Dokumen ini membahas latar belakang masalah hipertensi pada lansia dan penggunaan daun belimbing wuluh sebagai alternatif pengobatan. Hipertensi merupakan masalah kesehatan umum pada lansia di Indonesia. Studi ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.
Dokumen ini membahas latar belakang masalah hipertensi pada lansia dan penggunaan daun belimbing wuluh sebagai alternatif pengobatan. Hipertensi merupakan masalah kesehatan umum pada lansia di Indonesia. Studi ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.
Dokumen ini membahas latar belakang masalah hipertensi pada lansia dan penggunaan daun belimbing wuluh sebagai alternatif pengobatan. Hipertensi merupakan masalah kesehatan umum pada lansia di Indonesia. Studi ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.
Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berdampak pada peningkatan usia harapan hidup. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan, Eka Viora menyatakan bahwa tahun 2014 UHH masyarakat Indonesia mencapai 72 tahun. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, hal ini berdampak pada peningkatan jumlah atau pertumbuhan lansia setiap tahunnya (BPS, 2012). Pada lansia terdapat beberapa masalah yang kerap muncul, yaitu mulai dari imobilisasi, instabilitas dan jatuh, inkontinensia, gangguan intelektual, infeksi, gangguan pengelihatan dan pendengaran, depresi, malnutrisi, gangguan tidur hingga menurunnya kekebalan tubuh. Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah gagal jantung dan infark, seta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal, gangguan hati, dan hipertensi (Haryono, 2013). Penyakit terbanyak pada lanjut usia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), stroke (46,1%), masalah gigi dan mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif menahun (8,6%) dan diabetes mellitus (4,8%). Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah baik sistole maupun diastole lebih dari 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukkan gejala atau apabila ada gejalanya hal itu tidaklah jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita (Iskandar, 2010). Menurut Triyanto (2014), pada sebagian besar lansia, sering terjadi hipertensi sistole terisolasi (HST) dan umumnya merupakan hipertensi primer atau hipertensi yang tidak diketahui apa penyebabnya. Hipertensi sistole terisolasi merupakan peningkatan tekanan darah ddengan tekanan darah sama atau lebih dari 140 mmHg, tetapi tekanan darah diastole kurang dari atau sama dengan 90 mmHg. Insiden terjadi hipertensi sistole terjadi pada umur kisaran 60 sampai 70 tahun. Hal ini terjadi sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55 sampai 60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Namun pada umumnya hipertensi yang mereka derita termasuk kedalam kategori hipertensi ringan hingga sedang. HST lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. World Health Organization (WHO) tahun 2008 mencatat sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025, dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Prevalensi hipertensi yang menggunakan metode pengukuran di dapatkan sebesar ( 19,5%) dan yang mengunakan metode wawancara responden yang di diagnose penyakit hipertensi (8,8%) , yang didiagnosa atau sedang mengkonsumsi obat (8,7%). Menurut karakteristik prevalensi hipertensi pada responden umur 60 tahun keatas atau lanjut usia yang didiagnosa hipertensi dengan metode pengukuran 86.3%, yang menggunakan metode wawancara didiagnosa hipertensi sebanyak 46,9% dan yang didiagnosa hipertensi atau sedang minum obat sebanyak 47,1% (Riskesdas Provinsi Bali, 2013). Dalam Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 , Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan hipertensi menempati peringkat ke 2 berdasarkan pola 10 besar penyakit di puskesmas dengan jumlah kunjungan sebanyak 89,394 kunjungan selama tahun 2016. Jumlah penderita hipertensi dengan umur ≥18 tahun pada tahun 2016 yaitu 54,944 penderita dengan 27,542 laki-laki dan 27,402 perempuan. Kabupaten Buleleng menempati posisi tertinggi penderita hipertensi terbayak pada usia ≥18 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 14,700 penderita hipertensi sedangkan untuk kabupaten Gianyar menempati posisi ke 3 jumlah penderita hipertensi dengan 5,867 penderita di tahun 2016. Meningkatnya tekanan darah selain dipengaruhi oleh faktor keturunan, beberapa penelitian menunjukkan, erat hubungannya dengan perilaku responden. Perilaku santai yang ditandai dengan lebih tingginya asupan kalori dan kurang aktivitas fisik merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung, yang biasanya didahului dengan meningkatnya tekanan darah. Perilaku santai yang digambarkan dengan adanya kemudahan akses, kurang aktifitas fisik, ditambah dengan semakin semaraknya makanan siap saji, kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur, kebiasaan merokok, dan kebiasaan minum minuman beralkohol merupakan faktor resiko meningkatnya tekanan darah. Tekanan darah mengalami fluktuasi setiap saat, hipertensi akan menjadi masalah apabila tekanan darah tersebut persisten, karena hal ini membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (otak dan jantung) menjadi tegang. Apabila hipertensi tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Cara mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efesien. Penaganan hipertensi secara umum dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologis adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan modern. Pengobatan farmakologis dilakukan pada hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih. Pengobatan non-farmakologis, merupakan pengobatan tanpa obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara pengobatan non-farmakologi penurunan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani pola hidup sehat dan mengkonsumsi bahanbahan alami seperti buah-buahan dan sayur-sayuran Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang mengandung banyak bahan kimia secara berlebihan akan menimbulkan dampak lain dibandingkan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan tradisional, disamping biaya pengobatan tradisional lebih murah dibandingkan dengan obatobatan yang lain. Obat tradisional dapat digunakan sebagai alternative lain dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Selain dari pengobatan bahan kimia pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang dipercaya berkhasiat dalam pengobatan hipertensi. Masyarakat dapat mengandalkan lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kekayaan alam belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan dan dikembangkan. Masyarakat telah lama mengenal dan mengunakan tumbuh tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan seperti pemanfaatan daun belimbing. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) merupakan alternatife yang baik mengingat daun belimbing mudah didapatkan oleh masyarakat. Daun belimbing wuluh memiliki kandungan untuk menurungka tekanan darah antara lain Tanin, Sulfur, Asam format, Peroksidase, Calium oxalate, dan Kalium sitrat (Junaedi & Rinata,2013) Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi l.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi.”
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita Hipertensi” ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita Hipertensi. 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi tekanan darah systole dan diastole sebelum pemberian air rebusan daun belimbing wuluh pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan. 1.3.2.2 Mengidentifikasi tekanan darah systole dan diastole sesudah pemberian air rebusan daun belimbing wuluh pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan. 1.3.2.3 Mengidentifikasi pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita Hipertensi. 1.3.2.4 Menganalisis tekanan darah systole dan diastole sebelum pemberian air rebusan daun belimbing wuluh pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan. 1.3.2.5 Menganalisis tekanan darah systole dan diastole sesudah pemberian air rebusan daun belimbing wuluh pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan. 1.3.2.6 Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita Hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis 1.4.1.1 Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya penerapan perawatan tekanan darah tinggi dengan terapi komplementer. 1.4.1.2 Dapat dipergunakan sebagai bahan literature bagi akademik dan peneliti lain yang berminat dalam penelitian tentang pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l.) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita Hipertensi. 1.4.2 Manfaat praktis 1.4.2.1 Sebagai pedoman bagi perawat dalam terapi komplementer untuk mengatasi masalah tekanan darah tinggi pada lansia dengan menggunakan air rebusan daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi l). 1.4.2.2 Memberi informasi kepada keluarga pasien tentang manfaat terapi non farmakologi yaitu air rebusan daun belimbing wuluh pada lansia yang menderita hipertensi. 1.4.2.3 Memberikan suatu wawasan dan pengetahuan peneliti tentang manfaat terapi non farmakologi yaitu air rebusan daun belimbing wuluh pada lansia yang menderita hipertensi.
1.5 Keaslian Penelitian
1. Penelitian oleh Arimina Hartati Pontoh (2014) dari Akademi Kebidanan Griya Husada tentang Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Balong Sari Surabaya, peneliti Arimina, Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pre eksperimen dengan pendekatan One Grup Pre Test Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia yang mempunyai tekanan darah tinggi dengan jumlah 19 orang. Dengan tehnik pengambilan sampel adalah total sampling. Penelitian ini mengguanakan uji statistik dengan uji Wilcoxon signed rank test. Variable independen adalah pemberian seduhan daun alpukat, variable dependent ialah tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebelum diberikan rebusan daun belimbing wuluh sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah sistolik 160-179 (sedang) sejumlah 11 (57,9%), dan sesudah diberikan rebusan daun belimbing wuluh sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah sistolik 140-159 (ringan) sejumlah 11 orang (57,9%). Pada tabel uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai negative ranks ada 17 responden yang mengalami penurunan tekanan darah sistolik, dan nilai positive ranks didapatkan tidak ada responden yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik, sedangkan nilai ties didapatkan ada 2 responden yang tekanan darah sistoliknya tetap, maka didapatkan nilai ρ value :0,000 dimana nilai ρ<0,05 maka H0 di tolak H1 diterima. Jadi kesimpulannya didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada Lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari kota surabaya tahun 2014. 2. Penelitian oleh Andi Dwi Setiawan (2014) dari Stikes Majapahit Mojokerto tentang pengaruh Seduhan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah Di Desa Sedati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto, peneliti Andi, metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy-experiment dengan rancang bangun Non equivalent control group design, dengan sample 42 responden menggunakan simple random sampling. Variable independen adalah pemberian seduhan daun alpukat, variable dependent ialah tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian ini mengguanakan uji statistik dengan uji Wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan darah pada kelompok perlakuan setelah pemberian seduhan daun alpukat terhadap penurunan menjadi ringan yaitu 12 orang (57,1%), hampir setengah mengalami penurunan menjadi sedang yaitu 6 orang (28,6%) dan sebagian kecil yang mengalami penurunan menjadi normal yaitu 3 orang (14,3%) sedangkan pada kelompok control tekanan darah hampir keseluruhan masi tetap mengalami hipertensi sedang yaitu 17 orang (81,0%) dan sebagian kecil tetap dengan hipertensi buruk yaitu 4 orang (19,0%). Hasil uji wilcoxon signed rank test dengan bantuan SPSS versi 16 pada kelompok perlakuan, didapatkan p = 0,000<0,05 (α) sehingga H0 ditolak artinya ada pengaruh pemberian seduhan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi di Desa Sedati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.