You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Saat ini terjadi pergeseran penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular, salah satunya yaitu hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi. Hipertensi
merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup seperti
mengkonsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak teratur, kurang sehat,
alkohol, stres yang tidak terkontrol, dan kurangnya aktivitas fisik yang dipengaruhi
oleh perkembangan jaman saat ini. Hipertensi dapat diartikan naiknya tekanan darah
systole di atas 140 mmHg dan diastole di atas 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Data yang di dapat dari AHA (America Heart Association) pada tahun 2013,
penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai
74,5 juta jiwa, sedangkan Asia Tenggara dapat dilihat dari data statistik menyatakan
158.434.748 atau 24,7% penduduk Asia Tenggara mengalami hipertensi (WHO, 2015).
Data prevalensi hipertensi di Indonesia untuk penduduk dari umur 18 tahun ke atas
sebesar 25,8% dari 248.818.100 jumlah penduduk (Riskesdas, 2013). Dalam Profil
Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 , Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan
hipertensi menempati peringkat ke 2 berdasarkan pola 10 besar penyakit di puskesmas
dengan jumlah kunjungan sebanyak 89,394 kunjungan selama tahun 2016. Jumlah
penderita hipertensi dengan umur ≥18 tahun pada tahun 2016 yaitu 54,944 penderita
dengan 27,542 laki-laki dan 27,402 perempuan. Kabupaten Buleleng menempati posisi
tertinggi penderita hipertensi terbayak pada usia ≥18 tahun dengan jumlah kasus
sebanyak 14,700 penderita hipertensi sedangkan untuk kabupaten Gianyar menempati
posisi ke 3 jumlah penderita hipertensi dengan 5,867 penderita di tahun 2016.
Pengobatan untuk pasien hipertensi dapat dilakukan dengan farmakologis dan
non farmakologis. Pengobatan farmakologis menggunakan obat-obatan penurun
tekanan darah secara medis atau konvensional sedangkan pengobatan non
farmakologis meliputi pengobatan diluar obat medis seperti olahraga, diet seimbang,
berhenti merokok, mengendalikan stres dan terapi tradisional komplementer atau terapi
komplementer. Terapi tradisional komplementer atau terapi komplementer diakui
secara legal melalui peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 103
tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Kementerian Kesehatan RI
mengeluarkan Permenkes No 1144 tahun 2010 tentang pembentukan Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer yang menjadi dasar
pengembangan terapi komplementer. Kemudian berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2013 proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional
sebesar 30,4% dengan jenis pelayanan yang paling banyak digunakan adalah
keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup
besar dan perlu mendapat perhatian yang serius sebagai bagian dari pembangunan
kesehatan nasional. Hal ini dapat dikembangkan melalui terapi komplementer seperti
akupresur.
Terapi tradisional komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional yang
memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah (Kemenkes RI, 2015). Akupresur merupakan
terapi komplementer yang sedang dipromosikan melalui puskesmas-puskesmas
melalui program kesehatan tradisional dan komplementer (Kestradkom).
Akupresur berasal dari kata occus dan pressure, yang berarti jarum dan
menekan, sehingga akupresur dapat diartikan memberi rangsangan (stimulasi) titik
akupuntur dengan teknik penekanan atau teknik mekanik (Kementerian Kesehatan RI,
2012). Akupresur telah mengalami perkembangan yang pesat di seluruh dunia, dengan
diakuinya secara legal oleh badan kesehatan dunia yaitu WHO, selain itu di Indonesia
juga mengalami perkembangan dengan adanya pembentukan program kesehatan yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan RI yang diberi nama Kesehatan Tradisional dan
Komplementer (Kestradkom).
Saat ini terapi akupresur juga dapat dilakukan di puskesmas yang dilaksanakan
dalam program Kesradkom atau Kesehatan Tradisional dan Komplementer, sesuai
dengan arahan dari Menteri Kesehatan. Pelaksanaan terapi akupresur dalam bentuk
promosi kesehatan telah dilakukan di setiap puskesmas akan tetapi dalam bentuk
pelaksanaan terapi secara langsung belum semua puskesmas melakukannya. Hal ini
mungkin dikarenakan belum adanya kerjasama antara dokter yang memberikan terapi
medis dengan pemberi pelayanan kesehatan dalam bentuk terapi komplementer yaitu
akupresur.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh akupresur
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat diambil rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu “apakah ada pengaruh akupresur terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi ?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh akupresur terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tekanan darah (sistole-diastole) sebelum dan setelah
diberikan akupresur terhadap tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
kelompok eksperimen di Bali.
1.3.2.2 Mengidentifikasi tekanan darah (sistole-diastole) pre-test dan post-test pada
pasien dengan hipertensi kelompok kontrol di Bali.
1.3.2.3 Menganalisa perbedaan tekanan darah (sistole-diastole) pada lansia dengan
hipertensi kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan akupresur di
Bali.
1.3.2.4 Menganalisa perbedaan tekanan darah (sistole-diastole) pre-test dan post-test
pada pasien dengan hipertensi kelompok kontrol di Bali.
1.3.2.5 Menganalisa pengaruh akupresur terhadap penurunan tekanan darah (sistole-
diastole) pada pasien yang mengalami hipertensi di Bali.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Praktis
1.4.1.1 Untuk Perawat
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan oleh perawat agar
menggunakan terapi akupresur untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
dengan hipertensi.
1.4.1.2 Untuk tempat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan bagi tempat penelitian dalam
memberikan pelayanan keperawatan mengenai penanganan hipertensi secara
non farmakologi pada penderita hipertensi.
1.4.1.3 Untuk penderita hipertensi dan keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penderita
hipertensi dan keluarga mengenai terapi akupresur sebagai salah satu cara
dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1.4.2.1 Untuk ilmu pengetahuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
yang berarti bagi bidang keperawatan, khususnya keperawatan komplementer
mengenai terapi akupresur yang merupakan salah satu cara dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
1.4.2.2 Untuk peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan bahan informasi
bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai terapi akupresur yang
merupakan salah satu cara dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.

1.5 Keaslian Penelitian


1. Penelitian yang dilakukan oleh Heny Budi Hastuti (2015) dari Stikes Kusuma
Husada Surakarta tentang Pengaruh Daun Seledri dan Daun Belimbing Wuluh
Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Pondok Kecamatan
Ngadirijo Kabupaten Wonogiri. Peneliti Heni menggunakan metodelogi dengan
pendekatan experiment semu atau quasi experiment dengan rancangan one group
pre and post test design. Sample yang digunakan sebanya 34 lansia dengan teknik
purposive sampling. Alat analisi yang digunakan dengan analisis paired simple t-
test. Hasil darah systole sebelum perlakuan 170,74 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastole sebelum perlakuan sebesar 94,41 mmHg, hasil tekanan darah sistole
sesudah perlakuan 153,38 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sesudah
perlakuan sebesar 89,26 mmHg dan terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan
daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Desa
Pondok Kecamatan Ngadirijo Kabupaten Wonogiri.
2. Penelitian oleh Andi Dwi Setiawan (2014) dari Stikes Majapahit Mojokerto tentang
pengaruh Seduhan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah Di Desa Sedati
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto, peneliti Andi, metodologi yang
digunakan pada penelitian ini adalah quasy-experiment dengan rancang bangun
Non equivalent control group design, dengan sample 42 responden menggunakan
simple random sampling. Variable independen adalah pemberian seduhan daun
alpukat, variable dependent ialah tekanan darah pada penderita hipertensi.
Penelitian ini mengguanakan uji statistik dengan uji Wilcoxon signed rank test.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan darah pada kelompok perlakuan
setelah pemberian seduhan daun alpukat terhadap penurunan menjadi ringan yaitu
12 orang (57,1%), hampir setengah mengalami penurunan menjadi sedang yaitu 6
orang (28,6%) dan sebagian kecil yang mengalami penurunan menjadi normal yaitu
3 orang (14,3%) sedangkan pada kelompok control tekanan darah hampir
keseluruhan masi tetap mengalami hipertensi sedang yaitu 17 orang (81,0%) dan
sebagian kecil tetap dengan hipertensi buruk yaitu 4 orang (19,0%). Hasil uji
wilcoxon signed rank test dengan bantuan SPSS versi 16 pada kelompok perlakuan,
didapatkan p = 0,000<0,05 (α) sehingga H0 ditolak artinya ada pengaruh pemberian
seduhan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada pasien
hipertensi di Desa Sedati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

You might also like