You are on page 1of 22

AL – QUR’AN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ Agama Islam ”
Dosen Pengampu : HM. Taqijuddin A, ST.MT

Diusulkan oleh:

GIFFARI YON MAULANA NIM. 21801051159

MUHAMMAD RIZA AZIS J. NIM. 21801051145

YAYAN FEBRIYANSYAH NIM. 21801051131

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG

2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat, karena berkat rahmat-Nya makalah
ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapakan. Dalam makalah ini membahas
tentang “ Al – Qur’an ”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa


mengenai pengertian, pokok - pokok kandungan, bukti kemurnian serta aspek
kemuk’jizatan Al – qur’an . Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen HM.
Taqijuddin A, ST.MT. Mata pelajaran kuliah Agama Islam, yang telah
memberikan arahan, koreksi dan saran terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan
dari beliau mungkin, kami tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan
format yang telah di tentukan.

Materi yang kami jelaskan dalam makalah ini tentunya jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami
butuhkan untuk perbaikan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga
bermanfaat.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................

1.1 Pengertian Al-Quran....................................................................................


1.2 Pokok-pokok kandungan Al-Quran.............................................................
1.3 Membuktikan keotentikan Al-Qur’an .........................................................
1.4 Kemukjizatan Al-Quran...............................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN...........................................................................................

BAB 3. PENUTUPAN...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

LAMPIRAN

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berasal dari kata qaraa yaqrau
quranan yang berarti “bacaan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an
didefenisikan sebgai sebauah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suati
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa
terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.Al-Qur’an juga
merupakan pedoman hidup bagi manusia di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an dipandang sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang
berfungsi untuk membenarkan kerasulannya. Kemukjizatannya itu tidak hanya
terbatas pada makna objektif yang terkandung di dalamnya, tetapi lafal dan
redaksinya merupakan kutipan langsung dari Allah SWT. Karena itu tidak
mungkin ditemukan keganjilan-keganjilan penerapanya.
Dan juga Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi dan mempunyai hubungan
langsung dalam fenomena kehidupan, hal ini diantaranya akidah, ibadah,
mu’amalah, akhlak, hukum, dan sejarah. Maka dari itu materi ini sangat
penting untuk dipelajari lebih dalam.

1.2 Permasalahan
1. Apa pengertian Al-Qur’an ?
2. Bagaimana isi pokok ajaran Al-Qur’an ?
3. Bagaimana bukti kemurnian Al-Qur’an ?
4. Bagaimana aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ;
1. Dapat mengetahui pengertian esensi dari Al-Qur’an
2. Memahami kandungan dan fungsi Al-Qur’an
3. Bukti-bukti kemurnian dari Al-Qur’an
4. Mengetahui aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an
BAB 2. PEMBAHASAN

1. Definisi Al-Quran
Al-Quran secara etimologis berasal dari kata "qara-a, yaqra-u, qira-atan
atau qur-anan" yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dlommu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara
teratur. Dikatakan Al-Qur’an karena ia berisikan intisari semua kitabullah dan
intisari dari ilmu pengetahuan.Terkait dengan asal kata Al-Qur’an, terdapat
beberapa pendapat di antaranya ialah pendapat yang disampaikan oleh:

a. Asy-Syafi’i (150 - 204 H) berpendapat bahwa kata Al-Qur’an ditulis dan


dibaca tanpa hamzah (Al-Quran) dan tidak diambil dari kata lain, la adalah
nama yang khusus dipakai untuk kitab suci yang diberikan kepada Nabi
Muhammad, sebagaimana kitab Injil dan Taurat dipakai khusus untuk kitab-
kitab Tuhan yang diberikan kepada Nabi Isa dan Musa.
b. Al-Faraa’ dalam kitabnya "Ma’anil Qur’an" berpendapat bahwa lafadz Al-
Quran tidak memakai hamzah, dan diambil dari kata qarain jama dari
qarinah, yang berarti indikator (petunjuk). Hal ini disebabkan karena
sebagian ayat-ayat Al-Qur’an itu serupa satu sama lain, maka seolah-olah
sebagian ayat-ayatnya merupakan indikator dari apa yang dimaksud oleh
ayat lain yang serupa itu.
c. Al-Asy’ari berpendapat bahwa lafadz Al-Quran tidak memakai hamzah dan
diambil dari kata qarana, ayang berarti menggabungkan. Hal ini disebabkan
karena suratsurat dan ayat-ayat Al-Qur’an dihimpun dan digabungkan dalam
satu mushaf.

Definisi Al-Qur’an dari segi terminologis dapat dipahami dari pandangan


beberapa ulama berikut :

a. Muhammad Salim Muhsin, dalam bukunya "Tarikh Al-Qur’an al-Karim"


menyatakan bahwa :
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukil/ diriwayatkan kepada
kita dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta
sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun dengan sural
terpendek.
b. Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman Allah yang
diturunkan melalui ruhul amin (jibril) kepada Nabi Muhammad SAW.
dengan bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya, dan sebagai hujjah
kerasulannya, undangundang bagi seluruh rnanusia dan petunjuk dalam
beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun
dalam mushaf.yang dimulai dari surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat
an-nas, yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir.
c. Syaikh Muhammad Abduh mendefinisikan Al-Quran sebagai kalam mulia
yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi yang paling sempurna
(Muhammad SAW.), ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan. la
merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak dimengerti kecuali bagi
orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.

Ketiga definisi Al-Qur’an tersebut sebenarnya saling melengkapi. Definisi


pertama lebih melihat keadaan Al-Qur’an sebagai firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, diriwayatkan kepada umat Islam secara
mutawatir, membacanya sebagai ibadah, dan salah satu fungsinya sebagai
mu’jizat atau melemahkan para lawan yang menentangnya. Definisi kedua
melengkapi penjelasan cara turunnya lewat malaikat Jibril, penegasan tentang
permulaan surat dari Al-Qur’an serta akhir suratnya, dan fungsinya di samping
sebagai mu’jizat atau hujjah kerasulannya, juga sebagai undang-undang bagi
seluruh umat rnanusia dan petunjuk dalam beribadah. Dan definisi ketiga
melengkapi isi Al-Qur’an yang mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan,
fungsinya sebagai sumber yang mulia, dan penggalian esensinya hanya bisa
dicapai oleh orang yang berjiwa suci dan cerdas. Qur'an dikhususkan sebagai
nama bagi kitab yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w., sehingga Qur'an
menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama diri. Dan secara gabungan kata itu
dipakai untuk nama Qur'an secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan
ayat-ayatnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat Qur'an, kita
boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca Al-Quran.

Artinya: " Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarlah dan


perhatikanlah...” ( QS. Al A’raf : 204 )
Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dengan nama
Qur'an diantara kitab-kitab Allah itu karena kitab ini mencakup inti dari kitab-
kitab-Nya, bahkan mencakup inti dari semua ilmu. Hal itu diisyaratkan dalam
firman-Nya:

Artinya: " Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Quran) sebagai


penjelasan bagi segala sesuatu." ( QS. An-Nahl :89 )
Dan firman-Nya:

Artinya: " Tiada Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab ini (Al-
Quran).” ( QS. Al-An'am :38 )
Al-Quran memang sukar diberi batasan dengan definisi-definisi logika
yangmengelompokkan segala jenis, bagian-bagian serta ketentuan-
ketentuannya yang khusus, mempunyai genus, diferrentia dan propium,
sehingga definisi Al-Quran mempunyai batasan yang benar-benar konkrit.
Definisi yang konkrit untuk Al-Quran ialah menghadirkannya dalam pikiran
atau dalam realita seperti misalnya kita menunjuk sebagai Al-Quran kepada
yang tertulis di dalam mushaf atau terbaca dengan lisan. Untuk itu kita
katakan: Qur'an adalah apa yang ada di antara dua jilid buku, atau kita katakan
juga: Al-Quran ialah bismillahir rahmanir rahim, al-hamdulillahi rabbil
'alamin .... sampai dengan minal jinnati wannas.
Para ulama menyebutkan definisi Al-Quran yang mendekati maknanya
dan membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan bahwa: "Al-Quran
adalah Kalam atau Firman Allah yang diturunkan,21 kepada Muhammad SAW.
yang pembacaannya merupakan suatu ibadah." Dalam definisi, "kalam"
merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan dengan
menghubungkannya kepada Allah (Kalamullah) berarti tidak termasuk semua
kalam manusia, jin dan malaikat.
Al-Quran dan al-Kitab, lebih populer dari nama-nama yang lain. Dalam
hal ini Dr. Muhammad Abdullah Daraz berkata: Ia dinamakan Al-Quran
karena ia "dibaca" dengan lisan, dan dinamakan al-Kitab karena ia "ditulis"
dengan pena. Kedua nama ini menunjukkan makna yang sesuai dengan
kenyataannya." Dengan penjagaan ganda ini yang oleh Allah telah ditanamkan
ke dalam jiwa umat Muhammad untuk mengikuti langkah Nabi-Nya, maka Al-
Quran tetap terjaga dalam benteng yang kokoh. Hal itu tidak lain untuk
mewujudkan janji Allah yang menjamin terpeliharanya Al-Quran, seperti
difirmankan-Nya:

Artinya: "Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan az-Zikr (Al-Quran),


dan sesungguhnya Kamilah yang benar-benar akan menjaganya".
Dengan demikian Al-Quran tidak mengalami penyimpangan, perubahan dan
keterputusan sanad seperti terjadi pada kitab-kitab terdahulu.

2. Isi dan Pesan-Pesan Al-Quran


Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. kurang lebih
selama 23 tahun, dalam dua fase, yaitu 13 tahun pada fase sebelum beliau
hijrah ke Madinah (Makkiyah), dan 10 tahun pada fase sesudah hijrah ke
Madinah (Madaniyah). Isi Al- Qur’an terdiri atas 114 surat, 6236 ayat, 74437
kalimat dan 325345 huruf. Proporsi masing-masing fase tersebut adalah 19/30
(86 surat) untuk ayat-ayat Makkiyah, dan 11/30 (28 surat) untuk ayat-ayat
Madaniyah.
Pada dasarnya, keseluruhan isi Al-Qur’an itu mengandung pesan-pesan
sebagai berikut : (1) masalah tauhid, termasuk di dalamnya segala kepercayaan
terhadap yang gaib; (2) masalah ibadah, yaitu kegiatan-kegiatan dan perbuatan-
perbuatan yang mewujudkan dan menghidupkan di dalam hati dan jiwa; (3)
masalah janji dan ancaman, yaitu janji dengan balasan baik bagi mereka yang
berbuat baik dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat, janji akan
memperoleh kebahagiaan dunia-akhirat dan ancaman akan mendapatkan
kesengsaraan dunia-akhirat, janji dan ancaman di akhirat berupa surga dan
neraka; (4) jalan menuju kebahagiaan dunia-akhirat, berupa ketentuanketentuan
dan aturan-aturan yang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridlaan
Allah; (5) riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang-orang terdahulu baik sejarah
bangsabangsa, tokoh-tokoh maupun Nabi dan rasul Allah.
Selanjutnya Abdul Wahab Khalaf,32 lebih memerinci pokok-pokok
kandungan (pesan-pesan) Al-Qur’an ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
a. Masalah kepercayaan (I’tiqadiyah), yang berhubungan dengan rukun iman
(iman kepada Allah, malaikat, kitabullah, rasulullah, hari kebangkitan, dan
taqdir).
b. Masalah etika (khuluqiyah), berkaitan dengan hal-hal yang dijadikan
perhiasan bagi seseorang untuk berbuat keutamaan dan meninggalkan
kehinaan.
c. Masalah perbuatan dan ucapan (amaliyah), yang terbagi ke dalam dua
macam, yaitu :
(1) masalah ibadah, yang berkaitan dengan rukun Islam, nadzar, sumpah
dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan antara manusia dan
Allah SWT.;
(2) masalah mu’amalah, seperti aqad, pembelanjaan, hukuman, jinayat dan
sebagainya yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain,
baik perseorangan maupun kelompok.

Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan


menjadi berbagai bidang. Dalam bab ini akan diuraikan isi kandungan al-
Qur’an secara garis besar yaitu meliputi :

1. Akidah.
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan.
Bentuk jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut
dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang
beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai
suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati,
dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal
perbuatan.
Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri
berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini
keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan
dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih)
dalam kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan
bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-
an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt.
berarti ia kagir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah Swt.
dinamakan musyrik.
Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa
Allah Swt. itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun
iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku
berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau
meyakini sebagian dari rukun iman saja. Rukun iman yang wajib
diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah Swt., iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah Swt., iman
kepada Rasul-Rasul Allah Swt., iman kepada hari akhir, dan iman
kepada Qadla’ dan Qadar.
Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah
yang terkandung di dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut :

‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬. ‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬. ‫ص َم ُد‬
َّ ‫ هَّللا ُ ال‬. ‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬
"Katakanlah (Muhammad saw.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Allah Swt. tempat meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang
setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas: 1-4)

‫ون ۚ ُك ٌّل آ َم َن ِباهَّلل ِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه اَل‬ َ ‫آ َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َما أ ُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه مِنْ َر ِّب ِه َو ْالم ُْؤ ِم ُن‬
ِ ‫ك ْال َم‬
‫صي ُر‬ َ ‫ك َر َّب َنا َوإِلَ ْي‬ َ ‫ق بَ ْينَ أَ َح ٍد ِم ْن ُر ُسلِ ِه ۚ َو َقالُوا َسمِعْ َنا َوأَ َطعْ َنا ۖ ُغ ْف َرا َن‬ ُ ‫“ نُفَ ِّر‬
“Rasul (Muhammad saw.) beriman kepada apa yang diturunkan
kepadanya (alQur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata),
”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-
Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat.
Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami)
kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)

2. Ibadah dan Muamalah.


Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau
menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau
mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. dengan tunduk, taat dan
patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan
ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran
Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena
keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak.
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan
manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Firman
Allah Swt.:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬


‫ن‬zِ ‫س ِإاَّل ِليَ ْعبُدُو‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat : 56)
Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan
oleh Allah Swt., oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia
membutuhkan Allah Swt. Dan kebutuhan terhadap Allah Swt. itu
diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya
manusia menyembah dan meminta pertolongan.
Sebagaimana Firman Allah Swt.:

ُ‫د َوإِيَّاكَ نَ ْستَ ِعين‬zُ ُ‫ك نَ ْعب‬


َ ‫إِيَّا‬
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5)
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdah
dan ghairu mahdah. Ibadah mahdah artinya ibadah khusus yang tata
caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji.
Sedangkan ibadah ghairu mahdah artinya ibadah yang bersifat umum,
tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk
mencari ridha Allah Swt., misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki
yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu, dan
sebagainya. Selain beribadah kepada Allah Swt. karena kesadaran
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., manusia juga memiliki
kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama
manusia lainnya.
Maka al-Qur’an tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah
sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah Swt. tetapi juga
mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan lain manusia dengan
hubungannya dalam kehidupan. (Misalnya: sillaturrahim, jual beli,
hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan
bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut
dengan mu’amalah.
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara
bermu’amalah, antara lain:

ْ ‫ْن إِلَ ٰى أَ َج ٍل م َُس ًّمى َف‬


‫اك ُتبُوهُ ۚ َو ْل َي ْك ُتبْ َب ْي َن ُك ْم َكا ِتبٌ بِ ْال َع ْد ِل‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
+ٍ ‫ِين آ َم ُنوا إِ َذا َتدَا َي ْن ُت ْم ِب َدي‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan
utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar....” (QS. al-Baqarah : 282)

3. Akhlak.
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah
laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan
dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Dalam konsep bahasa Indonesia,
akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan
satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah saw.
menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau adalah
untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah saw. bersabda:

“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang


baik." (HR. Ahmad)
Nabi Muhammad saw. adalah model dan suri tauladan bagi umat
dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an
merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau
merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-
Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga wajarlah ketika
Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak beliau, lalu
Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan adalah beliau akhlak (al-
Qur’an).
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi
Muhammad saw. antara lain adalah :

َ ‫ُول هَّللا ِ أُسْ َو ٌة َح َس َن ٌة لِ َمنْ َك‬


‫ان َيرْ جُو اللَّهَ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬ ِ ‫ان َل ُك ْم فِي َرس‬ َ َ‫ل‬
َ ‫ق ْد َك‬
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah
Swt.” (QS. al-Ahzab : 21)

4. Hukum.
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-
kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat
manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat
manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur,
sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
Sebagai sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan
ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam
menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci
(tafsil).
Beberapa ayat-ayat alQur’an yang berisi ketentuan hukum antara
lain adalah :

‫ِين َخصِ يمًا‬ َ ‫اس ِب َما أَ َرا‬


َ ‫ك هَّللا ُ ۚ َواَل َت ُكنْ ل ِْل َخا ِئن‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
ِ ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ ال َّن‬ َ ‫إِنَّا أَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu
(Muhammad saw.) membawa kebenaran, agar engkau mengadili
antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah Swt.
kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang
tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.” (QS.
an-Nisa’ : 105)
Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat
al-Qur’an adalah meliputi :
a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam :
QS. al-Baqarah : 221; QS. al-Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24;
QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-11.
b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam :
QS. an-Nisa’ : 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah :180; QS. al-
Maidah :106
c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam :
QS. al-Baqarah : 279, 280 dan 282; QS. al-Anfal : 56 dan 58;
QS. at-Taubah : 4
d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam :
QS. al-Baqarah : 178; QS. anNisa’ : 92 dan 93; QS. al-Maidah :
38; QS. Yanus : 27; QS. al-Isra’ : 33; QS. asy-Syu’ara : 40
e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam :
QS. al-Baqarah : 190-193; QS. al-Anfal : 39 dan 41; QS. at-
Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-Hajj : 39 dan 40
f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-
Hujurat : 13

5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu.


Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan
tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-
kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi
dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah
tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat
menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan
keridhaan Allah Swt.
َ ‫ِيثا ُي ْف َت َر ٰى َو ٰلَكِنْ َتصْ د‬
‫ِيق الَّذِي َبي َْن َي َد ْي ِه‬ ً ‫ان َحد‬ ِ ‫صصِ ِه ْم عِ ب َْرةٌ أِل ُولِي اأْل َ ْل َبا‬
َ ‫ب ۗ َما َك‬ َ ‫لَ َق ْد َك‬
َ ‫ان فِي َق‬
َ‫صي َل ُك ِّل َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً لِقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمنُون‬ ِ ‫َوتَ ْف‬
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya,
menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)
Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik
yang iman dan taat kepada Allah Swt. maupun yang ingkar dan ma’siat
kepada-Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu,
umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah Swt.
dan menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya.
Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah Swt., Allah Swt.
telah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka,
sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah Swt. telah
memberikan azab-Nya.

. ‫ِين َع َذابًا أَلِي ًما‬ َّ ‫اس آ َي ًة ۖ َوأَعْ َت ْد َنا ل‬ِ ‫وح لَ َّما َك َّذبُوا الرُّ ُس َل أَ ْغ َر ْقنَاهُ ْم َو َج َع ْل َنا ُه ْم لِل َّن‬
َ ‫ِلظالِم‬ ٍ ُ‫َوقَوْ َم ن‬
‫اًّل‬ ُ َ َ ‫أْل‬
‫ض َر ْب َنا لَ ُه ا ْمثا َل ۖ َوك تَبَّرْ نَا‬ ‫اًّل‬ ُ َ ٰ ُ َ
َ ‫ َوك‬. ‫اب الرَّسِّ َوقرُونًا بَ ْينَ ذل َِك َكثِيرً ا‬ َ ‫َوعَادًا َوثَ ُمو َد َوأصْ َح‬
‫تَتبِيرًا‬ْ
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan
para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita)
mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi
orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan)
kaum ‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi
di antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan
perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-
hancurnya.” (QS. al-Furqan: 37-39)

6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi.


Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan
isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat
potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan
kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi ilmu
telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup
dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.
Al -Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-
Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5
َ ُّ‫ ا ْق َر ْأ َو َرب‬. ‫ق‬
‫ َعلَّ َم‬. ‫ الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬. ‫ك اأْل َ ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫ خَ ل‬. ‫ق‬
‫اإْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, . Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Mahamulia,. Yang mengajar (manusia) dengan
pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS.
al-‘Alaq : 1-5)
Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan
perintah untuk membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting
dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini
mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya
membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan
juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadalah ayat 11.

‫ِس َفا ْف َسحُوا َي ْف َس ِح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذا قِي َل ا ْن ُش ُزوا‬


ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬
‫ون َخبِي ٌر‬ َ ُ‫ت ۚ َوهَّللا ُ ِب َما َتعْ َمل‬ ٍ ‫ِين أُو ُتوا ْالع ِْل َم َد َر َجا‬
َ ‫فَا ْن ُش ُزوا يَرْ فَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذ‬
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan." (QS. al-Mujadalah : 11)

3. Membuktikan keotentikan Al-Qur’an


a. Ditinjau dari keunikan redaksinya.
Abdurrazaq Naufal dalam bukunya Al-Ijaz Al- ‘Adad Al-qur’an Al-
Karim(kemukjizatan dari segi bilangan dalam Al-Qur’an) dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
Misalnya :
-   (al-hayah /kehidupan) dan (al-maut/kematian) masing-masing
sebanyak 145 kali.
-  (an-naf /manfaat) dan (al-fasad/kerusakan atau mudarat) masing-
masing sebanyak 50 kali.
-   (al-harr /panas) dan (al- bard/dingin) masing-masing 4 kali.

2. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna


yang dikandungnya. Missalnya :
-    (al-harts/membajak [sawah]) dan (az-zira’ah/bertani) masing-masing
14 kali.
-     (al- ‘ujub/membanggakan diri atau angkuh) dan( al-ghurur /angkuh)
masing-masing 27 kali.
-     (adh-dhallun/orang sesat) dan (al-mauta/mati jiwanya) ) masing
masing 17 kali.
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang
menunjuk pada akibatnya. Misalnya :
-     (al- infaq/menafkahkan) dan (ar-ridha/kerelaan) masing-masing 73
kali.
-     (al-bukhl/kekikiran) dan (al-hasrah/penyesalan) masing-masing 12
kali.
-    (al-kafirun/orang-orang kafir) dan (an-nar/neraka atau pembakaran)
masing-masing 154 kali.
4.    Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
Misalnya :
-     (al-israf/pemborosan) dan (as-sur’at/ketergesa-gesahan) masing
masing 23 kali.
-    (al-mau’izhah/nasehat atau petuah) dan (al-lisan/lidah) masing-masing
25 kali.
-    (al-asra/tawanan) dan (al-harb/perang) masing-masing 6 kali.
5.    Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut ditemukan pula
keseimbangan khusus, misalnya:
-     Kata (yaum/hari) dalam bentuk tunggal,sejumlah 365 kali, sebanyak
hari-hari dalam setahun.
-     Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”,dan penjelasan ini
diulanginya sebanyak tujuh kali pula yaitu pada surah-surah Al-
Baqarah :29, Al-Isra’:44, Al-Mu’minun : 86, Fush-shilat :12, Ath-
Thalaq :12, Al-Mulk :3, dan Nuh : 15.
-     Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik (rasul), atau
(nadzir/pemberi peringatan) keseluruhannya berjumlah 518 kali,dan
ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi,dan rasul,
dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.

b. Ditinjau dari kemukjizatannya.


Kemukjizatan al-Qur’an pada dasarnya berpusat pada dua segi, yaitu segi
isi atau kandungan al-Qur’an, dan segi bahasa al-Qur’an.
1.  Segi isi atau kandungan al-Qur’an.
-    Al-Qur’an mengungkap sekian banyak ragam hal gaib seperti halnya
mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh
manusia, karena masanya yang telah demikian lama, seperti peristiwa
tenggelamnya fir’aun dan diselamatkannya badannya.
-   Dalam al-Qur’an banyak terdapat ramalan-ramalan tentang peristiwa
peristiwa yang belum terjadi tetapi kemudian betul-betul terjadi dalam
sejarah sebagaimana diramalkan, misalnya, ramalan al-Qur’an tentang
kemenangan akhir kerajaan Romawi dalam peperangan melawan
kerajaan Persi, dan menjadi kenyataan sejarah pada tahun 624 M, yaitu
7 tahun sesudah ramalan al-Qur’an.
-    Al-Qur’an sebagai kitab suci Allah yang terakhir merupakan kitab suci
yang lengkap dan sempurna, dimana pokok-pokok atau prinsip-prinsip
ajaran yang dahulu yaitu Taurat, Zabur, dan Injil telah dibawa juga oleh
al-Qur’an, bahkan dalam bentuknya yang sempurna. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa agama Islam yang dibawa Nabi terakhir, yaitu
Nabi Muhammad Saw. merupakan puncak kesempurnaan dari agama
Allah yang diwahyukan kepada para Nabi-nya sejak Nabi yang
pertama.
2. Segi bahasa al-Qur’an.
Dari segi bahasa, al-Qur’an merupakan bahasa bangsa Arab Quraisy yang
mengandung sastra Arab yang sangat tinggi mutunya. Ketinggian mutu
sastra al-Qur’an ini meliputi segala segi. Kaya akan perbendaharaan kata-
kata, padat akan makna yang terkandung, sangat indah dan sangat
bijaksana dalam menyuguhkan isinya.
Dalam gaya bahasanya yang menakjubkan alQur’an mempunyai beberapa
keistimewaan, diantaranya :
-   Kelembutan al-Qur’an secara lafzhiah yang terdapat pada susunan suara
dan keindahan bahasanya.
-  Keserasian al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan,
dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan
keindahan al-Qur’an.
-  Sesuai dengan akal dan perasaan, dimana al-Qur’an memberikan
doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan
sekaligus.

c. Ditinjau dari sejarahnya.


Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-
angsur lebih dari 20 tahun.1[8] Nabi Muhammad Saw. setelah menerima
wahyu langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabat agar
mereka menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi, tidak kurang dan tidak
lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, Nabi Saw. memanggil
para sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat-ayat yang baru saja
diterimanya disertai informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya.
Ayat-ayat tersebut ditulis dalam pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-
kulit atau tulang-tulang binatang.
1
Setelah rasulullah wafat pemeliharaan al-Qur’an dilanjutkan oleh Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Abu Bakar mengemban
tugas pemeliharaan al-Qur’an dengan melakukan penghimpunan naskah-
naskah al-Qur’an yang berserakan menjadi satu mushaf. Hal ini dikarenakan
banyak para sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan perang
Yamamah. Dalam pertempuran tersebut 70 orang penghafal al-Qur’an
gugur. Kemudian baru pada masa Utsman bin Affan tersusun pembukuan
al-Qur’an standar dalam rangka menjaga otentitas al-Qur’an sekaligus
mereduksi dan mengantisipasi konflik internal sekitar qira’at pada masa itu.
Sejak itu umat islam dalam membaca al-Qur’an berpegang pada bentuk
bacaan yang sesuai dengan mushaf Utsmani.

4. Kemukjizat Al-Qur-an
Kata I’jaz adalah isim mashdar dari ‘ajaza-yu’jizu-i’jazan yang
mempunyai arti “ketidakberdayaan atau keluputan” (naqid al-hazm). Kata
i’jaz juga berarti “terwujudnya ketidakmampuan”, seperti dalam contoh:
a’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu”. Penampakan kebenaran
pengklaiman kerasulan nabi Muhammad saw dalam ketidakmampuan orang
Arab untu menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Qur-an. Perbuatan
seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara
melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu
melakukannya dan bersaksi akan kebenaran Catatan : Dari pengertian
mukjizat di atas, maka ada beberapa syarat disebut mukjizat,yaitu :

a. Hal yang di luar kebiasaan : seperti tongkat berubah ular,


menghidupkan orang mati, dan lain sebagainya
b. Disertai Tantangan : untuk meniru, agar mereka yang ditantang
merasa ‘tidak mampu’ untuk kemudian mengakui bahwa itu dari
Allah SWT
c. Selamat dari pengingkaran : artinya tantangan itu berupa sebuah
tantangan yang layak bukan sesuatu yang tidak masuk akal.
Misalnya : tantangan membuat Al-Qur-an untuk orang Arab yang
berbahasa Arab, bukan untuk orang Jawa.
d. Muncul dari Nabi : untuk menguatkan risalah kenabiannya, jika
bukan dari nabi biasa disebut dengan Karomah.klaimnya.

Mukjizat al-Qur-an terdiri dari berbagai macam segi mukjizat :


1. Segi bahasa dan susunan redaksinya ( I’jaz Lughowi)

Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab pada saat turunnya


al-Qur-an telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa
satu pun yang ada di dunia ini, baik sebelum dan sesudah mereka dalam
bidang kefashihan bahasa (balaghah). Mereka juga telah meramba jalan
yang belum pernah diinjak orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan
penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun kata-kata, serta
kelancaran logika. Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf yang
begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra, karena sebab itulah al-Quran
menantang mereka. Padahal mereka memiliki kemampuan bahasa yang
tidak bias dicapai orang lain seperti kemahiran dalam berpuisi, syi’ir atau
prosa (natsar), memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang tidak
sampai oleh selain mereka. Namun walaupun begitu mereka tetap dalam
ketidakberdayaan ketika dihadapkan dengan al-Qur-an.

2. Segi isyarat ilmiah ( I’jaz Ilmi)

Pemaknaan kemukjizatan al-Qur-an dalam segi ilmiyyah diantaranya :

1) Dorongan serta stimulasi al-Qur-an kepada manusia untuk selalu


berfikir keras atas dirinya sendiri dan alam semesta yang mengitarinya.
2) Al-Qur-an memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan
pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan
pada kitab-kitab agama lainnya yang malah cenderung restriktif.
3) Al-Qur-an dalam mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan
ayat-ayat ilmiah, menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang
sebagaiannya baru terungkap pada zaman atom, planet dan penaklukan
angkasa luar sekarang ini. Diantaranya adalah :

a. Isyarat tentang Sejarah Tata Surya .

Allah SWT berfirman : “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak


mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’: 30).

b. Isyarat tentang Fungsi Angin dalam Penyerbukan Bunga

Allah SWT berfirman : “Dan Kami telah meniupkan angin untuk


mengawinkan (tumbuhtumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari
langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali
bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr: 22)
c. Isyarat tentang Sidik Jari manusia

Allah SWT berfirman : ” Bukan demikian, Sebenarnya kami Kuasa


menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna” . (QS Al-
Qiyamah 4)

3. Segi Sejarah dan pemberitaan yang ghaib (I’jaz tarikhiy)

Surat-surat dalam al-Qur-an mencakup banyak berita tentang hal


ghaib. Kapabilitas al-Qur-an dalam memberikan informasi-informasi
tentang hal-hal yang ghaib seakan menjadi prasyarat utama penopang
eksistensinya sebagai kitab mukjizat. Diantara contohnya adalah:

1) Sejarah / Keghaiban masa lampau.

Al-Qur-an sangat jelas dan fasih seklai dalam menjelaskan cerita


masa lalu seakan-akan menjadi saksi mata yang langsung mengikuti
jalannya cerita. Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah tersebut yang
tidak terbukti kebenarannya. Diantaranya adalah: Kisah nabi Musa dan
Firaun, Ibrahim, Nabi Yusuf, bahkan percakapan antara anak-anak
Adam as.

2) Kegaiban Masa Kini

Diantaranya terbukanya niat busuk orang munafik di masa


rasulullah. Allah SWT berfirman :

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan


dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling
keras.(QS. Al-Baqoroh: 204)

3) Ramalan kejadian masa mendatang

Diantaranya ramalan kemenangan Romawi atas Persia di awal


surat ar-Ruum.

4. Segi petunjuk penetapan hukum ( I’jaz Tasyri’i)

Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari


penyebabnya selain bahwa al- Qur-an adalah wahyu Allah, adalah
terkandungnya syari’at paling ideal bagi umat manusia, undangundang
yang paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa al-Qur-an untuk mengatur
kehidupan manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Meskipun memang banyak aturan hukum dari Al- Qur-an yang secara
‘kasat mata’ terlihat tidak adil, kejam dan sebagainya, tetapi sesungguhnya
di balik itu ada kesempurnaan hukum yang tidak terhingga.
Diantara produk hukum Al-Qur-an yang menakjubkan dan penuh hikmah
tersebut antara lain :

a) Hukuman Hudud bagi pelaku Zina, Pencurian, dan sebagainya


(QS An-Nuur 2-3)

b) Hukuman Qishos bagi Pembunuhan ( QS Al-Baqoroh 178-180)

c) Hukum Waris yang detil (QS An- Nisa 11-12)

d) Hukum Transaksi Keuangan dan Perdagangan.(QS Al-Baqoroh 282)

e) Hukum Perang dan Perdamaian. (QS Al-Anfal 61)

BAB 3. PENUTUP
Al-Quran secara etimologis berasal dari kata "qara-a, yaqra-u, qira-atan
atau qur-anan" yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dlommu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara
teratur. Adapun pokok-pokok kandungan didalam Al-Qur’an :

a. Aqidah
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan.

b. Ibadah dan Muamalah


Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah
c. Akhlak
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku,
tabiat, atau budi pekerti.
d. Hukum - -hukum
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-
kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat
manusia
e. Sejarah – sejarah atau kisah – kisah
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan
tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu.
f. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi.
Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan
isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat
potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan
kesejahteraan hidup manusia.

DAFTAR PUSTAKA
1 https://www.academia.edu/17703988/KEMUKJIZATAN_AL-QURAN
2 https://www.academia.edu/35357512/BUKTI_KEMUKJIZATAN_AL-
QURAN
3 https://www.academia.edu/17428459/Makalah_kandungan_Al_Quran
4 http://repository.uinbanten.ac.id/1352/4/BAB%20II.pdf
5 Ash Shiddigy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al Qur’an Bulan Bintang,
Jakarta, 1954

You might also like