You are on page 1of 6

TUGAS ANALISA

HUKUM KEWARGANEGARAAN & IMIGRASI


Dosen Pembimbing : Anita Yulistiani, SH, MH

DISUSUN OLEH

Wira Haryaseta (1610116167)


Kelas : 5 A

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI
PONTIANAK
2018
ANALISA KASUS IMIGRASI DI INDONESIA

PENGERTIAN IMIGRASI

Perpindahan orang dari suatu negara-bangsa (nation-state) ke negara lain, di mana


ia bukan merupakan warga negara. Imigrasi merujuk pada perpindahan untuk
menetap permanen yang dilakukan oleh imigran, sedangkan turis dan pendatang
untuk jangka waktu pendek tidak dianggap imigran. Atau, masalah lalulintas orang
yang masuk atau keluar wilayah Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di
wilayah Indonesia.

Tugas instansi Imigrasi adalah mengatur, mengawasi dan mengamankan


kelengkapan dokumen perjalanan manusia. Bagi setiap warga Negara yang akan
datang atau bepergian dari/ ke luar negeri melalui bandar udara/ pelabuhan pada saat
proses pendaratan/ pemberangkatan wajib memenuhi persyaratan formalitas
keimigrasian yang tidak boleh dilanggar yaitu dengan melaporkan kedatangan/
keberangkatan kepada petugas Imigrasi di bandara atau pelabuhan yang telah
ditetapkan.

KASUS – KASUS IMIGRASI DI INDONESIA

KASUS 1
WNA China yang Ditangkap Imigrasi Berada di Indonesia Sejak 2008
Sumber: detiknews.com

Jakarta - Warga negara China, Zhang Renxiang, ditangkap petugas Imigrasi Jakarta
Selatan karena diduga penyalahgunaan izin tinggal. Pria Shanghai berusia 66 tahun
itu diketahui sudah di Indonesia sejak tahun 2008.
"Dia pernah ke Indonesia tahun 2008. Di Indonesia sejak 28 Agustus 2008 dan dia
bolak-balik menggunakan visa kunjungan. Kemungkinan juga dia sudah melakukan
penyalahgunaan (izin tinggal)," ujar Kepala Sekbid Pengawasan Imigrasi Kelas I
Jakarta Selatan, Anggi Wicaksono di kantornya, Jalan Warung Buncit, Jakarta
Selatan, Selasa (26/3/2013). Namun dari pengakuannya, kata Anggi, Zhang
mengaku baru ke Indonesia pada Juni 2012.

Anggi mengatakan penangkapan terhadap Zhang berawal dari laporan masyarakat.


Setelah mendapat laporan tersebut, pihaknya langsung melakukan pemantauan
selama 1 minggu. Zhang lalu ditangkap di klinik Randu Spa, Hotel Puri Denpasar,
Jakarta Selatan. Dari pemeriksaan sementara, praktik kerja yang dilakukan Zhang
tidak sesuai dengan keterangan izin yang diberikan, yakni sebagai marketing di PT
Victus Sucira International. Zhang justru membuka klinik terapi Twina atau pemijatan
alternatif China.

Dalam menjalankan praktiknya, Zhang selalu mengatasnamakan terapi yang


dilakukannya merupakan terapi medis. Dengan mengenakan pakaian seperti dokter,
Zhang selalu mengatakan kepada pelanggannya jika terapinya bukan massage. Dia
juga mempekerjakan 4 WNI di kliniknya sebagai staf administrasi dan asisten. Tarif
yang dipasang untuk jasa terapinya sebesar Rp 1 juta untuk 45 menit.
Anggi menduga jika kedok terapi yang dilakukannya karena susahnya mendapatkan
izin dari Kementerian Kesehatan RI bagi WNA yang ingin membuka praktik terapi.
Agar jasa terapinya tetap tersalurkan, mereka dicurigai menggunakan Kartu Izin
Tinggal Terbatas (KITAS).

"Belakangan ini marak di Jakarta tentang keberadaan terapis medis yang


menggunakan jasa terapis-terapis dari luar. Diduga terapis medis ini kesulitan dapat
izin dari Kemenkes. Di sini kita curiga dia menggunakan KITAS, namun dalam
praktiknya diketahui nyatanya dia bukan seorang marketing. Artinya bidang medisnya
tidak ada," tuturnya.

Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan, Heri
Jonhard, menambahkan kemungkinan besar Zhang akan dideportasi karena
pelanggaran yang dilakukannya. Dia dikenakan pasal 122 huruf a UU No 6 tahun 2011
tentang penyalahgunaan izin tinggal.
"Kemungkinan untuk dideportasi, bisa saja dideportasi, tapi dalam prosesnya ini ada
dua putusan, apakah melalui pengadilan, ataukah dideportasi langsung," pungkasnya.

ANALISIS KASUS 1
Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa Zhang telah menyalahgunakan UU No.6 tahun
2011 pasal 112 tentang penyalahgunaan izin tinggal. Zhang datang ke Indonesia
dengan menggunakan visa berkunjung tetapi, menyalahgunakannya dan membuka
terapis medis disini. Seperti yang tertera pada UU No. 6 tahun 2011 pasal 38 tentang
visa kunjungan, Zhang hanya dapat melakukan kegiatan seperti berwisata,
mengunjungi keluarga, mengikuti seminar atau pembuatan film yang dapat dilakukan
dalam waktu singkat, sementara Zhang membuka terapis medis. Seharusnya izin
yang dimilikinya adalah visa untuk tinggal terbatas yang tertera pada pasal 39 UU
No.6 tahun 2011. Petugas keimigrasian terpaksa menjemput paksa karena Zhang
telah melanggar pasal tersebut diatas. Karena Zhang telah melakukan pelanggaran
maka sesuai hukum yang berlaku ada dua kemungkinan Zhang akan dihukum melalui
pengadilan atau langsung dideportasi kembali ke China. Dalam kasus ini, petugas
imigrasi bandara kita tak dapat disalahkan karena tak ada yang tahu bahwa Zhang
atau oknum-oknum lain akan menyalahgunakannya izin tinggalnya.

KASUS 2
Kasus Imigran Illegal Masuk Perairan Indonesia
Wednesday, 06 November 2013, 19:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA

Kasus imigran gelap atau ilegal yang masuk ke perairan Indonesia setiap tahun terus
bertambah. Berdasarkan data kepolisian RI hingga Oktober 2013 ini sedikitnya ada
10.593 kasus imigrasi ilegal yang masuk ke Indonesia melalui perairan (lautan).
Sebagian dari kasus tersebut masuk ke parairan Pemerintah DIY.

Menurut Brigjen Pol M Ghufron, Kepala Biro Bin Opsnal Baharkam Polri, sebagian
besar imigran gelap yang masuk melewati perairan Indonesia ini berasal dari Timur
Tengah.
"Yang terakhir ada 30 imigran yang ditangkap di perairan Gunungkidul," ujarnya usai
membuka sosialisasi penyelundupan manusia di Yogyakarta yang digelar IOM dan
Polri, Rabu (6/11).

Dari ribaun kasus tersebut 80 imigran dalam kondisi meninggal, 43 di antaranya


meninggal di lautan dan sisanya di rumah sakit.Sedangkan 115 imigran yang
ditangkap di Perairan garut Jawa barat berasal dari Myanmar, Bhangladesh dan
Pakistan. Sebagian besar imigran gelap memiliki tujuan ke Australia sebagai negara
tujuan akhir mereka.Modus operandi yang digunakan oleh jaringan imigran gelap
adalah dengan menawarkan nahkoda kapal kecil untuk mengemudikan kapal pesiar.
"Padahal di dalamnya membawa para imigran gelap ini," katanya.

Akibat yang ditimbulkan imigran ilegal di Indonesia menurutnya adalah melonjaknya


jumlah penduduk. Selain itu juga menimbulkan masalah sosial dan kriminalitas,
imigran juga sering di manfaatkan pihak tertentu untuk keuntungan materi dan
menambah pengeluaran pemerintah.Oleh sebab itu, ia mengatakan, pemerintah
harus memperketat keamanan sektor laut karena sebagain besar imigran gelap
malalui jalur laut.Sementara itu Chief on Mission IOM, Denis Nihil mengatakan,
berdasarkan data mereka Indonesia merupakan negara transit utama untuk
perlintasan imigran ilegal. Jumlah kasus imigran ilegaldi Indonesia hingga 31 Agustus
2013 mencapai 11.132 kasus. Kasus ini terdiri atas 8.872 pencari suaka dan 2.260
pengungsi.
"IOM sendiri memiliki komitmen untuk memajukan migrasi yang tertib dan manusiawi
untuk kepentngan semua. IOM membantu mencari solusi praktis mengatasi imigrasi,"
ujarnya.

ANALISIS KASUS 2
Para imigran gelap melakukan banyak pelanggaran undang-undang. Pertama para
imigran gelap melanggar pasal 303 UU No.17 tahun 2008 tentang pelayaran. Pada
pasal ini dijelaskan bahwa Setiap orang yang mengoperasikan kapal dan pelabuhan
tanpa memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta
perlindungan lingkungan maritim sebagaimana dimaksud dalam pasal 122 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp300.000.000,00. Tidak hanya itu para imigran ini juga tak memiliki dokumen izin
masuk ke Indonesia yang sah danlengkap. Hal ini juga merupakan pelanggaran dari
pasal 120 UU No.6 tahun 2011 yang mengenai penyelundupan manusia akan
dipidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun serta denda paling sedikit
Rp.500.000.000 dan paling besar Rp. 1,5 milyar.

KASUS 3
Deportasi Nazaruddin: Tindakan Keimigrasian Sebagai Indikator Hubungan
Luar Negeri yang Baik

Pelarian Nazaruddin mantan bendahara umum Partai Demokrat berakhir di Colombia.


Nazaruddin ditangkap oleh petugas imigrasi Colombia, sempat ditahan oleh
kepolisian Colombia dan akhirnya diserahkan kembali ke pihak imigrasi untuk segera
dideportasi. Adapun pelaksanaan deportasi Nazaruddin terbilang istimewa, bila
dibandingkan dengan proses deportasi pada umumnya. Beliau diserahkan langsung
ke tim penjemput yang jauh-jauh terbang dari Jakarta, kemudian diterbangkan dengan
menggunakan pesawat jet carteran yang biaya sewanya cukup fantastis.

Jauh dari dugaan banyak orang yang kebanyakan pesismis akan keberhasilan
pemeritah untuk memulangkan Nazaruddin, ternyata terbukti ia dapat dipulangkan ke
Indonesia dalam waktu yang relatif singkat. Kunci keberhasilan ini tidak lain ialah
pemilihan penggunaan cara oleh pemerintah Colombia yaitu pendeportasian atas
dasar pelanggaran keimigrasian.

ANALISIS KASUS 3
Dalam kasus-kasus keimigrasian ada dua jalur penyelesaian yang dapat digunakan,
yang pertama ialah melalui jalur hukum (pro-justisia) dan yang kedua adalah
pengenaan tindakan adminstratif keimigrasian. Deportasi adalah salah satu tindakan
yang tergolong dalam kategori tindakan administratif keimigrasian, dan yang paling
umum dilaksanakan. Hampir setiap hari petugas Imigrasi di bandara internasional
melakukan pendeportasian warga negara asing yang tidak diingini keberadaannya di
suatu negara.
Dalam praktek keimigrasian Indonesia sendiri, deportasi dapat dilakukan dalam
beberapa kondisi. Pertama, pendeportasian pada saat kedatangan atau yang sering
disebut sebagai penolakan pemberian izin mendarat (not allowed to land/ NTL) yang
diatur dalam pasal 13 Undang-Undang no. 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian. Pasal
tersebut mengatur sepuluh kriteria warga negara asing yang dapat ditolak
kedatangannya mulai dari alasan teknis keimigrasian hingga alasan yang terkait
kepentingan nasional, terkait dengan kejahatan internasional dan alasan bahwa yang
bersangkutan termasuk daftar percarian orang dari suatu negara asing. Kedua,
pendeportasian dilakukan sebagai tindakan administratif keimigrasian bagi setiap
warganegara asing, yang telah berada di wilayah suatu negara, yang tidak memenuhi
ketentuan keimigrasian (melebihi izin tinggal/overstay dan pelanggaran perizinan
keimigrasian lainnya), peraturan lainnya atau melakukan tindakan yang
membahayakan kepentingan nasional (pasal 75 ayat 1 dan 2).

Terkait dengan hal ini, Undang-Undang Keimigrasian Indonesia juga mencantumkan


kemungkinan pendeportasian setiap warga negara asing yang diduga melakukan
penghindaran hukuman di negara asalnya (pasal 75 ayat 3). Dan ketiga,
pendeportasian dilakukan setelah seorang warga negara asing melaksanakan masa
hukuman sesuai dengan putusan pengadilan di Indonesia.

Dalam hal kasus Nazaruddin, terlepas dari ada atau tidaknya hal politik yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia, pemilihan tindakan administratif keimigrasian dalam kasus
penggunaan paspor palsu oleh Nazaruddin adalah langkah yang sangat tepat bagi
pemerintah Colombia dalam menjaga hubungan dengan Indonesia.
Pengenyampingan penyelesaian melalui jalur hukum (pro-justisia) dalam kasus-kasus
keimigrasian memungkinkan orang-orang seperti Nazaruddin dapat dipulangkan
dengan cepat ke negara asalnya. Seringkali penyelesaian secara pro-justisia
dimanfaatkan untuk mengulur-ngulur waktu agar yang bersangkutan tidak segera
dipulangkan ke negara asal, karena memang proses pengadilan memakan waktu
terlebih apabila sampai dikenakan hukuman penjara.
KASUS 4
Kasus Imigran, Jaksa Kebingungan Sikap Polisi yang Lamban

SELASA, 17 JUNI 2014 , 04:28:00

KENDARI - Kejakasaan Tinggi (Kejati) Sultra dibuat pusing dengan penanganan


perkara dugaan penyelundup imigran gelap. Meski pihak Kejati telah mengembalikan
berkas perkara yang menyeret mantan Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian, Rahmat Gunawan kepada Polda Sultra, namun akhirnya kasus tersebut
juga belum jelas. Apakah dihentikan atau tetap berjalan.

Aspidsus Kejati Sultra, Syamsul Arifin mengatakan, berkas perkara Rahmat Gunawan
hanya bolak-balik antara penyidik Polda dan jaksa. Sebab, kata dia berkas perkara
yang sampai ke jaksa belum memenuhi unsur materil dan formil.
"Jadi belum dapat dinyatakan p21 alias lengkap. Sehingga jaksa harus
mengembalikan berkas tersebut dengan beberapa petunjuk yang harus dilengkapi
penyidik Polda. Namun sampai saat ini, penyidik belum menyerahkan berkas
tersebut. Padahal waktunya telah melebihi aturan yang ada, yakni 14 hari," katanya
Syamsul seperti yang dilansir Kendari Pos (Grup JPNN.com), Selasa (17/6).Karena
tak jelas, jaksa pun melayangkan surat p20 atau pertanyaan kepada penyidik Polda
Sultra. Sejauh mana perkembangan dan penangananya. Apakah kasus ini akan
dihentikan?

Untuk diketahui, pada tahun 2013, daratan Sultra menjadi tempat aman para imigran
untuk melintas mencari suaka ke negara Kangguru, Australia. Tak tanggung-
tanggung hampir setiap harinya, imigran gelap dari berbagai negara kepergok oleh
polisi.Namun sayang penyidikan itu harus melibatkan oknum imigrasi karena diduga
ikut melegalkan berbgai persyaratan. Misalnya Rahmat Gunawan saat itu, ditahan
oleh anggota Polda Sultra karena rencana meloloskan dan memuluskan sekitar 70
imigran dengan bayaran Rp 700 juta.

Ia dibantu dengan beberapa orang diantaranya Rusmin sebagai penyedia dana


melalui kurir Jakarta bernama Rosadi serta Hasbar dan Rusli sebagai sopir yang
mengantar pelarian imigran.

ANALISIS KASUS 4
Kasus seperti ini sebenarnya banyak terjadi di banyak daerah. Penyuapan yang
dilakukan imigran gelap bisa meloloskan mereka dari hukum. Seharusnya pihak
kepolisian bisa menahan dan bertindak rasional dengan tidak menerima suapan
seberapapun besarnya suapan tersebut.

You might also like