggunaan anggaran merupakan salah satu aspek penting
dalam penilaian kinerja yang ada pada instansi. Dari pertumbuhan penggunaan anggaran dan
realisasi dapat menjelaskan sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari penyerapan
penggunaan anggaran pada pembiayaan kegiatan yang ada dalam periode satu tahun
anggaran.

Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input dengan
output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika output yang dihasilkan
tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut adalah dengan
cara membandingkan input finansial (biaya) dengan output nonfinansial, misalnya biaya unit

4
(unit cost statistics). Dimana dimaksudkan berfungsi sebagai benang merah untuk mengukur
kinerja. Unit-unit kerja pemerintah diharapkan dapat menghasilkan sejumlah biaya unit yang
spesifik untuk unit kerjanya.(Mardiasmo:2009).

Keterkaitan antara Anggaran dan Realisasi memberikan gambaran bagaimana sebuah


instansi dapat dikatakan efektif atau tidak dalam pengambilan keputusan pengganggaran dan
pembiayaan tata laksana kegiatan instansi selama satu tahun anggaran tersebut.Dengan alat
ukur berupa analisis yang ada didasarkan pada penggambaran yang mendukung analisa
kinerja anggaran belanja.Untuk mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran
belanja dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nominal atau persentasenya
berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) belanja yang disajikanakan terlihat sejauh
mana kefeektifan dan penyerapan anggaran untuk aktivitas instasi selama satu tahun
anggaran tersebut.Pengukuran kinerja anggaran ini dapat menggunakan Analisis Varians
Belanja.

Untuk mengetahui seberapa besar anggaran dan realisasi terwujud dalam suatu instansi
dapat dilihat melalui seberapa jauh pemenuhan pada belanja kegiatan yang digunakan oleh
instasi. Misalnya dengan melihat pertumbuhan masing-masing belanja, apakah pertumbuhan
tersebut rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik atau tidak. Pengukuran
kinerjanya dapat menggunakan Analisis Pertumbuhan Belanja.

Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan Analisis


Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan antar belanja.Salah
satunya adalah dengan menilai Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja, Rasio
Belanja Langsung terhadap Total Belanja dan Rasio Pegawai terhadap Total Belanja.Analisis
ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan antarbelanja yang menggambarkan bagaimana
pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal.

Untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah berupa


angka efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif. Pengukuran kinerja anggaran lainnya
dapat dilihat dengan menggunakan Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja.Pengukuran
kinerja anggaran yang difungsikan untuk menunjukkan produktivitas dan efektivitas belanja
daerah yang digunakan oleh instansi.

5
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang merupakan
lembaga teknis daerah yang berfungsi sebagai unsur penunjang pemerintah daerah.Salah satu
tugas yang dilakukan oleh Bappeda dalam melakukan kegiatan pemerintah yang salah
satunya terkait tentang pengurusan Anggaran Belanja. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Kupang dalam hal ini telah dan akan berupaya sebaik mungkin untuk
menyesuaikan adanya perubahan-perubahan kondisi dan pengembangan dalam penyusunan
anggaran belanja tetapi tidak dengan mengabaikan pengukuran kinerja anggaran baik secara
mikro dan makro serta pengukuran kinerja anggaran standar biaya.Karena terdapat beberapa
hambatan yang menjadikan sistem dari penganggaran anggaran belanja sendiri menjadi
kurang efektif karena terkadang yang menjadi acuan penganggaran ada yang belum bisa
dikelola pada proses perencanaan anggaran itu sendiri. Berdasarkan sebagian besar uraian
diatas maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dan mengambil judul: “ANALISIS
KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA KUPANG”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada Bappeda Kota Kupang?

1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada Bappeda
Kota Kupang?
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi instansi
Dapat memberikan saran dalam menentukan kebijaksanaan yang akan
diambil dalam menentukan anggaran pada tahun yang akan datang dan
mampu untuk menganalisis kelayakan suatu penyusunan anggaran yang telah
ditetapkan. Juga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan
kebijakan pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja negara.
2. Bagi Masyarakat

6
Hasil Penelitian ini dapat berguna kepada masyarakat tentang Belanja daerah
sebagai bentuk akuntabilitas pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah
daerah.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini telah menjadi ruang belajar yang sarat nilai positif dan sangat
membantu dalam peningkatan kapasitas serta pengalaman peneliti.

1.3.3 Kerangka Pikir


Penilaian Kinerja Anggran

Bappeda Kota Kupang

Anggran dan Realisasi Belanja

Analisis kinerja anggaran belanja :


1. Analisis Varians Belanja
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
3. Analisis Keserasian Belanja. Terdiri dari : (Analisis
Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
dan Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja)
4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja

Penilaian kinerja anggaran diketahui setelah penggunaan dan penyerapan


anggaran itu sendiri pada kegiatan-kegiatan yang ada pada instansi. Kinerja
anggaran sendiri dapat disimpulkan secara efektif dan efisien setelah melewati
serangkaian kriterianya berdasarkan analisis dan rasio yang akan digunakan penulis

7
dalam melakukan penelitian. Pembahasan yang ada mengacu pada teori dan
disesuaikan dengan keadaan yang ada pada instansi tempat penulis melakukan
penelitian

1.3.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

(Sugiyono, 2013:64). Hipotesis peneliti dari Penelitian ini adalah Bappeda Kota

Kupang belum sepenuhnya menjalankan kinerja anggarannya dengan baik

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama
periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Menurut
(Halim:2004) “Kinerja keuangan daerah adalah : “Merupakan salah satu ukuran
yang dapat digunakan u ntuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan
otonomi daerah”. Menurut (Bastian:2006) “Kinerja adalah: “Gambaran pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/pro gram/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi.Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan”.

2.2 Pengertian Anggaran

Anggaran dianggap sistem yang otonom, karena mempunyai sasaran dan


tahap-tahapan yang kesemuanya memiliki tahapan pertanggungjawaban. Anggaran
adalah rencana manajemen dengan anggapan bahwa penyusun anggaran akan
mengambil langkah-langkah positif untuk merealisasikan anggaran yang telah
disusun. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena merupakan
perencanaan awal dalam realisasi (plan for action) yang memfasilitasi tercapainya
kegiatan pemerintahan yang apabila dalam anggaran tersebut tidak efektif dan tidak
berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun.
Menurut (Mardiasmo:2009) Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi
kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan suatu anggaran.

9
Proses penyusunan anggaran sektor publik umumnya disesuiakan dengan
peraturan lembaga yang lebih tinggi yang didasarkan pada Undang-undang nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
sehingga lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu Undang-undang nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor 15 tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Pemerintahan Daerah dan
Pemerintahan Pusat. Kemudian keluar peraturan baru yaitu Peraturan Pemerintah
nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri
nomor 13 tahun 2006 (saat ini telah diubah dengan Permendagri nomor 59 tahun
2007) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang akan menggantikan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002.

Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu proses


dalam meningkatkan manfaat sumber daya input untuk pencapaian hasil (outcome)
dan keluaran(output) melalui key performance indicators (KPI) yang terkait dengan
3 (tiga) hal, yaitu pengukuran kinerja, pengukuran biaya untuk menghasilkan
penggunaan informasi kinerja outcome dan output serta penilaian keefektifan dan
efisiensi belanja dengan berbagai alat analisis.

Dengan tujuan alokasi dana yang digunakan untuk membiayai berbagai


program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar dirasakan
masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik. (Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005).Berikut dapat dijadikan bahan penilaian pada
kinerja anggaran.Menurut (Mulyadi:2001) ada beberapa karakteristik anggaran
antara lain:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan keuangan lainnya.


2. Umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun.
3. Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan anggaran.

10
4. Usulan anggaran di review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusunan anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang
penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk
membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat
berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan
datang. Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :

1. Anggaran disusun berdasarkan program


2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban
yang dibentuk dalam organisasi.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen


penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi :

1. Fungsi Perencanaa
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran

Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan


dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil kerja atau
outcome dari pengalokasian biaya yang didasarkan pada kegiatan atau program
kerja yang akan dilaksanakan. Dalam implementasinya, anggaran berbasis kinerja
juga menekankan pada penggunaan dana yang dialokasikan secara ekonomis,
efektif dan efisien. Dengan kata lain anggaran berbasis kinerja merupakan sistem
penganggaran yang mengkaitkan alokasi anggaran yang diklasifikan berdasarkan
kegiatan atau program kerja dengan hasil kerja.

11
Dengan demikian struktur anggaran yang disusun dengan pendekatan
kinerja merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan dan pembiayaan
yang dirinci menurut kegiatan atau program kerja yang akan dilaksanakan setiap
unit kerja dan jenis belanja. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam periode
tahun anggaran tertentu, sementara belanja adalah semua pengeluaran dalam
periode tahun anggaran yang sama. Sedangkan pembiayaan adalah transaksi
keuangan dalam bentuk pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja.

2.3 Pengertian Belanja

Menurut UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 14:
Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah:
Merupakan semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Dan kembali
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
menyebutkan bahwa “Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”. Yang dapat disimpulkan bahwa transaksi
belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah Belanja Negara dalam
APBN”.

2.3.1Belanja Langsung

Belanja langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan

belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan.Yang termasuk dalam Belanja Langsung dalam lingkup Bappeda Kota

Kupang adalah belanja pegawai, belanja barang dan jasa belanja modal (belanja

12
tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan,

irigasi, dan jaringan, serta belanja asset tetap lainnya).

Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan

urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan

pilihan.Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan

kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh

masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan

pemerintah daerah kepada kepentingan publik.

1. Belanja Pegawai

Menurut UU Nomor 45 tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, menjelaskan bahwa Belanja Pegawai adalah Belanja pemerintah pusat

yang digunakan untuk membiayayi kompensasi dalam bentuk uang atau barang

yang diberikan kepada pegawai pemerintah pusat,pensiunan, anggota Tentara

Nasional Indonesia/kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pejabat Negara,

baik yang bertugas diluar negeri maupun didalam negeri, sebagai imbalan atas

pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan

pembentukan modal.

2. Belanja Barang dan Jasa

Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja barang dan jasa

digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai

manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam

melaksanakan program. Belanja barang dan jasa bersifat rutin karena terjadi

terus-menerus. Belanja barang dan jasa mencakup :

1) Penyediaan jasa surat menyurat

2) Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

13
3) Penyediaan jasa administrasi keuangan

4) Penyediaan jasa kebersihan kantor

5) Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja

6) Penyediaan alat tulis kantor

7) Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

8) Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

9) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

10) Penyediaan peralatan rumah tangga

11) Penyediaan bahan bacaan dan peralihan perundang-undangan

12) Penyediaan makanan dan minuman

13) Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

14) Penyediaan jasa pendukung administrasi dan teknis perkantoran

15) Penyediaan jasa jarkompusda

16) Rapat-rapat koordinasi dan kolsultasi antar instansi

17) Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi pemerintahan.

3. Belanja Modal

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja modal

adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang

sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih dari

satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

14
15
2.3.2 Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan
belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksaan program dan
kegiatan
1. Belanja pegawai;

2. Belanja bunga;

3. Belanja subsidi;

4. Belanja hibah;

5. Belanja bantuan sosial;

6. Belanja bagi hasil;

7. Bantuan keuangan; dan

8. Belanja Tidak Terduga

Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Artinya, ada atau tidak

adanya kegiatan tidak mempengaruhi pengeluaran atas belanja-belanja tidak

langsung. Belanja tidak langsung seperti ini biasa dikenal dengan “fixed

east” yang junlahnya relatif tetap dari tahun ketahun terhadap variabilitas

program/kegiatan. Adapun karakteristik belanja tidak langsung antara lain

sebagai berikut :

a. Dianggarkan setiap bulan dalam setahun (bukan untuk setiap

program/kegiatan) oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

b. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit untuk diukur atau sulit

dibandingkan secara langsung dengan output program/kegiatan.

16
c. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung oleh target

kinerja atau tingkat pencapaian yang diterapkan dari

program/kegiatan tertentu.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian.

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar hasil penelitian dan


pembahasan pada proposal ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada.
Objek Penelitian yang menjadi pusat penelitian adalah Analisis Kinerja Anggaran
Belanja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Kupang. Penelitian
dilakukan pada kantor Bappeda Kota Kupang

3.2 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sifatnya penulis menggunakan dua jenis data sebagai berikut :

1. Data Kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung atau data yang dapat
berupa angka-angka, dalam hal ini data yang digunakan adalah data yang
berasal dari buku dan lampiran Laporan Pertanggungjawaban (LKPJ)periode
lima tahun (tahun 2012-2016) dan data dari buku APBD tahun 2012-2016.

2. Data Kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung atau data yang
bersifat kualitatif, berupa perkembangan perubahan peraturan-peraturan
tentang sistem keuangan yang ada pada instansi yang bersangkutan.Dalam
hal ini berupa dokumen-dokumen anggaran belanja yang ada pada instansi
tempat penulis melakukan penelitian.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Menurut (Mahmudi:2010) batasan operasional yang dapat dijadikan


tolak ukur suatu kinerja anggaran terdiri dari beberapa analisis. Batasan
Operasional Variabel yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

18
NO Analisis Pengertian Rumus Keterangan
Kinerja

1 Analisis Merupakan analisis terhadap AVB = RB - AB AVB =


Analisis
Varians perbedaan atau selisih antara
realisasi Varians
Belanja
Belanja
belanja dengan anggaran.
(Selisih
RB = Realisasi
Berdasarkan laporan realisasi
Belanja)
anggaran Belanja

kinerja pemerintah daerah AB =


dinilai baik Anggaran

apabila jika realisasi belanja Belanja


lebih

besar dari jumlah yang

mengindikasikan dianggarkan
maka

hal ini adanya

kinerja yang kurang baik

2 Analisis Merupakan analisis untuk PB Thnt B Thnt - B PB =


mengetahui Thnt-1
Pertumbu Pertumbuhan
pertumbuhan belanja dari
han Belanja
tahun ke x100%

Belanja Thnt / Thnt-1=


tahun positif atau negatif RB Thnt-1
yang tahun pada saat

umumnya memiliki ini / tahun


kecenderungan

19
selalu naik.Alasan kenaikan sebelumnya
belanja
B = Belanja
biasanya dikaitkan dengan
RB = Realisasi
penyesuaian terhadap inflasi
Belanja
yang ada

dan perkembangan yang ada


pada

faktor makro ekonomi

3 Analisis bermanfaat untuk mengetahui TB = TBTL x 100% TB = Total

Keserasia keseimbangan antar belanja. TB Belanja


Salah
n Belanja TBTL = Total
satunya adalah dengan
Belanja Tidak
menilai Rasio

TB = TBL x 100% Langsung


Belanja Tidak Langsung
terhadap TB TBL= Total

Total Belanja dan Rasio Belanja


Belanja
Langsung
Langsung terhadap Total
Analisis ini

dilakukan untuk mengetahui

keseimbangan antar belanja


yang

menggambarkan bagaimana

pemerintah daerah
memprioritaskan

20
dananya pada belanja secara
optimal.

4 Rasio (Menurut Mahsun : 2009) R = RAB x 100% R = Rasio


Untuk
Efektivit AB AB =
mengukur tingkat Anggaran
as dan
penghematan
Belanja
Efisiensi
anggaran yang dilakukan
RAB =
Belanja pemerintah R = RABL x 100%
Realisasi
berupa angka efisiensi yang RAB
Anggaran
tidak

Belanja
bersifat absolut, tetapi relatif.
Artinya RABL =

tidak ada standar baku yang Realisasi


dianggap
Anggaran
baik, hanya dapat
mengatakan tahun Belanja

ini belanja pemerintah daerah Langsung

relatif

lebih efisien dibandingkan


tahun lalu.

Pemerintah dinilai telah


melakukan

efisiensi anggaran jika rasio

efisiensinya kurang dari


100%.

21
Sebaliknya jika melebihi
100% maka

mengindikasikan terjadinya

pemborosan anggaran

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis


menggunakan metode sebagai berikut :

1. Penelitian dengan menggunakan data sekunder


Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan berasal dari buku perda-perda
tentang keuangan daerah yang menjadi aturan, sebagian berasal dari laporan-laporan
keuangan secara umum, sedikit sejarah dari instansi ini yang juga mendukung
penelitian ini.
2. Dokumentasi.Metode dokumentasi adalah mencari data berupa dokumen, catatan,
transkrip, buku, media internet, majalah dan sebaga inya. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan berbagai informasi, khususnya untuk melengkapi data yang tidak
diperoleh dalam observasi dan wawancara.
3.4 Metode Analisis Data

Menurut (Mahmudi:2010) menyatakan berdasarkan Metode analisis yang


digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang didasarkan pada Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) yakni dengan konsep anggaran khususnya analisis
belanja kita dapat membuat analisis anggaran antara lain dengan :

1. Analisis Varians Belanja


2. Analisis Pertumbuhan Belanja
3. Analisis Keserasian Belanja, terdiri dari :
a. Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
b. Analisis Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja

22
4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
3.5 Analisis Varians Belanja
Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja
dengan anggaran yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran
belanja yang digunakan selama tahun anggran tersebut. Terdapat ketentuan bahwa
anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan
pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya
apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan. Analisis varians merupak
analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran Dalam
belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum
pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah.Berdasarkan laporan realisasi
anggaran dan belanja ditinjau dari Analisis Varians bisa ditanyakan dalam bentuk
nominalnya atau presentasenya.Menurut (Mardiasmo:2009)Rumus pengukuran
kinerjanya sebagai berikut :

Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

3.6 Analisis Pertumbuhan Belanja

Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa


jauh pertumbuhan realisasi anggaran belanja yang signifikan selama
periode penggunaan anggaran dari tahun ke tahun bersifat positif atau
negatif dalam pengertian sudah efisien atau belum serapan dalam
penggunaan anggaran yang ada pada instansi untuk membiayai semua
kegiatan-kegiatannya.

Rumus pengukuran kinerjanya sebagai berikut :


Pertumbuhan Belanja Thnt= Belanja Thnt - Belanja Thnt-1
X 100%
1

Realisasi Belanja Thnt-1

23
3.7 Analisis Keserasian Belanja

Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui


keseimbangan antara semua belanja yang ada terkait dengan fungsi
anggaran sebagai alat distribusi.alokasi dan stabilisasi.Agar fungsi
anggaran anggaran tersebut pemerintah daerah perlu membuat
harmonisasi belanja. Analisis ini antara lain :

3.7.1 Analisis Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja

Merupakan analisis yang membandingkan belanja tidak langsung


pada tiap-tiap fungsi terhadap total belanja dalam APBD.

Rumusnya yaitu:
Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung

x 100%

Total Belanja

3.7.2 Rasio Belanja Langsung Terhadap Total Belanja

Merupakan perbandingan antara total belanja langsung dengan


total belanja yang ada pada realisasi yang sebenarnya. Menginformasikan
mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk belanja operasi.
Merupakan belanja yang manfaatnya habis di konsumsi dalam satu tahun
anggaran, sehingga belanja operasi sifatnya jangka pendek dan dalam hal
tertentu sifatnya rutin dan berulang. Rumusnya yaitu :

Rasio Belanja= Total Belanja Langsung

x 100%

Total Belanja

24
3.8 Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja

Merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.


Digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah.Angka yang dihasilkan dari rasio ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif.
Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita hanya dapat
mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih efisien dibandingkan
tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio
efisiensinya kurang dari 100%.Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan
terjadinya pemborosan anggaran.Rumus pengukuran kinerjanya menggunakan rumus
sebagai berikut :

Rumus Pengukuran Efektivitas :

Rasio = Realisasi Anggaran Belanja

x100%

Anggran Belanja

(Mashun 2009)

Rumus Pengukuran Efisiensi :

Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung

x100%

Realisasi Anggaran Belanja

(Mahsun : 2009)

25
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Anggaran (Oktober:2013). Ketentuan Pasal 36 Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Halim, Abdul dan Ibnu Mujid. 2009. Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan
Pemerintahan Pusat- Daerah, Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah.
Sekolah Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta

Kamaroesid, Herry.2013. Sistem Administrasi Anggaran Negara Mitra Wacana Media.UPMI.


Medan

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UUP STIM YKPN. Yogyakarta.

Http://Www.Academia.Edu/6217474/Anggaran_Berbasis_Kinerja
Yuwono, Sony. 2005. Centre For Development Of Accountancy And Finance
Http://www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/WebcontentList.
Asp?Contentid=633. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.

26

You might also like