You are on page 1of 6

LAPORAN ART PROJECT

BLOK 5.1
BIOMEDICAL ETHICS
“FILM PENDEK : KETERANGAN PALSU”

Nama Tutor:
RR. Diyah Woro Dwi Lestari, S.Psi.,M.A

KELOMPOK 12
Selmi Junita Rahmawati G1A016009
Ria Wulandari Sudarto G1A016020
Masita Rochsaleha M. Gani G1A016039
Ahmad Musafi Hazan G1A016048
Dhio Arieyona G1A016078
Ratri Prabahanindya G1A016089
Riza Dwi Utami G1A016098
Zunairi Nur Arifah G1A016104

JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
A. Deskripsi Art Project
Kami dari kelompok 12 membuat art project dalam bentuk film pendek yang
berjudul “KETERANGAN PALSU”. Film ini mengambil latar tempat di sebuah
Fakultas Kedokteran dan rumah seorang mahasiswa baru dengan latar waktu pada
pagi dan siang hari. Menampilkan aktor dan aktris ternama di angkatan 2016,
diharapkan pemilihan art project dalam bentuk film ini dapat merepresentasikan
kisah yang kita angkat.
B. Alur Cerita
Film “Keterangan Palsu” ini bercerita mengenai seorang anak bernama Musa
yang cerdas dan baik hati. Musa baru saja lolos dalam seleksi SNMPTN di sebuah
Fakultas Kedokteran. Kemudian, ia diharuskan untuk mengikuti rangkaian
psikotest dan test kesehatan. Musa pun memberi tahu sang ibu, Bu Sarah. Ketika
ibunya membaca pengumuman mengenai psikotest dan test kesehatan tersebut, ia
menyadari bahwa dokter yang akan memeriksa sang anak di test kesehatan adalah
dokter Sariatun, teman baiknya sedari dahulu. Tanpa berpikir lama, Bu Sarah pun
memiliki cara untuk dapat meloloskan putranya pada tes tersebut.
Pada hari tes kesehatan, benar saja, ia diperiksa oleh dokter Sariatun.
Dengan membawa berbagai macam oleh-oleh serta se-amplop uang yang
dibawakan oleh ibunya, Musa sangat percaya diri mengikuti tes kesehatan.
Sampailah ia pada pemeriksaan tes buta warna yang menggunakan tes buta warna
ishihara. Namun dari awal pemeriksaan ia tak satupun dapat menebak angka dan
garis dengan benar.
Dokter Sariatun menemukan bahwa Musa menderita buta warna. Setelah
selesai pemeriksaan, Bu Sarah menelefon dokter Sariatun untuk menanyakan
perihal test kesehatan Musa. Dokter Sariatun merasa bimbang, mengingat bahwa
Musa sejak dahulu merupakan anak yang sangat berprestasi dan juga baik hati,
serta mengingat bu Sarah yang merupakan teman dekatnya sejak lama. Namun
disisi lain dokter Sariatun tahu apa konsekuensinya bagi Musa jika ia benar-benar
masuk kuliah di kedokteran.
Singkat cerita, Musa pun benar-benar kuliah di kedokteran, yang berarti
dokter Sariatun memutuskan untuk memberi keterangan palsu pada lembar test
buta warna milik Musa. Hari berganti-hari dan Musa pun mulai kesulitan dalam
mengikuti pelajaran di kedokteran, nilainya turun dan ia mengalami depresi.
Akhirnya ia sadar dan mengakhiri mimpinya untuk menjadi doker.
C. Latar Belakang Pemilihan Tema
Seperti judul film kami “KETERANGAN PALSU”, isu etik sekaligus tema
yang kita angkat yaitu tentang pemalsuan surat keterangan sehat yang dilakukan
oleh seorang dokter. Pemilihan tema ini setelah melalui pemikiran panjang dan
saran yang diberikan oleh tutor kami selama bimbingan.
Latar belakang pemilihan isu etik ini karena dianggap dekat dengan
kehidupan para mahasiswa dan pegawai. Seringkali dokter memberikan surat
keterangan sehat palsu atas permintaan pasien bahkan keluarga pasien. Misalnya,
seorang mahasiswa dan keluarganya hendak berlibur ataupun beribadah keluar
negeri yang membutuhkan waktu berhari-hari, maka mahasiswa dan didukung
oleh keluarganya meminta dokter untuk menuliskan surat keterangan sakit palsu
untuknya. Hal seperti ini sudah sering sekali ditemukan di sekitar kita.
Pemalsuan sama saja dengan berbohong. Mahasiswa berbohong kepada
dosennya, dan dosen membantu proses berbohong tersebut.
D. Legal Aspek yang Dilanggar
Pasal 3 : Kemandirian Profesi
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 7: Keterangan dan pendapat yang valid.
Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
Cakupan Pasal :
(1)Dalam memberikan surat keterangan medis/ahli atau ekspertis dan
pendapat ahli apapun bentuk dan tujuannya, dokter wajib mendasarkan isinya
pada fakta medis yang diyakininya benar sesuai dengan pertanggungjawaban
profesinya sebagai dokter.
(2)Surat keterangan dokter dan/atau pendapat/keterangan ahli wajib dibuat dengan
penuh kejujuran, kepatutan, ketelitian dan kehatihatian berdasarkan sumpah
jabatan, sesuai ketentuan perundangundangan dan sedapat mungkin bebas dari
kon-ik kepentingan.
(3)Seorang dokter yang dalam posisi tidak tak-berpihak/bebas
(imparsial/independen) atau patut menduga tidak sepenuhnya
imparsial/independen terhadap kepentingan dalam pembuatan surat keterangan
dan/atau pendapat ahli sebagaimana dimaksud, wajib memberitahukan posisi
dirinya kepada pihak berwenang dan klien/pasien yang akan diperiksanya serta
seyogyanya menyerahkan urusan pembuatan tersebut kepada dokter lain yang
paling/lebih imparsial/independen.
(4)Seorang dokter dalam membuat surat keterangan ahli sebagaimana
dimaksud Pasal 7 seyogyanya melaksanakannya di instansi/lembaga yang
paling imparsial/independen dari tempat ia bekerja atau melaksanakannya atas
nama organisasi profesi tempat ia menjadi anggotanya.
(5)Dalam hal dalam surat keterangan medik diperlukan penulisan diagnosis
pasiennya, dokter perlu mendapat persetujuan tertulis dari pasiennya.
(6)Seorang dokter wajib melakukan konsultasi atau melakukan rujukan ke
sejawatnya yang mempunyai kompetensi untuk memberikan keterangan yang
lebih bermutu apabila kasus yang dihadapi di luar kompetensinya.
(7)Seorang dokter pengobat pasien, dilarang memberikan keterangan sakit/sehat di
depan media publik tentang pasiennya yang diduga pelaku tindak pidana.
(8)Seorang dokter dilarang memberikan pendapat mengenai pasien
yang diperiksa oleh sejawat lain tanpa permintaan dari pihak berwenang dan
tanpa memeriksa atau melihat sendiri pasien tersebut.
(9)Seorang dokter tidak boleh membuat surat keterangan sakit bagi
orangtua atau pengantar yang tidak bisa bekerja karena mengurusi anaknya atau
keluarganya yang sakit.
(10) Seorang dokter yang menjadi anggota penguji kesehatan atas permintaan
pihak tertentu:
a. Dokter harus senantiasa obyektif dan jangan dipengaruhi baik oleh pihak
peminta maupun peserta tes kesehatan
b. Seyogyanya jangan menguji kesehatan calon yang masih atau
pernah menjadi pasiennya sendiri, untuk menghindarkan dilemma antara
membuka atau mempertahankan rahasia jabatan
c. Jangan memberitahukan kepada calon tentang kesimpulan dari
hasil pemeriksaan medik, serahkan hal tersebut kepada institusi
yang memintanya.
Pasal 263 KUHP sebagai berikut:
1. Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu
pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi
sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang
lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak
dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu
kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-
lamanya enam tahun.
2. Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barang siapa dengan sengaja
menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu asli
dan tidak dipalsukan, kalau hal mempergunakan dapat mendatangkan
sesuatu kerugian.
Pasal 267 KUHP ayat (1)
Seorang dokter yang dengansengaja memberikan surat keterangan palsu tentang
ada atau tidaknya penyakit, kelemahanatau cacad-cacad diancam dengan penjara
dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.
Pasal 268 KUHP ayat (1)
Barangsiapa membuat secara palsu atau memalsu surat keterangan dokter tentang
ada atautidaknya penyakit, kelemahan, atau cacad dengan maksud untuk
menyesatkan penguasa umum atau penanggung, diancam dengan penjara dengan
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.
Pasal 268 KUHP ayat (2)
Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan maksud yang
sama memakai surat keteragan tidak benar atau yang palsu, seolah-olah surat itu
benar dan tidak dipalsu”.
E. Pelajaran yang dapat diambil
1. Sebagai dokter haruslah bersikap jujur dengan pasien, keluarga pasien, maupun
dengan pihak manapun yang berkaitan dengan hasil diagnosis dan kondisi
pasien
2. Tidak boleh membuat keterangan palsu demi kepentingan apapun
3. Sebagai dokter sebaiknya tidak terpengaruh dan tidak menerima berbagai
imbalan yang akan diberikan kepadanya

You might also like