Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
NIM : 1523754184
Kelas : VE
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan adanya tuntutan akan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan
munculnya pengaturan baru dari masyarakat kearah yang lebih baik (new public
management), dengan tiga prinsip utamanya yaitu profesional, transparansi dan
akuntabilitas. Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah merupakan alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan penilaian
sampai dimana keberhasilan dan tingkat kemajuan dari sebuah sistema kerja
pemerintahan akan terlihat berhasil atau tidak dan telah sesuai dengan visi dan misi
pemerintah atau belum.
2
Anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka
pendek yang efektif dalam organisasi.Suatu anggaran operasi biasanya meliputi
waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk
tahun itu.Dengan anggaran manajemen dapat menentukan efektifitas dan efisiensi
suatu operasi dengan membandingkan antara anggaran dengan hasil aktual (realisasi
terkini) yang dicapai.
APBD dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan pemerintah
daerah.Dalam rangka pertanggungjawabkan publik, Pemerintah daerah harus
melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
dimaksudkan untuk optimalisasi anggaran.Dalam hal ini semua aspek dari struktur
otonomi daerah yang harus disusun harus berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja
secara ekonomi, efisiensi dan dan efektivitas (value for money).
Untuk menilai tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan anggaran yang
dilakukan oleh pemerintah tidak dapat langsung dinyatakan dalam bentuk baik atau
tidaknya, karena penilaian kinerja yang ada pada pemerintahan tidaklah sama dengan
penilaian kinerja pada perusahaan atau bentuk lainnya dari perusahaan-perusahaan
yang memperoleh laba dalam pelaksanaan teknisnya.
Bappeda Kota Kupang merupakan lembaga teknis yang berperan dalam proses
perencanaan pembangunan dalam aspek terbentuknya. Dalam hal ini sangatlah
penting bagi Bappeda dalam melalukan berbagai penetapan analisis dalam
penggunaan anggaran dan juga belanja yang ada pada instansinya. Dalam hal ini
kesemua aspek yang ada dalam proses pengambilan keputusan dalam proses dan
pedoman pembentukan penyusunan anggaran dan belanja daerah agar terlaksana
keefisienan dan keefektifan penggunaan anggaran yang ada yang telah dianggarkan.
Dalam penilaian kinerja anggaran dapat dilihat dari seberapa jauh anggaran yang ada
dan berapa realisasi yang akan disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan
belanja pada instansi selama masa tahun anggaran satu tahun tersebut. Anggaran
digunakan sebagai alat untuk merancang program kerja atau langkah-langkah yang
akan dilakukan setiap aktivitas dapat terarah dan terkontrol dengan baik.
3
Tabel 1.1
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dalam tiap tahun penggunaan anggaran pada instansi
khususnya Bappeda Kota Kupang selalu mengalami pasang surut atau dapat dikatakan tidak
tetap. Selalu ada perubahan yang menarik ketika kita melakukan analisis. Dalam hal ini
perubahan dan pertumbuhan dari penggunaan anggaran merupakan salah satu aspek penting
dalam penilaian kinerja yang ada pada instansi. Dari pertumbuhan penggunaan anggaran dan
realisasi dapat menjelaskan sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari penyerapan
penggunaan anggaran pada pembiayaan kegiatan yang ada dalam periode satu tahun
anggaran.
Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input dengan
output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan jika output yang dihasilkan
tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut adalah dengan
cara membandingkan input finansial (biaya) dengan output nonfinansial, misalnya biaya unit
4
(unit cost statistics). Dimana dimaksudkan berfungsi sebagai benang merah untuk mengukur
kinerja. Unit-unit kerja pemerintah diharapkan dapat menghasilkan sejumlah biaya unit yang
spesifik untuk unit kerjanya.(Mardiasmo:2009).
Untuk mengetahui seberapa besar anggaran dan realisasi terwujud dalam suatu instansi
dapat dilihat melalui seberapa jauh pemenuhan pada belanja kegiatan yang digunakan oleh
instasi. Misalnya dengan melihat pertumbuhan masing-masing belanja, apakah pertumbuhan
tersebut rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik atau tidak. Pengukuran
kinerjanya dapat menggunakan Analisis Pertumbuhan Belanja.
5
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang merupakan
lembaga teknis daerah yang berfungsi sebagai unsur penunjang pemerintah daerah.Salah satu
tugas yang dilakukan oleh Bappeda dalam melakukan kegiatan pemerintah yang salah
satunya terkait tentang pengurusan Anggaran Belanja. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Kupang dalam hal ini telah dan akan berupaya sebaik mungkin untuk
menyesuaikan adanya perubahan-perubahan kondisi dan pengembangan dalam penyusunan
anggaran belanja tetapi tidak dengan mengabaikan pengukuran kinerja anggaran baik secara
mikro dan makro serta pengukuran kinerja anggaran standar biaya.Karena terdapat beberapa
hambatan yang menjadikan sistem dari penganggaran anggaran belanja sendiri menjadi
kurang efektif karena terkadang yang menjadi acuan penganggaran ada yang belum bisa
dikelola pada proses perencanaan anggaran itu sendiri. Berdasarkan sebagian besar uraian
diatas maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dan mengambil judul: “ANALISIS
KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA KUPANG”.
6
Hasil Penelitian ini dapat berguna kepada masyarakat tentang Belanja daerah
sebagai bentuk akuntabilitas pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah
daerah.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini telah menjadi ruang belajar yang sarat nilai positif dan sangat
membantu dalam peningkatan kapasitas serta pengalaman peneliti.
7
dalam melakukan penelitian. Pembahasan yang ada mengacu pada teori dan
disesuaikan dengan keadaan yang ada pada instansi tempat penulis melakukan
penelitian
1.3.4 Hipotesis
(Sugiyono, 2013:64). Hipotesis peneliti dari Penelitian ini adalah Bappeda Kota
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama
periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Menurut
(Halim:2004) “Kinerja keuangan daerah adalah : “Merupakan salah satu ukuran
yang dapat digunakan u ntuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan
otonomi daerah”. Menurut (Bastian:2006) “Kinerja adalah: “Gambaran pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/pro gram/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi.Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan”.
9
Proses penyusunan anggaran sektor publik umumnya disesuiakan dengan
peraturan lembaga yang lebih tinggi yang didasarkan pada Undang-undang nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
sehingga lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu Undang-undang nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor 15 tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Pemerintahan Daerah dan
Pemerintahan Pusat. Kemudian keluar peraturan baru yaitu Peraturan Pemerintah
nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri
nomor 13 tahun 2006 (saat ini telah diubah dengan Permendagri nomor 59 tahun
2007) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang akan menggantikan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002.
10
4. Usulan anggaran di review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusunan anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang
penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk
membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat
berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan
datang. Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :
1. Fungsi Perencanaa
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
11
Dengan demikian struktur anggaran yang disusun dengan pendekatan
kinerja merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan dan pembiayaan
yang dirinci menurut kegiatan atau program kerja yang akan dilaksanakan setiap
unit kerja dan jenis belanja. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam periode
tahun anggaran tertentu, sementara belanja adalah semua pengeluaran dalam
periode tahun anggaran yang sama. Sedangkan pembiayaan adalah transaksi
keuangan dalam bentuk pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja.
Menurut UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 14:
Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah:
Merupakan semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Dan kembali
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
menyebutkan bahwa “Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”. Yang dapat disimpulkan bahwa transaksi
belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah Belanja Negara dalam
APBN”.
2.3.1Belanja Langsung
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
Kupang adalah belanja pegawai, belanja barang dan jasa belanja modal (belanja
12
tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan,
urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
1. Belanja Pegawai
yang digunakan untuk membiayayi kompensasi dalam bentuk uang atau barang
baik yang bertugas diluar negeri maupun didalam negeri, sebagai imbalan atas
pembentukan modal.
melaksanakan program. Belanja barang dan jasa bersifat rutin karena terjadi
13
3) Penyediaan jasa administrasi keuangan
3. Belanja Modal
sifatnya menambah aset tetap / inventaris yang memberikan manfaat lebih dari
14
15
2.3.2 Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan
belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksaan program dan
kegiatan
1. Belanja pegawai;
2. Belanja bunga;
3. Belanja subsidi;
4. Belanja hibah;
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Artinya, ada atau tidak
langsung. Belanja tidak langsung seperti ini biasa dikenal dengan “fixed
east” yang junlahnya relatif tetap dari tahun ketahun terhadap variabilitas
sebagai berikut :
(SKPD).
b. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit untuk diukur atau sulit
16
c. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung oleh target
program/kegiatan tertentu.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Data Kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung atau data yang dapat
berupa angka-angka, dalam hal ini data yang digunakan adalah data yang
berasal dari buku dan lampiran Laporan Pertanggungjawaban (LKPJ)periode
lima tahun (tahun 2012-2016) dan data dari buku APBD tahun 2012-2016.
2. Data Kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung atau data yang
bersifat kualitatif, berupa perkembangan perubahan peraturan-peraturan
tentang sistem keuangan yang ada pada instansi yang bersangkutan.Dalam
hal ini berupa dokumen-dokumen anggaran belanja yang ada pada instansi
tempat penulis melakukan penelitian.
18
NO Analisis Pengertian Rumus Keterangan
Kinerja
mengindikasikan dianggarkan
maka
19
selalu naik.Alasan kenaikan sebelumnya
belanja
B = Belanja
biasanya dikaitkan dengan
RB = Realisasi
penyesuaian terhadap inflasi
Belanja
yang ada
menggambarkan bagaimana
pemerintah daerah
memprioritaskan
20
dananya pada belanja secara
optimal.
Belanja
bersifat absolut, tetapi relatif.
Artinya RABL =
relatif
21
Sebaliknya jika melebihi
100% maka
mengindikasikan terjadinya
pemborosan anggaran
22
4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
3.5 Analisis Varians Belanja
Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja
dengan anggaran yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran
belanja yang digunakan selama tahun anggran tersebut. Terdapat ketentuan bahwa
anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan
pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya
apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan. Analisis varians merupak
analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran Dalam
belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum
pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah.Berdasarkan laporan realisasi
anggaran dan belanja ditinjau dari Analisis Varians bisa ditanyakan dalam bentuk
nominalnya atau presentasenya.Menurut (Mardiasmo:2009)Rumus pengukuran
kinerjanya sebagai berikut :
23
3.7 Analisis Keserasian Belanja
Rumusnya yaitu:
Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung
x 100%
Total Belanja
x 100%
Total Belanja
24
3.8 Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
x100%
Anggran Belanja
(Mashun 2009)
x100%
(Mahsun : 2009)
25
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul dan Ibnu Mujid. 2009. Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan
Pemerintahan Pusat- Daerah, Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah.
Sekolah Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UUP STIM YKPN. Yogyakarta.
Http://Www.Academia.Edu/6217474/Anggaran_Berbasis_Kinerja
Yuwono, Sony. 2005. Centre For Development Of Accountancy And Finance
Http://www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/WebcontentList.
Asp?Contentid=633. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
26