You are on page 1of 11

SURAT PERJANJIAN KONTRAK KERJA

Nomor : 008/SPK/CRLC-SBB/X/2017

Tanggal 30 Agustus 2017

Antara

PT. CITRAROSA LAND

DENGAN

LUTFI

Tentang

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TYPE 45 “PERUMAHAN CLUSTER TATAR GALUH “

DESA SUKAMAJU TAMAMAUNG, MAKASSAR

Pada hari ini tanggal 28 mei 2018 yang bertanda tangan dibawah :

I. Nama : T. ZOEL MAHDI, S.E


Jabatan : Direktur Utama PT. CITRAROSA LAND
Alamat Kantor : Jln. Marga satwa No. 4. Cilandak. KKO Jakarta Selatan. DKI
Jakarta. 12560

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. CITRAROSA LAND selaku Pemilik Proyek, yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

II. Nama : A. M. AFDHAL ADIWIJAYA


Jabatan : SUBKON
Alamat : RT004/RW001 Kelurahan Tamamaung
No.KTP : 7604072911970004
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PRIBADI selaku Kontraktor Pelaksana Proyek, yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
MENGIKAT
Bahwa Para Pihak tersebut diatas telah sepakat dan setuju untuk mengikat diri dalam suatu Perjanjian
Kontrak Pemborong Pekerjaan Proyek Pembangunan RumahType 45 dengan ketentuan dan syarat
sebagai berikut :

Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN

Bahwa dalam Maksud dan Tujuan dari Surat Perjanjian Kontrak ini adalah untuk melaksanakan
Pekerjaan Pembangunan Rumah Type 45 milik PT. CITRAROSA LAND yang berlokasi di Jl. Desa
Sukamaju Baregbeg Ciamis.

Pasal 2
TUGAS DAN LINGKUP PEKERJAAN

1. Bahwa PIHAK PERTAMA memberikan Tugas dan Pekerjaan kepada PIHAK KEDUA sebagai Main
Contraktor atau Pemborong untuk melaksanakan Pekerjaan Pembangunan Rumah Type 45
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Perjanjian Kontrak Pemborong ini dengan Spesifikasi
Teknis dalam RAB dan Gambar.

2. Bahwa PIHAK KEDUA berjanji untuk menerima dan melaksanakan Tugas dan Pekerjaan yang
diberikan oleh PIHAK PERTAMA dengan sebaik-baiknya serta mengikat diri untuk
melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini.

3. Mengenai Tugas dan Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini, PIHAK KEDUA
berjanji tidak akan memindahtangankan pekerjaan kepada PIHAK KETIGA dan apabila hal ini
terjadi maka PIHAK PERTAMA tidak berurusan dengan PIHAK KETIGA, dan PIHAK PERTAMA
berhak memutuskan secara sepihak kepada PIHAK KEDUA.

Pasal 3
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Bahwa untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Perjanjian


Kontrak ini, PIHAK KEDUA tunduk pada ketentuan dan syarat dalam Lampiran Surat Perjanjian
Kerjasama Pemborongan ini yaitu :

a. Rencana Kerja dan syarat-syarat pekerjaan pembangunan.


b. Gambar – gambar dan spesifikasi teknis serta bahan – bahan yang telah ditentukan.
c. Rencana anggaran biaya pelaksanaan.
d. Kesepakatan bersama tentang harga satuan pekerjaan.
e. Peraturan standar yang berlaku secara sah dan mengikat ditempat pekerjaan sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian Kontrak Pemborongan
ini.
2. Bahwa apabila didalam Perjanjian Kontrak ini beserta Addendumnya (apabila ada dikemudian
hari) terdapat ketentuan yang berlainan atau bertentangan dengan ketentuan dalam
Perjanjian Kerjasama ini yang berlaku dalam arti bahwa tingkat kekuatan hukum dari masing-
masing Dokumen dalam Perjanjian Kontrak Pemborongan ini adalah sebagai berikut :

a. Surat Perjanjian Kontrak yang telah dibuat dan ditandatangani oleh Para Pihak serta Surat
Perintah Mulai Kerja dan Surat Penyerahan Lapangan yang akan segera menyusul setelah
Surat Perjanjian Kontrak Pemborongan Pekerjaan ini ditandatangani oleh Para Pihak yang
terkait.
b. Gambar kerja rencana Pembangunan.
c. Time Schedule pelaksanaan pekerjaan dan spesifikasi teknis material yang dipakai.

Pasal 4
PEKERJAAN HARGA DAN NILAI KONTRAK

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA adalah Pembangunan Rumah Type 45
secara keseluruhan sesuai dengan daftar dalam lampiran.
2. Harga satuan pekerjaan semua item pekerjaan yang akan dilaksanakan tercantum di dalam
lampiran.
3. Nilai borongan secara keseluruhan disebut juga dengan Nilai Proyek, dan Nilai Proyek tersebut
yang akan menjadi Nilai Kontrak dalam Surat Perjanjian Kerjasama ini adalah sebesar Rp
1.080.000.000,- (Satu Milyar delapan puluh juta rupiah) atau setara dengan Rp 2.400.000,- /
m2 x 45 x @10 unit.
Lingkup Pekerjaan :
a. Membangun Rumah Type 45 sebanyak 10 unit.
4. Rencana Anggaran Biaya untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut dilampirkan bersama dengan
Surat Perjanjian Kontrak Pembangunan ini, dan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan
dari Surat Perjanjian Kontrak ini.
5. Mengenai Volume, harga satuan pekerjaan, harga satuan upah dan harga satuan bahan
material akan mengikat pada kontrak borongan harga satuan (Unit Price), tetapi hanya dipakai
untuk menghitung perubahan harga bila terjadi pekerjaan tambah kurang.

Pasal 5
WAKTU PELAKSANAAN

1. Jangka waktu penyelesaian Pelaksaan pekerjaan hingga 100% (serah terima) ditetapkan
selama 120 hari (Seratus dua puluh) hari kalender terhitung sejak diterbitkannya Surat
Perintah Mulai Kerja atau Surat Penyerahan Lapangan dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dan akan ditetapkan sebagai TANGGAL PENYERAHAN yang akan dituangkan dalam
BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN.
2. Mengenai waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini tidak
dapat dirubah oleh PIHAK KEDUA tanpa adanya persetujuan dari PIHAK PERTAMA secara
tertulis, kecuali apabila adanya Perintah Penambahan Pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 Perjanjian Kontrak Pemborongan ini dan apabila terjadi peristiwa FORCE
MAJEUR sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 Perjanjian Kontrak ini.
3. PIHAK KEDUA harus selalu tepat waktu (on time) didalam pengiriman / Pengadaan barang
berdasarkan schedule Pengiriman Barang yang direncanakan oleh PIHAK KEDUA dan harus
mendapat persetujuan dari PIHAK PERTAMA baik jenis maupun kualitasnya.
Pasal 6
SISTEM PEMBAYARAN PROYEK

1. Pembayaran kontrak pekerjaan pada Pasal 5 dilakukan dengan cara BERTAHAP ATAU TERMIN
dengan ketentuan pembayaran sebagai berikut :

1.1 15% (lima Belas persen) setelah kondisi fisik mencapai 20% (Dua puluh persen)
1.2 30% (Tiga puluh persen) setelah kondisi fisik mencapai 35% (Tiga puluh lima persen).
1.3 45% (Empat puluh lima persen) setelah kondisi fisik mencapai 50% (Lima puluh persen).
1.4 75% (Tujuh puluh Lima persen) setelah kondisi fisik mencapai 80% (Delapan puluh
persen).
1.5 20% ( Dua Puluh Persen ) Setelah kondisi fisik mencapai 100% ( Seratus Persen )
1.6 5% (lima persen) dengan masa pemeliharaan 100 hari kalender.
1.7 Pembayaran dilakukan secara tunai/ di transfer kerekening 0425818275 Bank BNI A/N
LUTFI.

2. PIHAK PERTAMA menjamin bahwa sumber dana dari Investor PIHAK PERTAMA, bukan didapat
dari Tindakan Pidana, Kriminal, kegiatan melanggar hukum atau kegiatan teroris (Non Criminal
Origin).
3. PIHAK PERTAMA menjamin bahwa sumber dana untuk jaminan pembayaran kepada PIHAK
KEDUA berasal atau diperolehdengan cara-cara yang Sah dan Resmi sesuai Prosedur serta
Peraturan Perundang-undangan keuangan serta Perbankan sebagaimana yang berlaku di
Indonesia (On Banking System).
4. Apabila salah satu pihak berkehendak untuk mengubah pola pembayaran transfer tersebut,
maka akan dibuatkan addendum berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Pasal 7
PEKERJAAN TAMBAH KURANG

1. Bahwa apabila terjadi penyimpangan dan atau perubahan – perubahan yang merupakan
penambahan atau pengurangan pekerjaan hanya dianggap sah sesudah mendapat perintah
secara tertulis dari PIHAK PETAMA dengan menyebutkan jenis dan perincian pekerjaan secara
jelas.
2. Bahwa mengenai perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar
harga yang telah disetujui olek Kedua Belah Pihak,kecuali bila tercantum dalam daftar harga
satuan pekerjaan.
3. Bahwa dengan pekerjaan tambah kurang ini, maka tidak dapat dipergunakan sebagai alasan
pengunduran waktu penyelesaian.
4. Bahwa untuk pekerjaan tersebut di atas, akan dibuat perjanjian tambahan (Addendum).

Pasal 8
BAHAN DAN ALAT KERJA

1. Bahan-bahan, alat-alat kerja dan segala sesuatuyang diperlukan untuk melaksanakan


pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 perjanjian ini, disediakan oleh PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA harus menyediakan tempat atau gudang yang baik dan aman untuk
penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat kerja.
3. PIHAK KEDUA wajib memberikan contoh material (MOCK UP) untuk mendapatkan
persetujuan dari PIHAK PERTAMA secara tertulis.
4. PIHAK PERTAMA berhak menolak bahan-bahan dan alat-alat yang disediakan oleh PIHAK
KEDUA jika kualitas dan atau kuantitasnya tidak memenuhi persyaratan dan spesifikasi bahan
yang sudah ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 9
KENAIKAN HARGA

1. Apabila terjadi kenaikan harga pada bahan-bahan, alat-alat kerja dan upah kerja selama masa
pelaksanaan pekerjaan pemborongan ini, menjadi tanggung jawab penuh PIHAK KEDUA.
2. Bahwa pada dasarnya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan / klaim atas kenaikan
harga dari bahan-bahan, alat-alat kerja dan upah kerja kepada PIHAK PERTAMA kecuali
apabila tindakan Kebijakan pemerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter yang
diumumkan secara resmi dan diatur dalam peraturan Pemerintah secara Khusus untuk
pekerjaan pemborongan.
PASAL 10
TENAGA KERJA DAN UPAH

1. Agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan diterapkan, PIHAK
KEDUA harus menyedian Tenaga Kerja yang Ahli dan terampil dalam bidangnya dengan jumlah
yang cukup dan memadai.
2. Ongkos-ongkos dan upah kerja pelaksaan pekerjaan tersebut menjadi tanggungan PIHAK
KEDUA.
3. PIHAK KEDUA diwajibkan untuk melibatkan masyarakat setempat dalam hal penyediaan
tenaga kerja local sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
4. PIHAK KEDUA wajib menjaga Keselamatan Kerja atas para pekerjanya.
5. Tenaga kerja didaftarkan sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 11
KEAMANAN

1. PIHAK PERTAMA wajib menjamin kawasan / lahan yang sedang dikerjakan oleh PIHAK KEDUA
aman dari gangguan Pihak Lain dan tidak sedang dalam perkara hukum dengan Pihak
manapun atas lahan yang dimaksud.
2. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja yang disediakan PIHAK
PERTAMA meliputi Tenaga Kerja, Kebersihan, Bangunan-bangunan, alat-alat kerja dan bahan
bangunan selama pekerjaan berlangsung.
3. PIHAK KEDUA bertanggung jawab dan wajib menyediakan sarana untuk menjaga keselamatan
para tenaga kerjanya guna menghindari bahaya yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan
pekerjaan.
4. Apabila terjadi kecelakaan pada saat melaksanakan pekerjaan, maka PIHAK KEDUA diwajibkan
memberikan pertolongan kepada korban, dan segala biaya yang dikeluarkan sebagai
akibatnya menjadi beban atau tanggung jawab PIHAK KEDUA.
5. Apabila diperlukan, PIHAK KEDUA hendaknya dapat menyediakan tempat tinggal yang layak,
dan memenuhi syarat-syarat kesehatan dan ketertiban bagi para tenaga kerjanyauntuk tinggal
sementara di lokasi pekerjaan.
6. Hubungan antara para tenaga kerja dengan PIHAK KEDUA sepanjang tidak diatur secara
khusus,hendaknya tunduk pada peraturan perburuhan yang berlaku.

Pasal 12
HAK DAN KEWAJIBAN

1. Bahwa PIHAK PERTAMA berhak dan berkewajiban untuk :

a. Memberikan Tugas dan pekerjaan kepada PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 diatas.
b. Memberikan Surat Tugas kepada Manager Project (Pimpro) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 ayat 1
c. Memberikan pembayaran kepada PIHAK KEDUA tepat pada waktunya.
d. Menerima hasil kerja PIHAK KEDUA tepat pada waktunya.
e. Menerima hasil kerja PIHAK KEDUA tepat pada waktunya yang dinyatakan dalam Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan.

2. Bahwa PIHAK KEDUA berhak dan berkewajiban untuk :


a. Melaksanakan tugas dan pekerjaan PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud dalam pasal
1 diatas.
b. Mengajukan metode pelaksanaan kepada PIHAK PERTAMA dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak SPK ini ditandatangani.
c. Menerima pembayaran dari PIHAK PERTAMA tepat pada waktunya.
d. Menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan yang telah dibicarakan dengan PIHAK
PERTAMA dan tepat pada waktunya yang dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan.
e. Menyediakan Bahan-bahan, alat-alat kerja, tenaga kerja berikut upah dan keamanannya.
f. Memenuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA

Pasal 13
RESIKO

1. Apabila hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun sebelum diserahkan
kepada PIHAK PERTAMA maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas segala kerugian yang
timbul.

2. Dan apabila hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah diluar kesalahan
Kedua Belah Pihak, misalnya akibat FORCE MAJEUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
Perjanjian Kerjasama Pemborongan ini sebelum hasil pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 PERJANJIAN Kerjasama Pemborongan ini diserahkan oleh PIHAK KEDUA, adapun jika
sebagian hasil pekerjaan sesuai dengan tahapan pekerjaan sebagaimana diatur dalam Pasal 6
Surat Perjanjian ini telah diserahkan kepada PIHAK PERTAMA yang dibuktikan dengan adanya
Berita Acara Pemeriksaan Hasil Serah Terima Pekerjaan, maka segala kerugian yang
timbulakibat keadaan tersebut akan menjadi tanggung jawab Kedua Belah Pihak.

3. Bilamana pada waktu Pelaksaan terjadi kemacetan dalam waktu 7 (tujuh) hari berturut-turut
yang diakibatkan tidak masuknya atau tidak tersedianya bahan-bahan, alat-alat karena
semata-mata akibat ketidakcakapan / ketidakmampuan PIHAK KEDUA selaku penyedia jasa
dalam mengelola pekerjaan / proyek, maka segala resiko dan akibat kemacetan pekerjaan
tersebut menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA yang beresiko diterapkannya Pasal
15 Surat Perjanjian Kerja sama Pemborongan ini secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA.

4. Apabila PIHAK KEDUA selama melaksanakan pekerjaan pemborongan ini menimbulkan


kerugian bagi PIHAK KETIGA (Pihak yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan ini) maka
segala kerugian tersebut menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

5. Segala hal yang terjadi baik secara teknis maupun non teknis yang diakibatkan oleh metode
dan alat kerja PIHAK KEDUA dengan mendapatkan ijin dari PIHAK PERTAMA adalah menjadi
tanggung jawab sepenuhnya PIHAK KEDUA.

6. PIHAK KEDUA wajib menyediakan Perlengkapan Keselamatan (Safety Helmet, Safety Shoes,
Safety Vest) untuk para pekerja guna mengurangi resiko kecelakaan pada sata bekerja.
Pasal 14
LAPORAN
Selama jangka waktu Pelaksanaan Pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan resmi
secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA, baik secara langsung maupun melalui Manager Project
(Pimpro)berupa laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan mengenai jalannya
pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1.
Pasal 15
SANKSI DAN DENDA

1. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
5 diatas, PIHAK KEDUA lalai melakukan kewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan
pembangunan, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda 1%0 (satu permil) perhari dari nilai
kontrak, selama-lamanya untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, dan denda
tersebut harus dibayarkan oleh PIHAK KEDUAkepada PIHAK PERTAMA secara seketika dan
sekaligus.
2. Demikian dengan ketentuan, apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebagaimana
disebut dalam ayat 1 Pasal ini, PIHAK KEDUA masih belum memenuhi kewajibannya, maka
PIHAK PERTAMAberhak mengambilalih pekerjaan tersebut dengan memperhitungkan
angsuran atau jumlah dibayar dengan nilai bangunanyang telah dikerjakan oleh PIHAK KEDUA.
3. Akibat kelalaian PIHAK KEDUA tersebut, maka PIHAK KEDUA berkewajiban untuk membayar
denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari Nilai Bangunan yang belum dikerjakan. Denda
tersebut harus dibayarkandengan seketika dan sekaligus serta PIHAK PERTAMA berhak
memutuskan Surat Perjanjian Kerja sama Pemborongan secara sepihak.
4. Apabila terjadi pekerjaan tambah ataupun kurang dari spesifikasi PIHAK PERTAMAdan PIHAK
KEDUA bersama-sama menghitung nilai pekerjaan tambah ataupun kurang tersebut yang
akan diperhitungkan terhadap pembayaran.
5. Adapun mengenai keterlambatan-keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat-ayat
dalam Pasal ini maka dapat diperhitungkan dengan persetujuan PIHAK PERTAMA.
6. Apabila PIHAK KEDUA tidak mentaati segala peraturan dan tata tertib yang dikeluarkan oleh
PIHAK PERTAMA termasuk ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 12 ayat 2,
maka PIHAK KEDUA bersedia menerima denda yang besarnya tidak tertentu ataupun sanksi
berupa penangguhan pembayaran

Pasal 16
FORCE MAJEUR (KEADAAN MEMAKSA)

1. Yang dimaksud dalam “Keadaan Memaksa”dalam Surat Perjanjian Kontrak Pemborongan


Pekerjaan ini adalah peristiwa-peristiwa yang berada diluar kemampuan PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA yang dapat mempengaruhi kinerja dan pelaksanaankegiatan Kedua Belah Pihak,
yaitu :
- Bencana Alam (gempa bumi, tanah longsor dan banjir)
- Perang, revolusi, makar, huru hara, pemberontakan, kerusuhan dan kekacauan (kecuali
pekerja dan atau karyawan PIHAK KEDUA).
- Kebakaran (kecuali) disebabkan dalam pelaksanakan pekerjaan atau kelalaian PIHAK
KEDUA.
- Keadaan Memaksa yang dinyatakan secara resmi oleh pemerintah.

2. Apabila terjadi “Keadaan Memaksa”, maka :


a. PIHAK KEDUA menyatakan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA bahwa telah terjadi
“Keadaan Memaksa” untuk mendapt persetujuan dari PIHAK PERTAMA.
b. Apabila dalam waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan dari PIHAK KEDUA
kepada PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui adanya “Keadaan Memaksa” tersebut.
c. PIHAK KEDUA wajib mengamankan lapangan dan segera menghentikan seluruh kegiatan
pekerjaan setelah menerima pernyataan / persetujuan tertulis tentang keadaan memaksa
dari PIHAK PERTAMA.
d. PIHAK KEDUA segera melaporkan secara tertulis kepada PIHAK PERTMA mengenai
kemajuan pekerjaan sampai pada saat keadaan memaksa setelah diperiksa oleh
pengawas lapangan dari PIHAK PERTAMA.

Pasal 17
BEBAN BIAYA DAN PAJAK

PIHAK KEDUA tidak berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi dan pungutan lain yang
dibebankan oleh hukum yang berlaku atas pelaksanaan Perjanjian Kontrak, semua pengeluaran
perpajakan ini dianggap belum termasuk dalam nilai yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kontrak ini.

Pasal 18
SUB KONTRAKTOR

1. Apabila suatu bagian pekerjaan akan diserahkan kepada Sub Kontraktor, maka sebelumnya
dibuat surat pemberitahuan tertulis kepada PIHAK PERTAMA.
2. Hubungan antara PIHAK KEDUA dengan Sub Kontraktor menjadi tanggung jawab sepenuhnya
PIHAK KEDUA.
3. Jika ternyata PIHAK KEDUA menyerahkan pekerjaan kepada Sub Kontraktor tanpa
pemberitahuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA dapat memberlakukan
Pemutusan SPK secara sepihak.
4. Untuk pekerjaan yang diserahkan kepada Sub Kontraktor atau persetujuan PIHAK PERTAMA,
maka PIHAK KEDUA berkewajiban melakukan koordinasi yang baikdan penuh tanggung jawab
atas pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Sub Kontraktor, dan hal ini tidak mengurangi
kewenangan Pengawas Pekerjaan.
5. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan Sub Kontraktor dan segala sesuatu
yang menyangkut hubungan antara PIHAK KEDUA dengan Sub Kontraktor.
Sebelum dilakukan Serah Terima pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA harus telah
menyelesaikan segala urusan keuangan dengan para Sub Kontraktor.

Pasal 19
SURAT PERINTAH KERJA

Merupakan tindak lanjut dari Surat Perjanjian Kontrak ini, maka selanjutnya akan dilaksanakan
penerbitan dan penandatangana SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dan SPL (Surat Penyerahan
Lapangan) dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA yang waktunya akan ditentukan oleh PIHAK
PERTAMA, untuk mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut persiapan koordinasi, material dan
tenaga kerja sebelum memasuki lokasi proyek.
Pasal 20
SURAT PENYERAHAN LAPANGAN

Setelah PIHAK KEDUA mempersiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan pekerjaan di lokasi
proyek,maka PIHAK PERTAMA berkewajiban menerbitkan dan atau memberikan Surat Penyerahan
Lapangan (SPL) kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender setelah PIHAK
KEDUA mendapatkan Surat Perintah Mulai Kerja dari pihak pertama.

Pasal 21
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Berdasarkan asas saling percaya (Goodwill) Para Piahk berjanji akan mematuhi semua
ketentuan yang ditetapkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama Pemborongan Pekerjaan ini dan
tidak akan melakukan tindakan apapun yang dapat menghambat upaya pelaksanaan
Perjanjian Kerjasama Pemborongan ini.
2. Apabila terjadi perselisihan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Perjanjian Kerjasama
Pemborongan ini, maka segala sesuatu akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.
3. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak dapat ditempuh maka akan diselesaikan oleh
suatu Panitia Arbitrase yang terdiri dari :

- Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai Anggota


- Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai Anggota
- Seorang PIHAK KETIGA yang ahli sebagai Ketua yang dipilihdan ditunjuk oleh wakil-wakil
dari Kedua Belah Pihak.

4. Keputusan Panitia Arbitrase ini mengikat Kedua Belah Pihak dan seluruh Biaya penyelesaian
perselisihan ditanggung bersama yang sama besarnya oleh Kedua Belah Piahk.
5. Jika dengan cara Musyawarah dan Arbitrase tidak dicapai penyelesaian atau persetujuan
maka Para Pihak akan menempuh cara yang lazim, sah dan menurut ketentuan hukum yang
berlaku.
6. Segala akibat dari perjanjian Kerjasama Pemborongan ini maka para Pihak sepakat memilih
kedudukannya yang tetap / domisili di Pengadilan Negeri Kelas 1A Jakarta Selatan.

Pasal 22
ADDENDUM

Hal-hal yang yang belum terccantum dalam Surat Perjanjian Kerjasama ini ataupun yang belum diatur
secara rinci dalam Surat Perjanjian Kersa samai ini, akan diatur dan ditetapkan bedasarkan
musyawarah oleh PARA PIHAK di dalam addendum tersendiri dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama ini.

Pasal 23
PENUTUP

1. Surat Perjanjian Kontrak ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup dan mempunyai
kekuatan hukum yang sama, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA serta
dinotariskan.
2. Surat Perjanjian Kontrak Pemborongan Pekerjaan ini ditandatangani oleh kedua Belah Pihak
pada tempat, hari dan tanggal tersebut diatas dan dinyatakan berlaku sejak tanggal
ditandatanganinya.

Dibuat di Makassar,
Pada Tanggal : Makassar, 28 mei 2018

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT. CITRAROSA LAND

T. ZOEL MAHDI, S.E A. M. AFDHAL ADIWIJAYA


DIREKTUR UTAMA SUBKON

You might also like